Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang
semakin ketat. Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi
yang dijalankan. Bahkan perusahaan-perusahaan terus berupaya merumuskan dan
menyempurnakan strategi-strategi bisnis mereka dalam rangka memenangkan
persaingan. Suatu perusahaan akan mengukur pencapaian kinerjanya agar mampu b
ersaing dalam industri dengan melakukan studi perbandingan dengan perusahaan lain
yang sejenis.. Benchmark adalah sebuah metode peningkatan kinerja secara
sistematis dan logis melalui pengukuran dan perbandingan kinerja dan kemudian
menggunakannya untuk meningkatkan kinerja (Ramli, 2013).
Benchmark adalah suatu ukuran kinerja yang bersifat tetap berdasarkan
rumusan kriteria yang jelas, dari suatu perusahaan unggulan mengenai suatu kegiatan
tertentu. Benchmark dengan demikian sama artinya dengan tolok ukur. Benchmarking
adalah metode untuk mencari dan menerapkan best practice dari perusahaan
unggulan melalui berbagai tahap aktivitas. Menurut Teddy Pawitra (1994),
benchmarking sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sistematis dan
terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul. Benchmarking digunakan
untuk menentukan proses yang akan diperbaiki secara berkesinambungan, yang
menawarkan jalan tercepat untuk mencapai perbaikan kinerja yang nyata
(Ramli,2013).
Dalam industri kayu lapis (plywood), efisiensi bahan baku merupakan hal yang
sangat diperhatikan agar dapat kompetitif dalam pasar dan menghemat kayu yang
menjadi bahan baku industri ini. Merencanakan ukuran sasaran pengupasan vinir
(veneer) untuk kayu lapis merupakan salah satu alternatif untuk efisiensi bahan baku,
karena pembentukan kayu lapis dimulai dengan pembuatan vinir (Novriyanti, 2006).

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
benchmarking pada industri pengolahan kayu dari segi pengolahan bahan baku, fitur
penjualan, dan target pasar, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keuntungan
perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Defenisi Umum Benchmarking


