Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH Makassar, Oktober 2017

KAJIAN HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM


(QS 53:28) DAN PANDANGAN BUDAYA
CINA (KONFUSIANISME)

Disusun Oleh:
Wirijanto - 0011.DIH.19.2016

Pembimbing:
Prof. Dr. H. A. Muin Fahmal, SH, MH.

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Sang Penguasa Ilmu
dan Yang Maha Berkehendak atas segala kejadian di muka bumi. Penulis
bersyukur karena atas petunjuk serta kehendak-Nya makalah ini dapat
selesai dengan baik
Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga balasan terbaik
bagi kita semua.
Makalah berjudul Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28)
dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) ini disusun sebagai bentuk
aktualisasi diri penulis dalam dunia keilmuan yang dituangkan dalam
sebuah karya tulis ilmiah.
Dalam makalah ini dibahas tafsir QS 53:28 (Surat An-Najm ayat 28)
tentang HAM serta kaitannya dengan kebudayaan Cina dalam hal ini ajaran
Konfusianisme.
Besar harapan penulis, makalah ini tidak sekedar menjadi lembaran
kertas yang berakhir di penyimpanan, namun benar-benar dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang baik kepada penulis
maupun seluruh pembaca sekalian.

Makassar, Oktober 2017

Wirijanto

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1. Terjemahan dan Tafsir QS An-Najm Ayat 28 ............................... 3
2.1.1. Terjemahan QS An-Najm Ayat 28 ................................ 3
2.1.2. Tafsir QS An-Najm Ayat 28 .......................................... 3
2.1.3. Kandungan HAM dalam QS An-Najm Ayat 28 ............. 4
2.2. Budaya Cina (Ajaran Konfusianisme) ........................................... 6
2.3. Kaitan QS An-Najm 53:28 dengan Ajaran Konfusianisme.......... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan................................................................................. 13
3.2. Saran .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang
terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq
al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini
mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu
hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal
(penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-ird (penghormatan
atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-aql (penghormatan
atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga
keturunan). Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat
Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi,
berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan
masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara
dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.
QS An-Najm ayat 28 memuat salah satu dari 5 pokok dasar HAM
dalam Islam yaitu penghormatan atas kebebasan berpikir. Dimana
kebebasan berpikir yang dimaksud dalam ayat ini ialah kebebasan berpikir
dengan dasar yang jelas, bukan berpikir sekehendak hati menurtu hawa
nafsu dan kepentingan tertentu.
Budaya Cina, dalam hal ini Ajaran Konfusianisme telah ada sejak
zaman Cina kuno dan keberadaannya sekarang telah melewati berbagai
perkembangan oleh kebebasan berpikir murid-murid Konfusian yang
menyebarkan Ajaran tersebut.
Menarik untuk dibahas, bahwa ternyata nilai-nilai kebebasan berpikir
dalam Islam memiliki keterkaitan dengan kebudayaan Cina, dalah hal ini
Ajaran Konfusianisme. Keterkaitan inilah yang menggugah keingintahuan
penulis untuk mencari dan menemukan lebih jauh hubungan atau
keterkaitan dari 2 ajaran berbeda tersebut.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
diangkat pada makalah ini antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana Hak Asasi Manusia dijelaskan dalam tafsir QS An-Najm
ayat 28?
b. Apa yang dimaksud Konfusianisme dan nilai-nilai ajaran pokok yang
terkandung di dalamnya?
c. Bagaimana keterkaitan antara nilai HAM dalam QS An-Najm ayat 28
dengan ajaran Konfusianisme?

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terjemahan dan Tafsir QS An-Najm Ayat 28


2.1.1. Terjemahan QS An-Najm Ayat 28

], [

28. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu.


Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya
persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran

2.1.2. Tafsir QS An-Najm Ayat 28


Dalam tafsir ibnu Katsir, QS An-Najm ayat 28 ditafsirkan bersama
beberapa ayat lainnya, yaitu mulai ayat 27 sampai dengan ayat 30 dengan
maksud untuk mempermudah pemahaman konteks dari ayat tersebut.
Allah berfirman seraya mengingkari orang-orang musyrik yang
menyebut para Malaikat sebagai anak perempuan Allah, yang Dia
Mahatinggi dari semua itu. Oleh karena itu, Allah berfirman Dan mereka
tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Maksudnya,
mereka tidak mempunyai pengetahuan yang benar untuk mendukung
pernyataan itu, bahkan hal itu hanya merupakan kedustaan, dan rekayasa,
serta kekufuran yang menjijikan. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan, sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikitpun terhadap kebenaran. Maksudnya, tidak akan pernah
mendatangkan manfaat sedikit pun dan tidak pula akan dapat menempati
posisi kebenaran. Dan di dalam hadits shahih telah diterapkan, bahwa
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Jauhilah prasangka, karena
sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dusta ucapan.
Allah Taala berfirman: Maka berparinglah (hai Muhammad) dari
orang yang berpaling dari peringatan Kami. Maksudnya, berpaling dan

