Anda di halaman 1dari 34

AKUNTANSI MANAJEMEN

PRODUCT COSTING AND SUPPORT COST


ALOCATION

OLEH:

Gusti Ayu Made Risdharyanti 1781611020/20

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
i

PRODUCT AND SERVICE COSTING: JOB-ORDER SYSTEM


I. Karakteristik Proses Produksi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
1
II. Merancang Sistem Akuntansi Biaya
.....................................................................................................
.....................................................................................................
4
III. Sistem Perhitungan Harga Pokok Pesanan : Gambaran Umum
.....................................................................................................
.....................................................................................................
9
IV. Perhitungan Harga Pokok Pesanan : Gambaran Arus Biaya
Khusus
.....................................................................................................
.....................................................................................................
11
V. Tarif Overhead Tunggal Terhadap Ganda
.....................................................................................................
.....................................................................................................
14

PRODUCT AND SERVICE COSTING: PROCESS SYSTEM


APPROACH
I. Sistem Proses Biaya: Berdasarkan Operasional dan Konsep
Biaya
.....................................................................................................
.....................................................................................................
17

i
II. Harga Pokok Proses tanpa Persediaan Barang Dalam Proses
(BDP) di Awal dan Akhir Periode.
.....................................................................................................
.....................................................................................................
19
III. Harga Pokok Proses dengan Persediaan Barang Dalam Proses
(BDP) di Akhir Periode
.....................................................................................................
.....................................................................................................
19
IV. Hybrid Costing (Operation Costing)
.....................................................................................................
.....................................................................................................
24
ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG
I. Jenis Jenis Departemen
.....................................................................................................
.....................................................................................................
25
II. Jenis Jenis Dasar Alokasi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
25
III. Tujuan Alokasi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
25
IV. Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen
Lainnya
.....................................................................................................
.....................................................................................................
26
V. Memilih Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung
.....................................................................................................
.....................................................................................................
29
VI. Tarif Overhead Departemen Dan Perhitungan Biaya Produk

ii
.....................................................................................................
.....................................................................................................
30
VII. Alokasi Biaya Patungan
.....................................................................................................
.....................................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

iii
PRODUCT AND SERVICE COSTING: JOB-ORDER SYSTEM
I. Karakteristik Proses Produksi
Secara umum, sistem manajemen biaya perusahaan mencerminkan
proses produksi. Sistem manajemen biaya yang dimodelkan setelah proses
produksi memungkinkan manajer untuk lebih memantau kinerja ekonomi
perusahaan. Proses produksi dapat menghasilkan produk atau layanan yang
nyata. Produk atau layanan tersebut mungkin serupa sifatnya atau unik.
Karakteristik proses produksi ini menentukan pendekatan terbaik untuk
mengembangkan sistem manajemen biaya.
1. Perusahaan Manufaktur versus Perusahaan Jasa
Manufaktur mencakup menggabungkan bahan baku, tenaga kerja,
dan overhead untuk memproduksi produk baru. Sistem akuntansi
tradisional menekankan pada manufaktur dan mengabaikan jasa. Ekonomi
kita telah semakin berorientasi jasa. Manajer harus mampu untuk
menelusuri biaya jasa yang diserahkan sama akuratnya dengan mereka
menelusuri harga pokok produksi. Rentang antara perusahaan
pemanufakturan dan jasa dapat ditunjukkan dengan continuum yang
ditunjukkan pada peraga sebagai berikut :

Jasa Produk
Manufaktur Manufaktur

Bunge Jumping Salon Kecantikan Rumah Makan Mobil

Jasa murni ditunjukkan pada sisi kiri. Jasa murni tidak melibatkan
bahan baku dan tidak tersedia barang berwujud bagi pelanggan. Empat area
dimana jasa berbeda dari produk adalah: tidak berwujud, tidak terpisahkan,
heterogenitas, dan tidak tahan lama. Tidak berwujud mengacu pada sifat
non fisik dari jasa bertentangan dengan produk. Tidak terpisahkan berarti
bahwa produksi dan konsumsi tidak terpisahkan dari jasa. Heterogenitas
mengacu pada peluangan variasi yang lebih besar dalam kinerja jasa
dibandingkan pada produksi produk. Tidak tahan lama berarti bahwa jasa
tidak dapat disimpan tetapi harus dikonsumsi saat dilakukan. Tidak
terwujudnya jasa mengakibatkan perbedaan yang besar dalam akuntansi
untuk jasa terhadap produk. Perusahaan jasa tidak dapat menyimpan jasa

1
dan karenanya memiliki persediaan pasokan dari minimal hingga
menengah. Perusahaan manufaktur memiliki persediaan bahan baku,
pasokan, barang dalam proses, dan barang jadi. Karena penting dan
kompleksnya persediaan dalam pemanufakturan, kita akan menghabiskan
waktu lebih banyak pada perusahaan pemanufakturan dalam akuntansi
untuk biaya persediaan. Perbedaan penting lainnya antara perusahaan jasa
dan pemanufakturan adalah heterogenitas dari tenaga kerja. Asumsi kunci
dari ekonomi mikro adalah homogenitas tenaga kerja. Yaitu, satu tenaga
kerja langsung diasumsikan identik dengan tenga kerja lainnya. Asumsi ini
merupakan basis standar tenaga kerja dalam perhitungan harga pokok
standar.
Ciri perusahaan jasa dan keterkaitannya dengan Sistem Manajemen
Biaya:
Dampak pada Sistem
Ciri Hubungan dengan Bisnis Manajemen Biaya

Jasa tidap dapat disimpan Tidaj terdapat akun persediaan


Jasa tidak dapat diproteksi Terdapat kode etik yang kuat
dengan paten
Tak berwujud Jasa tidak siap di tampilkan
atau di komunikasikan
Penentuan harga sukar

Pelanggan terlibat dalam Biaya harus berhubungan


produksi dengan seluruh organisasi
Tidak terpisah Pelanggan lain terlibat Biaya harus dihitung berdasarkan
dalam produksi jenis pelanggan
Produksi masal jasa yang
tersentralisasi sukar

Stanadardisasi dan Sistem harus dirancang unutuk


pengendalian mutu sukar mendukung mutu yang
konsisten
Pendekatan sistem yang kuat
Heterogenitas diperlukan
Pengukuran produktivitas
berkelanjutan
TMQ penting
Tidak terdapat persediaan

