Anda di halaman 1dari 101

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MAKALAH
SEJARAH KERETA API JALUR BANYUMAS WONOSOBO
1917-1976

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Nova Tri Utomo

(081314011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga

tulisan ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orangtua BapakBudi Wiryatmaji dan Ibu Wahyu Retno Sayekti,

yang telah membesarkan dan mendidik saya dalam sebuah kesderhanaan

cinta dan kasih sayang.

3. Kepada kakaku Rizal Dwi Saputra, yang telah menyemangati saya untuk

menyelesaikan tulisan ini.

4. Kepada saudara-saudaraku dan serta keponakanku Rizka Agung P.H.,

Sisilia Endah L., Gemilang Praja W., Mas Adi, Mas Aris, Mbak Arin, Kia,

Pita, Venta, Nada, Coni, Rere, Alvin, dan Alfa terimaksih untuk semangat

dan doa tulusnya kepada saya untuk segera menyelesaikan tulisan ini.

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

Kebijaksanaan yang paling tinggi adalah jangan khawatir akan hari esok

(Mahatma Gandhi )

Guru adalah seseorang yang dengan baik serta lembut membimbing dan

mengajarkan sesuatu kepadanya. Ia mengajari untuk mengembangkan diri dengan

membaca buku, sehingga kemudian dapat mengendalikan diri dengan perbuatan

baik.

(Confusius)

Barang siapa melihat sesuatu pada sebab-sebab, maka ia akan menjadi pemuja

bentuk. Namun orang yang mampu menatap pada sebab pertama, maka ia akan

menemukan cahaya yang memancarkan makna.

(Jalaluddin Rumi)

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
SEJARAH KERETA API JALUR BANYUMAS-WONOSOBO 1917-1976

Nova Tri Utomo


Universitas Sanata Dharma
2014

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga


permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang pembangunan kereta api jalur
Banyumas-Wonosobo 1917-1976; 2) Perkembangan kereta api jalur Banyumas-
Wonosobo 1917-1976;3) Dampak setelah munculnya kereta api jalur Banyumas-
Wonosobo.
Skripsi ini disusun menggunakan metode sejarah mencakup lima tahapan
yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber),
interpretasi dan historiografi dengan pendekatan sosial-ekonomi dan ditulis secara
deskriptif analitis.
Hasil penulisan menunjukkan: 1) Pembangunan jalur kereta api Banyumas-
Wonosobo untuk memenuhi kebutuhan transportasi hasil produksi pengusaha
perkebunan di Banyumas-Wonosobo. 2) Mula-mula kereta api digunakan untuk
pengangkutan barang, kemudian sejak 1920 digunakan juga untuk pengangkutan
penumpang, dan menjadi primadona pengangkutan umum masyarakat Banyumas-
Wonosobo. Selama masa depresi ekonomi 1933 jumlah penumpang kereta api
jalur Banyumas-Wonosobo turun dan bersaing dengan bus, dan truk. Zaman
Jepang, jalur kereta api yang melintasi Gambarsari dikurangi untuk menghemat
anggaran. Perusahaan kereta api jalur Banyumas-Wonosobo mengalami
perubahan nama setelah masa Jepang. 3) Pembangunan jalur kereta api
menyebabkan peningkatan penghasilan, perubahan sosial dan mobilitas sosial
masyarakat.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
THE HISTORY RAILWAY TRACK OF BANYUMAS-WONOSOBO 1917-
1976

Nova Tri Utomo


Sanata DharmaUniversity
2014

The purposes of this paper are to describe and analyze three main problems,
which are: 1.) The background of the construction of Banyumas-Wonosobo
railway 1917-1976; 2.) The development of Banyumas-Wonosobo railway 1917-
1976; 3.) The impact of the construction of Banyumas-Wonosobo railway.
This Descriptive-analytic paper was written using historical method, which
comprises of five steps that are title formulation, source gathering, verification
(source criticism), interpretation, and historiography. The analysis was done using
socio-economicapproach.
The results showed that: 1.) The Banyumas-Wonosobo railway was
constructed to fulfill the landlords need to transport their plantation products. 2.)
The railway was used for products transportation at first, yet since 1920 it was
also used for passenger transportation and became the main mass transportation
mode for the people of Banyumas and Wonosobo. During the economic
depression in 1933, the number of passengers using Banyumas-Wonosobo railway
decreased due to the competition of other mode such as bus and truck. During the
Japanese occupation, the railway which passed through Gambarsari was reduced
due to tight budgeting. The Banyumas-Wonosobo railway company underwent a
name change after the Japanese occupation ended. 3.) The construction of the
railway had impacts such as the rise of income for the people, social change, and
social mobility.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
SEJARAH KERETA API JALURBANYUMAS-WONOSOBO 1917-1976.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
batuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.
3. Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M. M., selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing, membantu dan memberikan banyak pengarahan, saran
serta masukan selama penyusunan makalah ini.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah
memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber
penulisan makalah ini.
6. Kedua orang tua penulis dan kedua saudara penulis yang telah
memberikan dorongan spiritual dan material, sehingga penulis dapat
menyelesaikan.
7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah membantu
dan mendorong penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
MOTTO ................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi
HALAMANPERSETUJUANPUBLIKASI............................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................ 9
D. Sistematika Penulisan ......................................................... 10
BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN JALUR KERETA API
BANYUMAS-WONOSOBO................................................. 12
A. Penemuan Mesin Modern ................................................... 12
B. Pembangunan Jalur Kereta Api di Banyumas ...................... 14
C. Perkembangan Kereta Api di Banyumas Sebelum Tahun 1917 16
D. Keadaan Wonosobo Pada Akhir Abad ke-19.. 19

BAB III PERKEMBANGAN JALUR KERETA API BANYUMAS-


WONOSOBO TAHUN 1917-1976.. 22
A. Pembangunan Jalur Kereta Api Banyumas-Wonosobo ...... 22
B. Pasang Surut Perkembangan Jalur Kereta Api Banyumas-
Wonosobo........................................................................ 25

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Persaingan Dengan Angkutan Darat Lainnya..... 25


2. Masa Depresi Ekonomi.... 26
C. Kereta Api jalur Banyumas-Wonosobo Pada Masa Pendudukan

Jepang .................................................................................. 29

D. Kondisi Setelah Kemerdekaan .............................................. 32

1. Nasionalisasi Perusahaan Swasta Belanda ...................... 33

2. Perubahan Nama Perusahaan .......................................... 34

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN KERETA API JALUR BANYUMAS-

WONOSOBO TAHUN 1917-1976 ......................................... 39

A. Dampak di BidangEkonomi ................................................ 39

B. Dampak di Bidang Sosial ..................................................... 43

1. Mobilitas Sosial .............................................................. 43

2. Perubahan Sosial Setelah Adanya Kereta Api ................. 48

BAB V KESIMPULAN ....................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56

LAMPIRAN ............................................................................................. 58

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ...................................................................................... 59

Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 62

Lampiran 3: Transkrip Wawancara ............................................................... 81

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad ke-19 Jawa merupakan salah satu daerah agraris, sebab

hampir sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan

peternakan. 1Penggarapan lahan pertanian dikerjakan masih secara tradisional,

teknologi yang digunakan juga masih sederhana. Usaha yang dilakukan penduduk

tersebut hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Pola semacam itu membuat

penduduk Jawa masih berada pada tingkat subsistensi. Mereka menanam untuk

mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri. Kegiatan tersebut akan berubah ketika

bangsa Belanda mulai mengenalkan tanaman untuk tujuan ekspor di Jawa.

Perubahan itu terjadi ketika pemerintah kolonial yang dipimpin Van den

Bosch (Gubernur Jendral Hindia Belanda yang berkuasa mulai tahun 1830) ini mulai

melaksanakan Culturstelsel (Tanam Paksa). Alasan penerapan kebijakan tersebut,

karena kas negara Belanda mengalami kekosongan untuk membiayai Perang Jawa2.

Oleh karena itu Belanda memberlakukan kebijakan Culturstelsel dengan harapan

1
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari Emporium sampai Imperiu,
Jakarta, GramediaPustaka Utama, 1992, hlm. 289
2
Perang Jawa atau bisa disebut Perang Diponegoro adalah salah satu perang antara Belanda dengan
penduduk pribumi yang dipimpin oleh kerabat Keraton Yogyakarta yang bernama Raden Mas
Ontowiryo atau lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro. Perang tersebut terjadi dalam kurun waktu
1825-1830. Selain perang Jawa tersebut Belanda juga harus mengeluarkan banyak uang guna
membiayai perang Belgia 1831.

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

mendapatkan keuntungan untuk mengisi kas negara induk yang sedang mengalami

krisis.

Pada masa Culturstelsel penduduk pribumi diharuskan menanam tanaman

ekspor yang tujuannya untuk dijual terutama ke pasar Eropa. Pemerintah kolonial

bermaksud mendapatkan pendapatan yang lebih banyak dari hasil ekspor tanaman

tersebut. Perlu diketahui bahwa tanaman yang diekspor dari Hindia Belanda adalah

tanaman yang sangat diminati di Eropa. Tanaman-tanaman tersebut antara lain, Kina,

tembakau, teh dan Indigo.

Akan tetapi berlangsungnya Culturstelsel pada saat itu masih terjadi banyak

penyimpangan. Praktek Culturstelsel tidak sesuai dengan apa yang direncanakan oleh

pemerintah kolonial. Karena penyimpangan yang dilakukan oleh para pejabat

pemerintah terus terjadi, maka praktek politik ini mendapatkan banyak kritik dari

kalangan orang Belanda sendiri, terutama kelompok humaniter.

Periode Culturstelsel hanya berjalan sampai tahun 1850, pada tahun 1850

sampai 1870 adalah masa transisi dari Culturstelsel ke masa politik liberal di Hindia

Belanda. Bersamaan diberlakukannya sistem politik liberal di Hindia Belanda juga

disertai dengan disahkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun

1870. Undang-undang tersebut merupakan jalan masuk bagi investor swasta untuk

menanamkan modal di Hindia Belanda terutama usaha di bidang ekonomi sektor

perkebunan dan tambang. Menurut kalangan liberal bahwa pembukaan Hindia

Belanda bagi pengusaha swasta merupakan jaminan utama untuk kemajuan dan

kesejahteraan tanah jajahan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

Eksploitasi kolonial pada abad ke-19 tersebut merupakan gerakan

kolonialisme yang paling besar pengaruhnya yang membawa dampak perubahan

politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan terhadap negara yang dijajah. 3Ciri pokok

hubungan kolonial pada dasarnya berpangkal pada prinsip dominasi, eksploitasi,

diskriminasi dan dependensi. Penaklukan dan penguasaan rakyat bersama sumber

ekonomi tanah jajahan menjadi tujuan utama. Usaha yang dilakukan pemerintah

kolonial untuk mengambil kekayaan alam tanah jajahan, serta mempertahankan

kekuasaan wilayah di Hindia Belanda terus dilakukan. Salah satu cara yang dilakukan

untuk mempertahankan tanah jajahan yaitu dengan mengekploitasi, oleh karena itu

untuk melanggengkan usaha tersebut pemerintah kolonial Belanda membangun jalur

transportasi kereta api sebagai salah satu faktor pendukung dalam persiapan

eksploitasi tanah jajahan.

Hindia Belanda merupakan wilayah kedua di Asia (setelah India pada tahun

1853)4yang membangun sarana transportasi kereta api uap kemudian Jepang jalur

pertama Tokyo-Yokohama dibuka pada tahun 1872, Cina jalan kereta api daerah

tambang Kaiping dibangun pada tanggal 1879 jalur Tianjin-Shanghai baru selesai

pada tahun 1894, Myanmar pada 1877, Turki 1888, sementara negara lainnya seperti

3
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial- Ekonomi,
Yogyakarta, Aditya Media, 1980, hlm. 5
4
Roem Topatimasang dkk, Jurnal Wacana, Menuju Transportasi Yang Manusiawi, Yogyakarta,
Insist Press, dalam artikel yang berjudul, Moda Kereta Api Pantas Dilirik Kembali, Djoko
Setijowarno, 2005. hlm. 93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Siam (Thailand) jalur pertama dibuka baru pada tahun 1892. 5Bangsa Eropa tidak

terkecuali Belanda yang berada di Indonesia membangun jaringan sama dengan

sistem kereta api di wilayah Asia Tenggara lainnya dengan lebih menekankan pada

pengintegrasian kota pelabuhan dengan daerah pedalaman. Serta membuat hubungan

secara internasional dengan Eropa, Amerika Serikat dan Canada. 6

Gagasan pembangunan jalur kereta api pertama kali di Jawa saat itu

dikemukakan oleh seorang kolonel bernama Jhr Van der Wijk pada 15 Agustus

18407. Van der Wijk berpendapat bahwa pembangunan jalur kereta api akan

mempunyai banyak manfaat, selain dapat mengangkut banyak hasil produksi

pembangunan jalur ini juga mempunyai manfaat untuk kepentingan militer

pemerintah kolonial. Akhirnya pemerintah menyambut baik usulan itu melalui surat

keputusan No.270 tanggal 2 Mei 1842.

Setelah melalui proses yang sangat panjang akhirnya pada masa pemerintahan

Gubernur Jendral Baron Sloet van Den Beele pada tanggal 7 Juni 1864 diresmikan

pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dimulai dari desa Kemidjen

Semarang yang dipercayakan pada perusahaan Belanda Naamlooze Venotschappij

Nederlandsce Indische Spoorweg Maastschappij (NV. NISM).

5
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Batas-Batas Pemberatan Jilid 1, Jakarta, Gramedia
Pustaka, 2005, hlm.280
6
Howard Dick and Peter J. Rimer, Cities, Transport, and Communications The Integrate of Southeast
Asia S ince 1850, New York, Palgrave Macmillan, 2003, hlm hlm.64
7
Eddy Supangkat, Ambarawa Kota Lokomotif Tua Town of Ancient Locomotives, Salatiga, Griya
Media, 2008, hlm.4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

Pembangunan jalur kereta pertama ini adalah jalur Semarang-Tanggung

proses pengerjaan jalur ini membutuhkan waktu hampir selama tiga tahun tepatnya

pada 10 Agustus 1867 dan pada hari yang sama kereta pertama melaju dari

Semarang-Tanggung. Sedangkan pembangunan jalur kereta api menuju Surakarta

dimulai pada bulan Juni 1864 berhasil mencapai Surakarta pada tanggal September

1870.8 Meskipun jalur menuju Surakarta ini sempat mengalami kendala pembiayaan

dalam pembangunannya dan pada tanggal 10 Juni 1872 dari Surakarta telah mencapai

Yogyakarta.

Daerah Semarang sampai Tanggung adalah pusat perkebunan masa kolonial.

Jenis tanaman yang dominan di sana adalah tanaman kopi, sistem perkebunan yang

ada di Jawa saat itu kelanjutan dari periode Culturstelsel oleh Gubernur Jendral Van

den Bosch yaitu dengan kebijakan yang mengganti sebagian besar tanaman konsumsi

lokal dengan tanaman orientasi pasar (market oriented) dunia.

Keberhasilan produksi daerah ini ikut memacu penanaman di wilayah lain di

Jawa, selanjutnya perkebunan Ambarawa-Salatiga dan sekitarnya mencapai 80 buah

lebih. 9 Jumlah ini tidak hanya perkebunan kopi akan tetapi banyak macam lainnya

seperti kina, teh, tembakau, karet, coklat, lada, kapuk dan lain sebagainya. Dengan

melimpahnya panen saat itu maka para pengusaha perkebunan berfikir untuk

mengangkut hasil-hasil perkebunan ini, melihat kondisi alam Ambarawa dan sekitar

yang bergunung-gunung para pengusaha membutuhkan alat transportasi yang bisa

8
Djoko Suryo, Sejarah Sosial Karesidenan Semarang 1830-1900, Yogyakarta, Pusat Studi Sosial
Universitas Gadjah Mada,1989, hlm.128
9
Eddy Supangkat, op cit, hlm.2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

mengangkut dalam jumlah banyak, cepat dan aman. Oleh sebab itu daerah-daerah

perkebunan ini nantinya memilih jenis transportasi kereta api sebagai pengangkutan

utama hasil perkebunan untuk dibawa ke Semarang. Selain itu jalan kereta api

berfungsi sebagai perangsang dan daya tarik bagi para pedagang pedesaan yang lebih

tertutup dengan unit-unit pemasaran yang lebih luas.10

Keberadaan jalur kereta api tidak bisa terlepas dari keberadaan perkebunan,

perkebunan yang tersebar di seluruh penjuru Jawa tidak terkecuali di daerah

Banyumas dan Wonosobo. Daerah Banyumas terdapat beberapa pabrik gula

sedangkan di daerah Wonosobo merupakan daerah penghasil tembakau, kina dan teh.

Hasil alam yang ada ini perlu diangkut dengan alat transportasi yang cepat dan aman,

sehingga akan mengurangi resiko kerugian. Satu-satunya transportasi yang memenuhi

kriteria tersebut adalah kereta api.

Meskipun demikian, perkembangan jalur kereta api di daerah ini lebih lambat

daripada perkembangan jalan raya. Medan yang sulit, menanjak dan tentang siapa

yang berwenang membangun jalur ini menjadi hambatan utama dalam pembangunan

jalur kereta api di pedalaman Banyumas. Upaya untuk membangun jalur kereta api

terus dilakukan oleh pemerintah kolonial maupun swasta hingga menuju lembah-

lembah subur pedalaman Jawa.

Sebelum adanya jalur kereta pengiriman barang di Banyumas dan Wonosobo

masih menggunakan cikar, andong dan sarana transportasi sungai. Proses ini dirasa

lama, mengeluarkan banyak biaya dan terlalu banyak resiko terhadap menyusutnya
10
Djoko Suryo, op cit, hlm.125
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

kualitas nilai barang-barang produksi. Oleh karena itu pada tanggal 24 April 1894

dengan sebuah keputusan Ratu Belanda mengesahkan rancangan pendirian Namlooze

Venootschappij (NV) Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) yang berkedudukan

di S Gravenhage dibawah pimpinan Ir.C.Groll. 11

Dalam perkembangan selanjutnya keberadaan kereta api juga diperuntukan

untuk jasa pengangkutan penumpang. Pada saat itu kereta api SDS menjadi

primadona angkutan umum masyarakat Banyumas dan Wonosobo. Pembangunan

jalan kereta api ini juga membuat wilayah Banyumas dan sekitarnya semakin ramai.

