Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG

Mata kuliah listrik kapal merupakan mata kuliah yang memelajari dan memahami berbagai fungsi
atau cara kerja mesin-mesin listrik yang digunakan di kehidupan kapal. Mahasiswa selain
dianjurkan mampu mendalami secara teori juga harus paham secara praktik. Sehingga,
diadakannya praktikum listrik ini.

Praktikum ini berkaitan dengan wheatstone bridge. Jembatan Wheatsone merupakan suatu
susunan rangkaian listrik untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya
(besarnya). Kegunaan dari jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan
dengan cara arus yang mengalir pada galvonometer sama dengan nol (karena potensi ujung-
ujungnya sangat besar) sehingga dapat dirumuskan dengan perkalian silang.

Rangkaian jembatan Wheatstone adalah susunan dari empat buah hambatan yang mana 2 dari
hambatan tersebut adalah hambatan variabel dan hambatan yang belum diketahui bersama yang
disusun seri satu sama lain dan pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah galvanomater dan pada
titikdiagonal lainnya diberikan sumber tegangan.

II.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum Wheatstone Bridge ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui metode perhitungan untuk
mencari nilai resistansi suatu variabel resistansi yang belum diketahui nilainya

III.1 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana nilai resistansi yang diatur dengan potensiometer (Rs) pada rangkaian wheatstone
bridege dengan nilai Rx yang ditentukan hingga pada milliammeter menunjukan nilai nol?
2. Bagaimana nilai resistansi standart Rs pada kondisi seimbang dengan memperhatikan nilai arus
yang melalui rangkaian jembatan (A) dengan menggunakan variasi rasio antara R1 dan R2
pada rangkaian wheatstone bridge?
3. Bagaimana nilai resistansi standart Rs dengan variasi rasio R1/R2 serta Rs/Rx pada rangkaian
wheatstone bridge menggunakan arus AC dari function generator dengan memperhatikan
keseimbangan nilai voltase (mV) pada rangkaian?
BAB II
DASAR TEORI
II.1 PENGERTIAN BRIDGES DAN KEMAMPUANNYA

Rangkaian Listrik Jembatan (Electrical Bridge) adalah rangkaian listrik yang digunakan untuk
mengukur nilai-nilai besaran listrik seperti resistansi (R) yang merupakan kemampuan untuk
menghambat arus listrik; kapasitansi (C), yang merupakan kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik; dan induktansi (L), yang merupakan kemampuan untuk membuat arus listrik yang
menghasilkan medan magnet.
2.1.1 Wheatstone Bridge
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur suatu
tahanan yang tidak diketahui besarannya. Jembatan Wheatstone digunakan untuk memperoleh
ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil.
Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yang merupakan segiempat A-B-C-D
dalam hal ini dimana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah
galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer
itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut. Kegunaan dari
Jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang
mengalir pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar).
Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam empat tahanan dan sumber tegangan yang
dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada kedua diagonal yang lain dimana
galvanometer ditempalkan seperti yang diperlihatkan pada jembatan wheatstone. Praktikum
Jembatan Wheatstone ini mempunyai alat yang paling umum digunakan untuk pengukuran
tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 . Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan
R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti
dan dapat diatur.

Gambar 2.1.1 Wheatstone Bridge


(Sumber: Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

Jembatan wheatstone ini memiliki kelebihan dan kekurangan dapat disebutkan antara
lain :
Kelebihan :
1. Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar
Kekurangan :
1. Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup
2. Tidak akuratnya hasil data praktikum dikarenakan alat yang rusak

2.1.2 Wien Bridges


Jembatan Wien dikemukakan di sini bukan hanya untuk pemakaiannya sebagai
jembatan arus bolak-balik guna mengukur frekuensi, tetapi juga untuk berbagai rangkaian
lainnya. Jembatan Wien memilikisebuah kombinasi seri RC dalam satu lengan dan sebuah
kombinasi paralel RCdalam lengan di sebelahnya.