Menurut Goetsch dan Davis (1994), "Benchmarking is the process of comparing
and measuring an organization's operations or its internal processes against those of a
best-in-class preformer from inside or outside its industry". Dalam pengertian tersebut
Goetsch dan Davis (1994) berpendapat bahwa benchmarking sebagai proses
pembanding dan pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka
yang terbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri.
Benchmarking merupakan upaya untuk mengetahui tentang bagaimana dan
mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan
tugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Fokus dari kegiatan
benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahan lainnya. Ruang
lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar ke arah proses, fungsi,
kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dan lain-lain. Benchmarking juga berwujud
perbandingan yang terus-menerus tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang
terbaik dimanapun perusahaan itu berada. (Ramli, 2013).
Jenis-jenis Benchmarking
Terdapat tujuh macam benchmarking berikut penjelasannya yaitu :
1. Internal benchmarking
Memberikan pembandingan antara operasi atau proses yang sejenis dalam
korporasi.
2. Competitive benchmarking
Memberikan pembandingan antar pesaing untuk produk atau layanan tertentu
(spesifik).
3. Financial benchmarking
Dipakai untuk mengukur kembalinya investasi (return on investment) dibandingkan
dengan perusahaan sejenis. Financial benchmarking, dengan menggunakan RONA
(return on net asset) akan diketahui business driver mana yang paling tinggi
memberikan return.
4. Process benchmarking
Memfokuskan pada proses kerja atau sistem operasi tertentu (misal pembayaran,
rekruitmen, komplain pelanggan, pengadaan) untuk menghasilkan hasil pada
bottom line results, seperti peningkatan produktivitas, mengurangi waktu siklus
produk, pengurangan biaya, peningkatan penjualan, mengurangi laju kesalahan
produksi, dan peningkatan keuntungan.
5. Strategic benchmarking
Digunakan untuk menguji bagaimana korporasi dapat bersaing dan fokus pada
indutri tertentu. Sasaran kuncinya adalah mengidentifikasi strategi yang unggul
untuk menjadi korporasi yang berhasil.
6. Product benchmarking
Proses perancangan suatu produk baru atau pengembangan produk yang telah ada.
Proses ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing produk berdasarkan
identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahannya.
7. Investor perspective benchmarking
Melakukan pembandingan antar korporasi dengan menciptakan alternatif
kesempatan berinvestasi dengan membangun pandangan positif bagi investor.
(Ramli, 2013).
Faktor Pendorong Terjadinya Benchmarking
Menurut Karloff dan Ostblom (1993) dalam Solihul Hadi (2011), konsep
efisiensi yang ingin dicapai melalui benchmarking mengandung 4 komponen dasar,
yaitu:
- Kualitas
- Harga
- Volume Produksi, dan
- Biaya Produksi.
Benchmarking digunakan untuk menentukan proses yang akan diperbaiki secara
berkesinambungan, yang menawarkan jalan tercepat untuk mencapai perbaikan
kinerja yang nyata (Ramli, 2013)
Tahapan Benchmarking
Andersen dan Pettersen (1996) juga menjelaskan tahapan proses
Benchmarking dalam lima tahapan, yang biasa disebut juga dengan Benchmarking
wheel. Yang terdiri dari:
(1) Plan.
Pada tahapan perencanaan ini, aktivitas aktivitas yang dilakukan antara lain
adalah melakukan penilaian performa periode yang telah berjalan, dan menetapkan
kinerja perusahaan yang akan dibandingkan dengan perusahaan yang dipilih menjadi
acuan kinerja perusahaan.
(2) Search.
Pada tahapan kedua ini, aktivitas aktivitas yang dilakukan antara lain adalah
mencari perusahaan yang potensial sebagai partner untuk melakukan benchmark.
Setelah itu, dilakukan pembandingan antara kandidat kandidat tersebut, manakah
perusahaan yang paling potensial sebagai mitra untuk melakukan benchmark.
(3) Observe.
Pada tahapan ketiga ini, aktivitas aktivitas yang dilakukan antara lain adalah
mengumpulkan berbagai informasi mengenai faktor - faktor kunci sukses dari
perusahaan yang mempunyai kinerja superior sebagai acuan kinerja perusahaan.
(4) Analyze.
Pada tahapan keempat ini, aktivitas aktivitas yang dilakukan antara lain adalah
melakukan analisa informasi yang telah dikumpulkan dari perusahaan yang dipilih
sebagai acuan kinerja perusahaan untuk melihat perbedaan kinerja dengan
perusahaan tersebut.
(5) Adapt.
Pada tahapan kelima ini, aktivitas aktivitas yang dilakukan antara lain adalah
menyusun dan mengimplementasikan program perbaikan kinerja perusahaan, agar
memiliki kinerja superior seperti perusahaan yang dipilih sebagai acuan kinerja
perusahaan. Dan juga dilakukan, evaluasi terhadap program perbaikan kinerja
perusahaan yang telah diimplementasikan.

Contoh Benchmarking Pada Perusahaan Furniture di Indonesia


1. Olympic Furniture
a. Deskripsi
Olympic Furniture adalah salah satu produsen furniture yang sudah dikenal
oleh masyarakat luas di Indonesia. Dengan produk yang beraneka ragam tetapi dia
lebih fokus kepada furniture yang bisa di knock-down. Olympic Furniture adalah salah
satu produsen furniture terbesar di Indonesia dengan kantor pusat yang bertempat
di Kota Bogor. Telah beroperasi selama lebih dari 26 tahun, Olympic Furniture telah
menjadi perusahaan terkemuka yang memenuhi kebutuhan furniture baik dalam
maupun luar negeri. Olympic Furniture memiliki lebih dari 49 cabang dan 30 kiani
(titik distribusi) yang tersebar di seluruh Indonesia dan telah memasok produk
furniture berkualitas ke lebih dari 3600 toko tradisional, 250 modern retailer outlet,
berbagai proyek milik instansi pemerintah dan swasta, direct selling serta
menyediakan layanan penjualan online.
b. Produk
Banyak macam furniture yang ditawarkan oleh Olympic furniture antara lain
adalah : tempat tidur dewasa dan anak, meja belajar, kursi, furniture kantor, dll.
Dari segi keunikan bisa di knock-down jadi pengantaran mudah ke lokasi
pelanggan. Material yang diberikan memang bersifat dasar murah yaitu pressed
wood dan dilapisi HPL.
c. Target Pasar
Segmen yang dituju adalah kelas rendah sampai menengah,
dikarenakan harga yang ditawarkan sangat rendah untuk ukuran furniture
berkisar pada Rp.500.000 Rp.5.000.000
d. Layanan
Fasilitas layanan yang diberikan adalah web, pembelian on-line,
download catalog, promo berupa cicilan 0%, hotline customer service, layanan antar
dan pasang.