Mobilitas masyarakat yang terjadi wilayah ini semakin dinamis. Keberadaan kereta

api SDS ini membuat pengiriman barang produksi perkebunan menjadi lancar.

Pada tahun-tahun selanjutnya kereta api ini menjadi saksi betapa gigihnya

para pejuang Indonesia dalam menunjukkan jiwa nasionalismenya terhadap

negaranya. Dibuktikan dengan pengambilalihan perusahaan swasta yang menaungi

kereta SDS kereta api paska kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945

dari Jepang oleh para pegawai kereta api yang tergabung dalam AMKA (Angkatan

Moeda Kereta Api) pada tanggal 28 September 1945.12Peristiwa tersebut menegaskan

bahwa urusan kereta api di Indonesia adalah sepenuhnya tanggung jawab dari warga

Indonesia sendiri dan orang-orang Jepang tidak boleh campur tangan mengurusi

perkeretaapian di Indonesia lagi, oleh karena itu momentum bersejarah ini diperingati

sebagai hari kereta api Indonesia.

11
Ibid, hlm.65
12
Tim PT.KAI, Tanah Kereta Api: Suatu Tinjauan Historis, Hukum Agraria/pertanahan, dan Hukum
Pembendaharaan Negara, Bandung, PT. Kereta Api Indonesia, 2000, hlm.15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Bersamaan dengan itu peresmian Djawatan Kereta Api Republik Indonesia

(DKARI) dilakukan di Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan tidak semua

perusahaan kereta api yang ada di Indonesia tergabung dalam DKARI. Hal itu

memerlukan waktu yang panjang untuk penyatuan jawatan kereta api yang ada

diseluruh Indonesia dibawah pemerintah Indonesia. Berdasarkan Pengumuman

Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum No 2 Tanggal 6 Januari 1950.

Seluruh jawatan kereta api di lebur menjadi satu menjadi Djawatan Kereta Api

(DKA). Proses sejarah ini ikut merubah wajah dari bekas jalur kereta SDS dari masa

ke masa.

Oleh karena itu sejauh pembangunan jalur kereta api yang melintasi jalur

karesidenan Banyumas-Wonosobo beserta dinamika sosial ekonomi didalamnya

menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Bahwa perlu dimengerti

jalur-jalur kereta yang dilalui merupakan jalur yang sulit. Keberadaan kereta api

sebagai salah satu indikator letak pentingnya wilayah Banyumas dan Wonosobo pada

saat itu bagi para pengusaha perkebunan dan pemerintah Belanda. Dalam proses

penelitian ini, peneliti membatasi cakupan tahun yang akan dikaji yakni tahun 1917-

1976 dikarenakan pada periode ini untuk pertama kali jalur kereta api mulai dibangun

dari wilayah karesidenan Banyumas menuju Wonosobo sampai berhenti melayani

pengangkutan penumpang namun tetap melayani pengangkutan barang, hal tersebut

yang melatar belakangi penulis mengangkat karya tulis dengan judul Sejarah Kereta

Api Jalur karesidenan Banyumas-Wonosobo 1917-1976.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apa yang menjadi latar belakang pembangunan jalur kereta api Banyumas-

Wonosobo?

2. Bagaimana perkembangan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo dari

1917-1976 ?

3. Dampak sosial dan ekonomi apa saja setelah pembangunan jalur kereta api

Banyumas-Wonosobo ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

- Tujuan Penulisan

a. Mendeskripsikan latar belakang dibangunnya jalur kereta api Banyumas-

Wonosobo pada masa kolonial Belanda 1917-1976.

b. Mendeskripsikan perkembangan jalur kereta api Banyumas-Wonsobo dari

tahun 1917 sampai 1976.

c. Mendeskripsikan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan setelah

dibangunnya jalur kereta api Banyumas- Wonosobo.

d. Penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan metodologi penelitian sejarah

sesuai dengan kaidah yang ada.

e. Menambah wacana tentang sejarah lokal yang ada di sekitar Banyumas-

Wonosobo.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

- Manfaat Penulisan

a. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, karya ilmiah ini akan menambah

khasanah tentang sejarah kususnya perkeretaapian di sekitar Wonosobo dan

karesidenan Banyumas yang selama ini belum banyak terungkap dan

dampaknya bagi kehidupan warga masyarakat disekitarnya.

b. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan penulisan karya ilmiah ini

menyumbang informasi baru tentang sejarah lokal yang ada di Indonesia

sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi generasi muda yang akan

datang.

c. Penulisan ini suatu kritik pada kebijakan pemerintah yang mengabaikan alat

transportasi masal. Bahwa transportasi yang digemari oleh kalangan

menengah kebawah ini, jika dikelola dengan baik akan menjadi jawaban bagi

pemerintah Indonesia ketika mengahadapi krisis energi seperti yang terjadi

belakangan ini.

d. Penulisan ini menjadi pesan sekaligus ajakan bagi masyrakat umum untuk

bersama-sama melestarikan dan menjaga warisan cagar budaya yang ada di

Indonesia kusunya disekitar karesidenan Banyumas dan Wonosobo.

D. Sistematika Penulisan

Makalah yang berjudul SEJARAH KERETA API JALUR BANYUMAS-

WONSOBO 1917-1976 memilki sistematika penulisan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

BAB I berisi: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan karya ilmiah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II berisi: Latar belakang pembangunan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo

1917-1976.

BAB III berisi: Perkembangan jalur kereta api jalur Banyumas-Wonosobo 1917-

1976.

BAB IV berisi: Dampak pembangunan jalur kereta api jalur Banyumas-Wonosobo

1917-1976.

BAB V Penutup: berisi kesimpulan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN JALUR KERETA API

BANYUMAS-WONOSOBO

A. Penggunaan Mesin Modern

Pergerakan manusia dengan barang-barang sudah ada sejak lama. Pada zaman

dahulu perpindahan yang dilakukan manusia dari satu tempat ke tempat lain bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Pada awalnya manusia membawa barang-

barang tersebut dalam jumlah yang relatif sedikit. Perpindahan yang sangat sederhana

tersebut merupakan awal dari cara hidup sekarang. Manusia berpergian dari satu

tempat ke tempat lain dengan menggunakan beragam transportasi baik itu transportasi

darat, sungai maupun udara.1

Selain sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan manusia, perpindahan

tersebut juga salah satu cara yang dilakukan manusia dalam rangka adaptasi dengan

kehidupan. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk beradaptasi dengan

lingkungannya adalah menciptakan penemuan-penemuan baru, termasuk penemuan

mesin modern. Penemuan-penemuan tersebut bertujuan membantu manusia untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya..

Mesin-mesin pabrik yang telah ada dimanfaatkan sebagai sarana pembantu

memaksimalkan hasil produksi perkebunan di Hindia Belanda.Mesin membantu

pengolahan agar jumlah produksi perkebunan lebih banyak dibandingkan saat

1
Suryo Hapsoro Tri Utomo, Jalan Rel, Yogyakarta, Beta Offset, 2009, hlm. 1

12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

menggunakan tenaga manusia (manual).Mulai dikenalnya mesin sebagai sistem kerja

mekanik dalam industri tidak serta merta menggantikan tenaga manusia.Mesin-mesin

industri yang ada penggunaannya masih sebatas pada tingkat pengolahan dalam

pabrik.Sedangkan sebagai tenaga lapangan perusahaan perkebunan masih

membutuhkan banyak tenaga kuli kontrak yang dikerjakan oleh rakyat dengan gaji

yang rendah.

Pada abad ke-19 di Banyumas mulai berdiri pabrik-pabrik gula yang

pengolahannya memanfaatkan mesin modern.Dampak yang terjadi pada saat itu

karena ditemukannya mesin sebagai pengganti tenaga manual, maka hasil produksi

semakin banyak.Ketika jumlah produksi semakin banyak, selanjutnya membutuhkan

sarana untuk memasarkan hasil produksi. Oleh sebab itu kebutuhan terhadap sarana

transportasi sangatlah penting untuk membantu proses distribusi. Dalambeberapa

tahun setelah kesulitan kebutuhan transportasi melanda beberapa pengusaha industri

gula, Banyumas segera mulai mengenal alat transportasi modern seperti kereta api

yang pada saat itu masih menggunakan mesin uap.

Keuntungan yang diperoleh dari pemerintah kolonial Belanda dengan adanya

mesin modern ini antara lain, 1) Potensi alam sebagai sumber pemasukan kas negara

induk dapat diolah dengan cepat, 2) Proses distribusi terhadap barang-barang

produksi dapat cepat dilakukan, sehingga barang-barang yang hendak dipasarkan

cepat sampai pasar (konsumen), 3) Penemuan mesin dapat mengurangi kebutuhan

perusahaan terhadap tenaga kerja, oleh sebab itu pengeluaran perusahaan untuk

menggaji para pekerja dapat ditekan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

B. Pembangunan Jalur Kereta Api di Banyumas

Banyumas merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi yang besar di

Jawa karena perkebunan tebu dan kopi banyak tersebar di daerah ini.Selain itu

Banyumas memiliki pelabuhan alami yang berada di pesisir selatan yaitu pelabuhan

Cilacap. Melihat kondisi ini pemerintah berinisiatif membangun jalur kereta api yang

menghubungkan dengan pelabuhan Cilacap. Jalur kereta api lintas Cilacap-

Yogyakarta dibangun pada tahun 1879 dan selesai dibangun pada tahun 1887 dengan

panjang 187,23 km. Pembangunan itu menghabiskan biaya sebesar f

14.709.074.75.2Pada awalnya jalur ini belum terhubung dengan pelabuhan.Stasiun

terdekat dari pelabuhan adalah stasiun Maos. Setahun kemudian 1888 penyambungan

jalur kereta api dari Maos ke pelabuhan dilakukan oleh departemen pekerjaan umum

Hindia Belanda (Burgerlijke Openbare Werken). Perusahaan kereta api yang

melintasi daerah ini adalah perusahaan kereta api negara Staats Spoorwegen (SS).

Keberadaan kereta api milik pemerintah tersebut merangsang pembangunan

jalur kereta api di pedalaman Banyumas (lembah Serayu). Akan tetapi antara pihak

swasta dan pemerintah sama-sama tertarik untuk membangun jalur kereta di

pedalaman Banyumas ini. Adu kepentingan ini nantinya akan memicu perdebatan

antara kedua kubu tentang siapa yang berhak untuk mengeksploitasi wilayah

pedalaman Banyumas dengan usaha dalam bidang angkutan transportasi .

2
Purnawan Basundoro,Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas Tahun 1830-1940,Tesis,
UGM, Paska Sarjana, 1999, hlm.177
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Keinginan pihak pemerintah untuk menanamkan modalnya di Banyumas

telah disampaikan sejak lama sebelum pihak pengelola SDS mendapatkan konsesi

pembangunan jalur kereta api. Pemerintah beranggapan bahwa keuntungan yang akan

diperoleh dari kereta jalur ini tidak semata keuntungan yang didapatkan dari

pengoperasian kereta api. Akan tetapi keuntungan dapat diperoleh bersamaan dengan

pembangunan Cilacap sebagai pelabuhan niaga.

Melalui pertimbangan yang panjang dan tekanan dari pihak swasta yang

semakin gencar akhirnya pemerintah mengalah, kemudian pembangunan jalur kereta

api lembah Serayu diserahkan kepada swasta. Pengusaha swasta memutuskan

membangun jalur kereta api uap swasta lembah Serayu Serajoedal Stoomtram

Maatschappij (SDS).3Langkah untuk usaha pembangunan tersebut diawali dengan

pendirian NV.SDS pada tanggal 30 April 1894.Pembangunan Rel dan eksploitasinya

kemudian diserahkan kepada pengusaha swasta R.H.Eysonius de Waal. 4Keberhasilan

swasta mendapat konsesi pembangunan atas wilayah ini segera ditindaklanjuti dengan

pembukaan jalur pertama yang menghubungkan Maos sampai Purwokerto.

Pembangunan jaringan jalur kereta api ini adalah rute jarak pendek. Oleh karena itu

kereta api yang melintasi jalur ini adalah jenis Trem, yang memang dikususkan untuk

perjalanan jarak pendek. 5

3
Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) adalah perusahaan Swasta yang diberikan konsesi selama
99 tahun oleh pemerintah kolonial Belanda.
4
Susanto Zuhdi, Cilacap 1830-1942, Bangkitdan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa, Jakarta, KPG
2002, hlm. 48
5
Purnawan Basundoro,op cit,hlm.184
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Pembangunan jalur SDS ini dilaksanakan secara bertahap meliputi jalur

Maos-Purwokerto pembangunan dilakukan pada tanggal 16 Juli 1896 sepanjang 29

km dengan modal awal sebesar f 1500.000.6Maos adalah titik temu antara stasiun

pemerintah Staats Spoorweg (SS) dengan SDS. Purwokerto-Sokaraja dibuka tanggal

5 Desember 1896 sepanjang 8,6 km untuk mengincar kesempatan mengangkut dari

pabrik gula Kalibagor, Sokaraja-Purwareja 5 Juni 1897 sepanjang 16,1 km,

Purwareja-Banjarnegara tanggal 18 Mei 1898 sepanjang 30,4 km dan Banjarsari-

Purbalingga sepanjang 6,5 km. 7

C. Perkembangan Kereta Api di Banyumas sebelum tahun 1917

Mendengar keberhasilan pembangunan jalur dari Purwokerto sampai Maos

membuat penanaman investasi di wilayah ini menjadi semakin ramai. Tidak hanya

perkebunan tebu pendirian gudang-gudang kopi dan garam di sekitar Banyumas

menjadi bukti bahwa Banyumas mempersiapkan perdagangan niaga dengan skala

yang lebih besar dan mengintegrasikannya segala kepentingan ekonomi itu dengan

kereta api SDS. Kereta api SDS menjadi simpul simpul utama dalam perkembangan

ekonomi pada saat itu.

Meskipun kopi tidak menjadi komoditas perdagangan yang utama di

Banyumas setelah adanya jalur kereta api, namun gudang-gudang penyimpanan kopi

tetap didirikan di sekitar jalur yang dilalui oleh kereta api SDS pada akhir abad ke-19.

6
Susanto Zuhdi, op cit,hlm 49
7
Purnawan Basundoro,op cit, hlm.189
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Selain gula dan kopi, pengangkutan garam juga dilakukan oleh kereta api SDS.

Pengangkutan ini dimulai dari Maos sampai daerah pedalaman Banyumas lainnya

untuk memnuhi kebutuhan garam di wilayah pedalaman.

Pada kemudian hari fasilitas kereta api ini ditambah dengan gerbong

penumpang yang diperuntukan untuk mengangkut orang-orang. Gerbong khusus

penumpang terdiri dari gerbong kelas satu, kelas dua dan kelas tiga. 8 Untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi yang lebih besar di Banyumas pihak swasta

kembali meminta ijin kepada pemerintah agar menyetujui pembangunan jalur kereta

api yang baru melintasi Banjarsari sampai Purbalingga dengan alasan bahwa

pembangunan jalur ini melintasi dua pabrik gula yang cukup besar yaitu pabrik gula

Kalimanah dan pabrik gula Bojong. Kedua pabrik gula ini membutuhkan transportasi

kereta api untuk pengangkutan produk gula ke pelabuhan Cilacap yang selanjutnya di

bawa ke Eropa. Permintaan yang diajukan pihak swasta akhirnya dikabulkan oleh

pemerintah melalui surat keputusan no.19 tanggal 22 September 1898. Dapat

dimengerti dari kenyataan tersebut bahwa industri gula di karesidenan Banyumas

berkembang dengan pesat sehingga di beberapa daerah segera muncul pabrik-pabrik

gula baru.

Kereta api SDS berhasil membangun jalur lanjutannya di Purbalingga. Akan

tetapi pemerintah meminta beberapa syarat pada NV. SDS atas pengajuan ijin

tersebut, pemerintah meminta agar jalur SDS melintasi kota Banyumas. Pemerintah

mempertimbangkan kepentingan politik karena di kota Banyumas terdapat kantor

8
Ibid, hlm.188
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Residen dan kantor Bupati. Pengelola kereta api SDS segera menanggapi usulan yang

diajukan oleh pihak pemerintah dengan surat keputusan 31 Mei 1889 pihak SDS

menolak usulan agar NV. SDS membangun jalur kereta api yang melintasi kota

Banyumas. Pihak SDS beralasan bahwa di kota Banyumas sendiri tidak terdapat

pabrik gula sedangkan pembangunan jalur kereta di wiliyah ini akan membutuhkan

biaya yang cukup banyak, sebaliknya wilayah ini nantinya tidak banyak

menghasilkan keuntungan untuk pengelola SDS. Dari kenyataan ini nampak bahwa

pembangunan jalur kereta api merupakan monopoli dari pihak swasta untuk

mengeksploitasi pedalaman Banyumas didasarkan pada kepentingan ekonomi bukan

politik.

Sejak dari Maos sampai Banjarnegara terdapat 31 halte dan stasiun

pemberhentian. Selain sebagai tempat pemberhentian stasiun dan halte ini juga

berfungsi sebagai tempat menurunkan dan menaikan barang yang akan dikirim ke

pedalaman maupun sebaliknya yang hendak dibawa keluar Banyumas melalui

pelabuhan Cilacap atau ke Batavia.

