Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN KUDA-

KUDA

4.1. Gambar Desain Rencana Kuda-Kuda


Proses desain diawali dengan menentukan desain struktur dan material
yang akan digunakan sebagai material kuda-kuda. Bentang kuda-kuda
dan tinggi kuda-kuda disesuaikan dengan bentang melintang bangunan.

Gambar. Desain perencanaan


kuda-kuda

4.2. Spesifikasi Profil Rangka Kuda-Kuda


Sebagai struktur utama kuda-kuda digunakan profil baja siku
ganda 2L
2x2x1/8 inch dan 2L 2x2x3/16 inch. Berikut spesifikasi dari profil
yang dipilih secara mendetail beserta sambungan dan pelat
penyambung,

Gambar. Profil kuda-kuda yang digunakan

Tabel . Data profil baja rangka kuda-kuda


Profil yang Double-angle 2L 2 x 2 x 1/8 Double-angle 2L 2 x 2 x
digunakan inch 3/16 inch
W 4,973 kg/m 7,293 kg/m
2
Ag 633,547 mm 929,03 mm2
b 50,8 mm 50,8 mm
d 50,8 mm 50,8 mm
t 3,175 mm 4,763 mm
4
Ix 157335,479 mm 225181,201 mm4
rx 15,748 mm 15,545 mm
ry 20,777 mm 21,107 mm
Fy 250 MPa 250 MPa
x 13,564 mm 14,249 mm
Fu 400-550 MPa 400-550 MPa
Tebal Gusset 0,635 cm 0,635 cm
Diasumsikan perkuatan 3 baut dalam 1
Bolt A307
baris
D bolt 12,7 mm 12,7 mm
D hole 15,875 mm 15,875 mm
2
A bolt 126,613 mm 126,613 mm2
Spacing 40 mm 40 mm

4.3. Pembebanan Kuda-kuda


Simulasi pembebanan dikelompokkan menjadi beban mati, beban hidup,
beban hujan, dan beban angin. Beban mati pada atap dikelompokkan menjadi
dua, yaitu beban mati atas dan beban mati bawah. Beban mati atas terdiri dari
berat penutup atap (gording dan penutup atap). Beban mati bawah terdiri dari
berat sendiri kuda-kudadan berat penggantung plafond (tidak menggunakan
plafond.

Tabel 5. Spesifikasi penutup atap


Spesifikasi
Jenis Penutup Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150
Berat Penutup Atap 4,55 kg/m2
Jarak Gording 1,64 m
Berat Penggantung Langit-Langit 7 kg/m2
Jarak Antar Kuda-Kuda 4 m
Kemiringan atap 24 Derajat
Beban Mati (DL)
Beban Mati Atas
Beban-beban mati yang berada di atas kuda-kuda akan ditransfer menjadi
beban titik. Adapun distribusi beban mati atas ialah sebagai berikut:

Gambar 10. Distribusi pembebanan penutup atap dan gording

PDLatas = Pgording + Ppenutup

PDLatas=Qgording + Watap x jarak gording x jarakn kuda kuda

Tengah : P= x + x x
P= Kg = kg = kN


Ujung P= x +
2
P= Kg = Kn

Beban Mati Bawah


Beban mati bawah terdiri dari berat kuda-kuda sendiri, berat
penggantung plafond (tidak memakai langit-langit). Profil kuda-kuda
yang dipakai adalah profil double-angle : 2L (2 x 2 x 1/8) inch dan 2L (2
x 2 x 3/16). Setiap batang kuda-kuda mempunyai panjang yang berbeda-
beda, maka diperlukan perhitungan khusus. Setiap titik kumpul
menanggung beban setengah bagian rangka bagian kanan dan kirinya.
Beban yang didistribusikan ke masing-masing titik merupakan berat dari
batang di sekitarnya, berikut adalah contoh distribusinya:
- Titik A merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1 dan 9.
- Titik B merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1, 2, 9, 10, 28, dan berat penuh dari batang 21.
- Titik C merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
2, 3, 10, 11, 28, 29, dan berat penuh dari batang 22.