2
Manfaat jasa hilang dengan Terdapat kebutuhan menjadi sis-
Tidak tahan
lama cepat tem yang terstandardisasi un-
Jasa dapat dilakukan beru- tuk menangani pelanggan.
langkali pada satu
pelanggan
Aspek yang lebih jauh dari heterogenitas tenaga kerja adalah bahwa
pekerja tidak sama dari satu hari ke hari lainnya. Pekerja dapat dipengaruhi
oleh pekerjaan yang dilakukan, kombinasi individu lain dengan siap
mereka bekerja, pendidikan, dan pengalaman mereka, dan faktor personal
seperti faktor rumah. Tidak terpisahkan berarti bahwa perbedaan pada
pelanggan mempengaruhi perusahaan jasa lebih dari peusahaan
pemanufakturan. Tidak terpisahkan juga berarti bahwa pelanggan
mengevaluasi jasa berbeda dengan produk. Sebagai hasilnya, perusahaan
jasa mungkin perlu menghabiskan lebih banyak uang pada sejumlah
sumber daya dan lebih sedikit pada sumber daya lainnya dibanding yang
dibutuhkan pada perusahaan. Sebagai tambahan, lingkungan dari
perusahaan jasa memungkinkan untuk mengenakan harga yang lebih tinggi
yang menunjukkan mutunya lebih tinggi. Tidak tahan lamanya jasa sangat
serupa dengan tidak berwujud. Namun, terdapat perbedaan kecil antara
tidak berwujud dan tidak tahan lama, jasa tidak tahan lama efeknya jangka
pendek. Tetapi, tidak semua jasa masuk ke dalam kategori ini. Pengaruh
manajemen biaya adalah jasa yang tidak tahan lama membutuhkan sistem
yang dengan mudah menangani pelanggan yang datang berulang kali.
Pelanggan dapat menerima resiko yang lebih tinggi ketika membeli jasa
dibandingkan ketika membeli produk. Akuntan internal yang
bertanggungjawab untuk memperoleh data mengenai mutu jasa harus
secara akurat melaporkan kabar baik seperti halnya kabar buruk.
Perusahaan manufaktur dapat menawarkan generasi atau penggantian
produk. Tetapi perusahaan jasa harus mempertimbangkan waktu pelanggan
yang terbuang. Yang penting disini adalah bahwa perusahaan jasa dan
pemanufakturan dapat memiliki kebutuhan yang berbeda akan data dan
akuntansi. Penting bahwa akuntan dilatih antar fungsional.
2. Produk dan jasa unik terhadap produk dan jasa terstandardisasi

3
Cara kedua menggelompokkan produk dan jasa menurut tingkat
keunikan. Jika perusahaan memproduksi produk yang unik, dalam batch
kecil, dan jika produk-produk tersebut menimbulkan biaya-biaya yang
berbeda, maka perusahaan harus menelusuri biaya-biaya dari tiap produk
atau batch. Pada sisi lain, perusahaan mungkin membuat banyak unit yang
identik dari produk yang sama. Karena unitnya sama, maka biaya masing-
masing unit juga sama. Akuntansi untuk biaya unit yang identik relatif
mudah dan mengacu pada perhitungan harga pokok proses. Tiap produk
pada dasarnya tidak dapat dibedakan dari produk sejenisnya. Hal yang
terpenting disini adalah bahwa biaya satu produk identik dengan biaya
produk lainnya. Karenanya, perusahaan jasa dapat pula menggunakan
pendapatan perhitungan harga pokok proses. Hal yang menarik, perusahaan
cenderung ke arah perhitungan harga pokok pesanan karena meningkatnya
keragaman produk.

II. Merancang Sistem Akuntansi Biaya


Berdasarkan karakteristik proses produksi perusahaan, sekarang adalah
saatnya untuk merancang sistem yang akan digunakan untuk memperoleh
informasi biaya yang tepat. Sistem informasi akuntansi biaya yang baik bersifat
fleksibel dan dapat diandalkan. Secara umum, sistem tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akumulasi biaya, pengukuran biaya dan pembebanan
biaya.
1. Akumulasi biaya
Akumulasi biaya mengacu pada pengakuan dan pencatatan biaya.
Akuntan biaya perlu untuk mengembangkan dokumen sumber, yang
menelusuri biaya saat terjadi. Pencatatan data pada data base
memungkinkan akuntan dan manajer memiliki fleksibilitas untuk
menganalisis sub bagian dari data sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan manajemen. Dokumen sumber
menjelaskan transaksi. Dokumen sumber yang dirancang dengan baik dapat
memasok informasi secara fleksibel. Dengan kata lain, informasi dapat
digunakan untuk beragam tujuan.
2. Pengukuran biaya
Akumulasi biaya hanya berarti bahwa biaya dicatat untuk
penggunaan. Pengukuran biaya mengacu kepada pengklasifikasian biaya;

4
pengukuran mencakup penentuan jumlah dolar dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan overhead yang digunakan pada produksi. Ada
dua cara yang umum dipakai untuk mengukur biaya yang berhubungan
dengan produksi : perhitungan biaya sebenarnya dan perhitungan biaya
normal. Perhitungan biaya sebenarnya mengharuskan perusahaan untuk
menggunakan biaya sebenarnya dari semua sumber daya yang digunakan
dalam produksi untuk menentukan biaya unit. Perhitungan biaya normal
mengaharuskan perusahaan menggunakan biaya sebenarnya dari bahan
baku langsung dan tenaga kerja langsung pada unit yang diproduksi.
Namun, biaya overhead digunakan berdasarkan estimasi yang ditentukan
sebelumnya.
3. Perhitungan biaya sebenarnya
Dengan menggunakan biaya yang sebenarnya untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead untuk menentukan biaya unit. Bahan
baku langsung dan tenaga kerja langsung mempunyai hubungan yang jelas,
dapat diidentifikasi dengan unit yang diproduksi. Masalah utama dengan
menggunakan biaya yang sebenarnya untuk perhitungan biaya unit adalah
biaya overhead pemanufakturan. Jika periode waktu yang dipilih relatif
pendek (misalnya satu bulan), sehingga informasi biaya dapat dihasilkan
dengan tepat waktu, merata-ratakan dapat menghasilkan biaya overhead per
unit yang berfluktuasi secara dramatis dari bulan ke bulan. Hal ini terjadi
karena, pertama, biaya overhead yang tidak terjadi secara seragam di
sepanjang tahun. Kedua, biaya overhead per unit berfluktuasi secara
dramatis karena tingkat produksi yang tidak seragam. Perusahaan
membutuhkan informasi biaya unit di sepanjang tahun. Informasi ini
diperlukan tepat waktu untuk laporan keuangan interim dan untuk
membantu manajer mengambil keputusan seperti penentuan harga.
4. Perhitungan biaya normal
Solusi yang mungkin bagi permasalahan yang berhubungan dengan
perhitungan biaya sebenarnya adalah untuk memperkirakan tarif overhead
yang sebenarnya pada akhir tahun pada awal tahun dan kemudian
menggunakan tarif yang ditentukan sebelumnya di sepanjang tahun untuk
memperoleh informasi biaya unit yang dibutuhkan. Tarif akhir tahun yang
sebenarnya dapat diperkirakan dengan mengestimasi biaya overhead untuk

5
tahun depan dan membagi estimasi biaya tersebut dengan produksi yang
diharapkan. Sistem biaya yang mengukur biaya overhead berdasarkan basis
yang ditentukan sebelumnya dan menggunakan biaya sebenarnya untuk
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut sistem perhitungan
biaya normal. Kesukaran prinsip pada perhitungan biaya normal adalah
bahwa tarif overhead yang ditentukan sebelumnya cenderung berbeda
dengan tarif yang sebenarnya. Pada kenyataannya semua perusahaan
membebankan overhead pada produksi yang sudah ditentukan sebelumnya.
Karena, masalah pengukuran yang berhubungan dengan penggunaan biaya
overhead yang sebenarnya dipecahkan dengan menggunakan estimasi biaya
overhead. Sistem harga pokok pesanan yang menggunakan biaya
sebenarnya untuk bahan baku dan tenaga kerja dan mengestimasi biaya
untuk disebut sistem harga pokok pesanan normal.
5. Pembebanan biaya
Sekali biaya diakumulasikan dan diukur, biaya tersebut dibebankan
pada unit produk produksi atau unit jasa yang dilakukan. Keputusan
mengenai desain produk dan peluncuran produk baru dipengaruhi oleh
biaya unit yang diharapkan. Keputusan untuk membuat atau membeli suatu
produk, untuk menerima atau menolak pesanan khusus, atau untuk
mempertahankan atau membuang lini produk membutuhkan informasi
biaya unit.

