ABSTRAK
ANALISIS DAN PEMODELAN FILTER HEPA PADA SISTEM PEMURNIAN HELIUM RGTT200K.
Tahapan pertama dari sistem pemurnian helium pada RGTT200K (Reaktor Berpendingin Gas Temperatur
Tinggi 200 MW th Kogenerasi) adalah penyaringan pengotor helium berbentuk partikulat. Partikulat ini
adalah debu karbon dan radionuklida produk fisi. Kedua partikulat ini bercampur dalam pendingin dan
harus dihilangkan. Penyaringan dilakukan menggunakan filter HEPA (High Efficiency Particulate Air).
Filter HEPA akan menangkap debu karbon melalui mekanisme intersepsi, impaksi inersia, dan difusi. Tujuan
pemodelan filter HEPA adalah untuk menentukan jumlah stage yang harus digunakan agar mendapatkan
helium yang terbebas dari pengotor berbentuk partikulat. Metodologi yang digunakan dalam mendesain filter
HEPA adalah dengan membuat flowsheet diagram, menentukan kebutuhan jumlah stage, kemudian
menganalisis konsentrasi debu pada masukan dan keluaran berdasarkan efisiensi filter HEPA. Aliran masuk
ke filter HEPA dibagi menjadi 3, dua aliran selalu beroperasi dan sebuah aliran stand by untuk digunakan
pada saat perawatan atau kejadian aliran blockage. Agar filter HEPA berumur panjang maka aliran sebelum
masuk filter didinginkan dengan cooler. Jumlah minimum stage pada setiap aliran adalah 2 buah, terdiri
dari filter 0,5 m (F1), dan 0,3 m (F2). Kedua filter ini akan menangkap debu karbon melalui mekanisme
impaksi inersia, intersepsi dan difusi sesuai karakteristik kinerja masing-masing filter. Dengan efisiensi
99,97% (F1) dan 99,99% (F2) maka dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh debu karbon dalam aliran
sistem purifikasi akan dibersihkan.
Kata kunci: pemodelan, filter, HEPA, debu, karbon, helium
ABSTRACT
ANALYSIS AND MODELLING HEPA FILTER OF RGTT200K HELIUM PURIFICATION SYSTEM.
The first stage of helium purification system is a helium impurities particulate filtering. Both particulates
should be removed in helium coolant. This process is done by using HEPA filters (High Efficiency Particulate
Air Filter). HEPA captures carbon dust and fission product particles by interception, inertia impaction and
diffusion mechanism. By designing the number of HEPA filter stages require in the helium purification
system, the coolant will be free from both particles. The methodology used in HEPA filters design is creating
the flow sheet diagram, determining the number of stages need, and analysis dust concentration at the input
and output. The main primary coolant divides into 3 parallel flows, two flows are in operation and one flow is
standby. The standby flow is used during maintenance operation or flow blockage incident. Due to year life
consideration the intake flow is cooled by cooler. The minimum number of stage in each flow is consisting 2
types of HEPA filters. The HEPA filters sizes are 0.5 m (F1) and 0.3 m (F2). Both filters will capture the
carbon dust through inertia impaction, interception, and diffusion mechanism as well as each characteristic.
Due to 99.97% (F1) and 99.99% HEPA filter efficiency, it can be concluded that almost all carbon dust in the
purification system flow will be removed.
Key words: modeling, HEPA, filter, carbon dust, helium
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Sriyono ISSN 0216 - 3128 217
sebagai supplai energi untuk produksi hidrogen dan konversi energinya seperti halnya desain PBMR
gasifikasi/liquifaksi batu bara. Afrika Selatan. Garis besar sistem konversi energi
RGTT200K didesain menggunakan bahan bakar RGTT200K seperti ditunjukkan pada Gambar 1[2].
berbentuk pebble dengan diameter bola bahan bakar Helium disirkulasi sebagai pendingin primer yang
6 cm. Bahan bakar pebble ini berintikan ribuan panasnya diambil oleh air pada sistem sekunder
kernel bahan bakar yang dilapisi TRISO (Tripple melalui steam generator. Pada sistem primer, helium
Isotropic Carbon Coated). Tiga lapis itu adalah mengalir mengambil panas dari teras dan
lapisan buffer, lapisan pyrocarbon (PyC) dan lapisan bersinggungan langsung dengan bahan bakar.
silikon karbida (SiC). Berdasarkan pengalaman
pengoperasian RGTT didunia, desain RGTT yang
menggunakan bahan bakar pebble lebih banyak
menghasilkan debu daripada RGTT berbahan bakar
prismatik. Debu karbon ini akan terbawa dalam
aliran sistem pendingin[1,3].
