Kepemimpinan Bab 6
Kepemimpinan Bab 6
KEPEMIMPINAN
6
Tujuan Pelajaran Khusus
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk
memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah
manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
A. Definisi Kepemimpinan
KATA KUNCI menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpina hanyalah sebuah alat, sarana
KEPEMIMPINAN : atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/
B. Teori Kepemimpinan
1
Solihin, I. 2010. Pengantar Manajemen. Bandung: Erlangga, h.20
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan The Greatma Theory. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
5. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya
menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
2
Richard Beckhard, 1995. Kepemimpinan Pendidikan: Konsep Dan Aplikasi. Purwokerto: STAIN
Purwokerto Press h. 125- 126
3
(Gary Yukl,1996: 183).
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan
kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat
menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam
organisasi. Teori tersebut adalah
- Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang
selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu
antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan
kewenangan.
- Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit
organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting,
sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun
hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah
keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung
pada sifat organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai
position power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung
padanya daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent
power. Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power
yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan
mengeksploatasi pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai
position power yang cukup akan mengalami kesukaran dalam
mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam organisasi. Pada umumnya,
mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk mempunyai position power yang
sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung
situasi.
Sedangkan dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert
power atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara
yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.
D. Tipologi kepemimpinan
Teori lain, yaitu teori jalur tujuan dari House menyatakan bahwa:
1. Kepemimpinan direktif: memberitahu bawahan, memberikan arahan/pengertian,
memberikan jadwal, dan mempertahankan standar kinerja,
2. Kepemimpinan yang mendukung, yang selalu diperhatikan bawahan, semua
diperlakukan sama, semua teman dan mudah didekati,
3. Kepemimpinan yang berorientasi pada hasil yang menetapkan tujuan yang
menantang, mengharapkan bawahan bekerja keras, mengarahkan selalu
penyempurnaan, dan
4. Kepemimpinan partisipatif yang selalu berkonsultasi dengan bawahan,
memperhatikan saran bawahan sebelum mengambil keputusan. Selanjutnya
STUDI KASUS
Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen
produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan
setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia
bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukan sikap tidak puas
dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya pada Drs.Abdul Hakim, ak,
manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang
rendah dalam departemen produksi. Abdul Hakim menjawab bahwa dia telah
mendengar secara informal melalui komunikasi grapevine, bahwa para karyawan
Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat
sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, Dalam tentara, saya membuat semua
keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat
seperti itu.
Pertanyaan Kasus :
2. Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa
saran saudara bagi perusahaan untuk merubah keadaan?
KUNCI JAWABAN
PILIHAN GANDA
1. B
2. D
3. C
4. B
5. E
6. A
7. B
8. E
9. E
10. C
11. A
12. C
13. B
14. C
15. B
URAIAN
STUDI KASUS