6. Pentingnya Biaya Unit bagi Perusahaan


Unit biaya adalah bagian kritis dari informasi ke manufaktur. Unit
biaya penting untuk mengevaluasi persediaan, menentukan pembebanan,
dan membuat sejumlah keputusan penting. Mengungkapkan biaya
persediaan dan penentuan pendapatan merupakan suatu keharusan
pelaporan keuangan yang dihadapi perusahaan pada akhir tiap periode.
Untuk melaporkan biaya persediaan, suatu perusahaan harus mengetahui
jumlah unit yang ada dan unit biaya. Harga dari barang yang dijual,
digunakan untuk pendapatan, juga memerlukan pengetahuan dari bahan
yang dijual dan unit biayanya. Untuk pelaporan keuangan, dibutuhkan
informasi biaya unit absorpsi atau menyeluruh. Namun, pada perusahaan

6
yang beroperasi jauh dibawah kapasitas produksi, informasi biaya variabel
mungkin jauh lebih berguna dalam keputusan untuk menerima atau
menolak permintaan khusus. Harus ditegaskan bahwa informasi biaya
keseluruhan berguna sebagai masukkan untuk sejumlah keputusan internal
sebagaimana juga untuk perlaporan keuangan. Dalam jangka panjang,
untuk produk manapun yang dapat hidup, harganya harus menutupi biaya
keseluruhan. Pentingnya biaya unit untuk perusahaan non-manufaktur.
Perusahaan jasa dan nirlaba juga membutuhkan informasi unit biaya.
Secara konsep, cara kita mengakumulasikan dan membebankan biaya
adalah sama apakah suatu perusahaan manufaktur atau bukan. Perusahaan
jasa menggunakan data biaya dengan cara yang sama dengan perusahaan
manufaktur. Mereka menggunakan biaya untuk menentukan, kelayakan
produk baru, dan lain-lain. Perusahaan nirlaba harus menelusuri biaya
untuk memastikan bahwa mereka memberikan jasa mereka dengan cara
yang efisien biaya. Agen pemerintahan memiliki tanggung jawab kepada
pembayar pajak untuk menggunakan dana secara bijaksana. Produksi
informasi biaya unit untuk menghasilkan biaya unit, diperlukan baik
pengukuran biaya maupun pembebanan biaya.
7. Informasi biaya unit yang diproduksi
Perbedaan dasar diantara perhitungan biaya sebenarnya dan normal
adalah penggunaan dari tarif overhead yang ditentukan sebelumnya. Suatu
tarif overhead yang ditentukan sebelumnya dihitung dengan formula
sebagai berikut :

Overhead yang dianggarkan hanyalah estimasi terbaik dari jumlah


overhead(utilitas, tenaga kerja tak langsung, depresiasi, dsb) untuk
diadakan pada tahun yang akan datang. Akuntan anggaran perusahaan
bertanggungjawab untuk mendapatkan estimasi ini. Tingkat kegiatan
seringkali mengacu pada tingkat kegiatan denominator, karena tingkat
kegiatan muncul dalam denominator perhitungan. Catat bahwa formula
untuk overhead yang ditentukan sebelumnya mencakup kedua jumlah
anggaran pada numerator maupun denominator. Hal ini disebabkan tarif

7
overhead yang ditentukan sebelumnya ditentukan dimuka, biasanya pada
awal tahun.
8. Informasi biaya unit yang diproduksi
Dalam menentukan tarif biaya overhead, adalah penting untuk
memilih basis kegiatan yang berhubungan dengan konsumsi overhead.
Terdapat lima pendorong kegiatan yang umum dipakai:
1) Unit yang diproduksi
2) Jam tenaga kerja langsung
3) Dolar tenaga kerja langsung
4) Jam mesin
5) Bahan langsung
Ukuran yang paling jelas dari kegiatan produksi adalah keluaran.
Dalam penetapan produk tunggal, biaya overhead pada suatu periode dapat
langsung ditemukan pada periode luaran bahan produk tersebut. Namun,
kebanyakan perusahaan, menghasilkan lebih dari satu produk. Karena
produk yan berbeda secara khas menggunakan jumlah overhead yang
berbeda, metode yang tidak akurat. Dalam penetapan produk ganda seperti
ini, biaya overhead adalah umum pada lebih dari suatu produk, dan produk
yang berbeda dapat menggunakan overhead pada tarif yang berbeda. Tidak
ada metode tunggal untuk menentukan overhead yang memuaskan semua
pihak yang terlibat. Dapat dikatakan bahwa overhead seharusnya
dibebankan sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Usaha harus
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut yang
menyebabkan konsumsi overhead. Sekali faktor-faktor penyebab ini
diidentifikasi atau pendorong kegiatan, harus digunakan untuk mengatakan
biaya overhead pada produk. Unit yang diproduksi tidak harus
mencerminkan jam mesin atau konsumsi biaya mesin, karenanya dapat
dikatakan bahwa jam mesin adalah pendorong kegiatan yang lebih baik
dan seharusnya digunakan untuk membebankan biaya overhead ini.
9. Memilih Tingkat Kegiatan
Dua kandidat utama yang diharapkan adalah kegiatan sesungguhnya
dan kegiatan sebenarnya. Tingkat kegiatan yang diharapkan hanyalah
tingkat produksi yang diharapkan perusahaan untuk diperoleh pada tahun

8
yang akan datang. Tingkat kegiatan normal adalah kegiatan penggunaan
rata-rata yang dialami perusahaan dalam jangka panjang (volume normal
dihitung selama lebih dari satu tahun). Tingkat kegiatan lain yang
digunakan untuk menghitung tarif overhead yang ditentukan sebelumnya
adalah tingkat kegiatan yang berhubungan dengan tingkat teoritis dan
praktis. Tingkat kegiatan teoritis adalah kegiatan produksi absolut
maksimum dari perusahaan manufaktur. Yaitu keluaran yang dapat
direalisasi jika segala sesuatu berjalan sempurna. Tingkat kegiatan praktis
adalah keluaran maksimum yang dapat direalisasi jika segala sesuatu
bekerja dengan efisien. Kegiatan normal dan kegiatan sebenarnya yang
diharapkan cenderung mencerminkan permintaan pelanggan, semetara
kegiatan teoritis dan praktis mencerminkan kemampuan produksi
perusahaan. Pemahaman secara tepat bagaimana overhead diterapkan
sangat penting untuk memahami sistem perhitungan biaya normal.

III. Sistem Perhitungan Harga Pokok Pesanan : Gambaran Umum


Perusahaan manufaktur dan jasa dapat dibagi menjadi dua jenis industri
utama berdasarkan keunikkan produknya. Sebagai hasilnya, dua sistem
pembebanan biaya yang berbeda telah dikembangkan: perhitungan harga
pokok pesanan dengan perhitungan harga pokok proses.

