PENDAHULUAN
hemorragic post partum (HPP) adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang
dan sekunder. Perdarahan pascapersalinan primer (Early HPP) terjadi dalam 24 jam
jam pertama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. (Cunningham,
itu tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-
darah tersumbat oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500
ml darah tanpa akibat buruk. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya
sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
atonia uteri (50-60%), retensio plasenta(16 17%), robekan jalan lahir (4-5%),
ruptur uteri, sisa plasenta, dan kelainan pembekuan darah. Terbanyak dalam 2 jam
adalah robekan jalan lahir, subinvolusi didaerah insersi plasenta,dan sisa plasenta
atau membran.
2
Kadang-kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah
akibat dari hipofibrinogenemia (solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus,
emboli air ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada
batas antara dua bagian itu. Selanjutnya, apabila sebagian besar plasenta sudah
lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul
2.2.1 Definisi
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uterus tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR,
uterus.
3
Partus lama : Kelemahan akibat partus lama bukan hanya rahim
darah.
4
2.2.3 Gejala Klinis
2.2.4 Diagnosis
banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu
5
tampak pucat. Nadi dan pernafasan menjadi cepat, dan tekanan darah
menurun.
6
2.2.5 Diagnosis Banding
Atonia uteri Robekan Retensio Sisa plasenta Inversio uteri Perdarahan Ruptura uteri
jalan lahir plasenta terlambat
Uterus Tidak Kontraksi baik Kontraksi baik Uterus Tidak teraba Subinvolusi
berkontraksi & berkontraksi
lembek tetapi tinggi
fundus tidak
berkurang
Plasenta Lengkap Blm lahir > 30 Tdk lengkap Tampak tali pusat
mnt ( jika plasenta
blm lahir )
Perdarahan Segera setelah Darah segar yg Segera Segera Segera > 24 jam pasca Segera
persalinan mengalir partus (perdarahan
(HPP primer) segera setelah intraabdominal /
bayi lahir vaginum )
Lain-lain Syok - Pucat - Tali pusat - Lumen vagina - Nyeri tekan - Nyeri perut
- Lemah putus akibat terisi massa perut bawah berat
- Menggigil traksi - Nyeri - Anemia - Shock
berlebihan - Pucat & - Demam - Nyeri tekan
- Inversio uteri limbung perut
akibat tarikan - Denyut nadi
- Perdarahan ibu cepat
lanjutan
7
2.2.6 Pencegahan
Antenatal care (ANC) yang baik dan mencegah terjadinya anemia dalam
kehamilan merupakan hal yang paling penting. Karena pada persalinan nanti,
kehilangan darah dalam jumlah normal dapat membahayakan ibu yang menderita
anemi.
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat
tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah
yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
oksitosin.
8
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Resusitasi
3. Uterotonika
9
diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis
maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika
diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat
nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
hipertensi.
Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15
saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
10
disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan
uterus.
operasi
5. Operatif
angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina
yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim.
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah
11
rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan
benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai
tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi
ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen
bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika
ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
sebelum dan sesudah ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena
12
iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan
uteri.
dibandingkan vaginal.
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput
ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat menghalangi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
atonia uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimannual
13
4. Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna : Bila
selanjutnya.
akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama atoni. Jika
jika atonia uteri tidak teratasi setelah 7 langkah pertama, mungkin ibu
14
15
Kompresi Bimanual Ligasi Arteri Hipogastrica
Tampon Uterovagina
Uterus
2.2.8 Komplikasi
16
DAFTAR PUSTAKA
Sriwijaya. 2007.
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad
James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa
repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2356.pdf
http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-persalinan-dengan-atonia.html
17