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 3
menjauh dari orang yang berpaling dari kebenaran serta menyelisihi orang
tersebut.
Allah berfirman: Dan tidak menginginkan kecuali kehidupan
duniawi. Maksudnya, keinginan dan pengetahuan didominasi oleh dunia
saja, dan itulah yang menjadi tujuan puncak yang di dalamnya tidak
mengandung kebaikan sama sekali. Oleh karena itu, Allah Taala berfirman:
Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Yakni mencari dan mengejar
dunia, dan itulah tujuan akhir yang mereka capai.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah, ia
berkata: Rasulullah bersabda: Dunia ini adalah tempat tinggal orang yang
tidak mempunyai rumah, harta bagi yang tidak mempunyai harta benda.
Dan karenanya (dunia) orang-orang yang tidak berakal berlomba-lomba
untuk mengumpulkannya. Dan dalam sebuah doa Rasulullah disebutkan:
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak cita-cita dan
tujuan akhir pengetahuan kami.
Firman Allah taala: Sesungguhnya Rabb-mu, Dia lah yang paling
mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Maksudnya, Dia adalah
pencipta bagi seluruh makhluk, Maha Tahu kemaslahatan hamba-hamba
Nya, dan Dia lah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki pula.
Semua itu karena kekuasaan, ilmu, dan hikmah-Nya. Dan Dia Maha Adil,
yang tidak akan berbuat aniaya sama sekali, baik dalam syariat maupun
kekuasaan-Nya.

2.1.3. Kandungan HAM dalam QS An-Najm Ayat 28


Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang
terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq
al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini
mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu
hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 4
(penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-ird (penghormatan
atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-aql (penghormatan
atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga
keturunan). Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat
Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi,
berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan
masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara
dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.
Dalam tafsir QS An-Najm ayat 27-30 yang telah dijabarkan di atas,
Hak Asasi Manusia dijelaskan bukan sebagai suatu hak yang memiliki
makna bebas tanpa batas, namun tetap berada pada jalur yang pada
dasarnya telah diatur oleh Allah SWT, Sang Maha Penguasa.
Dari 5 hal pokok HAM dalam Islam, setidaknya terdapat 1 pokok
HAM yang dapat dimaknai lewat tafsir QS An-Najm ayat 28, yaitu mengenai
penghormatan atas kebebasan berpikir. Pada ayat sebelumnya (ayat 27)
dikisahkan bahwa kaum musyrikin pada zaman itu dengan sesuka hati,
mengikuti prasangka mereka telah menamai para Malaikat dengan nama-
nama wanita dan menganggap Malaikat sebagai anak perempuan Allah.
Padahal dalam Islam sudah jelas bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Esa,
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Sehingga pada ayat 28,
selanjutnya Allah menegaskan bahwasanya apa yang telah dilakukan kaum
musyrikin tersebut ialah sesuatu yang salah dan tidak akan membawa
manfaat apapun. Bahkan Allah juga secara tegas memerintahkan untuk
menjauhi serta menyelisihi orang-orang yang berpaling dari kebenaran.
Di sini tercermin bahwa dalam Islam kebebasan berpikir dijamin
dengan batasan-batasan yang jelas, dan berorientasi pada sebesar-
besarnya manfaat yang dapat dipetik dari pemikiran tersebut. Selain itu,
Allah SWT dalam firmanNya juga menegaskan bahwa umat manusia harus
senantiasa berpikir dan menggunakan akal pikiran mereka berdasarkan
landasan-landasan yang jelas, bukan berpikir hanya berdasar atas nafsu

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 5
maupun suatu kepentingan tertentu, karena pemikiran-pemikiran yang
seperti itu hanya akan membawa pada kehancuran.