Gambar 2.1.2 Wien Bridges


(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.3 Scheering Bridge


Jembatan Scheering adalah salah satu jembatan arus bolak balik yang digunakan untuk
mengukur kehilangan daya. Faktor daya dielektrik dan sangat bermanfaat untuk mengukur
sifat-sifat isolasi yaitu padas sudut-sudut fasa yang mendekati 90

Gambar 2.1.3 Scheering Bridges


(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.4 Maxwell inductance Bridge


Jembatan Maxwell Inductance adalah salah satu jembatan untuk mengukur induktansi
yang tidak diketahui dalam kapasitansinya yang diketahui. Salah satu lengan perbandingan
mempunyai sebuah tahanan dan sebuah kapasitansi dalam hubungan paralel, dan untuk hal ini
adalah lebih mudah untuk menuliskan persamaan kesetimbangan dengan menggunakan
admitansi lengan 1 sebagai pengganti im-pedansi.
Gambar 2.1.4 Maxwell inductance Bridge
(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.5 Maxwell wien atau L/C Bridge


Jembatan Maxwell-Wien merupakan modifikasi ke sebuah jembatan Wheatstone
digunakan untuk mengukur induktansi yang tidak diketahui (biasanya nilai Q rendah) dalam hal
ketahanan dikalibrasi dan kapasitansi. Ini adalah jembatan produk yang nyata. Ia menggunakan
prinsip bahwa sudut fase positif dari impedansi induktif dapat dikompensasikan dengan sudut
fase negatif dari impedansi kapasitif ketika dimasukkan ke dalam lengan yang berlawanan dan
rangkaian resonansi; yaitu, tidak ada perbedaan potensial di seluruh detektor dan karenanya
tidak ada arus yang mengalir melalui itu. Induktansi diketahui kemudian menjadi dikenal dalam
hal kapasitansi ini.

Gambar 2.1.5 Maxwell wien atau L/C Bridge


(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.6 Anderson Bridges


Anderson Bridge adalah jembatan AC digunakan untuk mengukur diri induktansi
dari kumparan. Ini merupakan modifikasi dari Wheatstones Bridge. Hal ini memungkinkan kita
untuk mengukur induktansi dari kumparan menggunakan kapasitor dan resistor dan tidak
memerlukan balancing ulang jembatan.
Gambar 2.1.6 Anderson Bridges
(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.7 Hay Bridges


Jembatan Hay berbeda dari Jembatan Maxwell yaitu mempunyai tahanan R1 yang seri
dengan kapasitor standar C1 sebagai pengganti tahanan paralel. Kelihatan bahwa pada sudut-
sudut fasa yang besar, R1akan mempunyai nilai yang sangat rendah. Dengan demikian
rangkaian Hay lebih menyenangkan untuk pengukuran Q tinggi. Persamaan-persamaan
setimbang juga diturunkan dengan memasukan nilai interpedansi elngan-lengan jembatan ke
dalam persamaan umum kesetimbangan jembatan.

Gambar 2.1.7 Hay Bridges


(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.8 Owen Bridges


Kalau R1 dalam jembatan Hay ditukar dengan variable C, maka versi ini dikenal menjadi
Jembatan Owen. Keuntungan Jembatan Owen :
1. Untuk mencapai keseimbangan mudah sekali karena variable C2 dan R2 secara terpisah
menentukan R1 dan L1.
2. Tidak tergantung frekuensi
3. Dapat dipakai untuk mengukur daerah induktansi yang lebar.
Gambar 2.1.8 Owen Bridges
(Sumber : Arsip Pribadi, 2017)

2.1.9 De Sauty Bridges


De Sauty Bridge mengukur kapasitansi yang tidak diketahui dalam hal kapasitansi
standart yaitu membandingkan lengan dua rasio dua kapasitansi ini jembatan terdiri murni
resistor dan dua terdiri dari kapasitor dimana salah satu dari nilai yang diketahui dan yang lain
adalah kapasitor.

