Anda di halaman 1dari 10

Liberalisme berasal dari kata liberalis yang berarti bebas.

Yang paling
mendasar dalam liberalisme adalah kebebasan individu, pembatasan kekuasaan raja
(pemerintah), dan persaingan pemilik modal (kapital). Liberalisme muncul pada
akhir abad ke-17, berhubungan dengan runtuhnya feodalisme di Eropa dan
dimulainya zaman Renaissance, lalu diikuti dengan gerakan politik masa Revolusi
Prancis. Liberalisme pada zaman ini terkait dengan Adam Smith, dikenali sebagai
liberalisme klasik. Pada masa ini, kerajaan (pemerintahan) bersifat lepas tangan,
sesuai dengan konsep Laissez-Faire. Konsep ini menekankan bahwa kerajaan harus
memberi kebebasan berpikir kepada rakyat, tidak menghalang pemilikan harta
indidvidu atau kumpulan, kuasa kerajaan yang terbatas dan kebebasan rakyat.
Seruan kebebasan ini dikumandangkan setelah sebelumnya pada abad 16 dan
awal abad 17, Reformasi Gereja dan kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan
masyarakat yang tertekan dengan kekuasaan gereja ingin membebaskan diri dari
berbagai ikatan, baik agama, sosial, dan pemerintahan. Menurut Adam Smith,
liberal berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena liberalisme
menawarkan konsep hidup bebas dari pengawasan gereja dan raja.
Di Inggris, setelah beberapa kali berlangsung perang Napoleon, liberalisme
kembali berpengaruh dengan bangkitnya Benthamites dan Mazhab Manchester.
Keberhasilan terbesar liberalisme terjadi di Amerika, hingga menjadi dominan
sejak tahun 1776 sampai sekarang. Dengan liberalisme, Amerika sekarang menjadi
sebuah negara yang besar dan dianggap polisi dunia. Di sana kebebasan dijunjung
tinggi karena hak-hak tiap warganya dijamin oleh pemerintah. Sehingga jangan
heran kalau tingkat kompetisi di sana sangat tinggi.
Sedangkan sosialisme adalah paham yang bertujuan mengubah bentuk
masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi milik bersama, dan
pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan
konsumsi secara menyeluruh. Dalam sosialisme setiap individu harus berusaha
untuk mendapatkan layanan yang layak untuk kebahagiaan bersama, karena pada
hakikatnya, manusia hidup bukan hanya untuk bebas, tapi juga saling menolong.
Sosialisme yang kita kenal saat ini Sosialisme sebenarnya telah lahir sebelum
dicetuskan oleh Karl Marx. Orang yang pertama kali menyuarakan ide sosialisme
adalah Francois Noel Babeuf, pada abad 18. Kemudian muncul tokoh lain seperti
Robert Owen di Inggris, Saint Simon dan Fourier di Perancis. Mereka mencoba
memperbaiki keadaan masyarakat karena terdorong oleh rasa perikemanusiaan
tetapi tidak dilandasi dengan konsep yang jelas dan dianggap hanya angan-angan
belaka, karena itu mereka disebut kaum sosialis utopis.
Karl Marx juga mengecam keadaan masyarakat di sekelilingnya, tapi ia
menggunakan hukum ilmiah untuk mengamati perkembangan masyarakat, bukan
sekedar harapan dan tuntutan seperti yang dilakukan oleh kaum sosialis utopis.
Marx menamakan idenya sebagai sosialisme ilmiah. Setelah itu, pada abad 19,
sosialisme ilmiah marx diadopsi oleh Lenin, hingga tercipta komunisme.
Komunisme lebih radikal daripada sosialisme, karena dalam komunisme diajarkan
untuk memberontak dan merebut kekuasaan dengan Partai Komunis sebagai
pemimpinnya. Inilah yang lebih dikenal sebagai sosialisme sampai saat ini.
Liberalisme menekankan milik pribadi sebagai salah satu hak manusia yang
terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa milik tidak boleh dibatasi pada
kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi sosial. Di sini kita akan
mempelajari secara singkat pandangan dari orang orang yang meletakkan dasar
untuk teori liberalistis dan sosialistis tentang milik.
A. TINJAUAN HISTORIS