Gambar . Rangka batang kuda-kuda

Berat dari masing-masing batang diperoleh dari berat batang per meter
dikalikan dengan panjang batang sendiri. Adapun distribusi penggunaan
profil baja terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar . Pemilihan profil baja untuk rangka kuda-kuda

Batang atas : 2L 2x2x3/16 inch


Batang bawah : 2L 2x2x1/8 inch
Batang tegak : 2L 2x2x1/8 inch
Batang diagonal : 2L 2x2x3/16 inch
Adapun panjang dari masing-masing batang adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Panjang Masing-Masing Batang

Batang Panjang (m) Batang Panjang (m)


1 20
2 21
3 22
4 23
5 24
6 25
7 26
8 27
9 28
10 29
11 30
12 31
13 32
14 33
15 34
16 35
17 36
18 37
19

PA = Pplafond + Pkuda -kuda

Pplafond = ( Ppenggantung ) x Lgording x Lkuda kuda

Tengah : P Plafon = () x x

P Plafon = kg = Kn


Ujung : P Plafon =
2

P Plafon = = Kn


Pkuda kuda A = Wkuda kuda x ( L1 + L9)
2


Pkuda kuda A = x x () + x x ()
2 2

Kg = Kn

PA = Kn + = Kn
TITIK BERAT PLAFOND BERAT KUDA-KUDA TOTAL BAWAH
(Kn)
A
B
C
D
E
F
G
H
I

Sehingga pembebanan sturktur kuda-kuda akibat Dead Load menjadi seperti berikut ini :

Beban Pekerja (La)


Untuk beban pekerja digunakan berat 2 orang ditambah berat peralatan
dengan total berat 200 kg. Pembebanan yang terjadi pada kuda-kuda
akibat beban pekerja (La) ditampilkan sebagai berikut.

Beban Angin (W)


Beban angin terdiri dari 2 jenis, yaitu beban angin tekan (yang datang menuju
atap) dan beban angin hisap (yang menjauhi atap dan bersifat
menghisap/mengangkat atap).Tekanan tiup angin = 48,27 kg/m2
Angin Muka

Wanginmuka = koefisien angin x tekanan tiup angin


Wanginmuka = () x
Wanginmuka = () x
Wanginmuka =

Angin Belakang
Wanginbelakang = x
Wanginbelakang =

Setelah mengetahui besarnya beban angin untuk setiap luasan, maka apabila beban-beban tersebut
ditransfer menuju rangka kuda-kuda, terdapat dua proyeksi beban anginnya, yaitu proyeksi
vertikal dan proyeksi horizontal. Berikut perhitungannya

Proyeksi Vertikal Beban Angin


Angin Muka
Anginmuka = Wanginmuka x Lkuda-kuda x Lgording x cos
Anginmuka = x x x
Anginmuka =
Angin Belakang
AnginBelakang = Wbelakang x Lkuda-kuda x Lgording x cos
AnginBelakang = x x x
AnginBelakang =

Beban hujan yang jatuh di atas atap akan membebani Kuda-kuda yang penyaluran beban
nya tergantung dari kemiringan atap. Berat hujan dihitung dengan rumus ( 40 -80 )
kg/m. Berikut penentuan beban atap akibat hujan.