C1 = Capacitor yang kapasitansi harus diukur


C2 = kapasitor standa
Gambar 2.1.9 De Sauty Bridges
(Sumber : Arsip Pribadi, 2017 )
II.2 BAGIAN BAGIAN RANGKAIAN WHEATSTONE BRIDGE

Suatu rangkaian disebut sebagai Wheatstone Bridge bila rangkaiannya seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1. Rangkaian Wheatstone Bridge


(Sumber : Arsip Pribadi)

Sehingga dapat terlihat bahwa wheatstone bridge selain memiliki komponen kabel, komponen
listrik lainnya adalah resistor dan galvanometer atau dapat digantikan dengan milliammeter.
1. Instrumentation Module
Sebagai pengubah bentuk sinyal input menjadi sinyal output dalam bentuk lain.

Gambar II.2.1 Instrumentation Module


(Sumber : Arsip Pribadi)

2. Power Amplifier
Sebagai pengubah sinyal input dengan amplitudo rendah menjadi sinyal output dengan
amplitudo tinggi pada frekuensi tetap.

Gambar II.2.2 Power Amplifier


(Sumber : Arsip Pribadi)
3. Resistor
Sebagai hambatan pada rangkaian wheatstone bridge.

Gambar II.2.3 Resistor


(Sumber : Arsip Pribadi)

II.3 ALAT ALAT PENDUKUNG PADA DALAM PROSES PERANGKAIAN


II.3.1 Pengertian Power Supply

Power Supply adalah alat atau perangkat keras yang mampu menyuplai tenaga
atau tegangan listrik secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan listrik
yang lainnya. Power supply biasanya digunakan untuk komputer dan perangkat listrik
sebagai penghantar tegangan listrik secara langsung kepada komponen-komponen
atau perangkat keras lainnya yang ada di komputer atau perangkat listrik tersebut.
Power supply memiliki input dari tegangan yang berarus alternating current (AC)
dan mengubahnya menjadi arus direct current (DC) lalu menyalurkannya ke berbagai
perangkat keras yang ada dikomputer kita. Karena memang arus direct current (DC)-lah
yang dibutuhkan untuk perangkat keras agar dapat beroperasi, direct current biasa
disebut juga sebagai arus yang searah sedangkan alternating current merupakan arus
yang berlawanan.

Gambar 2.2. DC Power Supply


(Sumber : Arsip Pribadi)
II.3.2 Pengertian Function Generator
Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau
membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk
gelombang pulsa. Function generator terdiri dari generator utama dan generator
modulasi. Generator Utama menyediakan gelombang output sinus, kotak, atau
gelombang segitiga dengan rangkuman frekwensi 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator
modulasi menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak, dan segitiga dengan
rangkuman frekwensi 0,01 Hz sampai 10 kHz. Generator sinyal input dapat digunakan
sebagai Amplitudo Modulation (AM) atau Frequensi Modulation (FM). Selubung
(envelope) AM dapat diatur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekwensi
pembawanya hingga 5%.

Gambar 2.3. Function Generator


(Sumber : Arsip Pribadi)

II.3.3 Pengertian Voltmeter

Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan
atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus
listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan voltmeter (V),
milivoltmeter (mV), mikrovoltmeter, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter ditemukan
dalam dua jenis yaitu voltmeter analog (dengan jarum penunjuk) dan voltmeter digital.
Voltmeter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang dapat
diukur oleh voltmeter tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh voltmeter melebihi batas
ukurnya, voltmeter akan rusak.
Gambar 2.4. Voltmeter
(Sumber : Arsip Pribadi)

II.3.5 Pengertian Potensiometer


Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai
Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun
kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong
dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar
dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Gambar 2.5 Potensiometer


(Sumber: teknikelektronika.com)
II.4 PENGARUH ARUS PADA RANGKAIAN WHEATSTONE BRIDGE
II.4.1 Arus DC Pada Rangkaian
Arus DC pada rangkaian menghasilkan nilai arus yang melewati bridge (jembatan)
bernilai stabil karena karakteristik arus DC yang stabil sehingga arus yang mengalir pada
rangkaian W. Bridge dapat dengan mudah diatur sehingga bernilai nol.