1. John Locke dan Milik Pribadi

John Locke (1632 1740), seorang filsuf Inggris yang banyak mendalami
masalah masalah sosial politik, secara umum diakui sebagai orang yang pertama
kali mendasarkan teori liberalisme tentang milik. Menurut Locke manusia
mempunyai tiga hak kodrat (natural rights) : life, freedom, and property.
Yang penting adalah hak atas milik karena kehidupan dan kebebasan kita
miliki juga. Jadi, hak atas milik menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain
juga. Secara mendalam dapat mempengaruhi pemikiran tentang milik. Pemikiran
ini di uraikan dalam buku Two Treatises of Government (1690). Bila sesuatu yang
tidak bertuan diolah oleh pekerjaan manusia, maka dengan itu ia menjadi
pemiliknya. Tetapi, ada pembatasan bagi cara menjadi pemilik itu. Dari bahan tidak
bertuan orang hanya boleh mengambil sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu
sendiri (bersama keluarga dan kenalan) sehingga masih tertinggal cukup banyak
dan sama baik mutunya untuk orang lain. Dalam pandangan Locke ini, sudah
tampak beberapa ciri kaptalisme liberal yang dengan tegas akan ditolak oleh Karl
Marx.
2. Adam Smith dan Pasar Bebas

Adam Smith (1723-1790) seorang Skotlandia dan profesor menjadi terkenal


karena dengan gigih membela pasar bebas di bidang ekonomi. Dalam hal itu ia
memerangi yang disebut merkantilisme yang menandai Inggris waktu itu :
peraturan dan regulasi berlebihan tentang perdagangan yang banyak dikeluarkan
oleh pemerintah Inggris. Dengan gaya liberalisme yang khas ia berbicara tentang
the sacred rights of private property. Ia memandang pekerjaan sebagai sumber
hak milik dengan melihat tenaga kerja sebagai milik yang paling suci dan tidak
boleh diganggu gugat. Secara khusus juga manusia memiliki produktivitas dari
pekerjaannya dan terutama produktivitas kerja itulah yang menghasilkan
kemakmuran (the wealth of nations). Menurut Smith pentingnya ada pembagian
kerja (division of labour) untuk membantu meningkatkan produktivitas kerja.
Hubungannya dengan pasar bebas the division of labour is limited by the extent of
the market. Artinya, secara ekonomis pembagian kerja hanya bisa dijalankan bila
suatu produk dapat dipasarkan pada skala besar-besaran. Yang juga terkenal adalah
analisisnya tentang produksi peniti. Diperkerikanan dalam hal itu Smith menjadi
sumber inspirasi bagi Marx dikemudian hari tentang aliensi para pekerja dengan
cara berproduksi dalam industri modern.
Smith juga bertolak dari fakta bahwa setiap manusia didorong oleh the
universal desire to better his own condition. Semua orang ingin bisa maju dalam
kehidupannya, dan ambisi itu tidak pernah akan meninggalkan manusia seumur
hidup. Menurutnya, kita harus membedakan self-interest / self-love di satu pihak
selfisness di pihak lain. Selfishness adalah egoisme belaka yang tertuju pada
kepentingan sendiri dan tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Selfishness
adalah self-love yang melewati batas. Egoisme itu harus ditolak karena tidak etis
dan merupakan suatu keburukan (vice). Lain halnya dengan self love. Cinta diri itu
memeang tidak merupakan virtue tetapi bisa diterima sebagai motif yang sah untuk
kelakuan kita. Dari sudut etika, cinta diri bersifat netral, asalkan tinggal dalam
batasnya. Karena itu untuk membedakan cinta-diri dari egoisme semata-mata
dibutuhkan aturan-aturan kebijaksanaan.
Dalam kegiatan ekonomis, kepentingan diri dari 2 pihak melengkapi satu
sama lain / terjadi hubungan timbal balik. Maka, sampailah pada prinsip dasar yang
menjiwai lalu lintas ekonomis pada pasar bebas : give me that which i want, and
you shall have this which you want.
Lawan egoisme adalah alturisme. Alturisme adalah sikap suka
memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas
kepentingan sendiri.Namun dari ke dua itu masih ada kemungkinan ketiga yaitu
Benevolence / sikap berbuat baik. Kalau kita melibatkan diri dalam kegiatan
ekonomis, kita tidak mempraktekan egoisme apalagi keserakahan. Tetapi kita juga
tidak berbuat baik kepada mitra dagang. Dua-duanya mencari kepentingan diri dan
hal itu menguntungkan dua-duanya. Maka sikap etis yang penting dalam konteks
ekonomi adalah recirprocity, coorperation dan keutamaan keadilan. Smith
menyimpulkan bahwa dengan mengikuti sistem pasar akan tecipta kemakmuran
yang paling besar dalam masyarakat karena led by an invisible hand.
Dengan menerima pasar bebas, Smith menerima juga kompetisi sebagai cara
yang efisien untuk mewujudkan kebebasan di bidang ekonomi. Tetapi supaya betul-
betul mewujudkan kebebasan itu kompetisi itu perlu ditandai dengan persamaan
(equality) artinya semua peserta berangkat dari posisi yang sama. Maka,
menurutnya kaum miskin menjadi tugas penting negara untuk diberikan
pendidikan. Dalam hal itu, Smith jauh lebih realistis dari banyak politis liberal di
kemudian hari.
3. Marxisme dan Kritiknya Atas Milik Pribadi