2.2. Budaya Cina (Ajaran Konfusianisme)


Aliran-aliran filsafat Konfusianisme muncul sejak zaman kuno (600-
200 SM), tepatnya bermula setelah Konfusius meninggal dunia, para murid-
murid Konfusius kemudian menempuh jalan sendiri-sendiri dalam
menyebar luaskan ajaran Konfusius. Namun karena mereka memberikan
tekanan yang berbeda-beda pada ajaran guru mereka, maka lambat laun
muncul perbedaan-perbedaan yang semakin lama semakin membesar
karena masing-masing mengembangkan menggunakan sistem pemikiran
sendiri sesuai kepentingan dan keyakinannya, akibat dari hal tersebut
muncullah berbagai macam aliran konfusianisme, diantaranya :
A. Konfusianisme
Yaitu suatu aliran yang terdiri dari orang-orang terpelajar yang
mempunyai keahlian di bidang kitab-kitab klasik. Kitab kitab klasik yang
terpenting ada lima Wu Ching Chiang meliputi, jitab sejarah (Shu Ching),
kitab syair (Shih Ching), kitab perubahan (Ching), kitab adat (Li Chi),
sejarah musim semi dan musim gugur (Chun-tsin). Selain itu pada zaman
ini terdapat aliran yang ajarannya berlawanan arah, yaitu :
1. Ajaran-ajaran Mencius
Mencius atau Men Ko, adalah bentuk Latin dari nama Cina Meng
Tsu, Tuan Meng. Dia memberikan sumabangan yang sangat berarti
terhadap ajaran Konfusius, yaitu terletak dalam penekanannya pada
pembawaan baik dalam sifat manusia. Menurut pendapatnya, orang
memiliki pembawaan yang baik sejak diahirkan, yaitu :
a. Jen, artinya perikemanusiaan, murah hati, kecintaan. Dalam
hubungan antarmanusia, Jen diwujudkan dalam Chung dan Shu.
b. Yi, yaitu berbudi, keadilan atau kebenaran. Yi berarti keadaan yang
seharusnya terjadi, kurang lebih sama dengan imperatif kategoris.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 6
Setiap orang memperlakukan sesama dengan kesusilaan dan bukan
karena pertimbangan lain.
c. Li, yaitu tindakan yang pantas, sopan santun, sesuai dengan
keadaan. Tindakan lahir harus dilakukan dalam harmoni dan
keseimbangan. Seorang yang luhur, mengetahui bahasa yang patut
dipakai dan tingkah lakunya sesuai dengan maknanya. Konfusius
berusaha menyelaraskan kelakuan lahir dengan keluhuran batin.
d. Zhi, yaitu kebijaksanaan. Pengetahuan diperoleh dengan
mempelajari fakta-fakta dan peristiwa fenomenal, tetapi
kebijaksanaan itu berkembang dari pengalaman batin. Yang paling
bermutu dalam hidup adalah kebijaksanaan.
e. Xin, yang berarti percaya terhadap orang lain. Dalam pergaulan
sehari-hari, Konfusius terlebih dahulu mendengarkan apa yang
dilakukan orang dan mempercayai perbuatannya, barulah sesudah
itu ia mendengarkan sendiri perkataan orang itu dan mengamati
kelakuannya. Manusia bersandar pada kata-katanya, berarti bahwa
jika manusia konsisten dengan kata-katanya maka dia layak
dipercaya.
Problem yang mendapatkan perhatian khusus dari Mencius adalah
tentang pemerintah yang baik. Sebagai mana yang diajarkan Konfusius
bahwa pemerintah yang baik tidak bergantung pada kekuatan yang tanpa
perikemanusiaan, tetapi pada contoh yang baik yang dilakukan oleh sang
penguasa. Semua orang mempunyai hati yang tidak tahan bila melihat
penderitaan orang lain. Raja-raja kuno mempunyai hati yang haru ini, dan
karenanya mereka juga mempunyai pemerintahan yang bersifat haru.
Selanjutnya penguasa dunia itu sudah seperti memutar-mutarkan barang
ditelapak tangan saja.
Dari konsep tentang pemerintahan yang baik ini muncul pengakuan
Mencius tentang pentingnya peranan rakyat dalam pemerintahan. Rakyat
bukan saja akar dan dasar bagi pemerintahan tetapi juga merupakan