Gambar II.4.1 Rangkaian W. Bridge Menggunakan Arus DC


(Sumber : Arsip Pribadi)

II.4.2 Arus AC Pada Rangkaian


Pada dasarnya input W. Bridge merupakan arus DC, akan tetapi tidak ada alasan tidak
bisa menggunakan arus AC sebagai inputnya. W. Bridge itu sendiri akan bekerja dengan cara
yang serupa. Menerapkan arus AC pada rangkaian W. Bridge memberikan kita fleksibilitas
tambahan seperti kita tidak lagi terbatas pada hambatan/resistor sebagai komponen dalam W.
Bridge. Kita dapat memasukkan kapasitor dan induktor. Hal ini memungkinkan kita untuk
membuat keseimbangan W. Bridge tergantung kepada frekuensi dan/atau impedansi.
Persamaan dasarnya serupa dengan ketika menggunakan arus DC, yaitu: Z1/Z2 = Z3/Z4.

Gambar II.4.2 Rangkaian W. Bridge Menggunakan Arus AC


(Sumber : Arsip Pribadi)
II.5 APLIKASI RANGKAIAN WHEATSTONE BRIDGE
II.5.1 Aplikasi Di Bidang Marine
Perhitungan jumlah ikan secara otomatis
Perancangan dan pembuatan perhitungan ikan secara otomatis diciptakan alat-
alat yang bertujuan untuk mempermudah tugas manusia dalam pekerjaan sehari-hari.
Dalam bidang perikanan perlu diciptakan suatu alat yang dapat menmggantikan
tugas manusia untuk menghitung jumlah ikan-ikan saat beri makan ikan-ikan, akan
menjaga jumlah ikan-ikan dalam jumlah banyak sehingga tugas manusia dapat
digantikan oleh alat ini juga dapat mempercepat proses perhitungan ikan otomatis ini
dapat dihitung jumlah ikan dalam jumlah banyak, dalam waktu yang relatif cepat.
II.5.2 Aplikasi Di Bidang Darat
Sensor Gas Methane TGS 2611
Sensor gas TGS 2611 adalah sensor gas yang memiliki sensitifitas tinggi
terhadap adanya konsentrasi gas methane disekitar sensor tersebut. Sensor gas TGS
2611 ini akan memberikan perubahan resistansi apabila mendeteksi adanya gas
methane disekitar sensor. Sensor gas TGS2611 memiliki konsumsi arus yang rendah
sehinga dapat digunakan dalam waktu yang lama. Konsumsi arus utama dari sensor
gas TGS 2611 adalah pada bagian heater sensor yaitu 56 mA. Sensor gas TGS 2611 ini
memiliki bentuk fisik yang kecil sehingga dapat digunakan dalam perlatan detektor
gas yang praktis. Sensor gas TGS 2611 ini membutuhkan sumber tegangan DC +5
volt yang digunakan untuk mengoperasikan heater pada sensor gas dan memberikan
output perubahan tegangan dari perubahan resistansi pada sensor gas TGS2611
tersebut.
Mengukur reganggan pada benda uji seperti beton dan baja (strain gauge)
Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita yang terdiri
dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji berdasarkan perubahan
hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini direkatkan kuat pada
benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama dengan deformasi pada
strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi
perubahan dimensi dari material tersebut sesuai dengan sifat2 elastisitas benda.
Perubahan dimensi pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik,
ingat persamaan R = .L/A. Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga
untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan
Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam
strain gauge.
Lampu Pijar
Lampu pijar merupakan sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan
cahaya. Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor. Saat
dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat
Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya yang
dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur
yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang
gelombang yang kasat mata. Dalam penerapan jembatan wheatstone ini lampu pijar
dapat difungsikan sebagai hambatan yang belum diketahui nilai resistansi nya.
Sehingga dapat diketahui nilai hambatan melalui rangkaian tersebut.
Motor 3 fasa
Penerapan jembatan wheatstone ini yaitu untuk mengetahui niai resistansi
atau hambatan yang terdapat suatu mesin atau alat tertentu. Salah satunya pada
motor 3 phase. Motor 3 phase adalah motor yang bekerja dengan memanfaatkan
perbedaan fasa pada sumber untuk menimbulkan gaya putar pada bagian rotornya.
Transformator
Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menaikkan
atau menurunkan tegangan sehingga dapat dimanfaatkan ke alat rumah tangga atau
dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada transformator pun pada dasarnya
memiliki suatu hambatan atau nilai resistansinya, dan untuk dapat mengetahuinya
dapat menggunakan jalan percobaan jembatan wheatstone dimana hambatan yang
belum diketahui adalah hambatan transformator.
BAB III
DATA PRAKTIKUM
III.1 PERALATAN DAN FUNGSI