Whujan = (40 80 x )

Whujan = kg/m

Phujan = Whujan x jarakgording x jarak kuda-kuda


Tengah : P = x x

P= Kg

2 4
Ujung : P= =
2

P=

4.4 . Gaya Dalam Aksial Tiap Batang

Berdasarkan pembebanan pada sub-bab sebelumnya, dapat digambarkan diagram


gaya dalam aksial sehingga diperbolehkan nilai gaya-gaya dalam batang dan sifatnya
(tarik-tekan). Berijut gambar maupun ringkasan gaya-gaya dalam tiap batang
4.5 Pemerikasaan Batang
Pemeriksaan batang dilakukan terhadap beban terbesar pada batang-batang bawah,
atas, dan melintang dari tabel kita dapatkan beban terbesar :
Batang Batang = 84.516 kN (tarik)
Batang Atas = 93.714kN (tekan)
Batang Diagonal =

1. Batang Bawah ( Cek terhadap Tarik )


a. Cek kekuatan batang tarik
Pada batang bawah, panjang batang terbessar (L) adalah = mm.
Syarat kekakuan batang adalah <240 ( untuk batang primer )

L L
x = rx = rx =
L L
y = rx = rx =

x dan y < 240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.


b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil
dua siku.
Pn = ( x x )
=
=
c. Fracture Strength
An = () =
x
U = - (L) =

Ae = An x U =
Pn =(xx)
=
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan,
Jika disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena tmember > tgusset plate, maka
diasumsikan block shear akan terjadi pada gusset plate.

Agt = x = mm
Ant = - x ( x x ) = mm
Agv = x = mm
Anv = - ( x x ) = mm
x
Fu. Ant = x L
= kN
0.6 . Fu . Anv = x x = kN

Fu . Ant < 0.6 . Fu . Anv


Maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield

Rn = [ 0.6 . Anv + Fy . Agt ]


= 0.75 [ 0.6 . . + ( . ) ]
=

Upper limit
Rn = [ 0.6 . Fu . Anv + Ant ]
= 0.75 [ 0.6 . . + ( . ) ]
=
Jadi block shear strength = kN
Karena Pn > Pu kN > kN, batang dapat menahan beban
aksial ultimate.

2. Batang Atas ( Cek terhadap Tekan )


a. Cek kekakuan batang tekan
Pada batas atas, panjang batang terbesar (L) adalah = mm
Syarat kekakuan batang tekan adalah < 240
KL L
x = = rx =
rx
KL L
y = = rx =
rx

x dan y < 240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.


b. Mencari nilai c
KL Fy
c= E =
rx

Karena 0.25 < c < 1.2, maka :


KL KL
= 1.6(0.67. c) = rx
c. Mencari cr

cr = = = N / mm
w

d. Design Strength
Pn = [0.85 x cr x Ag] = [0.85 x cr x Ag] =

Karena, Pn > Pu yaitu kN > kN , batang dapat menahan


bebban aksial ultimate.

3. Batang Vertikal ( Cek terhadap Tarik )


a. Cek kekuatan batang tarik
Pada batang vertikal, panjang btang terbesar (L) adalah = mm
Syarata kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang
primer)
KL L
x = = rx =
rx
KL L
y = = rx =
rx

x > 240 y < 240


Batang tarik memenuhi persyaratan, oleh karena itu pada sumbu
x diberikan lateral support pada jarak 2 m, sehingga menjadi
KL L
x = = rx =
rx

Batang memenuhi persyaratan.

b. Yielding Strength
Yield Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn = (0.85 x y x Ag)
=
=
c. An = ( Ag Aholes ) = mm
KL KL
U =1( )=1-( )=
rx rx

Ae = An x U = = mm
Pn = ( x Fu x Ae )
=
=
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memeiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan.
Jika disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember > tgusset plate, maka
diasumsikan block shear akan terjadi pada gusset plate.

Agt = x = mm
Ant = - x ( x x ) = mm
Agv = x = mm
Anv = - ( x x ) = mm
x
Fu. Ant = x L
= kN
0.6 . Fu . Anv = x x = kN

Fu . Ant < 0.6 . Fu . Anv


Maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield

Rn = [ 0.6 . Anv + Fy . Agt ]