Kereta api merupakan satu-satunya angkutan darat yang mampu membawa

penumpang dalam jumlah yang sangat banyak. Baik itu pedagang maupun

masyarakat umum lainnya.Ketika komisi kesejahteraan Belanda mengukur selama 10

hari di beberapa halte dan stasiun SDS. Dari kegiatan pengukuran tersebut didapatkan

jumlah penduduk yang beraktivitas dengan memanfaatkan kereta api SDS.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Jumlah penumpang di beberapa halte selama 10 hari pada tahun 19049


Halte Jumlah Penumpang
Gambarsari 447 Orang
Mandirancang 176 Orang
Sokaraja 296 Orang
Banjarsari 586 Orang
Klampok 753 Orang
Mandiraja 564 Orang
Purwanegara 302 Orang

Dari tahun ke tahun lalulintas pengangkutan oleh kereta api SDS cukup ramai,

hal ini membuat keuntungan yang diperoleh SDS meningkat. Sehingga hal ini juga

menjadi pertimbangan bagi pengelola melakukan perpanjangan jaringan kereta api

SDS pada tahun-tahun selanjutnya.

D. Keadaan Wonosobo Pada Akhir Abad ke-19

Wonosobo merupakan wilayah yang berada pada ketinggian 800 m,

keberadaan geografi wilaya ini membuat Wonosobo memiliki suasanayang sejuk dan

subur menjadi daerah persawahan dan Palawija.10Kesuburan tanah Wonosobo

membuat wilayah ini mudah untuk ditanami beberapa macam jenis tanaman.Tanaman

yang berhasil dibudidayakan di Wonosobo adalah kopi, tembakau, palawija, padi,

kina, dan teh.Pada periode masa kolonialisme Belanda beberapa jenis tanaman ini

merupakan suatu hal cukup penting.

9
Ibid, hlm.193
10
DjokoSuryo dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat Wonosobo, Yogyakarta,Kerja Sama Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo Dengan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada, 1994-1995, hlm. 88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Kekayaan sumber daya alam seperti tanaman tembakau, kopi, kina dan teh yang

memang belum banyak dieksploitasi dengan maksimal.Tembakau merupakan satu-

satunya jenis tanaman yang menjadi primadona perdagangan lokal maupun

internasional.Tanaman ini sudah ditanam sejak tahun 1932, Tembakau yang ditanam

merupakan jenis Havana.Tercatat bahwa tanaman tembakau yang berhasil diproduksi

oleh petani pada 1835 saja berjumlah 263 pikul. Sedangkan jenis kopi yang ditanam

di Wonosobo merupakan jenis pager, pada tahun yang sama sudah diproduksi

sebanyak 2.000 pikul. 11

Pada tahun 1872 saja penanaman tembakau mengalami masa-masa

keemasannya, hal ini dapat dilihat pada hampir seluruh wilayahWonosobo sudah

terdapat tanaman tembakau. Kota Wonosobo terdapat 250 bau (896 pikul) lahan

tanaman tembakau, Kalialang 1.017 bau (11.005 pikul), Leksono 349 bau

(2.357 pikul). 12

Berdasarkan Algemeen Verslag Belanda tahun 1872, selain kopi dan tembakau

teh juga merupakan tanaman andalan dari Wonosobo. Perkebunan teh swasta sudah

beroperasi di Sapuran (Tanjung Sari) seluas 162 bau (115.582 pikul), Kalialang 141

bau (56.192 pikul), dan daerah Wonosobo 237 bau (127, 018 pikul).Tembakau dari

Wonosobo menjadi produk unggulan dengan waktu yang cukup lama menjelang abad

ke-19.Eksistensi dari tembakau Wonosobo hanya mampu disaingi oleh teh pada abad

ke-19 setelah berdirinya perusahaan teh Tambi.

11
Ibid, hlm.93
12
Ibid, hlm.94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

Kebutuhan sarana untuk pengangkutan hasil bumi dari Wonosobo sangatlah

penting.Meskipun pada saat itu sudah terdapat jalur militer yang menghubungkan

Ambarawa, Wonosobo dan Banyumas, namun hal itu dirasa kurang. 13Ketika belum

terdapat jalan di wilayah selatan kota yang memadahi untuk pendistribusian hasil

bumi dari Wonosobo. Para pedagang memanfaatkan jalan menanjak pegunungan

Dieng sampai ke Kalibening (Banjarnegara) untuk menuju ke Pekalongan.

Perlu diketahui bahwa jalan yang dilalui para pedagang ini adalah jalan bukit

yang terjal sangat sulit untuk dilalui, serta harus menembus lebatnya hutan untuk

sampai di wilayah pesisir pekalongan.Beberapa pedagang lebih memilih jalan ini dari

pada harus menuju Purworejo ataupun Banjarnegara. Karena beberapa lahan yang

cukup banyak terdapat tenaman tembakau berada di Kejajar yang letaknya tidak jauh

dari pegunungan Dieng.

Oleh sebab itu kesulitan-kesulitan yang dialami beberapa pedagang inilah

kemudian memancing pengelola kereta api SDS untuk membangun perpanjangan

jalurnya sampai di Wonosobo, selain itu pihak SDS juga melihat potensi keuntungan

yang cukup besar jika nanti dari beberapa barang yang dihasilkan di Wonosobo dapat

diangkut dengan kereta api SDS menuju Cilacap maupun Batavia.

13
Idem
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

PERKEMBANGAN JALUR KERETA API BANYUMASWONOSOBO


1917-1976

A. Pembangunan Jalur Kereta Api di Banyumas-Wonosobo

Perlunya penambahan jalur sebagai salah satu rangkaian jalur kereta dan juga

motivasi bisnis dari beberapa pengusaha yang ada di Wonosobo, kebutuhan ini

dirasakan sangat mendesak untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar bagi

pengelola. Seperti halnya permohonan yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk

pemasangan jalur lanjutan kereta api SDS agar sampai di daerah Wonosobo.

Melihat kebutuhan tersebut pengelola SDS meminta ijin kepada pemerintah

untuk memperpanjang rangkaian jalur SDS. Akhirnya ijin itu diberikan oleh

pemerintah, lewat surat keputusan 22 Juni 1912 no.12. Setelah beroperasi cukup lama

di wilayah Banyumas akhirnya jaringan jalur kereta api SDS sampai di Wonosobo.

Wonosobo merupakan wilayah yang memiliki potensi yang cukup besar sama halnya

dengan Banyumas.

Pembangunan jalur ini dimulai dari Banjarnegara secara bertahap rincian dari

pembangunan wilayah Banyumas sampai dengan Ledok (Wonosobo) sebagai berikut,

Banjarnegara-Selokromo (Wonosobo) sepanjang 19 Km diresmikan

pengoperasiannya pada tanggal 1 Mei 1916. Pembangunan jalur ini memerlukan

keahlian yang cukup, karena medan menuju Wonosobo bukanlah hal yang mudah

22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

dengan melewati lembah dan tanjakan yang cukup banyak. Topografi alam menjadi

hambatan tersendiri ketika merencanakan pembangunan jalur kereta api sampai

Selokromo. Pembangunan jalur dari Banjarnegara sampai Selokromo melewati

beberapa halte kecil untuk pemberhentian antara lain, Sokanandi-Singomerto-

Sigaluh-Prigi-Bandingan-Bojonegoro-Tunggoro-Selokromo.

Setelah SDS berhasil membangun jalur sampai sebagian wilayah Wonosobo

pihak pengelola memperkirakan kereta SDS kala itu belum menjagkau wilayah pusat

pemerintahan dan ekonomi di Wonosobo, atas pertimbangan itu SDS dengan dasar

keputusan yang sama dari pemerintah Belanda melanjutkan pembangunan kereta api

ini menuju arah utara sampai dengan kota Wonosobo saat ini. 1Saat itu di Wonosobo

sendiri sudah terdapat asisten residen, sekretaris urusan pendudukan Belanda,

kontrolir dan juru lelang. 2 yang secara administratif kedudukannya dibawah

Residen. 3Jalur lanjutan dari Selokromo ini menempuh jarak sepanjang kurang lebih

14 Km yang diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 7 Juni 1917. Sepanjang jalur

dari Selokromo-Wonosobo melewati halte-halte pemberhentian antara lain, Krasak-

Selomerto-Penawangan-Wonosobo. Jalan yang dilalui dari Selokromo sangat

menanjak. Sampai Krasak lajur kereta api SDS melalui jembatan untuk menyebrangi

1
http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=238%3Apur
wokerto-wonosobo&catid=58%3Atrack&lang=id. Diakses 3 Oktober 2013
2
DjokoSuryo dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat Wonosobo, Yogyakarta,Kerja Sama Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo Dengan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada, 1994-1995, hlm. 89
3
Wonosobo secara administratif pada abad ke-19 adalah wilayah yang tergabung dalam karesidenan
Bagelen yang terdiri dari wilayah Bagelen, Kebumen dan Ngambal (Kebumen), namun setelah 1905
adanya peleburan terhadap Karesidenan Bagelen akhirnya Wonosobo masuk kedalam Karesidenan
Kedu yang juga diikuti oleh Kebumen dan Purworejo.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

sungai Serayu. Ketika melewati daerah Selomerto kereta api terlihat seperti

menyebrangi jalan darat melaju melewati sisi kiri menuju pinggiran Desa Pakuncen.

Selain itu ketika menuju arah Wonosobo kereta api SDS berganti lokomotif di

stasiun Selokromo dengan spesifikasi lokomotif untuk jalur menanjak, hanya saja

perbedaan antara jalan kereta api yang terdapat di Ambarawa dengan Wonosobo

adalah bahwa jalan kereta api yang terdapat di Ambarawa menggunakan gigi/rel

bergerigi tengah yang berfungsi sebagai pendorong lokomotif maupun penahan.

Sedangkan jalur kereta api di Wonosobo tidak menggunakan gigi tengah, akan tetapi

lokomotif berganti dengan yang bertenaga lebih besar. Dalam satu rangkaian

perjalanan gerbong kereta api yang dimiliki oleh SDS berjumlah tiga buah. 4Hal ini

dilakukan mempertimbangkan jalur kereta dari Banjarnegara menuju Wonosobo

dengan medan yang dilalui sangat sulit.

Jalur kereta api lintas Banyumas-Wonosobo melewati empat kabupaten, yaitu

Kabupaten Banyumas yang berpusat di kota Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara,

dan Wonosobo. Sepanjang jalur ini terdapat empat belas stasiun dan empat belas

tempat pemberhentian semacam halte.5 Pada masa jayanya, satu rangkaian kereta api

terdiri dari gerbong barang dan kereta penumpang. Dalam satu Rangkaian kereta api

dapat mencapai lima gerbong. Gerbong barang biasanya terdapat di urutan dua

kebelakang dan difungsikan sebagai tempat mengangkut hasil bumi seperti sayuran,

kina, teh dan tembakau

4
Wawancara dengan Bapak Soedjono pada tangga l 6 Desember 2013
5
http://regional.kompas.com/read/2011/08/05/2159385/Jalur.KA.Purwokerto-Wonosobo.Diaktifkan.
Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

B. Pasang Surut Perkembangan Kereta Api Banyumas-Wonosobo


1. Persaingan dengan angkutan darat lainnya

Setelah beroperasi cukup lama dan menjadi alat trasnportasi andalan

masyarakat Banyumas dan Wonosobo, keberadaan alat transportasi ini mendapat

saingan.Hal itu disebabkan adanya pembangunan besar-besaran jalan darat yang

menghubungkan Banyumas sampai Wonosobo.Serta keberadaan kendaraan

bermotor lainnya dikhawatirkan oleh pengelola kereta SDS pada tahun 1920-an.

Menjelang tahun 1933 pasang surut perusahaan kereta api SDS ini

semakin terasa. Diawali dengan pendirian General Motors sebagai pabrik

perakitan otomobil pertama di Batavia. 6

Distribusi kendaraan bermotor menuju pedalaman semakin gencar pada

masa tersebut. Ketika kendaraan bermotor semakin pesat serta jalan-jalan darat

mulai berkembang dengan pesat. Angkutan dari perusahaan mulai menggunakan

jenis transportasi truk dan otobis. Pada tahun 1922 outobis mulai beroperasi untuk

umum di karesidenan Banyumas. Perlahan masyarakat mulai berminat dengan

transportasi ini. Perusahaan angkutan yang pertama berdiri di Banyumas adalah

milik seorang Cina bernama H.B. Njoo yang berkedudukan di Purwokerto.7

Perbaikan jalan darat secara besar-besaran dan pengadaan transportasi

angkutan darat jalan raya menyebabkan sepinya para pedagang dan penumpang

6
Malcolm Caldwell dan Ernst Utrecht, Sejarah Alternatif Indonesia, Yogyakarta, Djaman Baroe, 2011,
hlm. 125
7
Purnawan Basundoro, Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas Tahun 1830-1994,
Tesis, UGM, Paska Sarjana, 1999. hlm.210
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

umum memanfaatkan kereta api. Pengguna jasa kereta api SDS turut berpindah

menggunakan transportasi darat tersebut. Pada tahun 1927 saja kendaraan darat

yang ada diwilayah Banyumas berjumlah 499 untuk kendaraan pribadi sedangkan

kendaraan umum berjumlah 12 buah. Alasan utama menggunakan truk maupun

kendaraan bermotor lainnya ialah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan para

pengusaha untuk memakai jasa kereta api untuk satu kali perjalanan.

Berpindahnya sebagian masyarakat dengan menggunakan alat trasnportasi

lain juga disebabkan penggunaan kendaraan semacam bus dan truk lebih mudah

menjangkau daerah-daerah yang tidak mampu dilintasi oleh kereta api.

Kemudahan itu didasarkan pada keengganan para pengguna jasa kereta api

mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam menggunakan jasa kereta api untuk

pengangkutan selanjutnya dari stasiun. Serta kesepakatan/negosiasi biaya sebelum

menggunakan truk maupun bus antara penjaja jasa dan pengguna jasa lebih

mudah dilakukan.

2. Masa Depresi ekonomi

`Akibat dari depresi ekonomi yang melanda pada tahun 1933 turut sebagai

akibat dari Perang Dunia I berdampak panjang bagi perekonomian Hindia

Belanda.Banyumas sebagai daerah yang ikut membangun pertumbuhan ekonomi

di Hindia Belanda juga terkena akibat dari depresi ekonomi tersebut.

Salah satu usaha yang tutup akibat dari depresi ekonomi tersebut ialah

pabrik-pabrik gula yang ada di Karesidenan Banyumas tutup, seperti pabrik gula

Kalibagor, Kalimanah, Bojong, Klampok dan Purwokerto. Rendahnya harga gula


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

pada kisaran F 0.09 F 0.10 per Kg tidak sebanding dengan biaya pengangkutan

yang selama menggunakan kereta SDS.Sehingga pengangkutan menggunakan

truk dianggap lebih murah untuk memangkas ongkos produksi.Pada tahun 1933

gula yang diangkut menggunakan SDS hanya 13.077 ton, tentu saja kondisi ini

membuat pihak SDS mengalami kerugian.8

Beberapa pabrik gula yang ada hanya pabrik gula Kalibagor saja yang

kembali beroperasi pada tahun 1933, 9 tetapi dalam waktu yang lama setelah masa

depresi ekonomi tersebut.Selain itu kondisi perekonomian yang ada di Banyumas

sangat lesu karena beberapa barang kebutuhan sulit dipenuhi.Kalaupun ada

harganya pasti sangat mahal karena sudah di monopoli oleh beberapa pengusaha.

Masa depresi ekonomi juga berakibat pada kebutuhan masyarakat terhadap

pengangkutan, terutama jasa pengangkutan kereta api. Semakin surutnya kegiatan

ekonomi dapat dilihat ketika mulai berkurangnya intensitas pegiriman barang

menggunakan jasa kereta api baik yang dibawa masuk ke wilayah Banyumas ke

Wonosobo maupun sebaliknya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini

tahun 1933 memang kegiatan ekonomi surut.

8
Ibid, hlm. 259
9
Ibid, hlm.262
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

Pendapatan N.V. Serajoedal Stoomtram Matschappij dari pengoperasian Trem


th.1929-193410 (Gulden)

Tahun Pendapatan Kotor Biaya Operasional Pendapatan


Bersih

1929 1.477.767.93 664.031.54 813.736.39

1930 1.137.668.54 614.836.32 522.832.22

1931 902.609.18 531.891.28 370.717.90

1932 821.391.33 393.807.89 427.583.44

1933 343.218.80 313.687.98 29.530.82

1934 353.289.74 266.700.75 86.588.99

Berdasarkan tabel diatas tahun 1933 adalah tahun yang terburuk untuk

pendapatan NV.SDS Semua ini diakibatkan krisis ekonomi jauh sebelum masa

depresi ekonomi yang melanda Hindia Belanda.Akan tetapi beberapa saat

kemudian kondisi ekonomi Hindia Belanda berangsur-angsur membaik meskipun

tidak membaik seperti sebelum terjadinya depresi ekonomi.

Kebangkitan kembali kehidupan perekonomian di Banyumas dapat terlihat

ketika pengoperasian kembali pabrik gula Kalibagor. Meskipun kebangkitan ini

tidak cukup kuat untuk merangsang kembali beroperasi pabrik gula lainnya di

seluruh wilayah Banyumas. Depresi ekonomi ini hampir merata di seluruh Hindia

Belanda yang merupakan masa-masa tersulit sepanjang sejarah penjajahan

Belanda.

10
Idem
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

C. Kereta Api jalur Banyumas-Wonosobo pada masa pendudukan Jepang

Jepang masuk ke wilayah Indonesia tahun 1942 melalui pelabuhan Tarakan

di Pulau Kalimantan. Dari Tarakan Jepang berhasil menyebrang ke Jawa dengan

mendarat di beberapa pelabuhan di pesisir pantai utara Jawa, Rembang Jawa

Tengah dan Banten. Meskipun penjajahan yang dilakukan Jepang tidak lama

nyatanya membawa dampak yang sangat besar bagi nasib bangsa Indonesia pada

saat itu. Pemerintah Jepang memberlakukan Romusha yang lebih kejam dari pada

kerja Rodi masa Belanda. Selain itu perubahan yang terjadi di Indonesia masa

penjajahan Jepang sangat terasa terutama dalam bidang tansportasi kereta api

yang dibangun zaman Belanda.

Perlu diketahui sampai dengan tahun 1939 panjang jalan kereta api di

Indonesia mancapai 6.811 km. Tetapi pada tahun 1950 panjangnya berkurang

menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km hilang. Diperkirakan hilangnya sebagian

sebagian komponen-komponen kereta api yang berasal dari Indonesia dibongkar

untuk diangkut Jepang ke Myanmar.