No Nama Gambar Fungsi


Instrumentation Model dari
1 Modul TK2941A jembatan
wheatstone
No Nama Gambar Fungsi
2 Power Amplifier Menstabilkan arus
TK2941B DC yang masuk
pada jembatan
wheatstone

3 Power Supply 01- Menghasilkan arus


100 atau tegangan DC

4 Function Menghasilkan arus


Generator FG 601 atau tegangan AC
dengan nilai
tegangan dan
frekuensi yang
dapat diatur

5 Multimeter Mengukur nilai


hambatan Rs yang
digunakan

6 Kabel Mengalirkan arus


atau tegangan
No Nama Gambar Fungsi
7 Potensiometer Hambatan Rs pada
jembatan
wheatstone

8 Resistor Hambatan Rx pada


jembatan
wheatstone dengan
nilai 100 , 1k ,
10k

III.2 LANGKAH PERCOBAAN

a. Sebelumnya persiapkan peralatan yang akan digunakan seperti paa keterangan alat yang
digunakan
b. Rangkai instrumentasi modul TK 2941 A sesuai pada rangkaian yang terdapat pada gambar.
c. Ikuti variasi variabel pada setiap tabel untuk mencari nilai resistansi dengan rasio yang telah
ditentukan
d. Ikuti instruksi tabel selanjutnya sesuai dengan rangkaian yang ada.
III.2.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Persiapkan Instumentation Modul TK2941A serta Power Amplifier TK 2941 B serta
Power Supply dan kabel
Sambungkan seluruh peralatan tadi sesuai dengan gambar yang tertera
Menyalakan power supply untuk memberi masukan kepada rangkaian
Pilih resistor lalu pasangkan kedalam rangkaian sesuai dengan permintaan dari tabel
pengamatan
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potasiumeter
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai
hambatan
Catat hasil pengamatan
Gambar III.2.1.2 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
(Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017)

Gambar 3.2.1.2 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge


(Sumber : Dokumen Pribadi)

III.2.2 Rangkain Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge


Rangkaian dari hasil percobaan awal sedikit dimodifikasi
Pasang kembali resistor sesuai dengan permintaan dari tabel pengamatan
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potasiumeter
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai
hambatan
Melakukan dan catat hasil pengukuran dari percobaan
Gambar 3.3. Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge
(Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017)

III.2.3 Rangkaian Wheatstone Bridge pada Arus AC


Persiapkan Instrumentation Modul , Power Amplifier , Function Generator dan Kabel.
Sambungkan seluruh peralatan tadi sesuai dengan gambar yang tertera.
Pasang resistor yang telah ditentukan pada tabel pengamatan.
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potasiumeter
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai
hambatan
Catat hasil pengukuran dari percobaan.

