I. Pendahuluan
Perhatian pelaku bisnis saat ini, nampaknya semakin terfokus pada fenomena
persaingan perusahaan yang cenderung berubah dari waktu ke waktu. Kenyataan ini, membawa
persaingan menjadi kata kunciyang tidak pernah usang untuk dianalisis. Perusahaan dituntut
untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif serta efisien, sehingga membutuhkan pemikiran dan
konsep yang lebih fundamental dengan melihat apa yang menjadi dasar persaingan.
Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan dalam inovasi teknologi telah
memungkinkan munculnya model bisnis baru yang lebih efektif dan efisien, sehingga
mengganggu banyak industri yang telah berjalan lama. Gangguan yang ditimbulkan dalam hal
ini bisa mengancam eksistensi perusahaan lama, dikarenakan adanya teknologi, produk atau
jasa yang baru tersebut. Secara kualitas, inovasi yang dilakukan tidak harus lebih baik dari
yang ada sekarang, tetapi pada umumnya terdapat perbedaan yang mencolok dalam hal
pemenuhan keinginan dari kebanyakan pengguna.
Terdapat banyak sekali kasus yang termasuk kategori disruptive innovation, seperti
kehadiran Personal Computer yang mempu menggeser mainframe dan mini computer,
1
sehingga IBM harus menanggung kerugian untuk semua itu. Kehadiran telepon selular yang
menggeser eksistensi telepon rumah, sehingga memaksa PT. TELKOM Indonesia untuk
membenahi kembali mode bisnisnya dengan TIMES (Telecommunication, Information, Media,
Edutainment and Services). Di Indonesia studi kasus bagaimana disruptive innovation bisa
dijumpai dengan munculnya perusahaan start up berbasis TI. Seperti kemunculan perusahaan
Gojek, sebuah layanan ojek online yang merusak pasar tukang ojek tradisional. Selain itu
kehadiran Gojek membuka pasar baru dibidang logistik atau jasa delivery berupa layanan
pengantar barang dalam kota yang tidak dilayani oleh perusahaan logistik besar seperti Pos
Indonesia, TIKI dan lainnya. Jangkauan pasar ini masih kecil dan belum menarik bagi Pos
Indonesia untuk menggarapnya sebabnya dari sisi marjin kurang menguntungkan mereka.
Namun kehadiran jasa delivery seperti Master Delivery dan Gojek menurut saya bisa saja
secara berlahan menjadi besar dan akan berkembang sebagai suatu industri baru, kemudian
bisa saja akan menggambil alih pasar perusahaan incumbent tersebut.
Dari beberapa contoh, sebagian besar kemunculan tersebut berasal dari perusahaan
teknologi dan pemula. Perusahaan tersebut telah mengembangkan model pembayaran yang
lebih baik dengan memanfaatkan aplikasi berbasis smartphone dalam menawarkan produk dan
layanan yang lebih sederhana dan lebih murah daripada yang ditawarkan oleh pemain lama.
Uber Technologies Inc., sebuah layanan ridesharing on-demand yang menghubungkan
penumpang dengan driver lokal secara real time menggunakan teknologi smartphone, adalah
salah satu teknologi yang paling mengganggu dan sukses. Keberhasilan Uber, melalui model
fixed-cost rendah yang memberikan alternatif rute tercepat dan lebih dapat diandalkan sebagai
taksi, memberikan pengemudi pendapatan per jam yang lebih tinggi dengan penghindaran
peraturan mahal, telah sangat mengganggu industri jasa taksi konvensional. Di kota-kota di
seluruh dunia, perusahaan taksi kehilangan pelanggan dan pengemudi mereka ke Uber atau
perusahaan jaringan transportasi sejenis seperti Grab, ataupun Go-Car.
2
dengan kecepatan satu kota baru per hari (Hunt, 2014). Dalam hal jaringan penggeraknya,
pendiri dan CEO Uber Travis Kalanick mengklaim bahwa Uber menambahkan 30.000 driver
baru per bulan (Cushing, 2014); Meskipun perusahaan tidak akan mengungkapkan jumlah pasti
driver yang aktif bekerja untuk Uber, namun perkiraannya dalam jumlah ratusan ribu.