Jepang masuk ke Wonosobo dari arah timur yaitu melalui Kertek sampai

Semagung. 11Jepang mulai menguasai sektor ekonomi peninggalan Belanda yaitu

beberapa perkebunan kopi, pabrik teh Tambi dan kereta api. Keberadaan kereta

api Wonosobo ini dimanfaatkan oleh Jepang sebagai upaya perluasan pendudukan

di pedalaman Jawa. Jepang membentuk kompi-kompi pasukan semi militer

sampai di daerah seperti pedalaman Jawa seperti Peta, Seinendan, Heiho dan

11
Djoko Suryo, op cit., hlm.98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

Keibodan.12 Seluruh pasukan ini disiapkan oleh Jepang dalam rangka perang Asia

Timur Raya melawan pihak Sekutu. Beberapa kereta api di Jawa tidak terkecuali

SDS digunakan sebagai alat angkutan logistik persenjataan untuk penguatan

Tentara ke Enam Belas. Pengelolaan SDS pada saat itu dibawah Chubu Kyoku.

Jepang berusaha menyatukan seluruh jalur kereta api di Jawa. Rencana

penyatuan ini dibawah perintah Mayor Takahashi kemudian digantikan oleh

Shosimatsu. Pada masa Jepang perkeretaapian berpusat di Bandung. Kereta api

pada masa Jepang dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang diberi nama RIKUYU

SOKYOKU dan dibagi dalam tiga daerah eksploitasi yaitu,13

1. Seibu Kyoku di Jawa Barat

2. Chubu Kyoku di Jawa Tengah

3. Tobu Kyoku di Jawa Timur

Selain penyatuan jalur-jalur kereta api yang ada di Jawa pemerintah Jepang

juga membongkar beberapa jalur bagian dari kereta api SDS dengan alasan

keberadaannya kurang berfungsi strategis serta dan penghematan anggaran.

Keadaan ini hampir sama dengan nasib kereta api di Sumatera yang terkena imbas

dari zaman penjajahan Jepang, kereta api SDS di sepanjang sungai Serayu

beberapa jalurnya dibongkar oleh Jepang. Jalur yang dibongkar antara lain jalur

Kebasen (Gambarsari) sampai dengan Tanjung dibongkar. Sedangkan jalur

12
Ibid, hlm. 113
13
Tim PT KAI, Tanah Kereta Api Suatu Tinjauan Historis, Hukum Agraria/Pertanahan, Dan Hukum
Pembendaharaan Negara, Bandung, PT.KAI, 2000, hlm.15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

Gambarsari sampai Maos tetap dipertahankan untuk keperluan yang mendesak

dari pemerintah Jepang.

Pada 21 September 1942 ketika hendak berganti kereta api untuk menuju ke

Batavia dari Bandung maupun menuju ke Purwokerto penumpang kereta api tidak

transit lagi di Maos namun telah berpindah ke stasiun Kroya yang letakya kurang

lebih 10 km dari stasiun Maos.14Dalam perkembangan selanjutnya meningkatnya

jumlah angkutan yang berasal dari Cilacap membuat pemindahan dari Maos ke

Kroya semakin kuat. Sekaligus untuk meningkatkan pengamanan wilayah antara

Maos dan Cilacap.15

Selain perkembangan SDS pada masa Jepang perusahaan ini menjual

beberapa lokomotifnya. Perlu diketahui perusahaan ini memiliki seri lokomotif B,

Perusahaanjuga memiliki lokomotif seri C dan D, namun pada masa Perang

Dunia II lokomotif seri D NV. SDS dijual kepada perusahaan kereta api milik

pemerintahStaats Spoorwegen.16

D. Kondisi Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 keberadaan kereta api

melalui Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kepemilikan

kereta api di Indonesia. Seluruh anggota AMKA adalah pegawai kereta api masa

14
http://www.banjoemas.com/2010/05/serajoedal-stoomtram-maatschappij.html. Diakses pada tanggal
23 November 2013.
15
Evaluasi Kerja PJKA Ekspolitasi Jalur Tengah Tahun 1977, Buku I
16
Soebandono, Joe,Empat Sekawan di Jalur Lokal Semarang dan Surabaya, Jakarta, Majalah KA, Mei
2007. hlm. 41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

penjajahan Jepang. Begitu Soekarno dan Hatta mengumandangkan proklmasi

seketika seluruh wilayah di Indonesia ikut bergerak dalam menyambut bebasnya

Indonesia dari penjajahan bangsa asing.Siaran kemerdekaan disebarkan melalui

siaran Radio Republik Indonesia (RRI) pusat sehingga peristiwa ini dengan cepat

dapat didengarkan seluruh masyarakat yang ada di daerah.

Kekosongan kekuasaan di Indonesia setelah perginya Jepang dimanfaatkan

dengan baik oleh pemimpin bangsa.Selain keinginan dari seluruh masyarakat

untuk lepas dari belenggu penjajahan telah tertanam sejak lama. Sikap

nasionalisme para pejuang negara merupakan pernyataan yang berani oleh

beberapa tokoh bangsa Indonesia, hal ini juga yang terlihat dalam proses

nasionalisasi para anggota AMKA. Peristiwa ini terjadi beberapa kota besar yang

ada di Jawa terutama yang menjadi pusat perkeretaapian.

Wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah pengambil alihan kereta api dari

Jepang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1945. Kejadian ini meluas ke

wilayah lainnya seperti Jakarta dan Jawa Barat pada 4 September 1945 kemudian

pengambil alihan Balai besar di Bandung pada 28 September 1945.17

1. Nasionalisasi Perusahaan Swasta Belanda

Seluruh perusahaan swasta Belanda terutama perusahaan kereta api

tergabung dalam perkumpulan yang disebut dengan Verenigde

Spoorwegbedrijdf (VS) didalamnya termasuk SDS. Secara de facto sejak

tanggal 1 Januari 1950 semua aset VS telah diambil oleh Djawatan Kereta Api

17
Tim PT KAI, op.cit, hlm.15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

DKA namun secara de Jure belum menjadi kekayaan negara. Berbeda dengan

status kepemilikan bekas kereta api pemerintah kolonial Belanda Staats

Sporweg (SS) seluruh asetnya dimiliki baik secara de facto dan de Jure adalah

milik DKA.

Berdasarkan Undang-undang nomor 86 Tahun 1958 tentang

Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda Yang Berada di

Wilayah Republik Indonesia dinyatakan semua perusahaan Belanda yang ada

di Indonesia dinasionalisasi dengan membayar ganti kerugian kepada pihak

kerajaan Belanda.18Alasan utama dari nasionalisasi ini adalah penegasan

kepada dunia internasional bahwa negara Indonesia telah merdeka dari

penjajahan negara asing sepenuhnya.Hal ini yang selalu dikobarkan oleh

Presiden Soekarno dalam memandu jalannya Revolusi Indonesia yang sedang

berlangsung.

Pelaksanaan nasionalisasi tersebut diatur dalam peraturan pemerintah

Republik Indonesia nomer 2 Tahun 1959 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan

Undang-undang Nasionalisasi Perusahaan Belanda.Setelah dilakukan ganti

rugi kepada pihak kerajaan Belanda maka seluruh aset perusahaan swasta

Belanda menjadi aset dibawah kekuasaan negara Indonesia.

Meskipun pada awal kemerdekaan sering terjadi krisis dalam bidang

ekonomi namun pemerintah berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan

berbagai cara.Keinginan Soekarno untuk melenyapkan semua pengaruh asing

18
Ibid, hlm.33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

disadari betul sebagai sebuah proses ungkapan nasionalisme anak bangsa.

Tindakan pertama yang dilakukan oleh Soekarno yang berkaitan dengan jalur

kereta api adalah penghapusan seluruh jalur trem yang ada ibukota Jakarta.

2. Perubahan Nama Perusahaan

Setelah pengambil alihan kereta api dari Jepang pengelolaan kereta api

di Indonesia dipegang oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia

(DKARI) berdasarkan maklumat Kementrian Perhubungan Indonesia nomor

1/KA tanggal 23 Oktober 1946.19

Pada masa Kedatangan Sekutu yang diboncengi Netherlands Indies

Civil Administratin (NICA) yang bermasksud mengembalikan tawanan

perang serta melucuti senjata tentara Jepang pada 29 September 1945.20

Pengelolaan kereta api di Jawa terbagi menjadi dua. Daerah yang dikuasai

oleh Republiken kereta api dikelola oleh DKARI, sedangkan di daerah yang

berhasil dikuasai kembali Belanda pengelolaan dibawah SS dan VS.

Setelah terjadi kembali pengakuan kedaulatan terhadap pemerintah

Indonesia kekuasaan kereta api kembali dikuasai pemerintah Indonesia.

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan

Umum Republik Indonesia tanggal 6 Januari 1950, DKARI, SS dan VS

digabung dalam satu jawatan baru yang benama Djawatan Kereta Api (DKA).

yang berkedudukan di Bandung.

19
Ibid, hlm.16
20
A.K. Wiharyanto,Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, Penerbit
USD,2011,hlm.42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah Repub;lik

Indonesia nomor 22 Tahun 1963 DKA diubah namanya menjadi Perusahaan

Negara Kereta Api (PNKA). Kemudian Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 61 Tahun 1971 PNKA kembali diubah namanya menjadi

Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

Seiring berjalannya waktu PJKA kemudian membagi wilayah kerja

kereta api di Indonesia termasuk bekas perusahaan bekas perusahaan kereta

api NV. SDS ini masuk dalam wilayah-wilayah Inspeksi 5 dibawah Ekploitasi

jalur tengah yang berpusat di Semarang. Eksploitasi jalur tengah ini menaungi

beberapa wilayah inspeksi antara lain inspeksi 6 Yogyakarta, dan inspeksi 4

Semarang. Pada kemudian hari nama inspeksi diganti dengan Daerah Operasi

(DAOP). Daerah operasi pada perkembangan selanjutnya bersifat lebih

otonom, dengan diberi kewenangan mengurusi wilayah operasional yang

menjadi tanggung jawab masing-masing DAOP.

Untuk wilayah kerja eksploitasi tengah jalur yang menghubungkan

seluruh daerah di karesidenan Banyumas-Wonosobo merupakan jalur yang

keramaiannya masih kalah dengan daerah lain seperti DAOP 6 Yogyakarta,

dan DAOP 4 Semarang dikarenakan ketidakadaan jalan melingkar, dengan

kata lain rangkaian panjang kereta api berhenti sampai di Wonosobo sebagai

tempat terakhir singgah di pedalaman sungai Serayu. Sebab lain dari kedua

DAOP 4 dan 6 aneka barang yang dikirim menggunakan jasa kereta api lebih

kompleks dibandingkan dengan DAOP 4 yang hanya mengandalkan angkutan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

penupang, dan alat angkutan pengriman tembakau, gula aren (gula Jawa),

kulit pohon akasia, dan beberapa macam sayuran.

Kereta api SDS ini selain digunakan untuk mengangkut barang-barang


kebutuhan masyarakat yang dibawa dari wilayah Banyumas atau
sebaliknya. Tahun 1970-an ada beberapa anak sekolah memakai jasa
kereta api ini naik dari stasiun Klampok dan turun di Banjarnegara.
Selain itu banyak anak-anak dari Klampok bersekolah di Purbalingga.21

Sepanjang Tahun 1970-an


Stasiun sepanjang jalur yang dilalui oleh bekas SDS yang diturunkan tingkatannnya22
Stasiun Dari kelas Menjadi
2 4
Purwokerto Timur
3 4
Purworejo (Banjarnegera)
4 5
Wonosobo
4 5
Purbalingga

Penuruanan kelas stasiun ini didasarkan pada tingkat keramaian penggunaan

kereta api dan jumlah pemberangkatan kereta api dalam sehari. Penurunan ini

disebabkan oleh pembangunan jalan raya dari Wonosobo sampai Purwokerto yang

melalui Banjarnegara, dan Purbalingga semakin pesat menjelang tahun 1970.Dengan

berkembangnya jaringan jalan raya diikuti dengan bertambahnya jumlah kendaraan

darat yang ada sebagian masyarakat yang ada beralih menggunakan bus maupun

transportasi darat lainnya.

21
Soedjono, op. cit. Wawancara tanggal 6 Desember 2013
22
Laporan Evaluasi Kerja PJKA Eksploitasi Tengah Tahun 1977, Buku I
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

Tahun anggaran 1976


Dalam prosentase

Biaya Personil(Gaji,
Beras dll) 67,26%
Bahan Bakar19,13%

Perawatan 4,57%

Lain-lain 8,01%

Malapetaka 1,03%

Sumber: (Arsip Laporan Evaluasi Kerja PJKA Eksploitasi Tengah Tahun 1977, Buku I)

Tahun 1963 pihak DKA menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan dari

Inggris Beyer Peacock & co. Manchesteruntuk pengadaan kereta api disel. Karena

pihak perusahaan merasa bahwa jenis kereta api uap sudah mulai tergerus dengan

tuntutan zaman. Beberapa lasan penggantian kereta api uap dengan disel ialah 1)

Jenis bahan bakar batubara/Kayu bakar yang diperuntukan untuk operasional kereta

api uap pada tahun-tahun tersebut mulai suli didapatkan, 2) Kereta api uap yang

usianya sudah cukup tua sering mengalami kerusakan yang tidak bisa diperediksi,

sehingga keadaan semacam ini cukup mengganggu pengangkutan, 3) Perusahaan

kereta api membutuhkan kereta yang dapat berjalan dengan cepat agar mampu

bersaing dengan transportasi darat lainnya. Atas pertimbangan-pertimbangan itu

maka perusahaan kereta api miliki pemerintah Indonesia yang pada saat itu masih

bernama Djawatan Kereta Api (DKA) mendatangkan kereta api jenis disel.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

Dalam kerjasama itu pihak DKA memesan lokomotif disel yang berjumlah

kurang lebih 3 unit untuk melayani jalur Purwokerto sampai Wonosobo. Sejak saat

itu kedudukan kereta api uap di Banyumas sampai Wonosobo mulai digeser dengan

lokomotif disel. 23Dengan adanya lokomotif disel diharapkan transportasi angkutan

barang maupun penumpang di wilayah ini akan semakin lancar dan mampu bersaing

dengan transportasi darat lainnya. 24

Alasan utama penggantian lokomotif uap ini karena pada saat itu ada beberapa

kendala yang dialami lokomotif uap antara lain 1) Lokomotif uap sering macet ketika

beroperasi, 2) Bahan bakar yang dibutuhkan oleh lokomotif uap mulai sulit

didapatkan sehingga sering mengganggu operasional, 3) Jadwal dari lokomotif uap

ini sering tidak teratur karena kerusakan yang dialami beberapa lokomotif yang ada.

Ketika jalan darat sudah semakin berkembang pada saat itu langkah cepat dari

pengelola jalur kereta api ini begitu jeli. Keengganan kehilangan penumpang,

kemudian pihak pengelola mendatangkan jenis lokomotif disel untuk tetap

mengoperasikan jalur kereta api jalur ini. Seakan langkah untuk mendatangkan

lokomotif disel menjadi sesuatu yang mendesak bagi pengelola kereta api. Namun

usaha ini tetap saja tidak mampu menghadapi derasnya persaingan dengan kendaraan

darat lainnya.

24
Soedjono, op cit. Wawancara tanggal 6 Desember 2013.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

DAMPAK KEBERADAAN KERETA API JALUR BANYUMAS-WONOSOBO

Wilayah Bnyumas dan Wonosobo dianggap memiliki potensi alam yang besar

untuk dimanfaatkan pemerintah kolonial Belanda. Akhirnya Belanda mulai

memetakan wilayah Wonosobo dan Banyumas sebagai penghasil tanaman yang laku

di Eropa seperti teh, tembakau, kina dan kayu manis. Sedangkan karesidenan

Banyumas sebagai lahan yang potensial bagi tebu dan beberapa tanaman lain dengan

jumlah yang relatif sedikit semacam kopi, kayu-kayuan, kina, kapas dan kayu manis.

Setelah industri gula berkembang cukup pesat di Banyumas terjadi masalah

baru bagaimana agar pendistribusian barang produksi dapat dilakukan dengan cepat,

untuk itu pengusaha gula di Klampok mengajukan ijin pembangunan jalan kereta api

di Banyumas. Jalan kereta api difungsikan sebagai sarana pengangkutan hasil

produksi untuk dikirim melalui pelabuhan Cilacap. Perkembangan sarana transportasi

kereta api lambat laun tidak hanya digunakan untuk pengangkutan barang namun

dalam perkembangan selanjutnya juga difungsikan sebagai sarana pengangkutan

penumpang.

A. Dampak di Bidang Ekonomi

Kehidupan kota tentu saja didukung dengan aktivitas yang ada didalamnnya.

Masyarakat sebagai motor penghidup kota menjadi unsur pokok sebagai penggerak

39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

kemajuan suatu kota. Untuk menghidupkan kota tentu saja banyak cara yang

dilakukan oleh masyarakat baik itu aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Kehidupan

kota terjadi karena bertemunya interaksi sesama masyarakat dari lain daerah untuk

menjalin komunikasi satu sama lain.

Perkembangan kota-kota kolonial atau kota-kota Indis pada tahun 1900-1940-

an meningkat dengan cepat. Sejalan dengan meningkatnya perekonomian pada

sektor-sektor tertentu, misalnya pertambangan, perkebunan, perdagangan dan

perindustrian. Pesatnya proses modernisasi industrialisasi, komersialisasi dan

pendidikan yang terpusat di kota telah menjadi faktor penggerak perubahan dan

penarik arus urbanisasi dan migrasi penduduk di daerah Indonesia. 1

Setelah beroperasi beberapa waktu di Banyumas akhirnya kereta api SDS

dapat membangun perpanjangan jalur sampai Wonosobo. Wilayah ini merupakan

jalur sulit karena daerah dataran tinggi yang perlu teknik khusus untuk melintasinya.