Marxisme adalah pemikiran Karl Marx (1818-1882) bersama temannya


Friedrich Engels (1820-1895). Marxisme merupakan ajaran sosial-ekonomis-
politik yang sangat kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan
tanpa mengorbankan cukup banyak unsur yang sebenarnya hakiki juga. Untuk itu
kita hanya menyoroti marxisme sebagai kritik atas teori liberalistis tentang milik
yang serentak juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternatif. Usaha itu
meliputi aspek ilmiah dan aspek etis. Menurut mereka hukum ilmiah yang
dirumuskan adalah hukum-hukum sejarah untuk memprediksi perkembangan
masyarakat dimasa mendatang. Dengan mempelajari asal-usul serta perkembangan
kapitalisme, mereka ingin memperlihatkan bahwa sistem kemasyarakatan
kapitalisme mengandung kontradiksi-kontradiksi internal dan akan digantikan oleh
komunisme.
Dilihat dari segi etis, kapitalisme tidak saja adalah suatu sistem yang terbukti
akan sirna, tetapi juga merupakan sistem yang harus ditolak karena tidak
manusiawi. Itu dikarenakan mengeksploitasi dan memperbudak manusia. Kritik itu
ditempatkan dalam suatu perspektif etis dan akibatnya konsepsi sosialisis tentang
milik didasarkan juga motif-motif etis. Inti kritik itu adalah paham aliensi /
keterasingan. Menurut marxisme manusia pada kodratnya adalah makhluk yang
bekerja. Meliputi menjadi manusia yang bersungguh-sungguh dengan bekerja dan
dihumanisasikan dengan mengolah alam melalui pekerjaannya dan membuat alam
bersahabat dengan manusia.
Dalam suatu teks terkenal Manifesto Komunis (1848), Karl dan Engels
menegaskan bahwa penghapusan milik pribadi merupakan ajaran komunis : the
theory of the communists may be summed up in the single sentence : abolition of
private property. Tujuannya bukan menghapuskan milik pribadi pada umumnya
tetapi milik pribadi borjuis. Maksud borjuis adalah kelas kapitalis modern, pemilik
dari sarana-sarana produksi sosial dan majikan dalam sistem pekerjaan upahan.
Manifesto komunis menegaskan juga : capital is not a personal, it is a social
power. Kapital menurut kodratnya sendiri berkaitan dengan kepentingan seluruh
masyarakat dan karena itu harus menjadi milik umum. Komunisme tidak mencabut
dari siapa pun kuasa untuk menjadi pemilik produk-produk masyarakat melainkan
hanya mencabut dari orang kuasa untuk menaklukan pekerjaan orasng lain dengan
cara menjadi pemilik semacam itu. Jelas komunisme secara radikal menentang
penindasan/eksploitasi yang berasal dari pemilikan ekslusif atas sarana-sarana
produksi sehingga cara pemilikan itu harus diganti dengan sistem milik kolektif.
B. PERTENTANGAN DAN PERDAMAIAN ANTARA LIBERALISME DAN
SOSIALISME