Gambar 3.5. Rangkaian Wheatstone Bridge pada Arus AC


(Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017)

Gambar 3.64. Rangkaian Wheatstone Bridge pada Arus AC


(Sumber : Dokumen Pribadi)

3.1 DATA HASIL PENGAMATAN

3.1.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge


No R1 R2 Rx Rs
1 10k 10k 100 85,3
1k 819
10k 8600
2 10k 1k 100 957
1k 857
10k 848
3 1k 10k 100 13
1k 0,09
10k 1100

3.1.2 Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge

R1=R2 Rs (Kondisi Arus kondisi


Setimbang) setimbang (mikro
Ampere)
100 846 14,6
1k 690 10,3
10k 949 2,5
100k 1196 0,2
R1 R2 Rasio Rs Arus
setimbang setimbang
(mikro
Ampere)
100 1k 1:10 842 2,4
1k 10k 1:10 790 1,3
10k 100k 1:10 946 0,2
100 10k 1:100 81 0
1k 100k 1:100 8 0
1k 100 10:1 770 25,7
10k 1k 10:1 808 14,7
100k 10k 10:1 919 2,7
10k 100 100:1 600 27,8
100k 1k 100:1 884 15,3

Rangkaian Wheatstone Bridge pada Arus AC


R1 R2 Rs Rx Tegangan R1/R2 Rs/Rx
setimbang
(mV)
1k 1k 60 1k 2 1 0,060
10k 1k 454 1k 3,3 10 0,454
100k 1k 504 1k 3,8 100 0,504
1k 10k 469 1k 0 0,1 0,469
10k 10k 429 1k 1,5 1 0,429
100k 10k 522 1k 3,4 10 0,522
BAB 4
ANALISA DATA
4.1 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Nilai Rs dapat dihitung dengan:
Rs = R1 x Rx / R2
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan pertama:
Rs = 10.000 x 100 / 10.000
Rs = 100

R1 R2 Rx Rs Rs Rs dengan Error
Hitungan Rs Hitungan
10k 10k 100 85,3 100 14,7 14,7 %
1k 819 1k 181 18,1 %
10k 8600 10k 1400 14 %
10k 1k 100 957 1k 43 4,3 %
1k 857 10k 9143 91,43 %
10k 848 100k 99152 99,15 %
1k 10k 100 13 10 3 30 %
1k 0,09 100 99,91 99,91 %
10k 1100 1k 100 10 %

Pada hasil percobaan rangkaian dasar wheatstone bridge diatas, nilai Rs yang didapat
pada praktikum dan nilai Rs hitungan memiliki perbedaan yang semakin besar ketika nilai
Rx meningkat.
Hal ini kemungkinan terjadi akibat arus yang kurang stabil atau pembacaan miliammeter
yang kurang tepat, karena nilai yang diukur sangat kecil ataupun juga dapat disebabkan
oleh multimeter yang digunakan untuk mengukur nilai dari tahanan Rs kurang akurat.
4.1.2 Rangkaian Pengujian Sensitifitas Wheatstone Bridge
Untuk R1=R2, Nilai Rs dapat dihitung dengan:
Rs = R1 x Rx / R2
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan pertama:
Rs = 100 x 1000 / 100
Rs = 1000
R1=R2 Rs (Kondisi Rs Error Arus kondisi
Setimbang) Hitungan setimbang
100 846 1000 15,4 % 14,6 A
1k 690 1000 31 % 10,3 A
10k 949 1000 5,1 % 2,5 A
100k 1196 1000 19,6 % 0,2 A
Begitu juga untuk R1 dan R2 yang berbeda, Rs juga dapat dihitung dengan:
Rs = R1 x Rx / R2
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan pertama:
Rs = 100 x 1000 / 1000
Rs = 1000