Alasan pembangunan jalur kereta api jalur ini tentu saja untuk kepentingan strategis

ekonomi pengusaha perkebunan dan pemerintah kolonial Belanda. Beberapa tahun

beroerasi jalur ini banyak mendapat respon yang cukup bagus dari masyarakat.

Sehingga terjadi hubungan simbiosis mutualisme antara pengguna jasa kereta api

yang kebanyakan adalah pengusaha perkebunan, dan penumpang umum dengan

pemilik pengelola kereta api SDS.

1
Djoko Suryo, Pendudukan dan Perkembangan Kota Yogyakarta 1900-1990, Dalam Kota Lama
Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan, Ed. Freek Colombijn
a.l., Yogyakarta, Ombak, 2005, hlm.30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

Keberadaan kereta api membuat beberapa daerah di wilayah Banyumas dan

Wonosobo yang terisolir oleh keadaan alam perlahan mulai terbuka. Keadaan

tersebut dapat terlihat semakin dinamisnya pergerakan masyarakat Wonosobo.

Masyarakat mulai berhubungan dengan luar daerah guna menjalin komunikasi antara

satu sama lain. Proses komunikasi tersebut menyebabkan terjalinnya hubungan

sosial dan ekonomi antar wilayah. Setelah pembukaan jalur kereta api jangkauan

hubungan masyarakat tidak hanya sebatas regional wilayah-wilayah yang dekat,

bahkan hubungan ekonomi masyarakat di Banyumas dan Wonosobo telah sampai di

Batavia dan Banten.

Masyarakat juga sering melakukan mobilitas sosial untuk berpergian untuk

memenuhi kepentingan mereka dari satu tempat ketempat lain. Selain itu keberadaan

kereta api menjadi indikator utama majunya kegiatan ekonomi di kawasan

Banyumas. Keberadaan kereta api ini membuka komunikasi yang statis didalam

lingkungan masyarakat. Keterbatasan hubungan ini karena adanya pembatas alam

yang memaksa manusia untuk komunikasi jarak pendek dengan lingkungan

alamnya.

Selain itu komunikasi yang tidak lancar berdampak pada kemajuan tiap-tiap

daerah. Sebagai contoh bilamana ada suatu penemuan baru tidak dapat diketahui

oleh warga masyarakat yang tinggal dalam lingkungan terisolir. Hasilnya terlihat

sifat tradisional masyarakat desa lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat yang

tinggal di dalam lingkungan kota.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

Dengan dibukanya isolasi wilayah Banyumas-Wonosobo melalui pembukaan

jalur kereta api, perlahan daerah pedalaman sepanjang sungai Serayu mengenal

sistem ekonomi Barat. Meskipun sebelum adanya jalur kereta api ini pola ekonomi

tersebut terlebih dahulu masuk di karesidenan Banyumas, akan tetapi hanya terbatas

pada lingkungan kota saja. Dengan dibukanya jalur trasnportasi kereta membuka

kesempatan bagi desa menerima beberapa dampak perubahan tersebut.

Paska kemerdekaan, seiring dengan modernisasi pada kereta api yang

melintasi Banyumas-Wonosobo, Wilayah Wonosobo berkembang menjadi pusat

berbagai macam tanaman sayuran seperti kentang, kol, kacang-kacangan dan lain-

lain. Hal itu disebabkan adanya permainan pada pasar tembakau oleh orang-orang

Cina yang menjadi bawahan dari pabrik rokok, akibat dari permainan ekonomi ini

pabrik menghentikan semua pembelian tembakau garangan produksi masyarakat

Wonosobo. Untuk tetap mempertahankan hidupnya masyarakat beralih menanam

sayuran di kecamatan Kejajar.2 Para pelaku ekonomi ini memanfaatkan kereta api

untuk mengangkut barang dagangannya di bawa ke Banyumas, bahkan pengiriman

ini sudah mencapai Jakarta meskipun masih memerlukan waktu yang cukup lama

untuk satu kali kiriman hantaran.3

Selain itu para petani di Wonosobo juga membutuhkan pasokan pupuk

tanaman untuk penggarapan lahan mereka. Pada tahun 1970-an Pupuk Sriwijaya

2
Djoko Suryo, Sejarah Perjuangan Rakyat Wonosobo, Yogyakarta, Kerja Sama Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo Dengan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada, 1994-1995, hlm 188
3
Soedjono, Wawancara tanggal 6 Desember 2013.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

yang memiliki gudang di Banjarnegara juga menggunakan jasa kereta api ini untuk

mengantar beberapa pesanan pupuk pertanian dalam jumlah yang cukup besar ke

Wonosobo dan Temanggung.4

B. Dampak di Bidang Sosial

1. Mobilitas Sosial

Manusia adalah mahluk dinamis yang selalu bergerak dari satu tempat ke

tempat lainnya. Pergerakan tersebut dilakukan oleh manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu terus diupayakan oleh manusia

untuk memenuhi kebutuhannya. Karena adanya keterbatasan pada satu tempat

untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus mencarinya dengan

berpindah antara satu tempat ke tempat lain.

Perpindahan yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi ini yang

disebut dengan mobilitas sosial. Pergerakan yang hendak dilakukan oleh

masyarakat di karesidenan Banyumas-Wonosobo terlihat ketika mereka

mengunjungi stasiun atau halte untuk berpergian keluar daerah dengan

menggunakan kereta api SDS. Perpindahan tersebut banyak dilakukan

masyarakat desa menuju kota guna memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama

bagi orang-orang desa yang tidak mempunyai sawah-sawah di desa untuk

4
Idem.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

dikerjakan.5 Mereka memilih merantau ke wilayah yang dirasa mampu

menjamin hak hidup mereka.

Penemuan mesin dan tenaga uap serta penggunaan modal secara besar

dalam usaha dagang dan industri menciptakan pabrik-pabrik besar. Hal ini

menarik banyak tenaga kerja dari daerah-daerah untuk merantau ke wilayah lain

karena tingginya upah yang mereka dapatkan dan jaminan sosial. 6 Pada akhirnya

perkembangan dari industri pabrik gula di Banyumas tersebut mendorong

mobilitas sosial yang terjadi didalam masyarakat. Kegiatan ekonomi ini pula

yang nantinya akan mendorong terbentuknya kota Purwokerto menjadi ibukota

Karesidenan Banyumas sebagai pengganti kota Banyumas. Karena semakin

padatnya kota ini akibat dari urbanisasi dari daerah-daerah disekitarnya dan

kehidupan sosial/ekonomi kota yang lebih matang.

Beberapa stasiun besar yang dilalui oleh jalur kereta SDS ini antara lain,

stasiun Maos, Purwokerto Timur, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo.

Diantara stasiun besar tersebut terdapat beberapa stasiun kecil yang digunakan

sebagai tempat transit penumpang. Keberadaan kereta api di pedalaman

Banyumas merupakan pemacu mobilitas sosial di masyarakat.

Akibat yang terjadi setelah adanya jalan kereta api hubungan antar

wilayah semakin lancar. Pola hubungan jarak pendek diputus dengan adanya

jalan kereta api, mobilitas masyarakat yang turut aktif dalam perdagangan yang

5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta,Raja Grafindo Persada, 1982, hlm.264
6
Daljoeni, N., Seluk Beluk Masyarakat Kota Puspagram Sosiologi Kota, Bandung Penerbit Alumni,
1982, hlm.13.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

ada di kedua wilayah ini turut menumbuhkan kehidupan ekonomi baru antar

wilayah di Banyumas-Wonosobo. Meskipun sudah sejak lama masyarakat

mengadakan hubungan ekonomi satu sama lain, namun hubungan tersebut masih

sangat terbatas karena jalan yang dilalui memiliki keterbatasan.

Padatnya penduduk di Banyumas tahun 1930-an membuat konsentrasi-

konsentrasi keramaian secara alami. Adanya keramaian di beberapa wilayah

membuat orang dari luar daerah keramian itu tertarik untuk mengunjunginya

begitu juga sebaliknya. Keramaian ini didukung dengan angka kelahiran di

Banyumas yang cukup tinggi.

Kenaikan angka kelahiran dalam 0 00 di Karesidenan Banyumas selama kurun waktu tahun
1932-19377
Kabupaten Tahun
1932 1933 1934 1935 1936 1937
Purwokerto 25 30 34 34 - -
Banyumas 35 32 31 27 36 41
Banjarnegara 32 31 27 32 35 41
Purbalingga 34 32 30 29 34 41
Cilacap 26 25 26 27 37 49
Karesidenan Banyumas 30 30 29 29 360 43

Perlu diketahui industri perkebunan gula di Banyumas sulit berkembang

dan sedikit terlambat daripada tanaman ekspor lainnnya seperti kopi, nila, indigo.

Keterlambatan ini disebabkan karena sulitnya alat transportasi di Banyumas pada

saat itu. Sulitnya transportasi membuat para pengusaha gula tidak mau

membangun industri perkebunan gula di Banyumas. Selain itu pertimbangan alat

7
Breman, J.C., Djawa: Pertumbuhan Penduduk Dan Struktur Demografis, Jakarta, Bharatara, 1971,
hlm.69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

angkut untuk pengiriman ke konsumen. Kenyataan ini dapat dilihat dalam

laporan tahun 1830 bahwa keberadaan industri gula sangat tergantung adanya

sarana transportasi. Sehingga pada masa awal areal tanaman tebu yang ada hanya

sekitar 400 bau yang terletak di Purbalingga dan Banyumas. 8

Setelah dibangunnya kereta api di Banyumas perlahan keberadaan

tanaman kopi mulai digeser dengan tebu. Beberapa wilayah Banyumas mulai

menanam tebu perluasan dari wilayah Sokaraja dan Purbalingga. Pusat tanaman

kopi yang tersisa hanya di kota Banyumas dalam jumlah kecil. Telah dijelaskan

pada bagian sebelumnya bahwa pembangunan jalur kereta api SDS didasarkan

atas keinginan para pengusaha gula memiliki sarana transportasi yang memadahi

untuk pengangkutan gula menuju pelabuhan Cilacap.

Setelah dibangunnya jalur kereta api SDS selain difungsikan untuk

pengiriman gula kereta api juga menerima angkutan penumpang. Pada tahun

1920 saja tercatat ada 2.825.073 orang, tahun selanjutnya berturut-turut jumlah

penumpang yang naik kereta SDS, tahun 1921 2.531.600 orang, tahun 1922 ada

1.994.150 orang, tahun 1923 ada 1.614.748, dan tahun 1924 ada 1.386.536 orang

yang menggunakan transportasi kereta api ini dari beberapa halte dan stasiun

yang dilalui oleh rangkaian jalur SDS.9

8
Purnawan Basundoro, Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas Tahun 1830-1994,
Tesis, UGM, Paska Sarjana, 1999. hlm.164
9
Keterengan lebih lengkap mengenai jumlah penumpang yang naik dari halte dan stasiun kereta api
SDS dapat dilihat di Lampiran tabel nomor 15, hlm.881
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

Dengan adanya kereta api mobilitas yang terjadi di masyarakat saat itu

cukup sering dan terjadi kenaikan maupun penurunan jumlah orang yang

memanfaatkan kereta api SDS. Selain itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat

pada saat itu pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi berbagai

macam kebutuhannnya. Dari kenyataan ini bahwa mobilitas sosial dapat

merubah keadaan satu tempat karena adanya perubahan yang dibawa dari daerah

luar yang lebih maju, sebagai dampak dari mobilitas sosial yang dilakukan

masyarakat. Contoh dengan adanya pembangunan jalur kereta api barang-barang

yang dikapalkan melalui pelabuhan Cilacap menjadi lebih beraneka jenis untuk

segera dikirim ke Eropa.

Struktur sosial masyarakat yang ada ketika Belanda datang ke wilayah

Banyumas agak berbeda dibanding sebelum kedatangan bangsa asing. Ikatan

tradisional yang dulunya kuat mulai terhubung dengan kekuasaan kolonial.

Kenyataan ini merupakan salah satu faktor penting upaya eksploitasi wilayah

pedalaman Banyumas-Wonosobo.

Adanya angka yang tinggi dari peningkatan mobilitas sosial diakibatkan

karena perluasan industri yang mengakibatkan sebab-sebab tersebut. Perubahan

sosial-ekonomi dengan sebab yang prinsip perubahan produksi secara sederhana

secara teknis dengan produksi modern yang lebih komplit suatu perubahan yang

menimbulkan posisi baru dalam sektor sekunder dan sektor tersier


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

ekonomi. 10Terlihat ketika perubahan sosial akibat adanya kereta segera

membuka lapangan peekerjaan bari di kedua wilayah ini, sehingga mampu

menarik penduduk desa untuk datang ke kota. Proses ini membuat pembagian-

pembagian secara alamiah dalam sektor ekonomi yang sedang berkembang di

Banyumas-Wonosobo.

2. Perubuahan sosial setelah beroperasinya kereta api

Sejak abad ke-18 sampai awal abad ke-20 muncul golongan sosial baru

sebagai pendukung kuat kebudayaan campuran (Belanda-Jawa) di daerah jajahan

Hindia Belanda. Hal itu disebabkan oleh kuatnya pengaruh Belanda di pulau

Jawa. Ada lima golongan masayarakat baru diatas desa zaman kolonial, (a)

golongan pamong praja bangsa Belanda, (b) golongan pegawai Indoensia baru,

(c) golongan pengusaha partikelir Eropa, (d) golongan akademisi Indonesia

(sarjana hukum, insinyur, guru, dokter, ahli pertanian dan ilmu-ilmu lainnya) (e)

golongan menengah Indonesia, yaitu orang Indonesia yang mempunyai usaha di

bidang kerajinan dan perniagaan.11

Keberadaan jalur kereta api di Jawa membuat percampuran budaya ini

semakin meluas bahkan sampai di pedalaman Jawa seperti wilayah karesidenan

Banyumas dan Wonosobo. Percampuran budaya ini tidak hanya didominasi oleh

orang Eropa saja bahkan beberapa orang Arab dan Cina berbaur dengan

10
Neil J. Smelser, Struktur Sosial dan Mobilitas Dalam Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta, Nur
Cahaya, 1984,hlm.32
11
Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi, Depok, Komunitas
Bambu, 2011. hlm.11
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

masyarakat lokal karena pada saat itu kedua etnis ini memiliki peranan yang

cukup penting dalam kehidupan ekonomi di Banyumas.

Menurut Duyvendak Percampuran ini seolah usaha pendobrakan

kekebalan kebudayaan tradisional desa untuk mencapai sesuatu yang benar-

benar baru. 12Meskipun pendobrakan yang terjadi ketika kedatangan orang-orang

asing tersebut tidak secara langsung, yakni melalui perdagangan yang dilakukan

oleh orang Cina dan pembangunan Industri oleh orang-orang Eropa.

Percampuran budaya ini terjadi ketika tawaran pekerjaan dari pemilik

perkebunan yang ada di Banyumas dan Wonosobo diberikan oleh para pribumi

yang tidak memiliki tanah untuk di garap. Nantinya mereka diberi pekerjaan

sebagai kuli lepas di perkebunan maupun di dalam pabrik. Akhirnya secara tidak

langsung para pribumi mulai mengenal budaya sistem kerja dan ekonomi Barat

lewat industrialisasi yang mereka tanamkan secara tidak langsung.

Jalur kereta api membuat desa mengalami perubahan secara cepat. Banyak

warga desa pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di bidang industri perkebunan.

Pada saat itu sudah ada beberapa pabrik gula yang berdiri di Karesidenan

Banyumas dan di Wonosobo mulai di manfaatkan tanaman teh, tembakau, dan

kina. Sebagian besar para pekerja di pabrik gula adalah tenaga produktif yang

berasal dari desa. Seringnya mobilitas yang terjadi didalam masyarakat ketika

kembali ke daerahnya semula dengan membawa informasi baru, dari informasi-

12
Burger, D.H., Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta,Bharatara, 1983,
hlm.130
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

informasi itulah yang menyebabkan suatu perubahan sosial secara perlahan

terjadi didalam lingkungan masyarakat.

Kota Purwokerto yang menerima keuntungan dengan adanya

pembangunan jalur kereta api SDS. Berangsur-angsur Purwokerto menjadi pusat

keramaian yang dalam beberapa waktu kemudian mengalahkan dari kota

Banyumas sendiri. Beberapa pedagang dan pengusaha memulai membuka

usahanya di kota ini.

Selain itu dampak dengan adanya kereta api SDS di Banyumas yaitu

ketika kota Banyumas tidak termasuk dalam wilayah yang dilalui, meskipun kota

Banyumas berada di lembah sungai Serayu namun wilayah disekitarnya tertutup

pegunungan terjal yang dirasa sulit untuk dilalui.13Perlahan kota Banyumas

mulai sepi ditinggalkan warganya yang berpindah ke kota Purwokerto yang

memiliki sarana dan infrastruktur yang lengkap dibanding kota Banyumas.

Purwokerto semakin menunjukan perkembangan yang pesat apalagi setelah

jaringan kereta api SDS melintasi wilayah ini. Selain itu Purwokerto memasuki

periode baru yakni menjadi ibukota kabupaten dan Karesidenan yang baru. 14

Jauh sebelum pemerintah merasa usaha untuk perbaikan ekonomi setelah

depresi ekonomi yang ikut melanda Banyumas sangat tidak mungkin apabila

keadaan kota yang sepi sehingga kehidupan ekonomi tidak berkembang lagi.