2. Informa Furniture
a. Deskripsi
Adalah salah satu anak perusahaan Kawan lama Group yang mempunyai
kantor pusat di daerah Jakarta Barat dan menjadi satu bagian dengan Ace
Hardware. Informa menyediakan beragam gaya dan desain terbaru untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap furniture idaman. Sekarang,
Informa Furnishings mengembangkan konsep terbaru desain bagus dan tahan lama
dengan harga terjangkau. Jangkauan ada dari penjualan adalah di kota-kota besar di
Indonesia.
b. Produk
Dengan konsep one stop shopping untuk semua produk furnishing, Informa
menyediakan berbagai koleksi berkualitas untuk hunian, kantor, aksesoris, sampai
ruang komersial. Dari segi bahan material mereka mempunyai bahan yang lebih
bagus dengan berani menggunakan kayu MDF ataupun MP sebagian bahan
dasarnya. Penggunaan stainless berkekuatan baik juga sering ditampilkan pada
produknya,

c. Target Pasar
Segmen yang dituju adalah kelas menengah sampai atas, mengandalkan one
stop shopping dimana segala kebutuhan disajikan di dalam toko. Harga yang
ditawarkan adalah Rp.1.000.0000 Rp.50.000.000
d. Layanan
Fasilitas layanan yang diberikan adalah web, pembelian on-line,
download catalog, promo berupa cicilan 0%, hotline customer service,
membership, point reweard, own design,

3. Pro Design Furniture


a. Deskripsi
Pro design telah terkenal menjadi produsen dari produk furniture yang
memiliki jaringan banyak di seluruh Indonesia. Pro design menciptakan produk yang
banyak menggunakan bahan panel furniture yang terbuat dari partikel dan
MDF dengan finishing kertas dan PVC. Pro design juga menciptakan produk yang
sepadan dengan merek Olmypic karena keserupaannya bisa
di knock-down.
b. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Pro Design juga cukup bervariasi. Mereka tetap
menggunakan kualitas sebagai andalan mereka disertakan dengan produk yang
diolah sedemikian rupa sehingga mecakup nilai estetika dan fungsi. Material yang
sering digunakan berupa dari partikel dan MDF dengan finishing kertas dan PVC.
c. Target Pasar
Target yang diincar dari produsen ini adalah orang yang mempunyai
pendapatan kelas menengah sampai ke atas. Harga yang ditawarkan pun cukup
beragam antar produk. Harga yang ditawarkan berkisar diantara Rp.500.000-
Rp.20.000.000,-.
d. Layanan
Layanan yang diandalkan oleh Pro Design adalah berupa Web, kartu
membership, promo, download catalogue, penawaran konsumen menjadi supplier
sampai, tawaran kerjasama untuk menjadi frenchise berupa pembuatan local store
sesuai dengan brand mereka. Hal ini yang membedakan mereka dengan produsen
lainnya. Mereka telah berani mengambil sikap untuk memperbesar jaringan mereka
lewat jalur frenchise.
Dari data tersaji yang ditampilkan dengan membandingkan antara 3 produsen
furniture yaitu Olympic, Informa, dan juga Pro Design telah didapatkan beberapa
referensi kelebihan dan kekurangan dari beberapa perusahaan. Benchmark akan
juga disimpulkan untuk mendapatkan adanya penggambaran apa saja nilai yang
bisa diambil untuk dijadikan bahan pembelajaran ke depan.
Tabel 1. Perbandingan 3 Produsen Furnitur
No Variabel Perusahaan
Olympic Informa Pro Design
1 Harga Rendah Tinggi Sedang
2 Kualitas material Rendah Tinggi Sedang
3 Target Pasar Rendah Tinggi Sedang
4 Jangkauan Tinggi Tinggi Tinggi