pengadilan terakhir bagi pemerintah yang tujuan utamanya adalah untuk
Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 7
mendidik, memperkaya rakyat, dan memperbaiki kesejahteraan mereka
secara menyeluruh.
2. Ajaran-ajaran Hsun Tzu
Hsun Tzu adalah seorang yang tidak percaya terhadap Tien (Tuhan)
sebagai pribadi Tuhan. Menurutnya Tien hanyalah tidak lebih dari pada
hukum alam yang tidak berubah-ubah, dan semua perubahan alam
semesta, seperti gerakan bintang-bintang dan yang lainnya merupakan
pekerjaan dari hukum yang besar. Hsun Tzu juga berpendapat bahwa yang
bertangguang jawab atas kehidupan diri manusia adalah manusia itu
sendiri, termasuk juga kemakmuran atau bencana alam yang menimpanya.
Seperti yang dia katakan Apabila sandang dan pangan disimpan dengan
cukup dan digunakan secara ekonomis, Tuhan tidak akan dapat
memiskinkan negara. Dia juga menolak akan takhayul, seperti ramalan
mengenai nasibdan ilmu firasat.
Ide lainnya dari Hsun Tzu adalah bahwa sifat dasar manusia itu jahat,
dan bahwa kebaikan orang itu diperoleh dari lingkungannya. Dalam
hubungan ini dia membuat serangan langsung terhadap ajran-ajaran
Mencius.
B. Taoisme: Tao te Chia
Yaitu suatu aliran yang terdiri dari orang-orang terpelajar dan
mengalami kekecewaan karena keadaan negara pada waktu itu mengalami
kemunduran, kemudian mereka menyadari dan hidup sebagai biarawan.
Tokoh yang terbesar dalam aliran ini adalah Chuang Tzu.
Pokok-pokok ajaran dari Tao te Chia terutama mengenai metafisika
dan filsafat sosial. Bukuyang dipakai sebagai pegangan adalah Tao te
Ching. Tao artinya jalan, te artinya kebajikan dan Ching artinya kitab, Jadi
Tao te Ching diartikan sebagai kitab tentang atau petunjuk bagi manusia
untuk sampai pada kebajikan.
C. Aliran Yin Yang: Yin Yang Chia
Yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang-orang yang pada
mulanya mempunyai kedudukan penting dalam istana. Mereka itu ahli
Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 8
nujum dan ilmu perbintangan, kemudian mereka menawarkan keahliannya
kepada masyarakat. Aliran ini pengaruhnya sangat besar di kemudian hari,
bahkan secara tidak langsung dapat dirasakan dewasa ini.
Menurut pandangan orang cina Yin dan Yang merupakan dua prinsip
pokok di alam semesta.Yin adalah prinsip jantan seperti; bumi, bulan, air,
hitam, kepasifan dan lain sebagainya. Sedangkan Yang adalah jika
digabungkan akan memberikan pengaruh yang timbal balik dan akan
terjadilah semua peristiwa-peristiwa yang terdapat di alam semesta.
Yin dan Yang merupakan dua prinsip yang berlainan bukan berlawanan
secara kontradiktur, namun keduanya merupakan dua hal yang saling
mengisi dan melengkapi.
D. Mohisme atau Mo Chia
Yaitu suatu aliran yang terdiri dari kelompok kaum ksatria yang telah
kehilangan kedudukannya. Mereka menawarkan keahliannya di bidang
peperangan kepada penguasa baru. Tokoh dari Mo Chia adalah Mo Tzu
(479-381 SM).
Mohisme mempunyai disiplin yang ketat, hal itu karena adanya
pengaruh dari tokohnya Mo Tzu yang menuntut kepada murid-muridnya
agar taat kepada gurunya. Sikap Mo Tzu ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
keluarganya yang berlatar belakang militer. Aliran mohisme ini di kemudian
hari dikenal sebagai aliran yang utilitaristis.
E. Dialektisime atau Ming Chia
Aliran Dialektisi dikenal juga dengan sebutan aliran nama-nama
(Scholl of Names). Aliran ini dipelopori oleh orang-orang yang ahli dalam
