Disusun oleh:
SAIDA NURJANI
(09201244053)
2011
Karakter Tokoh Bulat Yang Terdapat Pada Novel Saman
Tokoh bulat berbeda halnya dengan tokoh sederhana. Tokoh bulat adalah tokoh
yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi
kepribadiannya, dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang
dapat diformulasikan, namun ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku
bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.
Tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena
disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering
memberikan kejutan (Abrahms, 1981: 20-1) (via, Nurgiyantoro, 2010: 183).
Tapi tidak. Laki-laki itu tidak menghilang begitu saja. Ia muncul tiba-
tiba, seperti bocah pemain layang-layang yang tahu bahwa angin barat
mulai surut dan kupu-kupu kertas itu perlu dihidupkan lewat gelasannya. Ia
akan menelepon lagi tatkala Laila telah gagal menghubunginya. Lalu
membikin janji bertemu, tetapi pada saat-saat akhir dibatalkan dengan
alasan yang selalu ada tiba-tiba. Lalu tertinggal temanku dengan kangen
yang telah disentuh hingga bangkit (Saman, 2010: 135).
Hubungan Laila dan Sihar yang sulit tergambarkan. Di samping Sihar telah
mempunyai Istri, Laila menjadi sukar berkomunikasi dengan Sihar. Sikap Sihar
yang selalu menginginkan Laila bersamanya. Namun, sering sekali Sihar
membatalkan janji untuk bertemu. Padahal Sihar sendiri yang memintanya
bertemu.
Tokoh Saman merupakan tokoh yang sangat sulit untuk berkomunikasi. Telah
beberapa tahun Saman menghilang semenjak suatu peristiwa. Saman yang
sebelumnya bernama Wisageni itu berganti nama menjadi Saman karena
sebuah peristiwa yang terjadi membuatnya jadi buronan. Meskipun begitu
pertemanan antar Laila dengan Saman terus terjalin.
.
Tiga pria itu sudah kelihatan akrab. Baru saya sadari bahwa Saman, lelaki
itu, sudah begitu lama hidup di perkebunan di sana. Sudah begitu panjang
perpisahan kami. Karena suatu peristiwa, beberapa tahun dia menghilang
dan surat saya tak pernah dibalasnya. Baru setahun lalu kami saling
berkirim kabar lagi. Saya hampir tak mengenalinya. Ia begitu hitam dan
kurus, seperti petani. Rambutnya yang dulu hampir sebahu kini terpangkas.
Dagunya tak tercukur rapi. Saya ingin merengkuhnya sebagai tanda
persahabatan lama. Tetapi sesuati seperti menghalangi. Lalu saya
memperkenalkan Sihar kepadanya (Saman, 2010: 32-33).
Saat kembali bertemu Laila melihat perubahan yang besar terjadi pada Saman.
Sudah beberapa tahun tidak berjumpa entah berada di mana saja Saman selama
beberapa tahun.
Tokoh Shakuntala yang tidak menyukai Sihar. Namun Laila temannya begitu
menyukainya. Shakuntala merasa lelaki itu tidak menarik baginya. Tapi
mengapa Laila begitu menyukainya. Sampai Laila selalu penasaran denganya.
Laila seperti ingin mengetahui segalanya tentang Sihar.
Perubahan yang terjadi pada Laila semenjak bertemu dengan Sihar di tempat
kerja Sihar, di tempat pengeboran tambang di Asia Pasifik yang bernama
Petroleum Extension Service. Sejak itu, Laila selalu merasa ingin berada
didekat Sihar. Setiap hari Laila merindukannya. Bahkan Laila sering mencari
informasi dengan resiko menelopon ke rumah Sihar. Laila melakukannya hanya
ingin tahu di mana Sihar berada, padahal Sihar sudah mempunyai seorang
isteri. Karakteristik tokoh Laila, Sihar, Saman, dan Shakuntala yang membuat
penasaran para pembaca. Pembaca tidak begitu tertipu oleh alur ceritanya. Rasa
penasaran Laila yang membawanya semakin dekat dengan Sihar. Pernah Laila
menunggu kedatangan Sihar beberapa jam. Tapi Sihar tidak datang. Rasa
gelisah menumbuhi hatinya yang inin sekali bertemu dengannya. Saman yang
selalu menyembunyikan diri. Penyembunyian diri yang akhirnya membukanya
juga.
Shakuntala perempuan yang selektif sekali pada cowok dalam hal seks karena
ia telah berkali-kali mengalaminya.
Daftar Pustaka
Di perjalanan pulang dia bilang, sebaiknya kita tak usah berkencan lagi
(saya tidak menyangka). Saya sudah punya istri.
Saya menjawab, saya tak punya pacar, tetapi punya orangtua. Kamu
tidak sendiri, saya juga berdosa.
Ia membalas., bukan itu persoalannya. Orang yang sudah kawin, tidak
bisa tidak begitu.
Saya mengerti. Meskipun masih perawan (Saman, 2010: 4).
Tapi aku tidak bisa menahan alasan untuk Laila memaafkan Sihar
terlalu cepat, seperti yang biasa ia lakukan di Jakarta. Seharusnya dia
memberi kabar. Kamu kan sudah kasihan alamatku. Apa susahnya
menelepon? (Saman, 2010: 124)
Tapi tidak. Laki-laki itu tidak menghilang begitu saja. Ia muncul tiba-
tiba, seperti bocah pemain layang-layang yang tahu bahwa angin barat
mulai surut dan kupu-kupu kertas itu perlu dihidupkan lewat gelasannya. Ia
akan menelepon lagi tatkala Laila telah gagal menghubunginya. Lalu
membikin janji bertemu, tetapi pada saat-saat akhir dibatalkan dengan
alasan yang selalu ada tiba-tiba. Lalu tertinggal temanku dengan kangen
yang telah disentuh hingga bangkit (Saman, 2010: 135).