Dari data yang ada dijelaskan bahwa Olympic memang dasarnya


mengembangkan sisi penjualan bagi target kelas pasar yang ada dikelas B dan C, oleh
karena itu harga produk yang ditawarkan juga dipadankan dengan target mereka.
Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa mereka menggunakan bahan material
yang murah. Target mereka sangat fokus kepada sensitifitas harga bagi sebagian
orang. Anggapan yang terlihat adalah bagi Olympic adalah bagaimana menciptakan
produk yang mempunyai banyak pilihan dan menciptakan desain sebaik
mungkin.
Hal ini sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh Informa maupun
Pro Design, Mereka menciptakan barang-barang yang bisa dikatakan
mempunyai kualitas cukup baik sehingga pemilihan material mereka pun
menggunakan panel kayu bertipe MDF ataupun MP. Itu saja masih dipadankan
bahan stainless dan lainnya. Kualitas dengan harga akan sebanding lurus
adalah jawabannya.
Fitur penjualan adalah salah satu poin penting sebagai layanan ekstra sebuah
perusahaan dalam menawarkan produk mereka. Ketiga produsen yang telah
disebutkan di atas mempunyai jangkauan yang memang sangat luas yaitu di
seluruh Indonesia. Layanan web internet pun sudah tersaji dengan baik, berisi
dengan materi mulai dari daftar produk, gambar, serta harga. Konten mereka juga
bisa dikatakan menarik, mereka menawarkan beberapa barang dengan pemesanan
secara on-line dengan pengiriaman barang langsung ke pihak konsumen.
Sebagai tambahan dari ketiga benchmark perusahaan diatas, mereka
memang mempunyai beberapa produk yang bisa dikategorikan sebagai furniture
multifungsi, namun perlu diamati produk yang mereka tawarkan masih belum
pada tahap lanjutan, dan hanya bisa mengandalkan produk diubah menjadi 2
fungsi saja, semisal matras ataupun bangku. Hal inilah yang akan dikeluarkan
sebagai senjata dari variasi produk yang mereka tidak kembangkan sebelumnya.
KESIMPULAN

Benchmarking merupakan upaya untuk mengetahui tentang bagaimana dan


mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan
tugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Fokus dari kegiatan
benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahan lainnya. Ruang
lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar ke arah proses, fungsi,
kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dan lain-lain. Benchmarking juga berwujud
perbandingan yang terus-menerus tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang
terbaik dimanapun perusahaan itu berada.
Konsep efisiensi yang ingin dicapai melalui benchmarking mengandung 4
komponen dasar, yaitu:
- Kualitas
- Harga
- Volume Produksi, dan
- Biaya Produksi.
Beberapa perusahaan yang begerak di bidang industri kayu di Indonesia yang
melakukan benchmarking antara lain : Olympic Furniture, Informa Furniture, dan Pro
Design Furniture. Setiap perusahaan memiliki keunggulan yang berbeda pada seetiap
produk dan pasarnya. Namun dari ketiga peerusahaan ini, perusahaan Olympic
Furniture merupakan perusahaan dengan pasar industri terbaik karena produk yang
ditawarkan dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat menengah.
Sebagai tambahan dari ketiga benchmark perusahaan diatas, perusahaaan
tersebut memang mempunyai beberapa produk yang bisa dikategorikan sebagai
furniture multifungsi, namun perlu diamati produk yang mereka tawarkan masih
belum pada tahap lanjutan, dan hanya bisa mengandalkan produk diubah menjadi
2 fungsi saja, semisal matras ataupun bangku. Hal inilah yang akan dikeluarkan
sebagai senjata dari variasi produk yang mereka tidak kembangkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiprakoso, A. 2013. Vifari Multifunction And Space Saving Furniture (Thesis). Binus
University. Jakarta
Chairuman, D.M. 2000. Analisis Tingakat Penguasaan Teknologi Melalui Pengakjian
Komponen Teknologi Pada Industri Pengolahan Kayu Lapis (Plywood) di PT.
Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk. Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Noviyanti, E. 2006. Penelaahan Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Penetapan Ukuran
Sasaran Vinir Kayu Lapis. Peneliti pada Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Kuok
Ramli, K. 2013. Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada PT. Karunia
Alam Segar. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Anda mungkin juga menyukai