bidang debat dan pidato. Mereka menyalurkan kepandaiannya kepada
rakyat. Mazhab ini tertarik dengan adanya perbedaan antara apa yang
mereka sebut dengan nama-nama (names) dengan fakta yang nyata
(actualities).
F. Legalisme: Fa Chin
Yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang-orang yang ahli didalam
bidang pemerintahan, mereka menawarkan kepandaiannya kepada para
Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 9
penguasa di berbagai daerah. Mereka menjadi penasihat-penasihat
pemerintah dan mengajarkan teknik-teknik pemerintahan serta hukum-
hukum.
Selanjutnya pada periode Chi (221-207 SM), muncul reaksi yang
kuat terhadap kebebasan berpikir yang timbul pada tahun-tahun
sebelumnya. Adalah kaisar Shih Huang Ti yang sangat berperan dalam
reaksi ini, dia mengontrol dan mengawasi pikiran rakyatnya dengan keras,
membakar seluruh tulisan pemikiran yang ada kecuali tulisan yang
menyangkut obat-obatan, ketuhanan dan pertanian. Akibatnya sejumlah
besar buku-buku yang nenuat ajarab Konfusius dibakar dan tidak kurang
dari 460 sarjana dibunuh. Namun akhirnya reaksi tersebut berakhir setelah
periode selanjutnya yaitu pada masa dinasti Han (206 SM-220M), kebasan
berpikir muncul kembali dan Universitas Cina pertama didirikan dengan
maksud meneruskan cara-cara suci para penguasa kuno dan mencapai
kemajuan moral dan intelektual kekaisaran. Ajaran asli Konfusianisme
dihidupkan kembali bukan hanya sebagai pemikiran filsafat, tetapi sebagai
agama yang penuh dengan aspek-aspek spiritual, moral dan kultural. Tokoh
utama dalam gerakan ini adalah Tung Chuang Shu yang berpendapat
bahwa keunggulan manusia dibandingkan makhluk-makhluk lainnya adalah
terletak dalam kapasitasnya untuk menerima wahyu dari Tuhan dan
membentuk tindakan-tindakan dan sifat-sifatnya sesuai dengan wahyu
tersebut.
Di masa permulaan dinasti Han ini Konfusianisme dipastikan
mencapai kejayaannya, namun kamudian terdapat pertentangan yang
tajam di kalangan para pemikir ajaran Konfusius tentang penafsiran dari
buku-buku klasik dan status Konfusius sendiri. Di satu pihak muncul
golongan yang meningkatkan Konfusius sampai pada status Tuhan
Penyelamat, sementara dilain pihak ada golongan yang tetap
memperthankan paham lama bahwa Konfusius hanyalah seorang nabi atau
guru. Selama periode ini golongan yang meningkatkan Konfusius sampai
kepada Tuhan Penyelamat berpengaruh besar, sehingga pada permulaan
Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 10
tahun 59 M ditetapkan cara-cara untuk memuja Konfusius, termasuk
memberikan korban kepadanya di semua lembaga pendidikan yang
dikelola oleh pemerintah, dengan demikian Konfusius meningkat menjadi
semacam Dewa Pendidikan pada saat itu.
Keruntuhan dinasti Han diikuti denagan suatu periode kekacauan
moral yang berkepanjangan di Cina, Ajaran Konfusius sendiri kehilangan
tempat dikalangan intelek yang beralih kepada ajaran Tao dan Budhisme,
tetapi proses pendewaan Konfusius masih berlanjut. Hingga pada abad
pertengahan muncullah aliran Li Hsuch Chia atau Neo Konfusianisme,
sekalipun para pengikut aliran ini adalah intelek dan murid-murid sepiritual
Konfusius tetapi pengikutnya tidak berusaha memperthankan atau
membangkitkan kembali ajaran yang murni dari Konfusius tetapi hanya
melakuan revisi terhada sistem etika, moral dan kepercayaan lama
berdasarkan perkembangan-perkembangan baru, hal itu terjadi karena pola
pikir mereka pada umumnya ditentukan oleh spekulasi para pengajar aliran
Chan dan Zen.