1. Ulasan Sistem Perhitungan Harga Pokok Pesanan


Perusahaan yang beroperasi dalam industri pesanan memproduksi
aneka ragam produk atau pekerjaan yang biasanya sangat berbeda satu sama
lain. Karakteristik kunci perhitungan harga pokok pesanan adalah bahwa
biaya satu pekerjaan berbeda dengan biaya pekerjaan lain dan harus
ditelusuri secara terpisah. Pada perusahaan pesanan, menggumpulkan biaya
berdasarkan pekerjaan memberikan informasi penting bagi manajemen.
Berdasarkan informasi biaya unit ini, manajer perusahaan percetakkan dapat
menentukan apakah harga pasar yang berlaku sekarang memberikan margin
laba yang wajar. Jika tidak, maka hal ini dapat memberikan tanda bagi
manajer bahwa biayanya melebihi perusahaan percetakkan lainnya, dan
tindakan dapat dilakukan untuk mengurangi biaya.
2. Permintaan Bahan Baku

9
Biaya bahan baku langsung dibebankan pada pekerjaan dengan
menggunakan dokumen sumber yang dikenal sebagai formulir permintaan
bahan baku. Sebagai tambahan untuk memberikan informasi penting untuk
membebankan biaya bahan bakku langsung pada pekerjaan, formulir
permintaan bahan baku juga memiliki jenis data lainnya seperti nomor
permintaan, tanggal, dan tanda tangan.
3. Tiket Waktu Kerja
Tenaga kerja langsung juga harus dihubungkan dengan tiap pekerjaan
tertentu. Alat dengan mana biaya tenaga kerja langsung dibebankan pada
pekerjaan individu adalah sumber yang dikenal sebagai tiket waktu. Tiket
waktu digunakan hanya untuk tenaga kerja langsung.
4. Pembebanan Overhead
Pekerjaan dibebankan biaya overhead dengan menggunakan tarif
overhead yang ditentukan sebelumnya. Secara khas, jam tenaga kerja
langsung merupakan ukuran yang digunakan untuk menghitung biaya
overhead. Misalnya, asumsikan perusahaan telah mengestimasi biaya
overhead untuk tahun mendatang $900.000 dan kegiatan yang diharapkan
adalah 90.000 jam tenaga kerja langsung. Tarif yang ditentukan
sebelumnya adalah $900.000/90.000 jam tenaga kerja langsung=$10 per
jam tenaga kerja langsung.
5. Perhitungan Biaya Unit
Sekali pekerjaan selesai, jumlah biaya produksinya dihitung, pertama
dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead dan kemudian menjumlahkan jumlah individu ini. Jumlah
keseluruhannya dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi untuk
memperoleh biaya unit. Semua lembar harga pokok pesanan perusahaan
dapat berlaku sebagai buku pembantu untuk persediaan barang jadi.

IV. Perhitungan Harga Pokok Pesanan : Gambaran Arus Biaya Khusus


Arus biaya adalah bagaimana kita menghitung biaya dari titik dimana
biaya tersebut terjadi ke titik dimana biaya tersebut diakui sebagai beban pada
laporan laba rugi. Hal penting dalam sistem harga pokok pesanan adalah arus
biaya produksi.
1. Akuntansi untuk Bahan Baku

10
Untuk memproduksi tiga puluh rambu pada bulan Januari, dan
memiliki pasokan bahan baku di tangan pada awal Februari, Bob membeli,
secara kredit, $2.500 bahan baku. Jurnal pembelian dicatat sebagai berikut :
1) Bahan baku 2.500
Utang 2.500

Dari 2 Januari hingga 19 Januari, pengawas produksi menggunakan


tiga formulir permintaan untuk mengeluarkan $1.000 bahan baku dari
gudang. Dari 20 Januari hingga 31 Januari, dua formulir permintaan
tambahan untuk bahan baku senilai $500 digunakan. Tiga formulir pertama
menunjukkan bahwa bahan baku digunakan untuk pekerjaan 101, dua
formulir permintaan terakhir untuk pekerjaan 102. Karenanya, untuk bulan
Januari, lembar biaya untuk pekerjaan 101 akan berjumlah $1.000 dalam
bentuk bahan baku yang dikirimkan, dan lembar biaya untuk pekerjaan 102
akan berjumlah $500 dalam bentuk bahan baku yang dikirimkan. Sebagai
tambahan jurnalnya adalah sebagai berikut :
2) Barang dalam Proses 1.500
Bahan Baku 1.500

2. Akuntansi untuk Jam Tenaga Kerja Langsung


Untuk pekerjaan 101, tiket waktu menunjukkan 120 jam dengan rata-
rata tarif upah $5 perjam, dengan jumlah biaya tenaga kerja langsung $600.
Untuk pekerjaan 102, jumlahnya adalah $250, berdasarkan 50 jam dengan
rata-rata upah perjam $5. Sebagai tambahan pembukuan pada tiap lembar
biaya pekerjaan, ringaksan jurnalnya adalah sebagai berikut :
3) Barang dalam Proses 850
Utang Gaji 850

3. Akuntansi untuk Overhead


Asumsikan bahwa Bobo telah mengestimasi biaya overhead selama
tahun ini$9.600. Sebagai tambahan karena ia mengharapkan bisnis
meningkat selama tahun tersebut dengan mantapnya dia, ia memperkirakan
4.800 jam tenaga kerja langsung. Menurutnya, tarif overhead yang
ditentukan sebelumnya sebagai berikut :

11
Tarif overhead= $9.600/4.800=$2 perjam tenaga kerja langsung
Untuk pekerjaan 101, dengan jumlah 120 jam kerja, jumlah biaya
overhead yang dibukukan adalah $240($2x50). Ringkasan jurnal
mencerminkan jumlah $340(contoh, semua pembebanan overhead pada
pekerjaan yang dikerjakan pada bulan Januari) pada pembebanan
overhead.
4) Barang dalam Proses 340
Pengendali Overhead 340
Saldo kredit pada akun pengendali overhead sama dengan jumlah
overhead yang dibebankan pada suatu waktu tertentu. Pada perhitungan
biaya normal, hanya overhead yang dibebankan yang memasuki akun
barang dalam proses.
4. Akuntansi untuk Biaya Overhead yang Sebenarnya
Untuk mengilustrasikan bagaimana biaya overhead yang sebenarnya
dicatat, asumsikan bahwa All Signs mengeluarkan biaya tidak langsung
untuk bulan Januari sebagai berikut :
Pembayaran sewaguna usaha $200
Utilitas 50
Depresiasi pearalatan 100
Buruh tidak langsung 65
Jumlah biaya overhead $415
Prosedur umum adalah mencatat biaya overhead yang sebenarnya
pada sisi debet dari akun pengendali overhead. Misalnya, biaya overhead
yang sebenarnya akan dicatat sebagai berikut :
5) Pengendali overhead 415
Utang sewaguna usaha 200
Utang utilitas 50
Akumulasi depresiasi-peralatan 100
Utang gaji 65

5. Akuntansi untuk Barang Jadi

12
Karena pekerjaan 101 telah selesai, jumlah biaya produksi $1.840
harus ditransfer dari akun barang dalam proses ke akun barang jadi.
Transfer ini dijelaskan dengan jurnal berikut :
6) Barang Jadi 1.840
Barang dalam Proses 1.840
Perhatikan bahwa persediaan akhir barang dalam proses $850.
Bagaimana kita memperoleh angka ini? Dari dua pekerjaan tersebut,
pekerjaan 101 selesai dan ditrasfer ke persediaan barang jadi dengan biaya
$1.840. Jumlah ini dikreditkan pada barang dalam proses, menyisakan
saldo akhir $850. Jika tidak, kita dapat menambahkan jumlah yang didebet
pada barang dalam proses untuk semua pekerjaan yang belum
terselesaikan. Pekerjaan 102 merupakan satu-satunya pekerjaan yang masih
dalam proses. Biaya produksi yang dibebankan adalah bahan baku
langsung $500, tenaga kerja langsung $250,dan pembebanan overhead
$100. Jumlah biaya ini menghasilkan biaya persediaan akhir barang dalam
proses.

6. Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan


Ketika pekerjaan 101 dikirimkan, jurnalnya adalah sebagai berikut :
7a. Harga Pokok Penjualan 1.840
Barang Jadi 1.840
7b. Piutang 2.760
Pendapatan Penjualan 2.760
Namun, untuk mengilustrasikan bagaimana varian overhead pada
akhir tahun diperlakukan, kita akan menutup varian overhead yang dialami
perusahaan All Signs pada bulan Januari
8) Harga Pokok Penjualan 75
Pengendali Overhead 75
Perhatikan bahwa pendebetan harga pokok penjualan ekuivalen
dengan menambahkan jumlah underapplied pada angka harga pokok
penjualan normal. Jika varian overhead mengalami overapplied, maka
jurnal tersebut dibalik dan harga pokok penjualan akan dikreditkan.

7. Akuntansi untuk Biaya Non-produksi

13
Ingat biaya yang berhubungan kegiatan penjualan dan administrasi
umum diklasifikasikan sebagai biaya non-produksi. Biaya ini merupakan
biaya periode dan tidak pernah dibebankan pada produk dalam sistem biaya
tradisional. Biaya ini bukan merupakan bagian dari arus biaya produksi.

V. Tarif Overhead Tunggal Terhadap Ganda


Penggunaan tarif tunggal berdasarkan jam tenaga kerja langsung untuk
membebankan overhead pada pekerjaan dapat menimbulkan pembebanan
biaya yang tidak adil. Hal ini dapat terjadi jika jam tenaga kerja langsung tidak
berhubungan dengan konsumsi sumber daya overhead.
Untuk mengilustrasikan, pikirkan perusahaan dengan dua departemen,
satu adalah padat-tenaga kerja (Departemen A) dan departemen lainnya padat-
mesin (Departemen B). Biaya overhead tahunan yang diharapkan dan
penggunaan jam tenaga kerja langsung dan jam mesin tahunana yang
diharapkan untuk tiap departemen diperlihatkan berikut ini :
Dept.A Dept.B Jumlah

Biaya utama $60.000 $180.000 $240.000

Jam buruh 15.000 5.000 20.000


langsung

Jam mesin 5.000 15.000 20.000

Saat ini perusahaan menggunakan tarif overhead departemen berdasarkan


jam tenaga kerja langsung. Karenanya tarif overhead yang digunakan untuk
perhitungan harga pokok produk adalah $12 per jam tenaga kerja langsung
($240.000/20.000). Ada dua pekerjaan yang baru saja diselesaikan, yakni
pekerjaan 23 dan pekerjaan 24. Pekerjaan 23 menghabiskan seluruh waktunya
di departemen A, sementara pekerjaan 24 menghabiskan waktunya di
departemen B. Dengan menggunakan tarif overhead pabrik, pekerjaan 23 akan
menerima pembebanan overhead $6.000($12x500 jam tenaga kerja langsung)
dan pekerjaan 24 akan menerima pembebanan biaya overhead $12($12x1 jam
tenaga kerja langsung). Jadi, jumlah biaya produksi pekerjaan 23 adalah
$11.000($5.000+$6.000) menghasilkan biaya unit $11. Jumlah biaya produksi
pekerjaan 24 adalah $5.012($5.000+$12), menghasilkan biaya unit $5,012.
Jelas, terdapat kesalahan. Dengan menggunakan tarif pabrik, pekerjaan 23

14
menerima 500 kali pembebanan biaya overhead dibandingkan dengan yang
diterima pekerjaan 24. Namun, pada tabel dibawah ini pekerjaan 24 diproduksi
di departemen yang bertanggungjawab untuk memproduksi 75% overhead
keseluruhan pabrik. Bayangkan kesukaran yang dapat ditimbulkan distorsi
perhitungan harga pokok jenis ini bagi perusahaan. Beberapa produk biasanya
dihitung terlalu tinggi, sementara produk lain biayanya dihitung terlalu rendah,
dan hasilnya adalah keputusan penentuan harga yang tidak tepat yang
berpengaruh negatif terhadap posisi bersaing perusahaan
Pekerjaan 23 Dept.A Dept.B Jumlah

Biaya utama $5.000 $0 $5.000

Jam buruh langsung 500 0 500

Jam mesin 1 0 1

Unit yang diproduksi 1.000 0 1.000

Pekerjaan 24 Dept.A Dept.B Jumlah

Biaya utama $0 $5.000 $5.000

Jam buruh langsung 0 1 1

Jam mesin 0 500 500

Unit yang diproduksi 0 1.000 1.000

Departemen A Departemen B

Biaya overhead $60.000 $180.000

Pendorong biaya 15.000JBL 15.000JBL

Tarif overhead departemen $4/JBL $12/JBL

Overhead terapan pada pekerjaan 23 $2.000 -

Overhead terapan pada pekerjaan 24 - $6.000

Dengan menggunakan tabel diatas, tarif overhead untuk departemen A


adalah $4 per jam tenaga kerja langsung ($60.000/15.000), dan tarif overhead

15
untuk departemen B adalah $12 per jam tenaga kerja
langsung($180.000/15.000). dengan menggunakan tarif ini, pekerjaan 23 akan
dibebankan overhead $2.000($4x500 jam tenaga kerja langsung) dan pekerjaan
24 dibebankan overhead $6.000($12x500 jam mesin. Pekerjaan 24 sekarang
menerima tiga kali biaya overhead yang dibebankan pada pekerjaan 23, yang
terlihat lebih pantas, karena departemen B menimbulkan biaya overhead tiga
kali dari departemen A.
Tarif departemen dapat memberikan keakuratan perhitungan harga pokok
produk untuk beberapa perusahaan, bahkan lebih memperhatikan pada
bagaimana biaya overhead dibebankan mungkin penting bagi perusahaan lain.
Keakuratan perhitungan harga pokok produk yang lebih tinggi dimungkinkan
melalui penggunaan pendorong kegiatan yang berhubungan dengan non-
volume.

