A. Biografi Intelektual
1. Riwayat
bukanlah sosok tokoh pemikir Islam biasa. Gus Dur merupakan tokoh
kultural kharismatik.
September 1940 Masehi atau 4 Syaban 1359 Hijriyah.1 Gus Dur adalah
cucu dari dua kiai besar sekaligus pendiri organisasi Islam Nahdlatul
adalah KH. Wahid Hasyim adalah anak dari salah satu pendiri NU
Hj. Sholehah merupakan putri kiai Bisri Syamsuri, yakni pendiri pondok
1
Muhammad Mirza, Gus Dur Sang Penakluk, (Jombang: Pustaka Warisan Islam, 2010),
1.
2
Greg Barton, Biografi Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2002), 26
3
Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam; Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan Di
Era Global, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 71.
4
Barton, Biografi, 34.
5
Mirza, Gus Dur Sang, 1.
18
19
memberi nama tersebut ialah Wahid Hasyim, Addakhil diambil dari nama
Islam di Spanyol.6
Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009 di Rumah Sakit
negeri ini. Karir Gus Dur diawali Pada tahun 1974, beliau menjabat
sebagai sekretaris Pondok Pesantren Tebuireng.9 Pada tahun 1977 Gus Dur
tawaran itu.10
Katib Syuriyah PBNU, posisi yang tidak perna mendapat kendala bagi Gus
6
Ibid, 2.
7
Djoko Pitono dan Kun Haryono, Profil Tokoh Kabupaten Jombang, (Jombang:
Pemerintah Kabupaten Jombang, 2010), 57.
8
Faisol, Gus Dur, 71.
9
Wasid, Gus Dur Sang Guru Bangsa; Pergolakan Islam, Kemanusiaan dan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Interpena, 2010), 93.
10
Barton, Biografi, 123.
11
Mirza, Gus Dur Sang, 19.
20
Dur. Pada tahun 1982 Gus Dur mulai terjun ke dunia politik, beliau
Dan pada tahun 1984-1985, Gus Dur menjabat sebagai Ketua Dewan
Kesenian Jakarta.13 Di tahun yang sama, Gus Dur dipilih sacara aklamasi
oleh tim ahlul halli wal aqdi yang diketuai oleh KHR. Asad Syamsul
Tahfidziyah PBNU selama tiga kali, membawa nama Gus Dur semakin
Suharto, Gus Dur bersama 4 kiai yakni KH. Munasir Ali, KH. Ilyas
Ruhiyat, KH. Mustofa Bisri, KH. Muchit Muzadi pada tanggal 23 juli
lama, karena Gus Dur terkena dua skandal besar yakni Buloggate dan
12
Ibid, 20.
13
Haryono, Profil, 53.
14
Mirza, Gus Dur., 20.
15
Wasid, Gus Dur Sang Guru, 95.
16
Mirza, Gus Dur Sang., 28.
17
Haryono, Profil, 52.
21
dilengserkan dari kursi presiden oleh MPR yang saat itu di ketuai oleh
Amin Rais.19
meski dua skandal tersebut sampai saat ini belum terbukti bahwa Gus Dur
terlibat di dalamnya.
5 Artikel 41 Buku -
18
Mirza, Gus Dur Sang, 32.
19
Ibid, 33.
20
Faisol, Gus Dur, 74.
22
Dari table diatas, jelaslah bahwa Gus Dur tidak sekedar membuat
The Gus Dur Institute, 2006). Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta:
(2000).
Thailand (2000).
Thailand (2000).
(2002).
(2003).
Selatan (2003).
21
Mirza, Gus Dur Sang, 45.
24
(2010).
Pada akhir perang tahun 1949, Gus Dur pindah ke Jakarta karena
22
Ibid, 46. Bandingkan, Tim Penyusun Buku Kompas, Santri Par Excellence, ed. Irwan
Suhanda (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), xvii.
25
saat itu juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran
tidak naik kelas.24 Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk
berdiam di rumah kiai Junaidi salah satu teman ayahnya yang tercatat
Tarjih Muhammadiyah.25
keilmuan pesantren.
23
Greg Barton, Abdurrahman Gus Dur; Muslim Democrat, Indonesian President,
(Singapore: UNSW Press, 2002), 49.
24
Wasid, Gus Dur Sang Guru, 85.
25
Ibid, 85
26
Ibid, 86.
27
Barton, Biografi, 92.
26
bahasa arab yang sangat baik, namun sayangnya Gus Dur tidak
Bahasa Arab.29
Akibat remedial tersebut Gus Dur melakukan reaksi dengan tidak pernah
28
Wasid, Gus Dur Sang Guru, 87.
29
Barton, Biografi, 88.
30
Ibid, 88.
31
Ibid, 99.
32
Ibid, 102.
27
1971.
merupakan bentuk sikap kritis terhadap realitas yang kurang sesuai dengan
terobosan yang di tawarkan oleh Gus Dur dalam menghadapi diskursus Islam
misalnya budaya menghormati kiai, cara hidup santri, perayaan maulid nabi
lokal ke dalam budaya Islam atau sebaliknya merupakan bukti kuat akan hal
ini.35
33
Ibid, 111.
34
Abdurraham Wahid, Pergulatan Negara, Agama Dan Kebudayaan, (Depok: Desantara,
2001), 117.