2.3. Kaitan QS An-Najm 53:28 dengan Ajaran Konfusianisme


Jika melihat ajaran Konfusianisme yang murni oleh Konfusius
(Kong Chiu dalam bahasa Cina), bukan ajaran yang telah dikembangkan
oleh murid-muridnya kemudian, maka terdapat kemiripan mengenai
kebeasan berpikir dengan apa yang dijelaskan dalam QS An-Najm ayat 28,
dimana keduanya menekankan pada ajaran untuk senantiasa
menggunakan akal pikiran dengan landasan yang jelas, mempelajari
fakta/fenomena yang ada, dan menghindari pikiran-pikiran yang muncul
oleh hawa nafsu dan kepentingan tertentu.
Namun setelah Konfusius meninggal dunia, murid-muridnya
kemudian mengembangkan dan menyebarkan ajaran dari guru mereka
berdasarkan cara, latar belakang, dan kepentingannya masing-masing. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan terjadi perpecahan akibat kebebasan
berpikir yang melewati batas.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 11
Pada perkembangan selanjutnya yaitu saat periode Chi (221-207
SM), kebebasan berpikir di Cina sempat mendapatkan reaksi keras dan
berhasil diredam oleh pemerintahan saat itu, namun reaksi ini berakhir dan
kebebasan berpikir pun kembali muncul pada pemerintahan Dinasti Han.
Pada zaman Dinasti Han, ajaran-ajaran Konfusianisme kuno yang
murni coba untuk kembali dihidupkan. Pada masa awal pemerintahan
Dinasti Han, Konfusianisme pun mencapai kejayaannya, namun sangat
disayangkan bahwa di kemudian hari muncul kelompok yang memiliki
pemikiran untuk menuhankan Konfusian, sehingga tercipta 2 golongan
yaitu golongan yang menganggap Konfusian sebagai Nabi dan golongan
yang menganggap Konfusian sebagai Tuhan.
Kebebasan berpikir golongan yang menganggap Konfusian sebagai
Tuhan sebenarnya sangat bertentangan dengan ajaran kuno Konfusian
yang meyakini keberadaan Tuhan Penguasa Alam.
Akhirnya, lewat sejarah perkembangan Ajaran Konfusianisme ini,
kita dapat melihat kebenaran Firman Allah SWT dalam QS An-Najm ayat
28 yang menegaskan bahwa kebebasan berpikir yang tanpa dasar akan
membawa pada kehancuran. Karena pada akhirnya Pemerintahan Dinasti
Han runtuh diikuti dengan periode kekacauan moral yang panjang di Cina.
Ajaran Konfusius sendiri kehilangan tempat dikalangan intelek yang beralih
kepada ajaran Tao dan Budhisme.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada di atas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
- Pada dasarnya, HAM dalam Islam terpusat dalam 5 pokok yaitu
hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-
mal (penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-ird
(penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu) hifdzu
al-aql (penghormatan atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl
(keharusan untuk menjaga keturunan).
- QS An-Najm ayat 28 menjelaskan salah satu dari lima pokok dasar
HAM dalam Islam yaitu tentang penghoratan atas kebebasan
berpikir.
- Kebebasan berpikir yang dimaksud dalam QS An-Najm ayat 28 ialah
kebebasan berpikir dengan landasan yang jelas, serta larangan
untuk berpikir sekehendak hati mengikuti hawa nafsu dan
kepentingan tertentu.
- Jika melihat ajaran Konfusianisme yang murni maka terdapat
kesamaan pandangan mengenai kebebasan berpikir pada
Konfusianisme dan Islam, di mana keduanya memandang bahwa
seluruh manusia harus dapat memanfaatkan akal sebaik-baiknya
untuk berpikir, namun dengan landasan yang jelas, tidak semena-
mena.
- Sejarah Cina dan Konfusianisme nya telah menjadi bukti kebenaran
QS An-Najm ayat 28, karena dengan kebebasan berpikir yang
melewati batas, akhirnya Kejayaan Dinasti Han runtuh dan Ajaran
Konfusianisme ikut menghilang digantikan ajaran-ajaran lainnya.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 13
3.2. Saran
Dari kajian singkat di atas, dapat diambil pelajaran dan hikmah bagi
kita semua untuk senantiasa menggunakan akal pikiran sebaik mungkin
atas dasar-dasar yang jelas, menghindari hawa nafsu dan kepentingan
pribadi dalam berpikir, serta senantiasa mengingat kodrat kita sebagai
manusia ciptaan Allah SWT.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama, Semarang: Toha
Putera, 2000
Katsir,Ibnu,al- Misbah al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir Terj, Shahih Ibnu
Katsir, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir,) 2006
Yu-Lan, Fung. A History of Chinese Philosophy, vol. I & II. 1952. Princeton:
Princeton University Press.
Liu, JeeLoo. An Introduction to Chinese Philosophy From Ancient
Philosophy to Chinese Buddhism.

Kajian Hak Asasi Manusia dalam Islam (QS 53:28) dan Pandangan Budaya Cina (Konfusianisme) Wirijanto| 15

Anda mungkin juga menyukai