13
Purnawan Basundoro, op.cit, hlm.221
14
Prima Nurahmi Mulyasari, Runtuhnya Suatu Kejayaan: Kota Banyumas 1900-1937, Dalam Sri
Margana & M. Nursam, Kota-Kota di Jawa Identitas, Gaya Hidup, dan Permasalahan Sosial,
Yogyakarta, Ombak, 2010, hlm.29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

Akibatnya terjadi wacana penggabungan dan pemindahan ibukota kabupaten dan

karesidenan ke Purwokerto. Dalam harian De Locomotief tanggal 4 April 1935

mengusulkan sebaiknya perusahaan listrik, sekolah dasar HIS dan ELS serta

rumah sakit Juliana yang berada di Banyumas untuk ditutup karena kota ini

semakin sepi. Bahkan pada bulan April 1935 pemimpin pemberantasan penyakit

Pes karesidenan Banyumas Dokter J.H. De Bruyn Kops tidak mengadakan rapat

di Banyumas namun justru di kota Purwokerto.15

Cilacap merupakan salah satu wilayah di karesidenan Banyumas bagian

selatan masih merupakan terra incognito sebelum ada jalur kereta api satu-

satunya cara untuk mengunjungi Cilacap harus menggunakan kapal yang melalui

sungai Serayu karena pada saat itu jalan darat memang belum tersedia. 16 Setelah

adanya jalur kereta kota Cilacap memang berangsur-angsur ramai terhubung

dengan wilayah Banyumas lainnya. Bahkan kota Cilacap dapat dikatakan

sebagai pusat ekonomi baru di Banyumas selatan. Kehidupan ekonomi di

wilayah tersebut disebabkan transportasi dan komunikasi di kota yang lancar,

keduanya itu menjamin kekompakan kehidupan masyarakat kota. Apabila kedua

faktor ini terhambat maka segala tata kerja akan lumpuh.17

Selain itu pembangunan jalur kereta api juga menghubungkan Cilacap

dengan wilayah-wilayah strategis di utaranya seperti Purwokerto,18 meskipun

15
Purnawan Basundoro, op.cit, hlm.222
16
Ibid, hlm.228
17
Daljoeni, N., op. cit., hlm.14
18
Purnawan Basundoro, op.cit, hlm.218
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

jalur menuju Purwokerto hanya sebatas jalan setapak yang sulit dilalui namun

pada perkembangan selanjutnya adanya jalur kereta api swasta SDS dari Maos

yang terhubung dengan jalur kereta api pemerintah SS mulai membuka isolasi

wilayah ini. Sehingga pusat-pusat keramaian tumbuh di sepanjang jalur ini

disertai dengan pembangunan halte-halte untuk naik dan turun penumpang.

Setelah pembangunan kereta api SDS yang menembus wilayah Wonosobo

pada tahun 1917 berangsur-angsur pengiriman tembakau mulai memanfaatkan

alat transportasi ini, selain itu kereta api SDS tidak hanya mengangkut tembakau

beberapa hasil bumi dari Wonosobo seperti indigo, kina, sayuran dan minyak

kelapa dari pabrik Singghe Banjarnegara tahun 1980-an.19.

Dari beberapa kenyataan diatas dapat dilihat bahwa kepentingan ekonomi

ketika pembangunan jalur kereta api di wilayah Banyumas ini mampu membuat

beberapa wilayah yang dahulunya terisolir berubah menjadi pusat-pusat kegiatan

ekonomi. Perubahan yang terjadi meskipun secara perlahan mampu membuat

masyarakat Banyumas mudah dalam melakukan aktifitas ekonomi seperti

perdagangan, komunikasi.

19
Soedjono, op cit., wawancara tanggal 6 Desember 2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan Sejarah Kereta Api Jalur Banyumas-Wonosobo 1917-

1976 dibahas tiga permasalahan yaitu pertama, Latar belakang pembangunan jalur

kereta api Banyumas-Wonosobo tahun 1917-1976, kedua, perkembangan keretaapi jalur

Banyumas-Wonosobo tahun 1917-1976; ketiga dampak pembangunan jalur kereta api

Banyumas-Wonosobo. Berdasarkan uraian bab II, III, dan IV, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Latar belakang pembangunan kereta adalah keberadaan perkebunan diwilayah

Banyumas dan Wonosobo menjadi pemicu lahirnya jenis transportasi tersebut.

Hasil produksi dari beberapa perkebunan tebu, kopi, kina, teh, dan tembakau yang

ada membutuhkan alat angkut yang cepat, aman dan mampu mengangkut dalam

jumlah banyak, dengan tujuan agar mempercepat pemasaran hasil ke Eropa.

Sebelum adanya kereta api dikedua wilayah ini proses distribusi memakan

waktu yang sangat lama dengan resiko rusak ditengah perjalanan. Pengiriman

sebelum adanya kereta api di Banyumas dan Wonosobo menggunakan alat

trasnsportasi sungai, gerobak alat angkut tradisional lainnya. Hal tersebut dirasa

sangat lama dan penuh resiko.

Melihat situasi yang terjadi selama bertahun-tahun ini pemerintah kolonial

memikirkan untuk membangun suatu perubahan untuk membuka isolasi Banyumas

dan Wonosobo. Ternyata keinginan dari pemerintah itu direspon oleh pihak swasta.

Pihak swasta mengusulkan agar dilakukan pembangunan sarana transportasi masal

53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

yang cepat, mampu mengangkut dalam jumlah banyak dan aman. Akhirnya pilihan

itu tertuju pada jenis transportasi kereta api.

Tanggal 24 April 1894 melalui restu Ratu Wilhemina II dengan surat

keputusan akhirnya mengesahkan N.V. Serajoedal Stoomtram Matschaappij (SDS).

Perusahaan tersebut yang menaungi perkeretaapian di Banyumas. Pembangunan

jalur ini dilaksanakan pada bulan Mei 1895 yang diketuai oleh Ir. C. Groll seorang

ahli teknik dari Belanda.

2. Pembangunan jalur SDS ini dilakukan secara bertahap pertama dibangun adalah

jalur Maos sampai Purwokerto. Tahap selanjutnya dilakukan pembangunan jalur

terusan melalui Purbalingga, Banjarnegara dan sampai pada jalur akhir yakni di

Wonosobo pada tahun 1917.

Pada perkembangan selanjutnya kereta api SDS ini mengalami pasang

surut tahun 1930-an menjadi masa sulit sepanjang sejarah perusahaan. Ketika jalan

darat mulai diperbaiki dan menjadi pesaing utama dalam pengangkutan

menggunakan kereta api. Beroperasinya kendaraan bermotor ini mengancam

keberlangsungan keretaapi SDS. Selain itu pada tahun ini juga terjadi depresi

ekonomi yang melanda seluruh dunia yang berdampak juga pada Hindia Belanda.

Masa penjajahan Jepang terjadi pembongkaran terhadap sebagian jalur SDS

oleh Jepang karena dirasa tidak efektif yakni jalur (Kebasen) Gambarsari sampai

dengan Tanjung. Pembongkaran ini bermaksud untuk penghematan anggaran.

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 keberadaan kereta api

melalui Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kepemilikan kereta

api di Indonesia. Seluruh anggota AMKA adalah pegawai kereta api masa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

penjajahan Jepang. Semenjak itu didalam tubuh perkeretaapian di Indonesia ikut

berganti nama dari DKARI menjadi DKA, kemudian PNKA, lalu PJKA sampai

tahun 1971.

3. Pembangunan jaringan kereta api di Banyumas-Wonosobo berdampak pada

kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan dalam bidang sosial

itu tampak ketika masyarakat mulai mengadakan hubungan dengan daerah lain

yang letaknya cukup jauh, sebagai contoh hubungan para pedagang di Banyumas

dengan daerah Priangan dan Batavia. Akibatnya mobilitas sosial masyarakat

Banyumas dan Wonosobo meningkat serta terjadi perubahan sosial dalam struktur

masyarakat.

Adanya hubungan sosial tersebut juga berdampak pada kegiatan ekonomi

masyarakat. Semenjak adanya hubungan ini arus kegiatan perdagangan menjadi

semakin lancar. Adanya perdagangan lintas wilayah, misalnya perdagangan antara

wilayah Banyumas, Wonosobo dengan para pedagang dari Batavia, Banten dan

Madura.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Breman, J.C. (1971). Djawa Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografis. Jakarta:
Bharatara.

Burger, D.H. (1983). Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:


Bharatara.

Caldwell, Malcolm & Utrecht, Ernst. (2011). Sejarah Alternatif Indonesia. Yogyakarta:
Djaman Baroe.

Daljoeni, N. (1982). Seluk Beluk Masyarakat Kota Puspagram Sosiologi Kota, Bandung:
Penerbit Alumni.

Djoko Soekiman. (2011). Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi.
Depok: Komunitas Bambu.

Djoko Suryo. (1994-1995). Sejarah Perjuangan Rakyat Wonosobo. Yogyakarta: Kerja


Sama Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo Dengan
Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

_ _ _ _ _ _, (1997). Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial-Ekonomi.


Yogyakarta: Aditya Media.

_ _ _ _ _ _ _ _ , (1989). Sejarah Sosial Karesidenan Semarang 1830-1900. Yogyakarta:


Pusat Studi Sosial Universitas Gadjah Mada.

Eddy Supangkat. (2008). Ambarawa Kota Lokomotif Tua Town of Ancient Locomotives.
Salatiga: Griya Media.

Freek, Colombijn. (Ed). (2005). Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia
Sebelum dan Setelah Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.

Howard, Dick & Peter, J., Rimer. (2003). Cities, Transport, and Communications The
Integrate of Southeast Asia Since 1850. New York: Palgrave Macmillan.

Lombard, Denys. (2005). Nusa Jawa Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan 1.


Jakarta: Gramedia Pustaka.

Sartono Kartodirdjo. (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari


Emporium Sampai Imperium. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Smelser, J. Neil. (1984). Struktur Sosial dan Mobilitas Dalam Pembangunan Ekonomi.
Yogyakarta: Nur Cahaya.

56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

Sri Margana & M. Nursam. (Ed). (2010). Kota-kota di Jawa Identitas. Gaya Hidup dan
Permasalahan Sosial. Yogyakarta: Ombak.

Susanto Zuhdi. (2002). Cilacap 1830-1942, Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di
Jawa. Jakarta: KPG.
Suryo Hapsoro Tri Utomo. (2009). Jalan Rel. Yogyakarta: Beta Offset.

Wiharyanto, A.K. (2011). Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009.
Yogyakarta: Penerbit USD.

Skripsi dan Tesis

Deaz, Recardus P., 2013, Sejarah Dan Perkembangan Stasiun Kereta Api Tugu Di
Yogyakarta 1887-1930, (Skripsi tidak diterbitkan), Yogyakarta,USD.

Purnawan Basundoro, 1999, Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas Tahun


1830-1940, (Tesis tidak diterbitkan), Program Studi Sejarah, Program
Paskasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Jurnal

Roem Topatimasang. (2005). Jurnal Wacana, Menuju Transportasi Yang Manusiawi.


Yogyakarta: Insist Press.
Majalah

Soebandono, Joe. (Mei 2007). Empat Sekawan di Jalur Lokal Semarang dan Surabaya.
Jakarta: Majalah KA.

Arsip

PT. KAI DAOP IV, Evaluasi PJKA Eksploitasi Jalur Tengah Tahun 1977 Buku I.
Internet

Agus Mulyadi (Ed) Jalur KA Purwokerto-Wonosobo Diaktifkan.


http://regional.kompas.com/read/2011/08/05/2159385/Jalur.KA.Purwokerto-
Wonosobo.Diaktifkan

PT.KAI. Purwokerto-Wonosobo,
http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
238%3Apurwokerto-wonosobo&catid=58%3Atrack&lang=id.

Jatmiko W., Serajoedal Stoomtram Maatschaappij,


http://www.banjoemas.com/2010/05/serajoedal-stoomtram-maatschappij.html
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SILABUS
MATA PELAJARAN SEJARAH
KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)


Kelas : XI
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-
aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang. spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

AlokasiWa SumberBe
KompetensiDasar MateriPokok Pembelajaran Penilaian
ktu lajar

3.7Menganalisis pengaruh Pengaruhkolonialisme Barat Mengamati: Tugas: Badrika,


imperialism dan kolonialisme Barat di di Indonesia 1. Membaca buku teks dan obeservasi Membuat hasil kajian Wayan I.
Indonesia dalam bidang politik, dilapangan tentang masuknya pengaruh kelompok dan individu 2006.
ekonomi, sosial- budaya, pendidikan 1.1 Latar belakang Barat pembangunan jalur kereta api dalam bentuk tulisan tentang Sejarah
dan agama serta perlawanan kerajaan pembangunan jaringan karesidenan Banyumas-Wonosobo 1917. pengaruh Barat untuk SMA
Indonesia terhadap imperialism dan jalur kereta api di 2. Melihat tayangan power point mengenai pembangunan jalur kereta Kelas XI.
kolonialisme Barat. karesidenan Banyumas- materi masuknya pengaruh Barat api Banyumas-Wonosobo Jakarta:
Wonosobo 1917-1976 pembangunan jalur kereta api karesidenan 1917 di Indonesia. Erlangga
Banyumas-Wonosobo 1917. a. Apa latar belakang
1.2 Perkembangan jalur pendirian jalur kereta
kereta api karesidenan api di Banyumas- Sartono
Banyumas-Wonosobo Menanya: Wonosobo tahun 1917 Kartodirdjo,
setelah 1917. Menanya melalui kegiatan diskusi untuk b. Bagaimana 4x 45 menit 1992,
mendapatkan klarifikasi dan pendalaman perkembangan kereta Pengantar
1.3 Dampak social dan pemahaman tentang pengaruh kolonialisme api di karesidenan Sejarah
ekonomi pembangunan Barat yakni, pembangunan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo Indonesia
jalur kereta api karesidenan Banyumas-Wonosobo 1917 sejak tahun 1917-1976. Baru:1500-
karesidenan Banyumas- perkembangan dan dampaknya di Indonesia. c. Apa dampak sosial 1900 Dari
Wonosobo. yang terjadi di dalam Emporium
Mengeksplorasikan: masyarakat Banyumas sampai
1. Mengumpulkan data terkait dengan dan Wonosobo setelah Imperium,
pertanyaan mengenai pengaruh pembangunan jalur Jakarta:
kolonialisme Barat yakni, pembangunan kereta api Banyumas- Gramedia
jalur kereta api Banyumas-Wonosobo Wonosobo tahun 1917 PustakaUt
1917 di Indonesia dari sumber tertulis, dan ama,
sumber-sumber lainnya yang mendukung Observasi:
dengan berdiskusi dalam kelompok dan Mengamati kegiatan peserta
observasi di lapangan. didik dalam proses
2. Mengumpulkan beberapa tulisan yang mengumpulkan data di Susanto
terkait dengan materi sejarah pembangunan lingkungan dan di dalam Zuhdi, 2002,
jalur kereta api di Banyumas-Wonosobo sekolah, analisis data dan Cilacap
pembuatan laporan. 1830-1942,
Bangkit dan
Runtuhnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

AlokasiWa SumberBe
KompetensiDasar MateriPokok Pembelajaran Penilaian
ktu lajar
Mengasosiasikan: Suatu
1. Menganalisis informasi yang didapatkan Portofolio: Pelabuhan di
dari berbagai sumber (Buku dan Internet) Menilai tulisan dari hasil Jawa,
mengenai keterkaitan antara pengaruh dari kajian dalam bentuk tulisan Jakarta:KPG
kolonialisme Barat dengan kereta api tentang pengaruh Barat
melalui diskusi kelompok. pembangunan jalur kereta
2. Menganalisis keterkaitan antaradampak api karesidenan Banyumas-
yang ditimbulkan setelah adanya kereta api Wonosobo 1917 di
dengan kehidupan masa sekarang. Indonesia.

Mengomunikasikan:
1. Menyajikan dalam bentuk tulisan dan
presentasi kelompok tentang kolonialisme
Barat, pembagunan jalur kereta api
Banyumas-Wonosobo tahun 1917
2. Membuat laporan tentang hasil penelitian
kelompok di lapangan dan melalui studi
pustaka tentang dampak yang ditimbulkan
setelah dibangunnya kereta api di
Banyumas-Wonosobo 1917.

Yogyakarta, April 2014

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran

Nova Tri Utomo


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Mojotengah

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Semester : XI/Gasal

Materi Pokok : Pengaruh kolonialisme Belanda di Indonesia

Sub Materi Pokok :SejarahJalurKeretaApiBanyumas-Wonosobo1917-1976

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Kompetensi Keahlian : Ilmu Pengetahuan Sosial

A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive,
dan pro-aktif dalam menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

B. Kompetensi Dasar :

Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia


dalam bidang politik, ekonomi, sosial- budaya, pendidikan dan agama serta
perlawanan kerajaan Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme Barat.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi :


1.1 Mensyukuri atas segala karunia yang telah diberikan Tuhan Yang Maha
Esa tentang perkembangan teknologi di Indonesia.
2.1 Menunjukan perilaku bertanggung jawab, kerjasama, santun, dan pro-
aktif dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
3.1 Menjelaskan latar belakang pembangunan jalur kereta api Banyumas-
Wonosobo tahun 1917.
3.2 Menjelaskan perkembangan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo tahun
1917-1976.
3.3 Menjelaskan dampak pembangunan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo
tahun 1917-1976.
4.1 Mengkomunikasikan laporan tertulis tentang pengaruh pembangunan
kereta api Banyumas Wonosobo 1917-1976.

D. Tujuan Pembelajaran :
1. Menunjukan sikap syukur dan menjalankan ajaran agama.
2. Menunjukan sikap bertanggung jawab, kerjasama, santun dan pro-aktif
dalam kerja kelompok.
3. Menjelaskan latar belakang pembangunan kereta api Banyumas-
Wonosobo 1917.
4. Menjelaskan perkembangan pembangunan kereta api Banyumas-
Wonosobo 1917-1976.
5. Menjelaskan dampak pembangunan kereta api Banyumas-Wonosobo
1917-1976.
6. Mengkomunikasikan lewat laporan tulisan tentang kereta api Banyumas-
Wonosobo 1917-1976.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

E. Materi Ajar
Latar belakang pembangunan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo 1917.
Perkembangan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo 1917-1976.
Dampak pembangunan jalur kereta api Banyumas-Wonosobo 1917-1976.