Dampak Uber di industri taksi terlihat sangat signifikan. San Francisco adalah contoh
kota dimana Uber sangat mengganggu pesaingnya. San Francisco Cab Drivers Association
melaporkan bahwa pada tahun 2013 sepertiga dari 8.500 atau lebih supir taksi di San Francisco
meninggalkan pekerjaan mereka untuk memilih berkendara dengan transportasi pribadi seperti
Uber (Essif, 2014). Demikian juga, Dinas Perhubungan Kota San Francisco mengeluarkan
sebuah laporan yang menunjukkan bahwa, pada bulan Juli 2014, taksi rata-rata di San
Francisco hanya menghasilkan sekitar 504 perjalanan per bulan, sedangkan pada bulan Maret
2012, rata-rata sopir taksi menghasilkan 1.424 perjalanan per bulan (Hara Associate Inc.,
2014). Kate Toran, direktur Taxis and Accessible Services untuk SFMTA, mengatakan bahwa
penurunan 65 ton perjalanan taksi ini dapat dikaitkan dengan pesatnya munculnya TNC di
industri taxicab. Ini tidak mengherankan, tarif uber sekarang 45% lebih murah dari tarif pajak
di San Francisco (Constine, 2014).
3
Table 2: Disruptive features of Uber.
Dari Tabel 2, terlihat bahwa fitur Uber hampir tidak sesuai dengan karakteristik disruptive
innovation seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Sebagai contoh, harga layanan yang rendah pada
Uber sesuai dengan karakteristik khas dari disruptive innovation, sedangkan layanan
berkualitas tinggi lain yang ditawarkan Uber (yaitu UberLux) tidak sesuai dengan karakteristik
tersebut. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh kenyataan bahwa model bisnis Uber
mempertimbangkan permintaan pelanggan yang berbeda di tiap segmennya.
4
platform pasar bebas untuk pengemudi dan penumpang agar terhubung, dan mengambil sedikit
biaya sebagai penyedia layanan (biasanya sekitar 20-27%) (Damodaran, 2014). Sejak
kemunculan Uber, puluhan startup peniru telah mengadopsi model ini yang ditujukan untuk
menghindari aturan dari kelembagaan yang ada (Elert & Henrekson, 2014, hal 5). Jaron Lanier,
penulis Who Owns the Future? menjelaskan daya tarik model "evasif kewirausahaan" ini
kepada investor dan mengapa ini bisa berkembang dengan cepat di Sillicon valley:
Investasi yang sempurna idealnya tidak melakukan atau membuat apapun. Hanya
sebatas rencana untuk penyaluran informasi yang eksekusinya dilakukan oleh orang
lain. Inilah aktor yang mengambil risiko. (2013, hal 59)
Perbedaan lini bisnis antara "perusahaan teknologi" dengan taksi sangat penting bagi Uber
karena dengan ini mereka bisa tetap berada di antara kekosongan hokum, di mana mereka
bisa menyediakan semua layanan taksi tapi dibebaskan dari peraturan taksi yang luas dan
mahal. peraturan yang telah mengisolasi industri dari persaingan sejak pertengahan 1930an
(Schaller, 2007).