Dengan adanya sisi primer dengan aliran helium
yang banyak mengandung debu karbon, maka pada
sisi ini harus didesain sistem pemurnian yang mampu
menghilangkan debu karbon tersebut. Salah satu
tahapan proses pada sistem pemurnian helium adalah Gambar 1. Sistem Konversi Siklus Tak
dengan penyaringan menggunakan filter HEPA Langsung RGTT200K [2]
(High Efficiency Particulate Air Filter). Agar
Penanganan permasalahan debu pada
didapatkan proses pengambilan debu yang efektif
pengoperasian RGTT sangatlah vital. Jumlah debu
dan efisien sehingga didapatkan helium terbebas dari
ini sangat bervariasi terutama sangat ditentukan oleh
debu, maka konfigurasi dan kebutuhan stage filter
jenis bahan bakar yang digunakan. Berdasarkan
HEPA harus ditentukan. Metodologi yang digunakan
pengalaman pengoperasiannya, pada RGTT berbahan
untuk mendesain konfigurasi filter HEPA adalah
bakar pebble ditemukan jumlah debu yang lebih
dengan membuat flowsheet diagram, menentukan
banyak dibandingkan yang berbahan bakar prismatik.
kebutuhan jumlah stage, kemudian menganalisis
Sumber-sumber debu terutama dihasilkan dari:
konsentrasi debu pada masukan dan keluaran filter
mekanisme gesekan antar bahan bakar, insersi batang
HEPA. Tujuan pemodelan adalah mendapatkan
kendali (terjadi pada desain AVR, Germany),
konfigurasi stage filter HEPA sehingga mampu
dekomposisi kontaminasi minyak dalam pendingin,
membersihkan sistem pendingin helium dari
proses dekarburisasi paduan baja karena pelepasan
pengotor debu karbon dan radionuklida produk fisi.
debu karbon ke sistem pendingin akibat perbedaan
Karakteristik, konfigurasi, dan analisis dari filter
konsentrasi karbon pada material pendingin dengan
HEPA yang digunakan akan dijelaskan secara lebih
konsentrasi karbon yang terbawa pada aliran
detil dalam makalah ini.
pendingin, debu grafit dari teras yang dihasilkan baik
METODOLOGI dari pengisi (filler) untuk kemurnian tinggi grafit dan
pengikat (binder) grafit. Pengikat ini akan
Metodologi yang digunakan dalam mendesain mengakibatkan grafit yang digunakan kurang murni
kebutuhan stage filter HEPA adalah dengan dan mempunyai sifat yang lebih reaktif. Berdasarkan
membuat flowsheet diagram, menentukan kebutuhan standar ASME 2007 AG-1, bahwa spesifikasi filler
jumlah stage, kemudian menganalisis konsentrasi dan binder untuk grafit nuclear grade ukuran
debu pada masukan dan keluaran filter HEPA. partikelnya antara 1,68-4 m.
Jumlah kebutuhan stage ditentukan berdasarkan pada Ukuran debu yang dihasilkan oleh sumber-
kuantitas/jumlah dan ukuran partikel debu yang sumber penghasil debu di atas sangat bervariasi. Pada
masuk ke sistem pendingin. Data jumlah dan umumnya ukuran ini mulai dari 0,1 m sampai
kuantitas ukuran partikel debu diperoleh dari dengan 1 m. Ukuran debu > 1 mikron akan mudah
beberapa literatur yang melaporkan berbagai terpresipitasi/terendapkan dalam permukaan material,
pengalaman pengoperasian RGTT di dunia. Filter sedangkan ukuran yang lebih kecil akan terbawa
HEPA yang digunakan adalah HV HEPA (High dalam aliran. Debu karbon yang mengendap dalam
Volume HEPA), terbuat dari bahan fiberglass, dengan permukaan material akan terakumulasi sesuai usia
kerangka aluminium tahan pada temperatur dan reaktor dan dengan temperatur dan tekanan yang
tekanan tinggi. tinggi maka sifatnya akan bertambah menjadi
SUMBER-SUMBER DEBU KARBON semakin keras.