F. Metode/Model/Strategi Pembelajaran :
Metode : Observasi, diskusi, penugasan dan presentasi
Model : Student Team Achievment Division (STAD)
Strategi Pembelajaran : Saintifik

G. Kegiatan Pembelajaran :
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
1. Kegiatan a. Guru mengucapkan salam.
Pendahuluan b. Guru memeriksa kehadiran peserta didik.
c. Guru mengulang kegiatan pembelajaran
pada materi sebelumnya yaitu pengaruh
kolonialisme Barat di Indonesia secara
umum. Guru menghubungkan materi
tersebut dengan pembelajaran yang akan
10
dilaksanakan.
d. Guru menuliskan tujuan dan manfaat
pembelajaran mengenai materi latar
belakang, perkembangan dan dampak
pembangunan jalur kereta api di Banyumas-
Wonosobo 1917-1976.
e. Guru memberikan pre-test mengenai
pengaruh bangsa Barat di Indonesia
khususnya yang berkaitan dengan
transportasi (kereta api).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

2. Kegiatan A. Mengamati
Inti. a. Guru membagi siswa dalam enam
kelompok.
b. Selanjutnya guru memberi waktu pada
peserta didik untuk membaca materi untuk
menganalisis materi sejarah kereta api jalur
Banyumas-Wonosobo 1917-1976. ada tiga
pokok bahasan utama yaitu,
1. Latar belakang pembangunan kereta api
jalur Banyumas-Wonosobo 1917-1976
(terbagi dalam dua kelompok)
2. Perkembangan jalur kereta
apiBanyumas-Wonosobo 1917-1976.
(terbagi dalam dua kelompok)
3. Dampak pembangunan jalur kereta api
Banyumas-Wonosobo 1917-1976. 65
(terbagi dalam dua kelompok)
b. Menanya
Guru memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk bertanya dan menyampaikan
pendapat dari hasil observasi dan diskusi
kelompok di dalam kelas. Dalam satu kelas
kelompok satu dengan lainnya saling
membelajarkan untuk memcahkan masalah
bersama.
c. Menalar
Dari hasil proyekobservasi di lapangan dan
diskusi kelompok di dalam kelas, peserta
didik dapat menganalisis beberapa
bangunan bekas stasiun kereta api yang ada
antaraBanyumas -Wonosobo.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

d. Mengaitkan
Setiap kelompok mengaitkan perkembangan
teknologi kereta api pada masa kolonial
dengan kehidupan pada masa sekarang.
e. Mengkomunikasikan
Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi
melalui presentasi di depan kelas mengenai
latar belakang pembangunan, perkembangan
dan dampak pembangunan jalur kereta api
Wonosobo-Banyumas 1917.
3. Penutup Peserta didik menyampaikan nilai-nilai apa
Refleksi saja yang diperoleh dari materi
Kesimpulan pembelajaran, mengambil hikmah,
menyimpulkan, dan refleksi tentang latar
belakang pembagunan, perkembangan dan
dampak pembangunan jalur kereta api di
Banyumas-Wonosobo 1917.
Konfirmasi terhadap materi pembelajaran
tentang latar belakang, perkembangan dan
dampak pembangunan jalur kereta api di 15
Banyumas-Wonosobo 1917 pada hari ini.
Guru memberikan tugas lanjutan berupa PR,
pengamatan lapangan bekas stasiun
Wonosobo seluruh bukti sejarah yang
berkaitan dengan keberadaan kereta api di
Wonosobo kepada siswa.
Informasi rencana pembelajaran yang akan
datang
Guru mengucapkan salam kepada siswa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

H. Media dan Sumber Belajar :


1. Media : LCD, internet, gambar, peta, spidol, white board.
2. Sumber Belajar :
I Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2013. Buku Sejarah Indonesia


XI.Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Sartono Kartodirdjo. 1992. PengantarSejarah Indonesia Baru: 1500-1900


Dari Emporium sampai Imperium.Jakarta: PT GramediaPustaka
Utama.

Susanto Zuhdi. 2002.Cilacap 1830-1942 Bangkit dan Runtuhnya


SuatuPelabuhan di Jawa. Jakarta: KPG.

I. Penilaian Hasil Belajar :


1. Teknik : Tes dan Non tes
2. Bentuk :
a. Tes : Essay, dan pilihan ganda (terlampir)
b. Non tes : Portofolio, observasi, proyek dan portofolio (terlampir)

J. Instrumen Penilaian :
1. Tes tertulis : Pilihan ganda dan Essay (terlampir)
2. Non tes:
a. Lembar pengamatan kerja kelompok.
b. Lembar pengamatan presentasi
c. Lembar pengamatan sikap

Yogyakarta, April2014
Mengetahui,
Guru mata pelajaran

Nova Tri Utomo


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

Contoh soal-soal Tes

A. Soal pilihan ganda


1. Jenis kereta api apa yang beroperasi di Karesidenan Banyumas dan
Wonosobo ?
a. Trem
b.Kereta api expres
c. Kereta api disel
d.Kereta listrik
e. Kereta komuter line
2. Siapakah yang berinisiatif membangun jaringan kereta api sampai
Wonosobo ?
a. Ir C. Groll
b. Cornelis de Houtman
c. Van Deventer
d. R.H.Eysonius de Waal
e. J.P. Coen
3. Apakah nama yang diberikan oleh pengusaha Belanda terhadap kereta api
yang melintasi pedalaman Banyumas ?
a. Semarang Joana Stoomtram Maatscappij (SJS)
b. Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS)
c. Semarang Cirebon Stoomtram Maatscappij (SCS)
d. Kereta api Argobromo
e. Kereta api Pasundan
4. Sungai apa yang dilintasi oleh kereta api di Banyumas ?
a. Sungai Mahakam
b. Sungai Bengawan Solo
c. Sungai Serayu
d. Sungai Sungai Citandui
e. Sungai Ciliwung
5. Keberadaan kereta api di Banyumas membawa perubahan dalam bidang
sosial di dalam masyarakat Banyumas dan Wonosobo perubahan apa yang
terjadi di Banyumas dan Wonosobo ?
a. Perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya lebih
mudah.
b. Masyarakat sulit berkembang karena adanya kereta api
c. Terjadi perkawinan campuran dengan warga non pribumi
d. Pemerintah Belanda gampang mengontrol kegiatan masyarakat
pribumi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

6. Pada masa Jepang perkembangan kereta juga mengalami pasang surut, apa
kejadian yang ada pada masa Jepang ?
a. Pemberhentian laju kereta api di Banyumas-Wonosobo.
b. Pemasangan jalur baru.
c. Terjadi penembakan terhadap laskar rakyat yang menumpang kereta
api.
d. Armada kereta api ditambah oleh pemerintah pendudukan Jepang.
e. Pembongkaran jalur Kebasen dengan alasan penghematan anggaran.
7. Setelah kemerdekaan Indonesia nama perusahaan kereta api di Banyumas
di ubah namanya menjadi ?
a. DKA-DKARI-PNKA-PJKA
b. DKARI-DKA-PNKA-PJKA
c. PJKA-VS-NV-PNKA
d. VS-PJKA-PNKA-DKARI
e. DKARI-PJKA-PNKA-VS
8. Setelah keberadaan kereta api komoditas apa di Banyumas yang
mengalami penyusutan jumlah permintaan ?
a. Gula
b. Sagu
c. Kopi
d. Beras
e. Cengkeh
9. Pabrik gula di Banyumas yang selalu menggunakan jasa kereta api SDS
adalah ?
a. Pekalongan dan Klampok
b. Purbalingga dan Purwokerto
c. Banjarnegara dan Wonosobo
d. Kalimanah dan Kalibagor
e. Purwanegara dan Klampok
10. Keberadaan mesin modern dunia berasal benua Eropa yang ditemukan
oleh James Watt di salah satu negara Eropa ?
a. Ditemukan pada masa Revolusi Amerika
b. Ditemukan pada masa Revolusi Perancis
c. Ditemukan pada masa Renaissance Eropa
d. Ditemukan pada masa Revolusi Turki
e. Revolusi Industri di Inggris

B. Soal Essay
1. Apa yang menjadi latar belakang pembangunan kereta apiSerajoedal
Stoomtram Matschappij (SDS) di karesidenan Banyumas ?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

2. Tarangkanlah perkembangan kereta api SDS di karesidenan Banyumas-


Wonosobo pada tahun 1917 sampai 1933 ?
3. Bagaimana perkembangan kereta api(SDS) di karesidenan Banyumas pada
zaman pendudukan Jepang ?
4. Bagaimana perkembangan kereta api SDS di karesidenan Banyumas-
Wonosobo setelah kemerdekaan Indonesia ?
5. Tunjukanlah dampak yang terjadi di Banyumas-Wonosobo setelah
pembangunan jalur kereta api SDS ?

Kunci jawaban

1. A 6. E

2. D 7. D

3. B 8. C

4. C 9. D

5. A 10. E

1. Latar belakang pembangunan jalur kereta api di Banyumas ialah bahwa

karesidenan Banyumas terdapat beberapa pabrik gula sedangkan di daerah

Wonosobo merupakan daerah penghasil tembakau, kina dan teh.

Semuanya itu adalah peninggalan masa Culturstelsel. Hasil alam yang ada

ini perlu diangkut dengan alat transportasi yang cepat dan aman, sehingga

akan mengurangi resiko kerugian. Satu-satunya transportasi yang

memenuhi kriteria tersebut adalah kereta api.

Karena sebelum adanya kereta api di kedua wilayah ini pengriman

barang menggunakan cikar, gerobak danperahu mengandalkan saran

trasnportasi sungaiSerayu.Kegiatan tersebut sangat beresiko banyak

dengan kualitas barang produksi, sangat beresiko dengan berkurangnya

nilai barang yang dibawa.Oleh sebab itu pemilihan sarana transportasi

dirasa sangat cocok untuk memnuhi kebutuhan pengangkutan barang yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

hendak di ekspor ke Eropa melalui pelabuhan Cilacap maupun dibawa ke

Batavia.

2. Pada tahun 1923 sampai 1933 keretaapi SDS mengalami masa pasang

surut yang berpengaruh pada kestabilan perusahaan, hal ini disebabkan

dengan adanya depresi ekonomi yang terjadi di dunia. Masa depresi

ekonomi ini juga berdampak langsung ke Hindia Belanda yang pada saat

itu keadaan dalam negerinya belum begitu satbil. Akibat dari depresi

ekonomi tersebut kegiatan jual beli di Banyumas dan Wonosobo semakin

surut.Akhirnya kegiatan jual beli yang memanfatkan sarana transportasi

kereta api semakin sepi. Surutnya kegiatan ekonomi yang menggunakan

kereta api dapat dilihat dalam tabel berikut,

Pendapatan N.V. Serajoedal Stoomtram Matschappij dari pengoperasian Trem th.1929-


19341 (Gulden)

Tahun Pendapatan Kotor Biaya Operasional Pendapatan


Bersih

1929 1.477.767.93 664.031.54 813.736.39

1930 1.137.668.54 614.836.32 522.832.22

1931 902.609.18 531.891.28 370.717.90

1932 821.391.33 393.807.89 427.583.44

1933 343.218.80 313.687.98 29.530.82

1934 353.289.74 266.700.75 86.588.99

Selain itu pada periode ini muncul kendaraan bermotor jalan raya,

keberadaan kendaraan bermotor ini merupakan pesaing utama dari kereta

1
Purnawan Basundoro, Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas Tahun 1830-1994,
Tesis, UGM, Paska Sarjana, 1999. hlm.362
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

api. Masyarakat menganggap biaya yang disiapkan jika memakai sarana

transportasi kereta api lebih mahal dari pada menggunakan kendaraan

bermotor semacam truk dan lainnya. Pengangkutan selanjutnya dari

stasiun ke daerah-daerah yang dituju masih membutuhakan biaya yang

ekstra.

Keberadaan kereta api Banyumas ini dimanfaatkan oleh Jepang

sebagai upaya perluasan pendudukan di pedalaman Jawa. Jepang

membentuk kompi-kompi pasukan sampai di daerah seperti Jawa Hokakai,

Seinendan dan Keibodan. Seluruh pasukan ini disiapakan Jepang dalam

rangka perang Asia Timur Raya melawan pihak Sekutu. Beberapa kereta

api di Jawa tidak terkecuali SDS digunakan sebagai alat angkutan logistik

persenjataan untuk penguatan Tentara ke Enam Belas. Pengelolaan SDS

pada saat itu dibawah Chubu Kyoku.

Jepang berusaha menyatukan seluruh jalur kereta api di Jawa.

Rencana penyatuan ini dibawah perintah Mayor Takahashi kemudian

digantikan oleh Shosimatsu. Pada masa Jepang perkeretaapian berpusat di

Bandung. Kereta api pada masa Jepang dikuasai oleh Angkatan Darat

Jepang diberi nama RIKUYU SOKYOKU dan dibagi dalam tiga daerah

eksploitasi yaitu,

1. Seibu Kyoku di Jawa Barat

2. Chubu Kyoku di Jawa Tengah

3. Tobu Kyoku Di Jawa Timur


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

Selain penyatuan jalur-jalur kereta api yang ada di Jawa pemerintah

Jepang juga membongkar beberapa jalur bagian dari kereta api SDS

dengan alasan keberadaannya kurang berfungsi strategis serta dan

penghematan anggaran. Keadaan ini hampir sama dengan nasib kereta api

di Sumatera yang terkena imbas dari zaman penjajahan Jepang, kereta api

SDS di sepanjang sungai Serayu beberapa jalurnya dibongkar oleh Jepang.

Jalur yang dibongkar antara lain jalur Kebasen (Gambarsari) sampai

dengan Tanjung dibongkar. Sedangkan jalur Gambarsari sampai Maos

tetap dipertahankan untuk keperluan yang mendesak dari pemerintah

Jepang.

Pada 21 September 1942 ketika hendak berganti kereta api untuk menuju

ke Batavia dari Bandung maupun menuju ke Purwokerto penumpang

kereta api tidak transit lagi di Maos namun telah berpindah ke stasiun

Kroya yang letakya kurang lebih 10 km dari stasiun Maos. 2Dalam

perkembangan selanjutnya meningkatnya jumlah angkutan yang berasal

dari Cilacap membuat pemindahan dari Maos ke Kroya semakin kuat.

Sekaligus untuk meningkatkan pengamanan wilayah antara Maos dan

Cilacap.

4. Seluruh perusahaan swasta Belanda terutama perusahaan kereta api

tergabung dalam perkumpulan yang disebut dengan Verenigde

Spoorwegbedrijdf (VS) didalamnya termasuk SDS. Secara de facto sejak

tanggal 1 Januari 1950 semua aset VS telah diambil oleh Djawatan Kereta

2
www.Banjoemas.com. Diakses pada tanggal 23 November 2013.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

Api DKA namun secara de Jure belum menjadi kekayaan negara. Berbeda

dengan status kepemilikan bekas kereta api pemerintah kolonial Belanda

Staats Sporweg (SS) seluruh asetnya dimiliki baik secara de facto dan de

Jure adalah milik DKA.

Berdasarkan Undang-undang nomor 86 Tahun 1958 tentang

Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda Yang Berada di

Wilayah Republik Indonesia dinyatakan semua perusahaan Belanda yang

ada di Indonesia dinasionalisasi dengan membayar ganti kerugian kepada

pihak kerajaan Belanda.3Alasan utama dari nasionalisasi ini adalah

penegasan kepada dunia internasional bahwa negara Indonesia telah

merdeka dari penjajahan negara asing sepenuhnya. Hal ini yang selalu

dikobarkan oleh Presiden Soekarno dalam memandu jalannya Revolusi

Indonesia yang sedang berlangsung.

Pelaksanaan nasionalisasi tersebut diatur dalam peraturan

pemerintah Republik Indonesia nomer 2 Tahun 1959 tentang Pokok-

pokok Pelaksanaan Undang-undang Nasionalisasi Perusahaan Belanda.

Setelah dilakukan ganti rugi kepada pihak kerajaan Belanda maka seluruh

aset perusahaan swasta Belanda menjadi aset dibawah kekuasaan negara

Indonesia. Setelah itu nama perusahaan kereta api tersu bargnati menjadi

Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), Djawatan Kereta Api

(DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), dan diubah lagi menjadi

3
Ibid, hlm.33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) melalui Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 61 Tahun 1971.

5. Dampak dari pembangunan kereta api di karesidenan Banyumas-

Wonosobo, sangat terasa dalam dua bidang ekonomi dan sosial. Dampak

tersebut dapat dilihat berikut ini

Dalam bidang ekonomi

- Keberadaan kereta api membuat beberapa daerah di wilayah

karesidenan Banyumas dan Wonosobo yang terisolir oleh keadaan

alam perlahan mulai terbuka. Keadaan tersebut dapat terlihat semakin

dinamisnya pergerakan masyarakat Wonosobo. Masyarakat mulai

berhubungan dengan luar daerah guna menjalin komunikasi antara satu

sama lain. Proses komunikasi tersebut menyebabkan terjalinnya

hubungan sosial dan ekonomi antar wilayah. Setelah pembukaan jalur

kereta api jangkauan hubungan masyarakat tidak hanya sebatas

regional wilayah-wilayah yang dekat, bahkan hubungan ekonomi

masyarakat di karesidenan Banyumas dan Wonosobo telah sampai di

Batavia dan Banten.

Dalam bidang sosial

- Keberadaan kereta api di pedalaman Banyumas merupakan pemacu

mobilitas sosial di masyarakat. mobilitas sosial dapat merubah keadaan

satu tempat karena adanya perubahan yang dibawa dari daerah luar

yang lebih maju, sebagai sampak dari mobilitas sosial yang dilakukan

masyarakat. Contoh dengan adanya pembangunan jalur kereta api


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

barang-barang yang dikapalkan melalui pelabuhan Cilacap menjadi

lebih beraneka jenis untuk segera dikirim ke Eropa.