R1 R2 Rasio Rs Rs Error Arus


setimba Hitungan setimbang
ng
100 1k 1:10 842 100 74,2 % 2,4 A
1k 10k 1:10 790 100 69 % 1,3 A
10k 100k 1:10 946 100 84,6 % 0,2 A
100 10k 1:100 81 10 71 % 0 A
1k 100k 1:100 8 10 2% 0 A
1k 100 10:1 770 10000 92,3 % 25,7 A
10k 1k 10:1 808 10000 91,92 % 14,7 A
100k 10k 10:1 919 10000 90,81 % 2,7 A
10k 100 100:1 600 100000 99,4 % 27,8 A
100k 1k 100:1 884 100000 99,1 % 15,3 A
Pada pengujian sensitifitas wheatstone bridge, nilai arus yang muncul pada rangkaian ketika Rs
masih nol akan semakin kecil ketika R1 dan R2 semakin besar, hal ini dapat terlihat pada hasil
percobaan diatas baik untuk R1 = R2 maupun R1 dan R2 yang tidak setimbang.
Hal ini berkesesuaian dengan rumus dasar tegangan, dimana tegangan adalah hasil kali dari arus
dengan resistance, dimana pada kasus ini v adalah konstan dan ketika R meningkat, maka arus
akan turun.
4.1.3 Rangkaian Pengujian pada Arus AC
Nilai Rs dapat dihitung dengan:
Rs = R1 x Rx / R2
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan pertama:
Rs = 1000 x 1000 / 1000
Rs = 100
R1 R2 Rs Rs Error Tegangan R1/R2
Hitungan setimbang
1k 1k 60 1000 94 % 2 mV 1
10k 1k 454 10000 95,5 % 3,3 mV 10
100k 1k 504 100000 99,5 % 3,8 mV 100
1k 10k 469 100 36,9 % 0 mV 0,1
10k 10k 429 1000 57,1 % 1,5 mV 1
100k 10k 522 10000 94,7 % 3,4 mV 10
Pada percobaan menggunakkan arus AC, nilai dari tegangan pada keadaan Rs nol akan semakin
meningkat ketika R1 juga meningkat, hal ini dapat terlihat pada tabel hasil pengamatan meskipun
terdapat satu data yang memiliki error yang sangat besar dikarenakan arus listrik yang tidak stabil
yang sudah menjadi karakteristik dari arus AC.
Hal ini berkesesuaian dengan rumus dasar tegangan, dimana tegangan adalah hasil kali dari arus
dengan resistance dan pada kasus ini arus adalah konstan dan nilai resistance ditingkatkan
sehingga nilai dari tegangan juga ikut meningkat.
BAB V
KESIMPULAN

1. Wheatstone bridge berfungsi untuk mengetahui suatu nilai tahanan yang belum diketahui nilainya
dengan cara memasangkannya pada rangkaian wheatstone bridge.
2. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik dengan ketilitian yang tinggi.
3. Perhitungan yang digunakan adalah R1 x Rx = R2 x Rs, apabila harga R1 dan R2 konstan dan nilai
Rx semakin besar maka Rs semakin besar pula.
4. Nilai resistansi standart Rs atau resistansi yang diatur dengan potensiometer pada rangkaian
wheatstone bridge berbanding lurus dengan nilai Rx. Semakin besar nilai Rx yang ditentukan maka
semakin besar pula nilai Rs yang terjadi.
5. Nilai resistansi standart Rs pada kondisi setimbang berbanding terbalik dengan nilai arus yang
melalui suatu rangkaian jembatan (A) dengan menggunakan variasi rasio antara R1 dan R2 pada
rangkaian wheatstone bridge. Jika rasio semakin besar maka semakin besar nilai Rs namun semakin
kecil nilai arusnya (A)
6. Nilai resistansi standart Rs dengan variasi rasio R1/R2 serta Rs/Rx pada rangkaian wheatstone
bridge menggunakan arus AC dari function generator berbanding lurus dengan keseimbangan nilai
voltase (mV) pada rangkaian. Jika rasio semakin besar maka nilai Rs semakin besar diikuti besarnya
nilai voltasenya (mV).

Anda mungkin juga menyukai