Selain debu karbon, partikel pengotor pendingin
PADA RGTT helium adalah radionuklida produk fisi. Radionuklida
RGTT200K adalah reaktor nuklir yang ini terbawa dalam aliran pendingin bercampur
menggunakan siklus tidak langsung dalam sistem dengan debu atau pengotor lain, radionuklida-
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
218 ISSN 0216 - 3128 Sriyono
radionuklida ini dimungkinkan akan terdeposisi pada 2. Proses tumbukan inersia (inertia impaction),
permukaan pipa/struktur melalui mekanisme sorpsi dimana partikel-partikel yang berukuran lebih
atau kondensasi. besar tidak dapat menghindari serat fiberglass
dan langsung bertabrakan dengan serat fiberglass
FILTER HEPA DAN MEKANISME yang bergerak mengikuti contour aliran udara
PENYERAPAN PARTIKEL DEBU yang datang. Partikel debu akan dipaksa secara
langsung untuk menyatu dalam serat. Proses
Filter HEPA pada umumnya dibuat dari bahan
impaksi mudah terjadi pada gas berkecepatan
fiberglass yang disusun sebagai sebuah matras.
tinggi. Mekanisme proses impaksi ditunjukkan
Diameter serat gelas (fiberglass) antara 0,2-0,5 m.
oleh Gambar 4.
Faktor utama yang mempengaruhi fungsi
penangkapan sebuah HEPA adalah diameter serat,
ketebalan filter, kecepatan aliran permukaan (surface
velocity). Ruang udara antar serat filter HEPA lebih
besar dari 0,3 m. Salah satu contoh filter HEPA tipe
HV (High Volume) HEPA ditunjukkan pada Gambar
2.[4,5]
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Sriyono ISSN 0216 - 3128 219
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
220 ISSN 0216 - 3128 Sriyono
P-1
ALIRAN UTAMA
P-1
GCS1
COOLER
P-12
F1 F2
V-1
GCS2
E-2 E-5
P-2 F1 F2
P-20
P-3
Ke Oksidator
OPERATION FLOW
CuO
V-2
E-3 E-6
P-14
E-8
P-13 HEATER
STAND BY FLOW P-7 P-21 P-23 P-24
F1 F2
V-3
E-4 E-7
Keterangan :
P-6
P-22
GCS1 = Gas Chromatografi Sensor Input P-8
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Sriyono ISSN 0216 - 3128 221
Tabel 2. Hasil perhitungan konsentrasi debu karbon pada desain filter HEPA
Konsentrasi debu pada Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi debu Konsentrasi debu
aliran utama debu masuk debu masuk keluaran Filter keluaran Filter
aliran purifikasi dalam 1 aliran (F1) 0,5 m (F2) 0,3 m
(10% aliran (=99,97%) (=99,99%)
utama)
30 kg/th = 0,0034 kg/jam
(diasumsikan sama 3,42 x 10-4 1,71 x 10-4 5,14 x 10-8 5,14 x 10-12
dengan konsentrasi kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam
minimal pada pendingin
THTR 300MW th , pebble
bed)
100 kg/th = 0,0114
kg/jam 0,0011 kg/jam 5,71 x 10-4 1,71 x 10-7 1,71 x 10-11
(diasumsikan sama kg/jam kg/jam kg/jam
dengan konsentrasi
maksimal pada pendingin
THTR 300MW th , pebble
bed)
install, harus dipastikan HEPA filter diinstall oleh
Untuk memantau konsentrasi partikel debu,
orang yang tepat.
radionuklida atau gas-gas pengotor lain dalam aliran
helium maka setiap saat keluaran dari filter HEPA ini KESIMPULAN
akan dipantau menggunakan alat Gas Chromatografi.