Lembar pengamatan Non tes

a. Lembar Observasi sikap

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran : Sejarah


Kelas/Program : XI/IPS
Kompetensi : KD 1.1 dan 2.1
Observasi sikap
Sikap religius Keterampilan social
Nama Jumlah
No Taat Tanggung Pro- Nilai
Siswa Syu- Santun Kerjasama Skor
menjalankan jawab aktif
kur
agama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keterangan pengisian skor:


(4)Sangat tinggi (3) Tinggi (2) Cukup tinggi (1) Kurang

Nilai

Keterangan nilai :

A = 80-100 : Baik Sekali

B = 70-79 : Baik

C = 60-69 : Cukup

D = 60 : Kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

b. Penilaian Presentasi
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Program : XI/IPS
Kompetensi : KD 2.1, 3.1 dan 4.1
Penilaian presentasi hasil diskusi kelompok
Aspek 1 2 3 4
Pengorga- Peserta tidak Peserta Informasi Informasi
nisasian bisa memahami mengalami disampaikan disampaikan
presentasi kesulitan dengan urutan dengan urutan
karena informasi memahami logis yang dapat logis dan menarik,
tidak presentasi karena diikuti oleh sehingga sangat
disampaikan penyampaian ide peserta. mudah dipahami
secara runtut. melompat-lompat. oleh peserta.
Pengetahuan Siswa tidak Siswa tidak Siswa menjawab Siswa
memahami menguasai dengan mudah menunjukkan
informasi dan informasi dan pertanyaan tetapi pengetahuan
tidak dapat hanya mampu tidak mampu mendalam dan
menjawab menajwab mengulas lebih mampu menjawab
pertanyaan pertanyaan jauh. pertanyaan dengan
tentang hal sederhana. ulasan dan
dipresentasikan. penjelasan lebih
lanjut.
Tampilan Siswa belum Siswa Siswa Siswa
menggunakan menggunakan menggunakan menampilkan
prinsip Audio prinsip Audio prinsip Audio presentasi yang
visual yang visual tidak pada visual pada setiap didukung prinsip
mendukung setiap slide slide presentasi. Audio visual
presentasinya presentasinya. sehingga sangat
jelas

Mekanisasi Siswa Presentasi Presentasi Presentasi tidak


menampilkan memuat tiga memuat dua memuat kesalahan
lebih dari tiga kesalahan ejaan kesalahan ejaan ejaan dan
kesalahan ejaan dan kesalahan dan kesalahan kesalahan
dan kesalahan tatabahasa. tatabahasa. tatabahasa.
tatabahasa.

Kontak Mata Siswa hanya Siswa kadang- Siswa Siswa


membaca kadang mempertahankan mempertahankan
laporan dan menggunakan kontak mata, kontak mata
tidak ada kontak kontak mata, namum masih dengan peserta dan
mata dengan tetapi masih lebih sebatas menghafal mengembangkan
peserta. banyak membaca isi slide presentasi isi slide presentasi
slide presentasi dengan bahasa
yang baik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria:
4 = Sangat tinggi
3 = Tinggi
2 = Cukup tinggi
1 = Kurang

Nilai

Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

Penilaian Laporan Penelitian


Mata Pelajaran: Sejarah
Kelas/Peminatan: XI/IPS
Materi Pokok : Sejarah jalur kereta api jalur Banyumas-Wonosobo 1917-1976
Kompetensi : 2.1, 3.1 dan 4.1

Penilaian Tugas kelompok laporan penelitian


Kriteria dan Skor
Aspek
4 3 2 1
Persiapan Jika memuat Jika memuat Jika memuat Jika tidak memuat
tujuan, topik, tujuan, topik, tujuan, topik, tujuan, topik,
alasan, tempat alasan, tempat alasan, tempat alasan, tempat
penelitian, penelitian, penelitian, penelitian, daftar
daftar daftar daftar pertanyaan sangat
pertanyaan pertanyaan pertanyaan tidak lengkap
dengan kurang lengkap tidak (kurang dari 50
lengkap. (lebih 50% lengkap.(kurang %)
krang dr 100%) dari 50 %)
Pengumpulan Jika daftar Jika daftar Jika daftar Jika daftar
Data sumber sejarah sumber sejarah sumber sejarah sumber sejarah
(Heuristik) yang dicari sebagian besar hanya sebagian hanya sebagian
semua diperoleh dan kecil yang kecil yang
diperoleh dan daftar diperoleh dan diperoleh dan
daftar pertanyaaan daftar daftar
pertanyaaan sebagian besar pertanyaaan pertanyaaan
semua terjawab terjawab sebagian besar hanya sebagian
terjawab kecil yang
terjawab
Pengujian data Jika data yang Jika data yang Jika data yang Jika data yang
(kritik) diperoleh diperoleh diperoleh hanya diperoleh
semua diuji sebagian besar sebagian kecil langsung dipakai
secara intern diuji secara yang diuji tanpa diuji
dan ekstern intern dan secara itern dan
ekstern ekstern
Penafsiran Jika penafsiran Jika penafsiran Jika penafsiran Jika penafsiran
data dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
(interpratsi) terhadap semua terhadap terhadap terhadap
data baik yang sebagian besar sebagian kecil sebagian kecil
tersurat dan data baik yang data yang data yang tersurat
tersirat tersurat dan tersurat dan dan tidak
tersirat tersirat dilakukan
terhadap data
yang tersirat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

Penulisan Jika Jika sistematika Jika penulisan Jika penulisan


laporan sistematika penulisan benar, sistematis, tapi kurang sistematis,
penulisan memuat bahasa kurang bahasa kurang
benar, memuat simpulan , komunikatif, komunikatif,tidak
simpulan , dan namum bahasa dan tidak memuat simpulan
bahasa kurang memuat .
komunikatif. komunikatif. simpulan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria:
4 = Sangat tinggi
3 = Tinggi
2 = Cukup tinggi
1 = Kurang

Nilai

Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

Lampiran materi pembelajaran


Sejarah Kereta Api Jalur Karesidenan Banyumas-Wonosobo 1917-1976

Perkembanganmesin modern di duniatelahberdampakbesar bagi umat


manusia.Mesin modern semakin membantu kehidupan manusia dalam rangka
mempertahankan hidup.Perkembangan mesin modern di Hindia Belanda terutama
di Banyumas dan sekitar. Sejak dikembangkan tanaman tebu di Banyumas,
perusahaan gula mulai memikirkan cara untuk mendistribusikan hasil produksi.
Ketidakadaan layanan yang memadai pada saat itu membuat para pengusaha gula
untuk mengajukan permohonan ke pemerintah untuk melakukan pembangunan
jalan kereta api di Banyumas sebagai sarana pengangkutan hasil produksi pada
awal mulanya.
Perusahaan kereta api swasta yang beroperasi di Banyumas tersebut
bernamaSerajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS).Langkah awal yang
dilakukan yaitu dengan pembangunan NV SDS pada tanggal 30 April 1894.
Pembangunan Rel dan eksploitasinya kemudian diserahkan kepada pengusaha
swasta R.H.Eysonius de Waal. Keberhasilan swasta mendapat konsesi
pembangunan atas wilayah ini segera ditindaklanjuti dengan pembukaan jalur
pertama yang menghubungkan Maos sampai Purwokerto. Pembangunan jaringan
jalan kereta api ini adalah rute jarak pendek. Oleh karena itu kereta api yang
melintasi jalur ini adalah jenis Trem yang memang dikususkan untuk perjalanan
jarak pendek.
Selain mengoperasikan gerbong barang, pada kemudian hari fasilitas kereta
api ini ditambah dengan gerbong penumpang yang difungsikan untuk mengangkut
orang-orang yang hendak berpergian. Gerbong khusus penumpang terdiri dari
gerbong kelas satu, kelas dua dan kelas tiga. Dalam satu rangkaian kereta api
biasanya terdiri dari tiga sampai lima gerbong. Gerbong penumpang bisanya
terdapat di tiga bagian utama paling depan, sedangkan gerbong barang bisanya
terletak dibelakang gerbong penumpang.
Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang lebih besar di Karesidenan
Banyumas pihak swasta kembali meminta ijin kepada pemerintah agar menyetujui
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

konsesi pembangunan jalur kereta api yang baru melintasi Banjarsari sampai
Purbalingga dengan alasan bahwa pembangunan jalur ini melintasi dua pabrik
gula yang cukup besar yaitu pabrik gula Kalimanah dan pabrik gula Bojong.
Kedua pabrik gula ini membutuhkan transportasi kereta api untuk pengangkutan
produk gula ke pelabuhan Cilacap yang selanjutnya di bawa ke Eropa. Permintaan
yang diajukan pihak swasta akhirnya dikabulkan oleh pemerintah melalui surat
keputusan no.19 tanggal 22 September 1898.
Kereta api merupakan satu-satunya angkutan darat yang mampu membawa
penumpang dalam jumlah yang sangat banyak. Baik itu pedagang maupun
masyarakat umum lainnya. Ketika komisi kesejahteraan Belanda mengukur
selama 10 hari di beberapa halte dan stasiun SDS. Didapatkan jumlah penduduk
yang beraktivitas dengan memanfaatkan kereta api SDS.

Pembangunan jalur menuju ke Wonosobo dimulai dari Banjarnegara secara


bertahap rincian dari pembangunan wilayah Banyumas sampai dengan Ledok
(Wonosobo) sebagai berikut, Banjarnegara-Selokromo (Wonosobo) sepanjang 19
Km diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 1 Mei 1916. Pembangunan jalur
ini memerlukan keahlian yang cukup, karena medan menuju Wonosobo bukanlah
hal yang mudah dengan melewati lembah dan tanjakan yang cukup banyak.
Topografi alam menjadi hambatan tersendiri ketika merencanakan pembangunan
jalur kereta api sampai Selokromo. Pembangunan jalur dari Banjarnegara sampai
Selokromo melewati beberapa halte kecil untuk pemberhentian antara lain,
Sokanandi-Singomerto-Sigaluh-Prigi-Bandingan-Bojonegoro-Tunggoro-
Selokromo-Wonosobo.

Jalur kereta api lintas Banyumas-Wonosobo melewati empat kabupaten, yaitu

Kabupaten Banyumas yang berpusat di kota Purwokerto, Purbalingga,

Banjarnegara, dan Wonosobo. Sepanjang jalur ini terdapat empat belas stasiun

dan empat belas tempat pemberhentian semacam halte. Pada masa jayanya, satu

rangkaian kereta api terdiri dari gerbong barang dan kereta penumpang. Dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

satu rangkaian kereta api dapat mencapai lima gerbong. Gerbong barang biasanya

digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti sayuran, kina, teh dan tembakau.

Setelah adanya kereta api di Banyumas perlahan keberadaan tanaman kopi

mulai digeser dengan tebu. Beberapa wilayah Banyumas mulai menanam tebu

perluasan dari wilayah Sokaraja dan Purbalingga. Pusat tanaman kopi yang tersisa

hanya di kota Banyumas dalam jumlah kecil.

Setelah adanya jalur kereta api selain untuk pengiriman gula kereta api juga

menerima angkutan penumpang. Pada tahun 1920 saja tercatat ada 2.825.073

orang, tahun selanjutnya berturut-turut jumlah penumpang yang naik kereta SDS,

tahun 1921 2.531.600 orang, tahun 1922 ada 1.994.150 orang, tahun 1923 ada

1.614.748, dan tahun 1924 ada 1.386.536 orang yang menggunakan transportasi

kereta api ini dari beberapa halte dan stasiun yang dilalui oleh rangkaian jalur

SDS.

Keberadaankeretaapiberdampakbesarbagikehidupan di

BanyumasdanWonosobo. Baikitudampaksecaraekonomi, dansosial. Dalam bidang

ekonomi keberadaankeretaapimembuatpergerakanmanusia di

wilayahinisemakindinamis sehingga arus jual beli yang terjadi di kedua wilayah

ini semakin lancar. Dalam bidang sosial daripergerakan yang

semakinlancartersebutarustukarinformasidankomunikasi semakinlancar sehingga

terjadi interaksi sosial yang sangat cepat di kedua wilayah ini.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

Transkrip Wawancara Dengan Bapak Soedjono Mantan Kepala Stasiun Wonosobo


1978-1980
Tanggal Jumat, 6 Desember 2013

Nama : Bapak Sudjono


Tempat tanggal lahir : Lahir 1939, Banyumas
Usia : 74 tahun
Alamat : Kampung Stasiun, Wonosobo.

1. Tahun berapa sejarah kereta api sampai di Wonosobo?


Pada masa Belanda sebelum kemerdekaan tahun 1917
2. Apakah kereta api yang menuju Wonosobo itu milik Swasta atau pemerintah?
Miliki swasta, perusahaan yang menaunginya bernama Serajoedal Stoomtram
Maatschappij (SDS).
3. Bagaimana perkembangan kereta api SDS pada masa kolonialisme Belanda?
Saya tidak tahu
4. Bagaimana perkembangan kereta api di Banyumas-Wonososbo pada masa setelah
kemerdekaan sampai tahun 1976?
Mengalami beberapa pergantian nama DKA menjadi PNKA, PJKA, dan PT.KAI. Pada
tahun 1960an mulai berganti dengan kereta api disel dan melayani jasa pengangkutan
barang dan penumpang.
5. Apa saja kendala yang dialami kereta api jalur Banyumas-Wonosobo paska kemerdekaan
Indonesia?
Seiring dengan diperbaikinya jalan raya Wonosobo dari Banyumas, maka perkembangan
angkutan jalan raya semacam bus sudah mulai banyak dan keberadaan angkutan darat
mulai merisaukan nasib penglolaan kereta api di pedalaman Serayu. Hal ini mulai terasa
ketika SDS pada tahun 1970an mulai mengurangi aktivitas keo.reta api di stasiun-stasiun
sepanjang sampai Wonosob
6. Wonosobo menurut anda merupakan stasiun kereta api kelas berapa?
Wonosobo stasiun kelas 4 namun pada tahun 1977 turun ke kelas 5, klasifikasi ini
melihat dari kesibukan yang ada di stasiun.
7. Lokomotif yang digunakan oleh SDS berasal dari mana ?
Berasal dari perusahaan Beyer Peacock Jerman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

8. Apakah Stasiun yang lainnya juga mengalami turun kelas ? Mana saja ?
Iya, karena pada saat itu pamor kereta sudah mulai kalah dengan kendaraan jalan raya
lainnya seperti bus, truck dll. Beberapa stasiun yang mengalami turun kelas Purbalingga,
Banjarnegara emnjadi kelas lima, sedangkan stasiun Purwokerto Timur dari kelas dua.
9. Apakah di Wonosobo mempunyai tempat perputaran untuk kereta api?
Wonosobo tidak ada perputaran kereta, Kembali ke purwokerto lokomotifnya mundur
10. Ramai mana dahulu antara stasiun Selokromo dengan Wonosobo ?
Ramai Wonosobo karena barang kebutuhan yang dikirimkan melalui stasiun Wonosobo
sangat kompleks, sedangkan di Selokromo macam barang yang dikirim seperti gula aren
yang memang banyak terdapat di selatan Wonosobo, selain itu status Selokromo hanya
halte bukan stasiun.
11. Kapan Bapak menjadi kepala stasiun Wonosobo?
Saya datang dan menjadi kepala stasiun Wonosobo tahun 1978.
12. Sebelum menjadi kepala Bapak bekerja dibagian apa?
Ya kadang-kadang menjadi asisten masinis dan menjual tiket kereta api suatu di stasiun
mantrianom, Mandiraja, dan Purwonegoro
13. Berapa harga tiket untuk sekali jalan?
Harga karcis Purwokerto-Wonosobo Rp.60,-
14. Hambatan apa saja pak yang sering dialami kereta api uap ?
Hambatan yang dialami kereta api uap.
1. Alat pembakarannnya kekurangan Batubara, kemudian diganti dengan kayu
2. Perjalanan kereta api ini terganggu
3. Saingan adanya jalan raya Banyumas
Perjalanan kereta api sering terlambat kemudian karena ada kerusakan di kereta dan
ketidakadaan alat untuk pembakaran orang berpindah dengan menggunakan jalan
raya
15. Kereta api tujuan Wonosobo setelah kemerdekaan mengalami masa keemasan sekitar
tahun berapa ?
Sekitar tahun 1960-an sampai 1970-an awal, yaitu ketika banyak orang di Wonosobo dan
beberapa wilayah Banyumas berbondong-bondong menggunakan kereta api untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

melakukan kegitan ekonomi jual beli maupun hanya pergi untuk menemui sanak saudara
di luar daerah.
16. Kapan kereta api yang melintasi karesidenan Banyumas-Wonosobo memakai kereta
api disel?
Sekitar tahun 1962 keatas mulai memakai disel karena kekurangan bahan bakar (kayu
dan batubara)
17. Berapa harga yang harus dibayar untuk angkutan bagasi/barang ?
Angkutan bagasi setiap 10kg harga /5dari harga penumpang, namun Harga untuk barang
pasar tariffnya lebih kecil jika tidak sampai 10kg.
18. Jenis barang kebutuhan pokok apa saja yang diangkut menggunakan keeta api ini?
Semua sayuran dan hasil bumi dari daerah Wonosobo utara diangkut menggunakan
kereta api untuk dibawa ke sokaraja dan pasar wage. Selain itu juga ada kayu manis,
kina, tembakau, kulit akasia yang dibawa ke Cirebon, Jakarta dll
19. Apakah PT. Tambi dalam sejarahya juga pernah ,mengirim produksi tehnya
menggunakan kereta api ini?
Setahu saya pernah hanya beberapa kali saja, namun setelah jalan raya dari Wonosobo ke
Temanggung maupun ke Banyumas pengiriman teh sudah tidak menggunakan kereta api
lagi.
20. Pihak kereta api biasanya menamai jenis pengiriman ini apa ?
Kirimannnya bernama kiriman hantaran yang mempunyai barang tidak ikut serta naik
kereta hanya barangnnya saja sampai di Banten.
21. Selama bapak bekerja di Wonosobo, apa saja macam barang yang diangkut dari
Wonosobo maupun sebaliknya?
- Angkutan pupuk pertanian untuk Temanggung angkutan selanjutnya menggunakan
kendaraan jalan raya.
- Macam makanan dan sembako
- Angkutan pembangunan untuk Dieng Geodipa tahun 1980-an
- Membantu pengangkutan untuk pembangunan PLTA Menjer, Garung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

22. Kapan kereta api jurusan Karesidenan Banyumas-Wonosobo berhenti beroperasi?


- Sekitar Tahun 1976 total tidak melayani penumpang, namun tetap operasional untuk
angkutan barang sampai tahun 1982. Berakhir tahun 1982 total mati jalan kereta api tidak
ada proyek.
23. Apakah kereta api yang melintasi Wonosobo itu double trak ?
Tidak, hanya satu trak saja namun jalurnya sama antara kereta api disel dan uap.

Anda mungkin juga menyukai