PRODUCT AND SERVICE COSTING: PROCESS SYSTEM APPROACH


Suatu sistem proses dicirikan oleh sejumlah besar produk homogen yang
melalui satu seri proses, dimana tiap proses pertanggungjawaban pada satu atau lebih
operasi yang menghasilkan produk satu langkah mendekati penyelesaian. Jadi, suatu
proses merupakan suatu seri kegiatan (operasi) yang saling berhubungan untuk
menghasilkan suatu tujuan spesifik.
I. Sistem Proses Biaya: Berdasarkan Operasional dan Konsep Biaya
1. Arus Biaya
Arus biaya untuk sistem harga pokok proses pada dasarnya serupa
dengan perhitungan sistem harga pokok pesanan. Terdapat dua perbedaan
kunci. Pertama, suatu sistem harga pokok pesanan mengakumulasi biaya
produksi berdasarkan pekerjaan dan sistem harga pokok proses
mengakumulasi biaya produksi berdasarkan proses. Kedua, untuk
perusahaan manufaktur, sistem harga pokok pesanan menggunakan satu
proses akuntansi, sedangkan sistem harga pokok proses menggunakan
proses akuntansi di semua proses.
Dalam sistem harga pokok proses, tidak ada pekerjaan individu dan
tidak ada lembar harga pokok pesanan. Tidak perlu untuk menelusuri bahan
baku pada pekerjaan. Lebih lanjut, tidak terdapat kebutuhan untuk
menggunakan tiket waktu untuk membebankan biaya proses. Karena para

16
tenaga kerja secara khas pada keseluruhan shiftnya. Mereka bekerja dalam
suatu proses tertentu, tidak diperlukan penelusuran tenaga kerja secara
rinci. Bahkan, pada banyak perusahaan, biaya tenaga kerja merupakan
persentase yang demikian kecil dari biaya proses keseluruhan sehingga
biaya tenaga kerja langsung dikombinasikan dengan biaya overhead,
menciptakan kategori biaya konversi.
2. Laporan Produksi
Dalam perhitungan harga pokok proses, biaya-biaya diakumulasikan
berdasarkan departemen untuk suatu periode waktu. Laporan produksi juga
berfungsi sebagai dokumen sumber yang mentransfer biaya-biaya dari akun
barang dalam proses dari departemen sebelumnya ke akun barang dalam
proses departemen selanjutnya. Laporan produksi dibagi menjadi bagian
informasi unit dan bagian informasi biaya. Laporan produksi menelusuri
arus unit melalui departemen, memperlihatkan perhitungan biaya unit, dan
menyatakan pembagian biaya departemen untuk periode yang dilaporkan.
3. Biaya Unit
Secara prinsip, perhitungan biaya unit dalam sistem proses sangat
sederhana. Pertama, hitung biaya produksi untuk departemen proses untuk
suatu periode waktu tertentu. Kedua, hitung keluaran dari departemen
proses untuk periode waktu yang sama. Terakhir, biaya unit untuk proses
dihitung dengan membagi biaya-biaya periode tersebut dengan keluaran
periode tersebut. Tetapi adanya persediaan barang dalam proses
memperumit difinisi biaya dan keluaran yang diperlukan untuk perhitungan
biaya unit.
Ciri-Ciri Dasar Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses:
1) Unit homogen melalui suatu rangkaian proses yang serupa
2) Tiap unit pada tiap proses menerima persentase biaya produksi yang
sama
3) Biaya produksi diakumulasikan berdasarkan proses untuk periode
waktu tertentu.
4) Terdapat akun barang dalam proses untuk setiap proses.
5) Arus biaya produksi dan ayat jurnal terkait secara umum sama
dengan perhitungan harga pokok pesanan.

17
6) Laporan produksi departemen merupakan dokumen kunci untuk
penelusuran biaya dan kegiatan produksi
7) Biaya unit dihitung dengan membagi biaya departemen selama
suatu periode dengan keluaran periode tersebut.

II. Harga Pokok Proses tanpa Persediaan Barang Dalam Proses (BDP) di
Awal dan Akhir Periode.
Dengan tidak adanya persediaan BDP di awal dan akhir periode,
perhitungan untuk harga pokok proses menjadi jauh lebih mudah, yaitu dengan
menjumlahkan semua biaya produksi yang dikeluarkan pada periode tersebut
kemudian membaginya dengan unit produksi yang dihasilkan.
Dengan menggunakan manufaktur JIT, akuntan dapat mengabaikan
kalkulasi unit ekuivalen secara keseluruhan karena terdapat sedikit atau tidak
sama sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu tenggang. Akibat
pengurangan yang subtansial atas tingkat persediaan barang dalam proses dan
barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke
persediaan akhir menjadi berkurang. Sistem JIT membebankan biaya tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik ke harga pokok penjualan secara langsung
dan bukan ke barang dalam proses dan barang jadi. Pengurangan yang
subtansial atas biaya akuntansi mengabaikan penurunan marjinal dalam
keakuratan biaya produk perusahaan.

III. Harga Pokok Proses dengan Persediaan Barang Dalam Proses (BDP) di
Akhir Periode
Persediaan BDP akan mempengaruhi perhitungan biaya per unit dengan
mempengaruhi pengukuran produksi pada satu periode. Namun kendala yang
dihadapi biasanya adalah nilai BDP tersebut. Jika dibandingkan dengan nilai
pasar, maka belum tentu ada BDP serupa di pasar, sementara jika dinilai sesuai
dengan produk jadi, BDP belum sepenuhnya menjadi produk jadi. Secara
definisi, BDP bukanlah merupakan produk jadi, BDP yang ada pada akhir
periode tidak sama (ekuivalen) dengan satu produk jadi, dan biaya-biaya yang
terkandung dalam BDP sudah pasti berbeda dengan biaya yang terkandung
dalam produk jadi.
1. Pengukuran Unit Ekuivalen

18
Untuk mengilustrasikan permasalahan nilai BDP dan nilai persediaan
produk jadi, bisa dilihat dengan contoh berikut:
Kita asumsikan jika sebuah pabrik gula mempunyai BDP awal nol, ketika
akhir periode beberapa unit telah berwujud barang jadi, namun beberapa
masih dalam tahap produksi atau setengah jadi. Maka hal ini akan
membingungkan, Ketika dicatat unit keluaran sebesar 30.000 unit maka
kita mengabaikan 5.000 unit setengah jadi (BDP), sedangkan jika kita
mengatakan unit keluaran sebesar 35.000 unit maka kita mengabaikan
informasi bahwa 5.000 dari unit keluaran masih berbentuk setengah jadi
atau barang dalam proses (BDP). Karena itu unit keluaran harus diukur
secara tepat sehingga dapat menunjukkan nilai yang sesungguhnya dari
produk jadi ataupun BDP.
Agar BDP bisa disamakan dengan produk jadi biasanya dilakukan
pengukuran dengan unit ekuivalen. Unit ekuivalen adalah unit barang jadi
yang telah diproduksi dibagi dengan proses produksi yang telah dilewati
dalam satu periode dengan pertimbangan tertentu. Menentukan output atau
keluaran dari unit ekuivalen merupakan hal mudah, karena sebuah unit
tidak akan ditransfer ke departemen selanjutnya kecuali unit tersebut telah
selesai prosesnya pada departemen tersebut. Jika melanjutkan contoh
sebelumnya, BDP sejumlah 5.000 unit kita asumsikan telah menyerap
sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan biaya produk jadi, maka dengan
mengkalikan 5.000 unit BDP dengan 25% didapatlah unit ekuivalen
sebesar 1.250 unit (5.000 unit x 25%). Maka unit ekuivalen untuk periode
tersebut adalah 30.000 unit barang jadi ditambah dengan 1.250 unit
ekuivalen BDP yaitu 31.250 unit keluaran.