Sedangkan untuk memantau kemampuan filter debu Proses penyaringan partikulat menggunakan
karbon apakah masih layak digunakan atau tidak filter HEPA pada sistem pemurnian helium
maka digunakan perubahan tekanan (pressure drop) RGTT200K adalah merupakan proses pengambilan
pada aliran pendingin. Pada batas dimana nilai debu karbon dan radionuklida produk fisi. Aliran
pressure drop telah melewati nilai 25% maka filter helium yang masuk ke filter HEPA mempunyai laju
dapat dinyatakan sudah tidak layak dipakai dan harus alir massa 12 kg/s yang merupakan 10% dari aliran
segera diganti. utama pendingin RGTT200K. Aliran ini berasal dari
Proses penggantian filter dilakukan dengan cara didesain terbagi menjadi 3 aliran, yaitu 2 aliran selalu
menutup aliran dan mengalihkan ke aliran yang stand beroperasi dan 1 aliran stand by. Aliran stand by
by. Penggantian filter harus dilakukan secara hati-hati digunakan pada saat proses perawatan atau pada saat
karena debu karbon biasanya tercampur dengan kejadian tak diinginkan ketika salah satu aliran
radionuklida produk fisi yang memancarkan radiasi. terjadi blockage. Setiap aliran terdiri dari 2 stage
Paparan radiasi yang diterima pekerja harus selalu filter yaitu F1 dengan porositas fiber 0,5 m dan F2
dipantau sesuai ketentuan proteksi radiasi bagi dengan porositas fiber 0,3 m. Pada filter pertama
pekerja. Filter debu yang telah diambil akan diolah akan menangkap debu berukuran 5 m atau lebih
sebagai limbah padat dengan aktivitas tinggi. Setelah melalui mekanisme dominan adalah intersepsi dan
filter diganti menjadi filter baru, maka aliran ini impaksi, sedangkan filter kedua menangkap debu
berganti menjadi sebuah aliran stand by. berukuran kurang dari 0,4 m melalui mekanisme
Filter HEPA seharusnya tidak dirubah secara dominan adalah intersepsi dan difusi. Efisiensi filter
rutin selama pemakaian, karena perlakuan ini dapat HEPA yang digunakan F1 adalah 99,97% dan F2
merusak fiberglass HEPA. Filter HEPA seharusnya adalah 99,99%. Berdasarkan hasil simulasi dengan
diuji secara berkala (6 12 bulan) berdasarkan asumsi konsentrasi debu karbon masuk aliran adalah
jumlah pengukuran partikel, kebocoran (aerosol 0,0114 kg/jam (nilai maksimum THTR-300 pebble
challenge), kecepatan dan perbedaan tekanan pada bed) maka konsentrasi debu karbon keluar filter F2
media filter. Penggantian filter HEPA biasanya adalah 1,71 x 10-11 kg/jam. Dengan kata lain hampir
dipicu oleh tiga hal, yaitu : ketika sudah terlalu sering semua debu karbon dalam aliran sistem purifikasi
diperbaiki, ketika perbedaan tekanan naik seiring akan terambil.
dengan penurunan kecepatan (hal ini
mengindikasikan bahwa filter telah penuh dengan DAFTAR PUSTAKA
partikel) dan ketika perbedaan tekanan turun seiring 1. DHANDHANG P, M., Desain Konseptual
dengan kenaikan kecepatan. Ini mengindikasikan Reaktor Daya Maju Kogenerasi Berbasis
filter telah rusak dan udara bergerak tanpa melewati RGTT, Prosiding Seminar TKPFN-16, ITS
filter. Kenaikan jumlah partikel mungkin terlihat atau Surabaya, 2010
mungkin juga tidak terlihat. Secara umum, kerusakan
yang paling terjadi adalah ketika mereka sedang di
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
222 ISSN 0216 - 3128 Sriyono
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011