VI. Kesimpulan
Meski banyak orang memuji inovasi Uber dalam persaingan industri karena mampu
menciptakan lapangan kerja dan membantu orang-orang di seluruh dunia untuk menjadi
"pengusaha mikro,". Ada sisi gelap bagi TNC dan perusahaan serupa yang berperan sebagai
'perantara digital' dan secara efektif mengubah sistem korporasi pada pekerja, melemahkan
perlindungan buruh, dan menurunkan upah. Perusahaan-perusahaan ini meniadakan kontrak
sosial tradisional antara pengusaha dan karyawan, di mana perlindungan dan keamanan
pendapatan dijamin bagi pekerja yang kemudian dapat berkontribusi dan menstabilkan
ekonomi. Namun, dalam pengaturan pekerjaan yang kontinyu dan sulit ini, perusahaan dan
pemilik modal bebas memerintah untuk mengeksploitasi pekerja, sehingga menghasilkan
margin keuntungan yang besar dengan mengorbankan hak pekerja. Pengaturan ini terjadi
karena adanya "kekosongan hukum" dan inkonsistensi peraturan lembaga negara dan daerah,
yang menawarkan ruang bagi perusahaan dalam mengabaikan perlindungan bagi pekerjanya,
sehingga pekerja tidak ada perlindungan tetap secara ekonomi maupun tunjangan dalam
melaksanakan perkerjaannya.
Referensi
Constine, J. (2014, June 30). UberX wages war on Bay Area taxis with 25% price cut.
Retrieved December 19, 2014, from TechCrunch website:
http://techcrunch.com/2014/06/30/uberxnow- 45-percent-cheaper-than-taxis/
Cushing, E. (2014, November 21). The smartest bro in the room. San Francisco Magazine.
Retrieved from http://www.modernluxury.com/san-francisco/story/the-smartest-bro-
theroom
Elert, N., & Henrekson, M. (2014). Evasive entrepreneurship and institutional change.
Unpublished working paper.
Essif, A. (2014, March 21). Is Seattle's rideshare crackdown actually a win for taxi drivers?
Retrieved December 19, 2014, from Working In These Times website:
http://inthesetimes.com/working/entry/16473/is_seattles_rideshare_crackdown_actual
ly_a_win_for_taxi_drivers
5
Damodaran, A. (2014, June 10). A disruptive cab ride to riches: The Uber payoff. Forbes.
Retrieved from http://www.forbes.com/sites/aswathdamodaran/2014/06/10/a-
disruptivecab-ride-to-riches-the-uber-payoff/
Gongloff, M. (2014, December 4). Uber's value just doubled to $40 billion in 6 months.
Huffington Post. Retrieved from http://www.huffingtonpost.com/2014/12/04/uber-40-
billion_n_6270908.html
Guidero, R. (2014, June). Uber valued at $18.2 billion [PDF]. Retrieved from
http://thenetwork.berkeleylawblogs.org/files/2014/06/Uber-at-18.2-billion.pdf
Hara Associates Inc. (2014, March). Managing the taxi supply. Retrieved from
http://www.sfmta.com/sites/default/files/Draft%20ManagingTaxi%20Supply%2045%
20WEBversion04042043.pdf
Hunt, E. (2014, December 11). Uber's global expansion in five seconds. Forbes. Retrieved
from http://www.forbes.com/sites/ellenhuet/2014/12/11/ubers-global-expansion/
Kneese, T., & Rosenbalt, A. (2014, October 8). Understanding fair labor practices in a
networked age. Unpublished working paper.
Quirk, M. B. (2014, September 18). How do Uber and Lyft work and why should I even
care?. Retrieved December 19, 2014, from Consumerist website:
http://consumerist.com/2014/09/18/how-do-uber-and-lyft-work-and-why-should-i-
evencare/
Sorkin, A. R. (2014, June 9). Why Uber might well be worth $18 billion. New York Times.
Retrieved from http://dealbook.nytimes.com/2014/06/09/how-uber-pulls-in-billions-
allvia-iphone/?module=BlogPost-
Title&version=Blog%20Main&contentCollection=DealBook%20Column&action=Cl
ick&pgtype=Blogs®ion=Body&_r=0
Townsend, A. M., DeMarie, S. M., & Hendrickson, A. R. (1998). Virtual teams: Technology
and the workplace of the future. The Academy of Management Executive, 12(3), 17-
29. Retrieved from JSTOR database.
Uber Technologies Inc. (2014, December 5). Portlanders want to ride [Blog post]. Retrieved
from Uber website: http://blog.uber.com/PDXneedsUber