2. Laporan Harga Pokok Produksi


Hansen, et al (2009) mengungkapkan untuk mempersiapkan laporan
harga pokok produksi setidaknya ada lima langkah yang harus
diperhatikan:

19
1) Analisis aliran fisik unit produk. Tahap ini membagi BDP awal
dan akhir suatu unit, prosentase penyelesaiannya, dan jumlah
unit yang ditransfer keluar.
2) Perhitungan unit ekuivalen. Menyediakan perhitungan tentang
unit ekuivalen.
3) Perhitungan biaya per unit. Menyediakan perhitungan per unit
dalam satuan moneter.
4) Penilaian persediaan. Informasi dari biaya unit selesai dan unit
ekuivalen yang kemudian diolah untuk menunjukkan berapa
biaya unit yang ditransfer dan BDP yang tersisa.
5) Rekonsiliasi Biaya. Tahap ini merupakan pengecekan ulang dari
awal produk yang selesai, BDP, unit ekuivalen hingga unit yang
ditransfer keluar.
3. Barang Dalam Proses Awal
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode pertama masih
terdapat barang dalam proses pada akhir periode. Dimana barang dalam
proses akhir periode pertama akan diberlakukan sebagai barang dalam
proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada periode kedua
sudah terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya
produksi terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yaitu metode masuk
pertama keluar pertama (FIFO) atau metode rata-rata (Average Method).
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan
menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu
periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.
4. Metode FIFO
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang
pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal
periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk
mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang. Oleh
karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian
persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Proses Pemberlakuan Metode FIFO

20
1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam
proses awal menjadi produk selesai.
2) Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat
penyelesaian yang dibutuhkan untuk berubah menjadi produk jadi)
+ Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x Tingkat
penyelesaian yang sudah dinikmati).
5. Metode Rata-rata (Average)
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal
ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang
dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok
rata-rata tertimbang. Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu
merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan
dengan departemen berikutnya yang bersangkutan
Proses Pemberlakuan Metode Rata-rata
1) Di departemen Pertama :
(1) Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya
produksi, yaitu : biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik dengan cara biaya yang melekat pada
persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya
periode berjalan.
(2) Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan
dalam periode yang bersangkutan: Barang jadi (yang
ditransfer ke departemen berikutnya) ditambah barang
dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok
rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi
jumlah unit ekuivalen.

2) Di departemen Lanjutan :
(1) Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari
departemen sebelumnya. Harga pokok tersebut terdiri dari :
Harga pokok persediaan awal dan harga pokok yang
diterima pada periode yang bersangkutan.

21
(2) Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang
ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.
(3) Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen
yang bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari
departemen yang mendahului ditambah harga pokok rata-
rata di departemen yang bersangkutan.
6. Perbandingan Metode FIFO dan Average
Metode rata-rata dan Metode biaya FIFO masing-masing mempunyai
keunggulan tersendiri. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung
seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya
yang lebih layak dan praktis. Metode rata-rata umumnya lebih mudah
untuk digunakan karena perhitungannya lebih mudah. Metode ini paling
sesuai jika hanya bahan baku, biaya konversi dan tingkat persediaan stabil.
Metode FIFO paling sesuai digunakan apabila tingkat harga bahan baku,
biaya konversi atau tingkat persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih
disukai untuk kepentingan pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap
periode independen terhadap periode sebelumnya. Perbedaan mendasar
diantara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan terhadap
persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang dihadapi dalam
prosedur akuntansi biaya proses adalah:
1) Penentuan kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya
seringkali bermasalah;
2) Perhitungan biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang
cermat;
3) Industri yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya
merupakan jenis industry yang banyak menghasilkan produk
(heterogen).

IV. Hybrid Costing (Operation Costing)


Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan maupun dalam
perhitungan biaya berdasarakan proses, perhatian yang cukup besar diberikan
terhadap perhitungan terperinci atas biaya barang dalam proses. Terdapat solusi
yang dapat digunakan untuk menggabungkan dua metode kalkulasi tersebut

22
yaitu penggunaan metode Hybrid Costing. Hybrid costing menggunakan
akumulasi biaya berdasarkan pesanan untuk menelusuri bahan baku langsung
ke batch dan menggunakan akumulasi biaya berdasarkan proses untuk
menelusuri biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.
Kalkulasi biaya hybrid (operasi) sangat tepat bagi perusahaan makanan,
pakaian, furniture, otomotif dan perusahaan sejenis. Sebagai contoh perusahaan
pakaian pria yang membuat pakaian yang berbeda dengan bahan baku kain
yang berbeda namun dengan proses penjahitan dengan mesin yang sama.
Sebagaimana dalam kalkulasi biaya pesanan, akuntan secara spesifik
mengalokasikan bahan baku langsung ke batch dengan menggunakan kalkulasi
biaya operasi (hybrid). Walaupun demikian, tenaga kerja langsung dan
overhead diabsorpsi dengan cara yang sama seperti dalam kalkulasi biaya
berdasarkan proses (process costing), serta membebankan biaya konversi ke
seluruh unit fisik yang melewati operasi dengan menggunakan rata-rata biaya
konversi per unit untuk operasi tersebut.

ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG


Biaya-biaya yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi ketika sumber
daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut
sebagai biaya bersama (commont cost). Contohnya, upah yang dibayarkan pada
penjaga keamanan di suatu pabrik merupakan biaya bersama semua produk berbeda
yang diproduksi di pabrik tersebut. Manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua
produk, tetapi pembebanan biaya keamanan kesetiap produk adalah proses arbitrer.

I. Jenis Jenis Departemen


Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen.
Terdapat dua kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen
pendukung. Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada
pembuatan produk atau jasa yang dijual pada pelanggan. Contoh, departemen
pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan pelayanan
pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini
berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi
tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan. Dalam perusahaan jasa dapat

23
dibagi menjadi departemen produksi dan departemen pendukung. Pabrik
pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan dan
penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan
baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory).

II. Jenis Jenis Dasar Alokasi


Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung: oleh sebab itu,
biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi.
Faktor-faktor penyebabnya adalah variabel atau aktivitas dalam departemen
produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Dalam
memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha
harus dilakukan untuk mengidentivikasi faktor penyebab yang sesuai
(penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya
produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para
manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik.

III. Tujuan Alokasi


Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen
pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:
1) Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan
2) Untuk menghitung profibilitas lini produk
3) Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
4) Untuk meniai persedian
5) Untuk memotivasi para manajer
Jika biaya tidak dialokasikan denga akurat, biaya beberapa jasa dapat
terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan
hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan
mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat dengan
penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa, seseorang
manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba.
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya
departemen pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi, para
menejer dapat memperlakukan jasa ini seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu
saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah jasa lebih besar dari nol.

24
Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer departemen produksi
bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat
memastikan bahwa para manejer akan menggunakan suatu jasa hingga manfaat
marginal suatu jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan
biaya jasa membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang
benar.

IV. Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen Lainnya


1. Tarif Pembebanan Tunggal
Misal bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy
sendiri untuk melayani tiga departemen produksinya (audit, pajak, dan
konsultan menajemen sistem atau MAS). Biaya departemen foto copy
biaya tetap sebesar $26.190 dan biaya variabel sebesar $0,023 per lembar
foto copy (kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh
ketiga departemen produksi adalah sebagai berikut ;
Departemen audit 94.500
Departemen pajak 67.500
Departemen MAS 108.000
Total 270.000
Jika tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190
akan digabungkan dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000
x $0,023). total biaya sebesar $32.400 dibagi dengan estimasi jumlah
lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang akan menghasilkan tarif
per lembar sebesar $0,12.
Jumlah yang dibebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi
jumlah lembar yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual
adalah ssebagai berikut; departemen audit sejumlah 92.000 lembar,
departemen pajak sejumlah 65.000 lembar dan departemen MAS 115.000
lembar. Total biaya foto copy yang dibebankan pada masing-masing
departemen dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Jumlah x Pembebanan = Total
Lembar per Lembar pembebanan

Audit 92.000 $0,12 $11.040


Pajak 65.000 0,12 7.800
MAS 115.000 0,12 13.800

25
Total 272.000 $32.640

Apakah departemen foto copy membutuhkan $32.640 untuk membutuhkan


272.000 lembar? Tidak, departemen foto copy hanya membutuhkan
$32.446 [$26.190 + (272.000 x $0,023)].