= 0.75 [ 0.6 . . + ( . ) ]
=

Upper limit
Rn = [ 0.6 . Fu . Anv + Ant ]
= 0.75 [ 0.6 . . + ( . ) ]
=
Jadi block shear strength = kN
Karena Pn > Pu kN > kN, batang dapat menahan beban
aksial ultimate.
4.6 Pemeriksaan Baut
Baut diasumsikan diperbolehkan untuk terjadi slip dan sama setiap
batang, sehingga pemeriksaan baut menggunakan batang dengan beban
terbesar sebesar 67,14 kN. Baut diasumsikan bermutu A-307 dan
banyaknya baut adalh 3 baut dalam 1 baris.
1. Shear Strength
Singgle Shear Strength
Rn = ( 0.75 x Fv. Abolt ). Banyaknya baut
=
= kN
Double Shear Strength
Rn = ( 0.75 x Fv. Abolt ). Banyaknya baut
=
= kN

2. Bearing Strength
Profil 2x2x/18
Member (1 siku ) tmember = cm

Ujung Member

Lc = 3 ( dh / 2 )
= 3 ( dh / 2 )

=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tmember x Fu ) < . ( 2,4 x db x

tmember x Fu )
=
=
Yang digunakan = kN

Tengah member
Lc = 4 dh
=
=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tmember x Fu ) < . ( 2,4 x db x

tmember x Fu )
=
=

Total Bearing Strength


Rn = 1. Ujung + 2 . tengah
=. . + .
= kN (dua siku)

Profil 2x2x/16
Member (1 siku ) tmember = cm

Ujung Member

Lc = 3 ( dh / 2 )
= 3 ( dh / 2 )

=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tmember x Fu ) < . ( 2,4 x db x

tmember x Fu )
=
=
Yang digunakan = kN

Tengah member
Lc = 4 dh
=
=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tmember x Fu ) < . ( 2,4 x db x

tmember x Fu )
=
=
Yang digunakan = kN

Total Bearing Strength


Rn = 1. Ujung + 2 . tengah
=. . + .
= kN (dua siku)

3. BearingStrength gusset Plate


Member (1 siku ) tmember = cm

Ujung gusset

Lc = 3 ( dh / 2 )
= 3 ( dh / 2 )

=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tgussset x Fu ) < . ( 2,4 x db x tgusset
x Fu )
=
=
Yang digunakan = kN

Tengah member
Lc = 4 dh
=
=
Rn = . ( 1.2 x Lc x tgusset x Fu ) < . ( 2,4 x db x tgusset
x Fu )
=
=
Yang digunakan = kN

Total Bearing Strength


Rn = 1. Ujung + 2 . tengah
=. . + .
= kN
Jadi, kekuatan sambungan dari struktur kuda-kuda adalah sebesar .....
kN. Sementara gaya batang terbesar pada struktur adalah sebesar .... kN.
Karena itu, profil baut Cukup kuat untuk di jadikan sambungan dari
struktur kuda-kuda.

4.7 Pemeriksaan Lendutan


Besar lendutan di tengah bentang kuda-kuda dicari dengan metode
NxnxL
virtual work yaitu : 1 x = = AxE

Dimana :
1 = beban 1 satuan (virtual) yang diletakkan pada titik yang akan
Akan dicari besar lendutannya (kg)

= Besar lendutan yang terjadi pada suatu titik (m)


N = gaya dalam batang akibat gaya luar (kg)
N = gaya dalam batang akibat beban 1 satuan (kg)
L = panjang batang (m)
A = Luas permukaan profil batang ( cm2 )
E = modulus elastic Profil batang (kg/cm2)

Gaya dalam batang akibat gaya luar yang digunakan adalah gaya dalam
yang diambil dari penjumlahan beban mati dan benban hidup, karena 2
beban tersebut diasumsikan yang paling memberikan beban terbesar dan
beban yang selalu ada. Sedangkan gaya dalam akibat 1 satuan diletakkan
Pada tengah bentang bawah kuda-kuda. Untuk mempermudahkan
perhitungan , digunakan tabulasi dari nilai-nilai diatas sehingga
diperoleh total masing-masing nilai. Berikut adalah perhitungan dari
lendutan.

Anda mungkin juga menyukai