35
Abdurrahaman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita; Agama Masyarakat Negara
Demokrasi, (Jakarta: The Wahid Institute, 2006), 23.
28
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.36
Menurut Gus Dur, dalam kasus makro ayat itu dapat juga digunakan
Dur melihat Islam dan kehidupan sosial kemasyarakatan itu bersandar pada
etika dan spiritualitas, termasuk untuk mengelola dunia yang terus bergerak
manusia. Semua manusia itu sama, tidak di pandang dari asal usulnya, apa
jenis kelamin, warna kulit, ras suku dan kebangsaan mereka. Gus Dur melihat
manusia sama dengan dirinya dan manusia yang lainnya. Gus Dur bukan
tidak paham bahwa ada yang keliru, ada yang tidak disetujui atau ada yang
salah dari mereka yang di belanya. Melainkan pembelaan Gus Dur di latar
belakangi karena tubuh mereka di serang dan di sakiti karena paradigma dan
36
Salim Bahreisy dan Abdullah Bahreisy, Tarjamah Al-Quran Al-Hakim, (Surabaya:
Sahabat Ilmu Surabaya, Cet. 10, 2001), 21.
37
Wahid, Islamku, 24.
38
Ibid. ix.
29
secara paksa oleh Negara atau direnggut dengan pedang oleh otoritas
Menurut Gus Dur, ini yang dimaksudkan dalam surat al-Hujurat ayat
13,
yang senantiasa ada antara laki dan perempuan serta antar berbagai bangsa
atau suku bangsa. Dengan demikian, perbedaan merupakan sebuah hal yang di
39
Husein Muhammad, Pluralisme Gus Dur (Gagasan Para Sufi), dalam Majalah Cahaya
Sufi. Edisi 62/2010. 105.
40
Ibid, 105.
41
Bahreisy, Tarjamah, 518.
42
Wahid, Islamku, 134.
30
Dari artikel yang ditulis Gus Dur tersebut, dapat di ambil bahwa prinsip
persaudaraan antar-manusia bisa terwujud bila ada keadilan. Dan keadilan bisa
menjadi hal yang urgent bila pluralisme bisa terealisasikan. Jika batas-batas
kemanusiaan diabaikan maka itu jauh dari substansi Islam sebagai agama cinta
terhadap keharmonisan.
Gus Dur dalam bukunya berkata Islam adalah agama hukum, dengan
pengertian agama Islam berlaku bagi semua orang tanpa memandang kelas,
dari pemegang jabatan tertinggi hingga rakyat jelata dikenakan hukum yang
sama. Kalau tidak demikian, maka hukum dalam Islam tidak jalan dalam
kehidupan.44
Indonesia
pemikiran yang pertama adalah Revivalisme pada akhir abad 18 dan awal
43
Abdurrahman Wahid, (Universalisme Islam Dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam),
dalam Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, ed. Budhy Munawar, (Jakarta: Yayasan
Paramadina, 1994), V.42.
44
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan; Membangun Demokrasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1999), 85.
31
di Afrika Barat Laut. Gerakan ini pada satu sisi menentang kehancuran
pemikiran Islam dengan kebiasaan setempat. Dalam arti ini, mereka secara
sebelumnya.45
kembali dan dengan sadar dilakukan usaha untuk membuka kembali pintu-
Dengan cara ini, kebenaran utama Islam dapat dihargai kembali dan
diterapkan dengan lugas serta kreatif pada masyarakat modern, dan dengan
toleran.48
untuk menemukan titik temu antara kaum Islam tradisionalis dengan kaum
modernisme yang mengarah pada Islam politik, kemudian pada tahun 1980-
48
Ibid.
49
Masykuri Abdillah, Demokrasi Di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim
Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 18.
50
Ibid, 11.
51
Bahtiar Effendy, (RE) Politisasi Islam, Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, cet. ke-1
(Bandung: Mizan, 2000), 191.
52
Ibid.
33
pemikir yang lain memiliki gagasan dan sikap yang nyleneh.55 Gus Dur
maupun ulama. Ini yang membuat Gus Dur memiliki posisi oposisi dalam
hal gagasan dan sikap yang dibilang banyak orang sebagai sikap nyleneh.
Anda, Islam Kita, posisi pemikiran politik Gus Dur masuk dalam tipologi
53
Yang dimaksud Pribumisasi Islam adalah bagaimana mempertimbangkan kebutuhan-
kebutuhan lokal dalam merumuskan hukum-hukum agama, tanpa mengubah hukum itu sendiri.
Jadi bukan meninggalkan norma demi budaya, akan tetapi agar norma-norma itu menampung
kebutuhan-kebutuhan budaya dengan mempergunakan pemahaman nash, yaitu fiqih dan qaidah
fiqih. Lihat Abdurrahman Wahid, Pribumisasi Islam; dalam Islam Indonesia Menatap Masa
Depan, (Jakarta: P3M, 1989), 83.
54
Effendy, (RE) Politisasi, 191.
55
Thoha Hamim, Islam dan NU; Di Bawah Tekanan Problematika Kontemporer,
(Surabaya: Diantama, 2004), 49.
56
Syafii Anwar Kata Pengantar, Wahid, Islamku,. xix.