2. Tarif Bembebanan Berganda


Walaupun penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini
mengabaikan dampak diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya
variabel departemen pendukung naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai
contoh, biaya kertas dan tinta untuk departemen foto copy meningkat
sesuai peningkatan jumlah lembar yang d foto copy.
1) Pengembangan Tarif Tetap
Biaya jasa tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di
keluarkan guna menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirm
unit jasa yang dibutuhkan oleh departemen produksi. Ketika departemen
pendukung dibentuk, kemampuan mengirimnya dirancang untuk
melayani kebutuhan jangka panjang departemen produksi. Karena
kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan
pelayanan, maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa
tetap berdasarkan kebutuhan tersebut. Yang dapat kita asumsikan
sebagai berikut ;
Jumlah Foto
Persentase Bagian
Copy Biaya
yang x = Departemen
Awal yang Tetap
di Foto copy atas Biaya Tetap
Dianggarkan
Audit 94.500 35 $26.190 $9.167
Pajak 67.500 25 26.190 6.548
MAS 108.000 40 26.190 $10.476
Total 270.000 100 $26.191

2) Pengembangan Tarif Variabel


Tarif variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika
penggerak biaya berubah. Pada departemen foto copy, penggerak biaya
adalah jumlah lembar yang di foto copy. Jika jumlah lembar yang di foto
copy meningkat, kertas dan tinta yang digunakan akan lebih banyak.
Karena biaya rata-rata adalah $0,023 per lembar, maka tarif fariabel

26
adalah $0,023. Tarif variabel ini digunakan dalam hubungan dengan
departeman audit dibebani 35 persen dari biaya yang di tambah $0,023
per lembar yang difoto copy. Departeman pajak akan dialokasikan 25
persen dari biaya tetap ditambah $0,023 perlembar. Sementara itu MAS
akan dialokasikan 40 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 per
lembar.

Jumlah Jumlah Jumlah Total


Foto copy Tetap Variabel Pembebanan
Audit 92.000 $9.167 $2.116 $11.283
Pajak 65.000 6.548 1.495 8.043
MAS 115.000 10.476 2.645 13.121
Tota
l 272.000 $26.191 $6.256 $32.447

3. Penggunaan aktual versus yang di anggarkan


Prinsip umum dari evalusai kerja adalah bahwa manajer tidak boleh di
bebani tanggung jawab atas biaya atau aktivitas yang berada di laur
kendalinya. Karena para manajer departemen produksi memiliki input
yang signifikan berkaitan dengan tingkat jasa yang di konsumsi, mereka
harus di bebani tanggung jawab atas bagian biaya jasa mereka. Namun,
pernyataan ini, mempunyai kualifikasi penting; evaluasi departemen tidak
boleh dipengaruhi oleh tingkat efisiensi yang di capai oleh departemen lain.
Ingatlah bahwa biaya tetap tahunan yang dianggarkan adalah sebesar
$26.190 dan biaya variabel yang dianggarkan adalah $0,023. Ketiga
departemen produksi; audit, pajak, dan MAS. Mengestimasikan penggunan
masing-masing sebesar 94.500 lembar, 57.500 lembar, dan 108.000 lembar.
Berdasarkan data tersebut biaya yang dialokasikan kesetiap departemen
pada awal tahun. Bahwa metode tarif tunggal menghasilkan pengalokasian
yang sama dengan metode tarif berganda apabila angka yang dianggarkan
digunakan.

V. Memilih Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung


Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang
digunakan, perusahaan hatus menetapkan batasan interaksi departemen
pendukung. Selain itu, mereka harus menimbang biaya dan manfaat yang

27
berhubungan dengan ketiga metode pengalokasian biaya. Ketiga metode
pengalokasian biaya adalah metode langsung, metode berurutan dan metode
timbal balik.
1. Metode langsung
Adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan
biaya departemen pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung
ke departemen produksi secara proporsional terhadap masing-masing
departemen pengguna jasa. Biaya tetap juga dialokasikan langsung kepada
departemen produksi, tetapi berdasarkan proporsi pada kapasitas normal
atau praktis departemen produksi.
2. Metode Berurutan
Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara departemen
pendukung telah terjadi. Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh
mengakui interaksi departemen pendukung. Alokasi biaya dilakukan
secara tahap demi setahap mengikuti prosedur penetapan peringkat yang
ditentukan terlebih dahulu. Biasanya urutanya ditentukan dengan
menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah
jasa yang diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil. Tingkat jasa
biasanya di ukur dengan biaya langsung dari setiap departemen
pendukung; departemen dengan biaya tertinggi dinilai sebagai pemberi
dana terbesar.
Alokasi yang di dapatkan dengan metode berurutan di dapatkan
dengan langkah pertama adalah menghitung rasio alokasi. Langkah kedua
adalah mengalokasikan biaya departemen pendukung dengan
menggunakan rasio alokasi yang dihitung pada langkah pertama.
3. Metode timbal balik
Metode ini mengakui semua interaksi di antara departemen
pendukung. Menurut metode ini salah satu departemen pendukung
menggunakan angka departemen lain dalam menentukan total biaya setiap
departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan interksi antara
departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen
pendukung dialokasikan ke departemen produksi.
Total biaya pendukung adalah jumlah dari biaya langsung ditambah
proposisi biaya yang diterima dari departemen pendukung lainnya. Setelah
total biaya setiap departemen pendukung diketahui, alokasi kedepartemen

28
produksi dapat diketahui. Alokasi ini, berdasarkan proporsi output yang
digunakan oleh setiap departemen produksi.

VI. Tarif Overhead Departemen Dan Perhitungan Biaya Produk


Tarif biaya overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung
yang dialokasikan ke biaya overhead, yang secara langsung dapat ditelusuri
pada departemen produksi dan membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas,
seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Dengan menggunakan tarif
tarif ini, biaya produk per unit dapat ditentukan.

VII. Alokasi Biaya Patungan


Produk patungan (joint product) adalah dua atau lebih produk yang
diproduksi secara simultan dengan proses yang sama hingga pada titik
pemisahan. Titik pemisahan (split off point) adalah titik yang produk
patungannya menjadi terpisah dan bisa diidentifikasi.
1) Akuntansi untuk Biaya Produk Patungan
(1) Metode Unit Fisik
(2) Metode Nilai Penjualan Saat Pemisahan
(3) Metode Nilai Bersih Yang Dapat Direalisasikan
2) Produk Sampingan
Proses Produk patungan menghasilkan output yang terdiri atas dua
atau lebih produk yang di produksi secara simultan. Produk sampingan (by
products) memiliki nilai penjualan yang relatif kurang signifikan sehingga
tidak dimasukkan kedalam biaya produk patungan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Liming Guan; Don R. Hansen; Maryanne M. Mowen. 2009. Cost Management. 6th
Edition. South-Western Cengage Learning. USA.

Anda mungkin juga menyukai