Liberalisme dan sosialisme sebagai dua ideologi yang untuk sebagian besar
menentukan keadaan di bidang ekonomi-politik selama abad ke-19 dan ke -20, pada
kenyataannya di pelbagai negara liberalisme dan sosialisme mempunyai sejarahnya
sendiri yang tidak selalu melintasi pola-pola yang sama.
1. Liberalisme
Inti pemikiran liberalisme adalah tekanannya pada kebebasan individual. Tugas
pokok negara menurut pandangan liberalisme secara klasik dilukiskan sebagai
negara jaga malam, karena negara harus membatasi diri pada perlindungan dan
pengamanan para warga negara.
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan,
Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Dibawah ini, adalah nilai-
nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:
a. Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa
manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan
baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena kualitas manusia yang
berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan
berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu
semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari
demokrasi. Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap
orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam
setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik,
sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan
dilaksanakan dengan persetujuan dimana hal ini sangat penting untuk
menghilangkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)
b. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak
boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut
kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The Governed)
c. Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan
mengabdi pada rakyat. Terhadap hak asasi manusia yang merupakan hukum abadi
dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk
melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus
ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka
umum, dan persamaan sosial.
d. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu. (The Emphasis of
Individual)
e. Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan
negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat
pada dasarnya dianggap dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah
merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah
mengalami kegagalan.
f. Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse
Dogatism).Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632
1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada
pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan. Ada
dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme
Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme
Modern mulai muncul sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada
Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan
oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu
masih ada. Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya
mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya (core values) tidak
berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. Jadi
sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.
Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan. Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang
akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan
kapitalisme (ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki
individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan
yang harus dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi
ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.
2. Sosialisme
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Titik
berat paham ini pada masyarakat bukan pada individu. Sebagai suatu aliran
pemikiran / paham tidak dapat dilepaskan dari pengaruh liberalisme. Inti dari
paham sosialisme adalah suatu usaha untuk mengatur masyarakat secara kolektif.
Artinya semua individu harus berusaha memperoleh layanan yang layak demi
terciptanya suatu kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan hakikat manusia
yang bukan sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi manusia juga harus saling
tolong-menolong. Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan
kemiskinan. Ciri ini merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya
sosialisme. Hal ini ditandai dengan penentangan terhadap ketimpangan kelas-kelas
sosial yang terjadi pada negara feodal.
Sosialisme yang kita kenal sekarang ini timbul sebagian besar sebagai reaksi
terhadap liberalisme abad ke 19. Pendukung liberalisme abad ke 19 adalah kelas
menengah yang memiliki industri, perdagangan dan pengaruh mereka di
pemerintahan besar, akibatnya kaum buruh terlantar.
Sosialime adalah suatu reaksi atas ketidak beresan dalam masyarakat dalam
yg disebabkan oleh liberalisme. Sosialisme berasal dari kata latin socius yg berarti
teman atau kawan, sosialisme memandang manusia sebagai mahluk sosial atau
sebagai sesama yang hidup dengan sesama lainya. Masyarakat yg diatur oleh
sosialisme mempunyai rasa soliditas yg tinggi. sosialisme terbagi menjadi dua yaitu
:
a. Sosialisme komunistis
Sosialime komunistis menolak milik pribadi, menurut mereka milik harus
menjadi milik bersama atau milik kolektif tetapi sebagaimana telah diketahui karl
marx menolak segala bentuk milik pribadi, marx beserta pengikutnya membedakan
antara pemilikan barang konsumsi dan pemilikan barang sarana produksi,
komunisme tidak berkeberatan dalam pemilikan secara pribadi barang barang
konsumsi.
b. Sosialisme demokratis
Sosialisme demokratis juga menempatkan masyarakat diatas individu tetapi
berbeda dengan komunisme mereka tidak bersedia mengorbankan sistem
pemerintahan yg demokratis yg merka anggap sebagai sebuah perolehan modern
yg sangat berharga oleh krena itu mereka ingin mewujudkan cita cita sosialistis
melaluijalan demokratis, marx dan engels pernah menyerukankaum buruh sedunia
bersatulah maka denga itu mereka terjun ke dunia politik dengan mendirikan partai
sosialis yang tulang punggungnya serikat buruh.
C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN

1. Liberalisme
kekuatan liberalism adalah milik pribadi diakui sebagai cara penting untuk
mewujudkan kebebasan pribadi. tetapi kelemahanya yg utama adalah mereka
kurang memperhatikan kaum miskin dan orangyg kurang beruntung didalam
masyarakat berindustri kalau bisa dikatakan secara ekstrem yaitu miskin sama
dengan mlas dengan anggapan apabila bekerja keras maka akan maju.
2. Sosialisme
Kekuatan sosialisme adalah mereka menemukan dimensi transindividualisme
dari milik .milik selalu mempunyai suatu fungsi social dan tidak boleh dibatasi pada
kepentingan pribadi aja .
Kelemahan nya adalah ekonomi yang direncanakan dengan ketat dari atas
ternyata tidak berhasil .perusahaan perusahaan yg dikelola oleh Negara ditandai
dengan inefisiensi.
D. MENUJU PERDAMAIAN

Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideology antagonis yg


berjuang merebut hegemoni dipanggung politik ekonomi selama kurang lebih
setengah abad. Pada saat sekarang tampaknya dua ideology ini tampaknya
mencapai titik perdamaian walaupun belum terlihat suatu sintetis yg jelas,
keseimbangan dua ideologi ini rupanya sudah tercipta dengan memanfaatkan
kelebihan kelebihan masing masing dan mengesampingkan kelemahanya, pada saat
ini kita menyaksikan suatu situasi paradoksal dimana dua ideologi ini secara
bersamaan berhasil dan serentak pula berhasil.
E. KAPITALISME DAN DEMOKRATISASI
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik
modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi
prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran
untung kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme
sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas.
Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai
berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun
kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki
maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal,
seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.
Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan
baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk
mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Pada akhir tahun 1980-an bukan saja kapitalisme menag dengan sistem
ekonomi pasar bebasnya. Yang ikut menang adalah demokrasi sebagai sistem
politik yang melatarbelakangi ekonomi pasar bebas. Banyak orang berpendapat
bahwa hubungan kapitalisme dan demokrasi tidak kebetulan. Dengan runtuhnya
sistem ekonomi komunistis, negara-negara bekas Uni Soviet langsung memeluk
sistem politik demokrasi yang tentunya masih disertai aneka macam kesulitan.
Tetapi, jika mempelajari keberhasilan negara-negara industri barat, sulit disangkal
bahwa demokrasi dapat berfungsi sebagai koreksian atas segi-segi negatif dari
kuasa ekonomis yang terwujud dalam kapitalisme. Kapotalisme mengakibatkan
ketidaksamaan sedangkan demokrasi cenderung memajukan persamaan. Dalam
konteks demokratis, semua warga negara dianggap sederajat dan orang terkaya pun
diberi satu suara (one person one vote). Keputusan demokratis adalah keputusan
rata-rata semua warga negara.
Demokratisasi dalam ekonomi yang dijalankan secara kapitalistis di negara-
negara industri barat merupakan fenomena yang menarik. Contohnya : pertama,
sistem pemerintahan demokratis berhasil mengoreksi beberapa akses kapitalisme.
Kedua, antagonisme antara kelas-kelas seperti dimengerti oleh marxisme, dengan
sistem demokratis cukup teratasi dan ketiga, pemilikan sarana produksi yang
semakin merata. Rupanya di negara-negara barat juga di Amerika Serikat,
demokrasi merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan pemerataan pendapatan dan
kekayaan, khususnya demokrasi dimana sosialisme demokratis memegang
pengaruh penting, sebab demokrasi belum terwujud dengan baik bila prinsip suara
terbanyak berjalan dengan konsekuen begitupun dengan solidaritas.
F. ETIKA PASAR BEBAS
David Gauthier mengungkapkan pasar sempurna tidak membutuhkan moralitas
dimana pasar sempurna yang dimaksudkan adalah pasar dimana kompetisi
berjalan sempurna, dalam situasi itu tidak dibutuhkna ditegakkannya rambu
rambu moral karena kepentingan kepentingan pribadi secara sempurna sesuai
dengan kepentingan sosial masyarakat yang pada kenyataanya situasi diatas tidak
mungkin terjadi. Pentingnya etika dalam semua ini terutama tampak dari dua segi,
pertama dari segi keadilan sosial supaya semua peserta di pasar diberikan
kesempatan yang sama ke dua yaitu sebagai jaminan bahwa kompetisi berjalan
dengan baik dari sudut moral, yaitu secara fair dan tidak merugikan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai