Anda di halaman 1dari 84

Laporan Draft Akhir

Penyusunan UKL UPL Normalisasi


Situ Cipondoh
Tahun 2015

KOTA TANGERANG

BADAN LINGKUNGAN HIDUP


KOTA TANGERANG

PT. ARENCO BINATAMA


Design & Engineering Consultant
Buku laporan ini merupakan Laporan Akhir dari Pekerjaan Penyusunan UKL dan UPL
Normalisasi Situ Cipondoh dengan Pemrakarsa dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
tahun 2015

Muatan pada laporan ini meliputi Pendahuluan, Rencana Usaha dan atau Kegiatan, Dampak
Lingkungan yang akan Terjadi, Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Laporan Akhir ini merupakan Laporan yang disusun pihak Konsultan sebagai salah satu
bagian dari sistem pelaporan yang diisyaratkan oleh Pihak Pemberi Kerja.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Dinas
Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, Pihak Kecamatan Cipondoh dan Opihak
Kecamatan Pinang dalam kegiatan penyusunan UKL dan UPL Normalisasi Situ Cipondoh.
Laporan ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota tangerang dalam melaksanakan Program Normalisasi sebelum ditenderkan ke
kontraktor pelaksana.

Tangerang, November 2015


Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .. ii
DAFTAR TABEL . iv
DAFTAR GAMBAR . vi

BAB I PENDAHULUAN .. I-1


I.1. Latar Belakang .... I-1
I.2. Dasar Hukum .. I-2
I.3. Maksud dan Tujuan I-2
I.4. Kegunaan UKL UPL ... I-3
I.5. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun ... I-3
I.5.1 Pemrakarsa .. I-3
I.5.2 Penyusun . I-4

BAB II RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN II-1


II.1. Nama Rencana Kegiatan ... II-1
II.2. Lokasi Kegiatan II-1
II.2.1 Badan Air Eksisting . II-3
II.3. Skala Kegiatan . II-3
II.4. Garis Besar Rencana Kegiatan . II-3
II.4.1 Tahap Pra Kontruksi ... II-3
II.4.2 Tahap Kontruksi .. II-5
II.4.3 Rona Lingkungan Awal .. II-11
II.4.3.1 Gambaran Umum Situ Cipondoh .. II-11

II.4.3.2 Komponen Lingkungan .. II-18


II.4.3.3 Komponen Sosekbud . II-26
BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI ... III-1
III.1 Tahap Pra Kontruksi III-1
III.2 Tahap Kontruksi ... III-2
III.3 Tahap Operational .. III-5

BAB IV PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP .. IV-1


Halaman
Tabel II.1 Rencana Jadwal Kegiatan Normalisasi Situ Cipondoh II-5
Tabel II.2 Jumlah Tenaga Kerja II-6
Tabel II.3 Rencana Kebutuhan Jenis Peralatan II-6
Tabel II.4 Estimasi Titik dan Volume Pengnerukan Situ Cipondoh II-9
Tabel II.5. Estimasi Volume Lumpur Yang Dikeruk II-11
Tabel II.6. Estimasi Jumlah Dump Truck Yang Diperlukan II-11
Tabel II.7. Koefisien Run Off II-17
Tabel II.8 Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Pulau Buatan) II-19
Tabel II.9 Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Area Danau Depan Kecamatan) II-20
Tabel II.10 Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Area Tengah Danau) II-21
Tabel II.11 Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Pintu Air Outlet Utama) II-22
Tabel II.12 Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Dekat Pemukiman) II-23
Tabel II.13 Pengukuran Udara Ambient Depan Kantor Kecamatan Cipondoh II-24
Tabel II.14 Pengukuran Udara Ambient Kawasan Wisata Danau Cipondoh II-24
Tabel II.15 Pengukuran Udara Ambient Pemukiman Penduduk II-25
Tabel III.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Proyek III-1
Tabel IV.1 Program Pengelolaan dan Pemantauan IV-2
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Situ Cipondoh merupakan salah satu situ yang terdapat di wilayah Kota
Tangerang tepatnya berada di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang. Saat ini
Situ Cipondoh mempunyai fungsi sebagai pengendali banjir, irigasi, cadangan air baku
dan rekreasi. Kondisi Situ Cipondoh saat ini cenderung mengalami pendangkalan dan
penyempitan tertama di tepi Situ Cipondoh. Pendangkalan dan penyempitan tersebut
mengurangi kapasitas dan volume air yang terdapat di Situ Cipondoh.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas Situ Cipondoh dan upaya
pengendalian banjir dan sumber daya air yang lebih baik antara Kota Tangerang dan
DKI Jakarta diperlukan pengelolaan situ-situ yang lebih baik dan handal. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah melakukan Normalisasi Situ Cipondoh untuk
meningkatkan daya tampung Situ dan berfungsi juga dalam pengendalian volume air
larian dimana selanjutnya air Situ dialirkan melalui Saluran Maulana Hasanudin ke Kali
Mookervart dan menuju Wilayah DKI Jakarta.
Sesuai dengan PP nomor 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan bahwa
setiap usaha dan atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki dokumen lingkungan. Dalam pelaksanaan suatu kegiatan Normalisasi
Situ Cipondoh, perlu dilakukan analisis mengenai dampak dari kegiatan tersebut
terhadap lingkungan di sekitar Situ Cipondoh tersebut dengan mempertimbangkan
aspek lingkungan secara fisika, kimia, biologi, ekonomi sosial budaya, dan kesehatan
masyarakat. Dapat dilihat bahwa pelaksanaan kajian dampak penting dari rencana
kegiatan Normalisasi Situ Cipondoh tersebut akan dituangkan dalam dokumen UKL
UPL.
Dampak yang terjadi dari Normalisasi Situ Cipondoh dapat berupa dampak positif dan
negatif. Untuk meningkatkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang
dapat timbul dari adanya rencana Normalisasi Situ Cipondoh, maka diperlukan
pengkajian lingkungan. Oleh karena setiap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi
maupun sosial ekonomi dan budaya perlu dijaga dan dijamin kelestarian fungsinya

I-1
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

sehingga diperlukan suatu pengelolaan lingkungan sesuai dengan dampak yang


terjadi.

1.2 Dasar Hukum


1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha Dan/ Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Dan Izin Lingkungan
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan
7. Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
8. Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Kegiatan Penyusunan Dokumen UKL UPL Lingkungan Hidup
Normalisasi Situ Cipondoh adalah mengkaji dampak yang akan terjadi akibat
Normalisasi Situ Cipondoh dan rencana pengelolaan serta pemantauan
lingkungan hidup setelah terbangunnya kegiatan.
Sedangkan tujuan Kegiatan Penyusunan Dokumen UKP UPL LIngkungan
Hidup Normalisasi Situ Cipondoh adalah :
1. Mengidentifikasi rencana kegiatan yang diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca
konstruksi
I-2
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

2. Mengidentifikasi rona lingkungan awal yang diprakirakan akan terkena dampak


maupun sebaliknya yaitu kemungkinan adanya dampak lingkungan terhadap
rencana kegiatan Normalisasi Situ Cipondoh
3. Memprakirakan dan mengevaluasi dampak besar dan penting yang akan terjadi
sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan rencana kegiatan dan/atau
usaha
4. Menyusun rencana atau langkah-langkah untuk mencegah, mengendalikan,
menanggulangi, dan memantau dampak yang akan terjadi.

1.4. KEGUNAAN UKL UPL

1. Bagi Pemrakarsa:
a. Sebagai acuan dan pedoman serta dasar dalam melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan pada setiap tahap pelaksanaan normalisasi situ
Cipondoh
b. Memprediksi dan mengendalikan serta meminimalisasi dampak negatif yang
akan ditimbulkan akibat normalisasi situ Cipondoh

2. Bagi Pemerintah:

a. Sebagai acuan penilaian atas kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan


normalisasi situ Cipondoh.
b. Merupakan pedoman bagi Instansi terkait dalam melakukan evaluasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh
pemrakarsa.

1.5 IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN

1.5.1 Pemrakarsa
1. Nama Instansi : Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang
2. Nama Pimpinan : dr. Hj. Liza Puspadewi, M.Kes
3. Jabatan : Kepala
4. Usaha dan/atau : Normalisasi Situ Cipondoh
Kegiatan

I-3
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

5. Alamat Kantor : Gedung Pusat Pemerintahan Kota


Tangerang Lt. 4, Jl. Satria Sudirman No. 1
Tangerang
6. Alamat Kegiatan : Jalan KH. Hasyim Asyari, Kec. Cipondoh dan
Pinang

1.5.2 Penyusun
1. Nama Perusahaan : PT. Arenco Binatama
2. Alamat : Jl. Karang Arum VII No. A31 Bandung
3. Pimpinan : Deni Susiandani
4. Tim Penyusun
a. Ketua Tim/Ahli : H. Hari Pradiko, ST, MT
Lingkungan
b. Ahli T.Sipil : Iim Mulnadi, ST
c. Ahli Sosekbud : Berlianto Hadikusuma, S.Sos

I-4
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

BAB II

RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN

II.1 NAMA RENCANA KEGIATAN


Nama Rencana Kegiatan adalah :
Perencanaan Dan Penyusunan Program Pembangunan Pengendalian SDA Dan
Lingkungan Hidup (Penyusunan Master plan Pengelolaan Situ Cipondoh)

II.2 LOKASI RENCANA KEGIATAN


Lokasi rencana kegiatan Perencanaan Dan Penyusunan Program Pembangunan
Pengendalian SDA Dan Lingkungan Hidup (Penyusunan Master plan Pengelolaan
Situ Cipondoh) terbagi kedalam 4 (empat) ruas yaitu :
Utara : Jalan Hasyim Ashari (Perdagangan, tempat rekreasi dan pemancingan)
Barat : Perumahan P&K (Jaring apung dan pemancingan)
Selatan : Persawahan, perkebunan, lahan kosong dan pemancingan
Timur : Kawasan permukiman (perdagangan, jaring apung)

Secara administratif lokasi rencana kegiatan termasuk kedalam wilayah administratif


kecamatan cipondoh.

Orientasi lokasi dan lokasi rencana kegiatan selengkapnya ditunjukkan oleh gambar
II.1

II-1
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Print Peta Lokasi Situ Cipondoh A3 seperti contoh di


bawah ini. (File Sendiri)

II-2
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

II.2.1 Badan Air Eksisting


Situ Cipondoh merupakan situ terluas di Kota Tangerang. Berdasarkan interpretasi
peta Bakosurtanal, Situ Cipondoh memiliki luas perairan sebesar 85,3 Ha pada tahun
1996 dan menyusut menjadi 34,49 Ha pada tahun 2007. Berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan tahun 2008, luas lahan perairan Situ Cipondoh telah
kembali mengalami penyusutan menjadi 103,17 Ha dengan badan air seluas 48,29
Ha (46,80% dari luas total lahan perairan situ). Dibandingkan dengan luasnya pada
tahun 2007, luas Situ Cipondoh pada tahun 2008 bertambah 14 Ha sebagai hasil
pengerukan yang telah dilakukan oleh pengelola situ.
Pengukuran kedalaman situ dilakukan dengan bantuan alat ecosounder yang
berfungsi untuk mengetahui kedalaman dan posisi kordinat daerah pengamatan. Hasil
pengukuran perairan situ menunjukkan kedalaman bervariasi kurang dari 1 meter
hingga mencapai 4 meter dengan rata-rata kedalaman 1,55 m. Mayoritas kedalaman
situ kurang dari 2 meter dan kedalaman maksimum mencapai 4 meter di area sebelah
timur situ.

II.3 SKALA KEGIATAN


Rencana Pengendalian SDA Dan Lingkungan Hidup (Penyusunan Master plan
Pengelolaan Situ Cipondoh) direncanakan sebagai berikut :
Kedalaman awal Rata-rata : 1,55 meter
Kedalaman target : 6 meter
Pengerjaan pengerukan : 4,45 meter
Volume Target : 490.000 m3
Luas Pengerukan : 11 ha

II.4 GARIS BESAR RENCANA KEGIATAN


II.4.1. Tahap Prakontruksi
Studi, Survey Penelitian dan Perencanaan
Pada tahap awal sebelum dilaksanakan kegiatan telah dilakukan studi / survey,
studi kelayakan serta perencanaan umum yang merupakan langkah awal dari
rangkaian kegiatan prakontruksi untuk mengetahui informasi awal dan data
perencanaan jalan yang akan dijadikan pertimbangan untuk menentukan layak /
tidak layaknya rencana kegiatan pengerukan situ cipondoh tahap 1 serta

II-3
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

pembuangan lumpur. Studi UKL-UPL disusun atas dasar kesatuan kegiatan


normalisasi situ cipondoh, normalisasi ini bertujuan untuk mengembalikan
kedalaman situ cipondoh sekaligus menanggulangi banjir. Dokumen UKL-UPL
adalah salah satu bagian dari penilaian kelayakan lingkungan sebagai bahan
pertimbangan penyusunan perencanaan teknis dan pelaksanaan rencana
kegiatan.

II-4
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.1
Rencana Jadwal Kegiatan Normalisasi Situ Cipondoh
Waktu (Minggu)
Bulan ke - Bulan ke - Bulan ke - Bulan ke - Bulan ke - Bulan ke -
No Uraian Kerja
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perencanaan
1
Umum
Penyusunan
2
FS
Penyusunan
3 Studi
Lingkungan
Penyusunan
4
DED
Persiapan
peralatan dan
5
keamanan
lalu lintas
Mobilisasi
6
peralatan
Relokasi
7
utilitas
Pekerjaan
8
pengerukan
Pekerjaan
9 pengumpulan
lumpur
Pekerjaan
10 peletakan
lumpur
Pekerjaan
11 pengangkutan
lumpur
Pekerjaan
12
pembersihan
Pemeriksaan
13
akhir
Keterangan : jadwal tersebut bersifat tentatif, tidak termasuk jadwal pelaksanaan
pelelangan pekerjaan

II.4.2. Tahap Kontruksi


a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang akan terlibat selama tahap kontruksi yaitu 30 orang, yang terdiri
dari tenaga kerja kasar, serta koordinator lapangan (mandor). Dalam pelaksanaan

II-5
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

kegiatan tenaga kerja akan diprioritaskan yang berasal dari daerah dilokasi studi
yaitu Kecamatan Cipondoh, Tangerang.
Tabel II.2
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah
No Kualifikasi
(orang)
1 Mandor 2
2 Kepala operator 2
3 Operator penyedot lumpur 2
4 Pembantu operator 2
5 Nakhoda kapal penyedot 2
6 ABK kapal 2
7 Mekanik Kapal 2
8 Sopir truk 5
9 Kernet 5
10 Operator Alat Berat 3
11 Pembantu Alat Berat 3
Jumlah 30

b. Mobilisasi Alat
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan akan dilakukan dengan menggunakan jalur
Jalan Hasyim Ashori. Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk rencana kegiatan
terdiri dari berbagai macam peralatan berat dan ringan seperti ditunjukkan oleh
tabel B.3. Pekerjaan pengerukkan sedimen lumpur di situ cipondoh bertujuan untuk
memperdalam elevasi dasar situ. Pengerukkan menggunakan metode penyedotan
lumpur dengan menggunakan kapal atau rakit dilengkapi dengan pompa vacum
lumpur.
Tabel II.3
Rencana Kebutuhan Jenis Peralatan
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Kapal Keruk PMS-306/MD-315 380 m3/jam 3 unit
2 Excavator 1 unit
3 Dump Truck @ 12 m3 132 buah
4 Wheel loader 1 unit
5 Sludge Pump 1 unit
6 Peralatan Survei 1 Set

c. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dimaksudkan untuk mempersiapkan peralatan, base camp
tenaga kerja dan lahan parkir alat berat. Kegiatan persiapan ini meliputi mobilisasi
alat di lahan kosong sebelum dilakukan pengerukan yang direncanakan dekat
II-6
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

dengan pergudangan pabrik, pembuatan base camp tenaga kerja dan penyiapan
lahan parkir alat berat.
Beberapa pekerjaan persiapan sebelum pekerjaan pengerukkan lumpur akan
dilakukan perlakuan di pinggir situ cipondoh yaitu :
Membersihkan lahan untuk meletakkan alat berat
Melakukan rekayasa lalu lintas untuk mobilisasi alat berat

d. Pembersihan dan Penyiapan Lahan


Kegiatan pembersihan dan penyiapan lahan dimaksudkan untuk membersihkan
lokasi kegiatan dari tanaman dan utilitas umum yang terdapat di koridor ini akan
dilakukan pengamanan dan pemindahan. Penyiapan lahan ini diperuntukan untuk
penyimpanan lumpur sementara yang menggunakan peminjaman lahan warga.
Lahan penyimpanan lumpur sementara tersebut merupakan kawasan wisata
sehingga perlu koordinasi dengan pihak kecamatan cipondoh, warga masyarakat
pemilik daerah wisata dan pihak kepolisian sebagai pengatur lalu lintas.

e. Pengerjaan Pengerukan
Alternatif pentahapan pengerukan situ
Rancangan pendalaman Situ Cipondoh perlu mempertimbangkan teknis dan
pendanaan pada pengerukan. Mengeruk situ dalam satu tahap hampir tidak mungkin
mengingat luas dan kedalaman tanah yang harus dikeruk akan menjadi kubikasi tanah
yang besar. Kalaupun dapat dikeruk pada satu tahap, pemikiran mengenai
pemanfaatan tanah hasil kerukan perlu dilakukan secara tuntas.
Pengerukan situ cipondoh akan dibagi dalam beberapa tahapan pekerjaan.
Pekerjaan pengerukan akan ditentukan titik per titik. Hal ini dilakukan karena
pengerukan lumpur tidak harus di lokasi yang sudah dalam elevasi dasarnya. Namun,
pengerukan akan dilakukan pada titik titik tertentu di Situ Cipondoh dengan kedalaman
elevasi kurang dari 1,5 meter. Pada data sekunder, lokasi pengerukan akan dilakukan
pada areal utara dan timur. Sebagian besar yang mengalami pendangkalan adalah
dasar situ cipondoh bagian timur berbatasan dengan kecamatan Pinang. Di lokasi
tersebut juga terdapat jalan lingkungan milik warga masyarakat yang harus
diperhitungkan supaya alat berat pengeruk tidak merusak jalan lingkungan yang telah
terbangun.

II-7
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Pentahapan pengerukan situ dapat dilakukan dengan melakukan pengerukan


pada serangkaian titik kolam (detention pond) penampungan di sepanjang area
belalai Situ Cipondoh. Kolam-kolam tersebut dibuat dengan elevasi berbeda, dimana
dasar kolam paling selatan berada di elevasi tertinggi. Semakin ke arah utara lokasi
kolam berikutnya, semakin rendah pula elevasinya. Hal ini dilakukan untuk dapat
mengalirkan air dari satu kolam ke kolam lainnya melalui saluran-saluran air yang
memanfaatkan gravitasi. Pemanfaatan gravitasi bumi ini akan memudahkan teknis
sirkulasi air ini. Untuk jelasnya, ilustrasi kolam penampungan digambarkan di Gambar
II.2.

G AMBAR II.2 SKEMATIK PENANGANAN B ANJIR

II-8
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Gambar II.3 Titik Titik Rencana Pengerukan Situ Cipondoh

Tabel II.4 Estimasi Titik dan Volume Pengnerukan Situ Cipondoh

Lebar Kedalaman awal Kedalaman akhir Volume


Titik Jarak
No
(point) (meter)
(Meter) (Estimasi, meter) (Estimasi, meter) kumulatif

1 68-69 100 20 1.5 6 9000


2 69-71 300 32 1.5 6 43200
3 71-1 900 25 1.5 6 101250
4 1-2 300 23 1.5 6 31050
5 2-3 100 64 1.5 6 28800
6 3-4 300 100 1.5 6 135000
7 4-5 100 42 1.5 6 18900
8 5-6 100 88 1.5 6 39600
9 6-7 100 100 1.5 6 45000
10 7-8 100 62.8 1.5 6 28260
480060

Pengerjaan pengerukkan situ cipondoh berupa penyedotan lumpur dengan


menggunakan kapal keruk yang dioperasikan oleh nakhoda atau operator kapal.
Kapal keruk yang digunakan jenis kapal PMS MD-306/MD-315 dengan kapasitas
II-9
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

keruk 360 m3/jam, estimasi volume lumpur yang dapat dikeruk dapat dilihat pada
Tabel II.4.
Pengerukan situ dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung karakter area
yang akan dikeruk.

GAMBAR II.4 BERBAGAI T EKNIK PENGERUKAN


Perbedaan karakter antara area utara dan selatan Situ Cipondoh akan
memungkinkan atau bahkan mengharuskan penggunaan beberapa pendekatan
berbeda

Pemasukan alat berat dilakukan pada sisi sebelah utara dari situ cipondoh
kemudian mengeruk dimulai dari arah aliran keluar situ cipondoh sampai menuju
ke dalam situ cipondoh dengan Luasan yang dikeruk adalah 31 Ha dengan
kedalaman kerukan mencapai 3 meter, adapun volume lumpur yang dikeruk
diperkirakan sebesar 480.060 m3.

II-10
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.5 . Estimasi Volume Lumpur Yang Dikeruk


Kapasitas jumlah volume volume
Jumlah Jam kerja/hari
kapal keruk hari kerja lumpur/hari lumpur target
Kapal (Unit) (Jam)
(m3) (hari) (m3) (m3)
3 380 8 53 9120 483360

f. Pengangkutan Lumpur/Sedimen
Pengerjaan pengangkutan lumpur sedimen dimaksudkan untuk mengangkut
lumpur yang disimpan dilahan penyimpanan sementara. Pengangkutan lumpur
dilakukan pada malam hari pukul 22.00 05.00 WIB menggunakan dump truck
dengan kapasitas 12 m3. Lumpur yang berada pada lahan penyimpanan sementara
akan digunakan untuk menjadi tanah urug. Salah satunya untuk tanah pelapis TPA
Rawa Kucing. Estimasi jumlah dump truck yang digunakan adalah 132 unit.
Perhitungan estimasi jumlah dump truck yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel
II.6, berikut :
Tabel II.6. Estimasi Jumlah Dump Truck Yang Diperlukan
Volume
Kapasitas
Jumlah dump Jumlah lumpur Total volume
dump truck Trip/day
truck (unit) hari (Hari) terangkut terangkut (m3)
(m3)
/hari (m3)
137 12 5 60 8220 480060

II.4.3 Rona Lingkungan Awal


II.4.3.1 Gambaran Umum Situ Cipondoh
A. Lokasi
Situ Cipondoh merupakan situ terbesar di Tangerang yang letaknya berada di
Kecamatan Cipondoh. Situ Cipondoh berlokasi di sebelah Utara Jalan Tol Jakarta
Merak, sekitar 3 kilometer dari jalan tol. Meskipun berjarak relatif dekat dengan jalan
tol, Situ Cipondoh tidak memiliki akses langsung dari jalan tol Jakarta Merak. Akses
pintu tol terdekat adalah di Jalan M.H.Thamrin, sedangkan jalan menuju ke arah pusat
kota dan melalui Jalan Jend.Sudirman. Gambaran lokasi Situ Cipondoh dapat dilihat
pada Gambar II.5.

II-11
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Gambar II.5 Gambaran Lokasi Situ Cipondoh

- Bagian Utara
Bagian utara Situ Cipondoh berbatasan dengan Jalan Hasyim Ashari. Beberapa
kegiatan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah:
1. Perdagangan; terdiri dari rumah makan, toko, pedagang kaki lima dan
gerobak dorong yang sebagian besar menjajakan makanan.
2. Tempat rekreasi; berupa kawasan rekreasi yang sudah tertata rapi. Kegiatan
yang ditawarkan di area ini adalah sepeda air (bebek-bebekan), perahu
wisata, taman bermain, dan warung jajanan. Lokasi parkir di tempat rekreasi
ini sudah terkelola baik.
3. Tempat pemancingan; berupa lahan kosong di tepian situ yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan memancing.

- Bagian Selatan
Bagian selatan situ didominasi oleh persawahan, perkebunan, dan lahan
kosong. Beberapa kegiatan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah:
1. Jaring apung; dibuat dan dikelola oleh masyarakat sekitar, berjumlah sekitar
20 unit dengan ukuran yang beragam dan lokasi menyebar.
II-12
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

2. Tempat pemancingan; berupa lahan kosong yang ada di tepi situ dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memancing.

- Bagian Barat
Bagian barat situ ini terdapat Perumahan P&K. Kegiatan yang paling menonjol
dikawasan ini adalah:
1. Jaring Apung; kegiatan ternak ikan dalam jaring apung di kawasan ini sudah
teraglomerasi. Jumlah jaring apung di kawasan ini sekitar 80 unit yang terdiri
dari berbagai ukuran. Jaring apung ini dibangun dan dikelola oleh beberapa
orang yang sebagian besar bukan merupakan warga setempat.
2. Tempat Pemancingan, berupa lahan kosong yang ada di tepi situ dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memancing.

- Bagian Timur
Bagian timur situ merupakan kawasan permukiman dengan beberapa kegiatan
utama, seperti:
1. Perdagangan; terdiri dari warung-warung makanan, toko-toko peralatan
memancing, dan toko ikan hias.
2. Jaring Apung; berjumlah sekitar 10 unit tapi aktivitasnya tidak terlihat.

Dari hasil pengkajian diketahui bahwa luas Situ Cipondoh telah berubah. Sesuai
dengan data pada sertifikat Situ Cipondoh yang dikeluarkan pada tahun 1997, luas
Situ Cipondoh adalah sekitar 126 Ha. Pada pengkajian tahun 2008 lalu, diketahui luas
perairan situ dan lahan basah (rawa) di sekitamya hanya 103 Ha. Terjadinya
penurunan kondisi situ ini tidak terlepas dari permasalahan fisik seperti alih fungsi
lahan situ menjadi lahan terbangun dan pendangkalan situ karena proses sedimentasi
maupun permasalahan non fisik, seperti lemahnya peran kelembagaan Pemerintah
dan Pemerintah Provinsi Banten serta Pemerintah Kota Tangerang.

B. Keadaan Situ Cipondoh


Situ Cipondoh sebagai bagian dari sistem DAS memiliki fungsi penting, baik sebagai
tempat penampungan air guna pengendalian banjir, konservasi sumberdaya air
(pemasok air tanah) serta pengembangan ekonomi lokal, maupun tempat rekreasi
masyarakat disekitarnya. Situ Cipondoh pada umumnya menunjukkan penurunan
II-13
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

kondisi dan fungsi. Terjadinya penurunan kondisi situ ini tidak terlepas dari
permasalahan fisik seperti alih fungsi lahan situ menjadi lahan terbangun dan
pendangkalan situ karena proses sedimentasi maupun permasalahan non fisik.
Perkembangan area di sekitar Situ Cipondoh cenderung berkembang cepat dan
sporadis. Area pinggir situ kerap menjadi area pemasangan tangki septik, yang dalam
kondisi tertentu dapat menjadi sumber sekunder fosfor dalam air situ. Pemanfaatan
area Situ Cipondoh menjadi pertanian juga berpotensi untuk berkontribusi pada
peningkatan tingkat fosfor di perairan situ.

Gambar II.6 Pemanfaatan Area Pinggir Sungai Untuk Pertanian di Situ Cipondoh

Banyaknya masukan dari aktivitas manusia di sekitar area Situ Cipondoh


menyebabkan terjadinya sedimentasi yang bila tidak ditangani dengan baik berpotensi
terus menyusutkan luas badan airnya. Adanya kegiatan-kegiatan di sekitar tapak Situ
Cipondoh yang berpotensi menyebabkan eutrofikasi, seperti pertanian dan
perkembangan perumahan yang cepat (yang menyebabkan perkerasan) .
Berdasarkan data studi Master Plan Pengelolaan Situ Cipondoh, luas areal situ
awal di sebelum tahun 2008 adalah sebesar 142 hektar. Kemudian invetarisasi
dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota Tangerang dengan luasan Situ Cipondoh
eksisting sebesar 126,17 hektar. Penyusutan yang terjadi sebesar 16 hektar.
Kemudian, Situ Cipondoh mengalami penyusutan kembali di tahun 2015 menjadi
hanya 76 hektar, sehingga penyusutan wilayah basah menurun drastis hingga 50
hektar.

II-14
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Berikut ini merupakan gambaran umum penyusutan wilayah basah daerah Situ
Cipondoh yang mengalami penurunan sejak tahun studi 2008.

Gambar B.2 Luas Areal Basah Situ Cipondoh pada Tahun 2008

Gambar II.7 Luas Areal Basah Situ Cipondoh pada Tahun 2008

Gambar II.8 Luas Areal Basah Situ Cipondoh pada Tahun 2015

II-15
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

A. Langkah-langkah Rehabilitasi

1. Pengukuran Kembali dan Pematokan


Mengingat banyaknya perubahan yang telah terjadi terhadap Situ Cipondoh
sejak sertifikasi tanah, maka perlu dilakukan pengukuran dan pematokan
kembali badan air Situ Cipondoh. Patok-patok yang menandai badan air dan
sempadan 50 meter yang hilang dipasang kembali.

G AMBAR II.9 T ITIK PATOK PEMBATAS DELINEASI BADAN AIR S ITU CIPONDOH DAN
SEMPADAN 50 METERNYA

2. Rancangan Kedalaman dan Aliran Air Situ Cipondoh


Daya tampung situ
Untuk dapat menjalankan salah satu fungsinya sebagai pengendali banjir, daya
tampung Situ Cipondoh perlu disesuaikan dengan dinamika yang terjadi di
Kawasan Tangkapan Air atau Daerah Resapan Air yang ada di sekitarnya.
Gambar 5.3. mengilustrasikan kawasan bantaran situ yang akan mempengaruhi
kebutuhan daya tampungnya. Logikanya, bila situ ini adalah situ buatan di masa
kolonial Belanda, kapasitasnya sekarang belum tentu masih dapat
mengakomodasi perubahan yang terjadi di sekeliling situ.

Berdasarkan analisis daya tampung Situ pada studi master plan Situ
Cipondoh pada tahun 2008. Faktor meningkat pesatnya perubahan tutupan lahan
menjadi perkerasan akan sangat berpengaruh terhadap daya tampung situ. Tutupan
lahan berupa perkerasan yang dilakukan tanpa kompensasi teknis, misalnya dengan
II-16
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

sumur resapan, akan mengakibatkan berkurang drastisnya volume air yang dapat
meresap ke dalam tanah dalam perjalanan menuju badan air situ.
Untuk memperhitungkan secara kasar kapasitas (volume) situ dapat
digunakan rumus sebagai berikut:

qp = C x i x A

dimana C = koefisien air limpasan (lihat Tabel 5.2), i = intensitas hujan, dan
A adalah area yang akan ditampung. Perhitungan ini dapat menjadi indikator awal
apakah ada perubahan signifikan terhadap kebutuhan kapasitas situ yang diakibatkan
oleh perubahan guna lahan yang terjadi di sekitarnya. Perhitungan ini perlu diikuti
dengan perhitungan yang lebih rinci dengan unit-unit yang lebih lengkap.

T ABEL II.7 KOEFISIEN RUN O FF


Tipe Area Drainase C ( Koefisien Run Off )
Area Komersial
Bisnis Ritel 0.75 - 0.90
Area Industri 0.50 - 0.70
Area Permukiman
Keluarga tunggal 0.30 - 0.50
Apartemen 0.40 - 0.75
Taman dan pemakaman 0.10 - 0.25
Halaman sekolah 0.20 - 0.35
Area yang belum 0.10 - 0.30
dikembangkan
Jalan Bebas Hambatan dan
Jalan
Aspal 0.70 - 0.95
Beton 0.80 - 0.95
Paving 0.70 - 0.85
Tanah / batu 0.70 - 0.85
Beratap 0.75 - 0.95
Halaman dan Area Hijau
Tanah berpasir, 2% 0.05 - 0.10
Tanah berpasir, 2-7% 0.10 - 0.15
Tanah berpasir, 7% 0.15 - 0.20
Tanah kohesif (padat) 2% 0.13 - 0.17
Tanah kohesif 2-7% 0.18 - 0.22
Tanah kohesif 7% 0.25 - 0.35

II-17
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Dengan perhitungan bahwa mayoritas lahan di sekitar Situ Cipondoh berfungsi


sebagai permukiman dengan koefisien run off sebesar 0.5; luas area Situ Cipondoh
sebesar 1678 Ha; dan intensitas curah hujan Kota Tangerang 10.0 mm/jam, dapat
disimpulkan bahwa daya tampung Situ Cipondoh adalah sebesar 83.900 m3/jam.

II.4.3.2 Komponen Lingkungan


A. Kondisi Kualitas Air
Kualitas air permukaan diuji di laboratorium, sample air diambil beberapa titik
yaitu: Pengukuran air permukaan Pulau Buatan, Area danau depan kecamatan, Area
tengah danau, Pintu air outlet utama. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa BOD 5
melebihi baku mutu yang berarti kandungan organik dalam air pemukaan situ cipondoh cukup
tinggi. Kandungan organik ini menunjukkan adanya potensi kandungan bakteri yang cukup
tinggi yang berarti air yang berada di situ cipondoh sudah tercemar.

II-18
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.8
Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Pulau Buatan)
Baku
Parameter Uji Hasil Uji Satuan Metode
Mutu
No.
Ref. Gov.
Parameters Result Unit Methode
Std.
A. Fisika
Udara
1 Suhu (Insitu) *) 32,8 C SNI 06-6989.23-2005
3C
2 Zat padat terlarut (TDS) 1000 208 mg/L SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) 50 88 mg/L SNI 06-6989.3-2004
B. Kimia
1 pH (Insitu) *) 6-9 7.99 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air raksa (Hg) 0,002 < 0,0005 mg/L SNI 19-6989.78-2011
3 Arsen (As) 1 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.54-2005
4 Boron (B) 1 0.03 mg/L SNI 06-2481 - 1991
5 Oksigen terlarut (DO) (Insitu) 4 3.2 mg/L SNI 06-6969.14-2004
6 Fluorida (F) 1,5 0,10 mg/L SNI 06-6989.3-2004
7 Fenol 0,001 < 0,001 mg/L SNI 06-6989.21-2004
8 Fosfat total (PO-P) 0,2 0.07 mg/L SNI 06-6989.31-2004
9 Kadmium (Cd) 0,01 < 0,003 mg/L SNI 06-6989.16-2009
10 Khromium VI (Cr ) 0,05 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.53-2010
11 Kobalt (Co) 0,2 < 0,02 mg/L SNI 06-6989.68-2009
12 Khlorin bebas (Cl) 0,03 < 0,01 mg/L HACH
13 Minyak lemak 1 0.4 mg/L HACH
14 Nitrat (NON) 10 0.6 mg/L SNI 06-6989.79-2011
15 Nitrit (NON) *) 0,06 0.006 mg/L SNI 06-6989.9-2004
16 Selenium (Se) 0,05 < 0,002 mg/L Std. Method (Ed 21 ) 3500-Se
17 Seng (Zn) 0,05 0.02 mg/L SNI 06-6989.7-2009
18 Slanida (CN) 0,02 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.77-2011
19 Sulfida (HS) 0,002 < 0,002 mg/L SNI 06-6989.70-2009
20 Surfaktan anion (MBAS) 0,2 0.12 mg/L SNI 06-6989.51-2005
21 Tembaga (Cu) *) 0,02 < 0,013 mg/L SNI 06-6989.6-2009
22 Timbal (Pb) 0,03 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.8-2004
23 BOD 3 15 mg/L SNI 06-6989.72-2009
24 COD *) 25 44 mg/L SNI 06-6989.15-2004
C. Mikrobilologi
1 Fecal Coliform 1,000 930 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 E-2012
2 Total Coliform 5,000 1,500 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 B-2012

II-19
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.9
Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Area Danau Depan Kecamatan)
Parameter Uji Baku Mutu Hasil Uji Satuan Metode
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Result Unit Methode
A. Fisika
1 Suhu (Insitu) *) Udara 3C 32,3 C SNI 06-6989.23-2005
Zat padat terlarut
2 1000 213 mg/L SNI 06-6989.27-2005
(TDS)
Zat padat
3 50 82 mg/L SNI 06-6989.3-2004
tersuspensi (TSS)
B. Kimia
1 pH (Insitu) *) 9-Jun 8,76 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air raksa (Hg) 0,002 < 0,0005 mg/L SNI 19-6989.78-2011
3 Arsen (As) 1 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.54-2005
4 Boron (B) 1 0,02 mg/L SNI 06-2481 - 1991
Oksigen terlarut
5 4 3,3 mg/L SNI 06-6969.14-2004
(DO) (Insitu)
6 Fluorida (F) 1,5 0,09 mg/L SNI 06-6989.3-2004
7 Fenol 0,001 < 0,001 mg/L SNI 06-6989.21-2004
Fosfat total (PO-
8 0,2 0,10 mg/L SNI 06-6989.31-2004
P)
9 Kadmium (Cd) 0,01 < 0,003 mg/L SNI 06-6989.16-2009
Khromium VI (Cr
10 0,05 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.53-2010
)
11 Kobalt (Co) 0,2 < 0,02 mg/L SNI 06-6989.68-2009
Khlorin bebas
12 0,03 < 0,01 mg/L HACH
(Cl)
13 Minyak lemak 1 0,2 mg/L HACH
14 Nitrat (NON) 10 0,4 mg/L SNI 06-6989.79-2011
15 Nitrit (NON) *) 0,06 0,007 mg/L SNI 06-6989.9-2004
16 Selenium (Se) 0,05 < 0,002 mg/L Std. Method (Ed 21 ) 3500-Se
17 Seng (Zn) 0,05 0,02 mg/L SNI 06-6989.7-2009
18 Slanida (CN) 0,02 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.77-2011
19 Sulfida (HS) 0,002 < 0,002 mg/L SNI 06-6989.70-2009
Surfaktan anion
20 0,2 0,13 mg/L SNI 06-6989.51-2005
(MBAS)
21 Tembaga (Cu) *) 0,02 < 0,013 mg/L SNI 06-6989.6-2009
22 Timbal (Pb) 0,03 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.8-2004
23 BOD 3 12 mg/L SNI 06-6989.72-2009
24 COD *) 25 38 mg/L SNI 06-6989.15-2004
C. Mikrobilologi
1 Fecal Coliform 1,000 1,500 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 E-2012
2 Total Coliform 5,000 2,100 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 B-2012

II-20
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.10
Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Area Tengah Danau)
Parameter Uji Baku Mutu Hasil Uji Satuan Metode
No. Ref. Gov.
Parameters Result Unit Methode
Std.
A. Fisika
Udara
1 Suhu (Insitu) *) 32,8 C SNI 06-6989.23-2005
3C
Zat padat terlarut
2 1000 195 mg/L SNI 06-6989.27-2005
(TDS)
Zat padat
3 50 77 mg/L SNI 06-6989.3-2004
tersuspensi (TSS)
B. Kimia
1 pH (Insitu) *) 9-Jun 8,46 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air raksa (Hg) 0,002 < 0,0005 mg/L SNI 19-6989.78-2011
3 Arsen (As) 1 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.54-2005
4 Boron (B) 1 0,02 mg/L SNI 06-2481 - 1991
Oksigen terlarut
5 4 3,4 mg/L SNI 06-6969.14-2004
(DO) (Insitu)
6 Fluorida (F) 1,5 0,07 mg/L SNI 06-6989.3-2004
7 Fenol 0,001 < 0,001 mg/L SNI 06-6989.21-2004
8 Fosfat total (PO-P) 0,2 0,08 mg/L SNI 06-6989.31-2004
9 Kadmium (Cd) 0,01 < 0,003 mg/L SNI 06-6989.16-2009
10 Khromium VI (Cr ) 0,05 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.53-2010
11 Kobalt (Co) 0,2 < 0,02 mg/L SNI 06-6989.68-2009
12 Khlorin bebas (Cl) 0,03 < 0,01 mg/L HACH
13 Minyak lemak 1 0,2 mg/L HACH
14 Nitrat (NON) 10 0,5 mg/L SNI 06-6989.79-2011
15 Nitrit (NON) *) 0,06 0,007 mg/L SNI 06-6989.9-2004
Std. Method (Ed 21 ) 3500-
16 Selenium (Se) 0,05 < 0,002 mg/L
Se
17 Seng (Zn) 0,05 0,02 mg/L SNI 06-6989.7-2009
18 Slanida (CN) 0,02 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.77-2011
19 Sulfida (HS) 0,002 < 0,002 mg/L SNI 06-6989.70-2009
Surfaktan anion
20 0,2 0,11 mg/L SNI 06-6989.51-2005
(MBAS)
21 Tembaga (Cu) *) 0,02 < 0,013 mg/L SNI 06-6989.6-2009
22 Timbal (Pb) 0,03 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.8-2004
23 BOD 3 8 mg/L SNI 06-6989.72-2009
24 COD *) 25 31 mg/L SNI 06-6989.15-2004
C. Mikrobilologi
1 Fecal Coliform 1,000 930 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 E-2012
2 Total Coliform 5,000 1,500 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 B-2012

II-21
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.11
Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Pintu Air Outlet Utama)
Parameter Uji Baku Mutu Hasil Uji Satuan Metode
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Result Unit Methode
A. Fisika
1 Suhu (Insitu) *) Udara 3C 33,1 C SNI 06-6989.23-2005
Zat padat terlarut
2 1000 190 mg/L SNI 06-6989.27-2005
(TDS)
Zat padat tersuspensi
3 50 73 mg/L SNI 06-6989.3-2004
(TSS)
B. Kimia
1 pH (Insitu) *) 9-Jun 8,87 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air raksa (Hg) 0,002 < 0,0005 mg/L SNI 19-6989.78-2011
3 Arsen (As) 1 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.54-2005
4 Boron (B) 1 0,02 mg/L SNI 06-2481 - 1991
Oksigen terlarut (DO)
5 4 3,8 mg/L SNI 06-6969.14-2004
(Insitu)
6 Fluorida (F) 1,5 0,07 mg/L SNI 06-6989.3-2004
7 Fenol 0,001 < 0,001 mg/L SNI 06-6989.21-2004
8 Fosfat total (PO-P) 0,2 0,09 mg/L SNI 06-6989.31-2004
9 Kadmium (Cd) 0,01 < 0,003 mg/L SNI 06-6989.16-2009
10 Khromium VI (Cr ) 0,05 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.53-2010
11 Kobalt (Co) 0,2 < 0,02 mg/L SNI 06-6989.68-2009
12 Khlorin bebas (Cl) 0,03 < 0,01 mg/L HACH
13 Minyak lemak 1 0,2 mg/L HACH
14 Nitrat (NON) 10 0,6 mg/L SNI 06-6989.79-2011
15 Nitrit (NON) *) 0,06 0,009 mg/L SNI 06-6989.9-2004
Std. Method (Ed 21 ) 3500-
16 Selenium (Se) 0,05 < 0,002 mg/L
Se
17 Seng (Zn) 0,05 0,02 mg/L SNI 06-6989.7-2009
18 Slanida (CN) 0,02 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.77-2011
19 Sulfida (HS) 0,002 < 0,002 mg/L SNI 06-6989.70-2009
Surfaktan anion
20 0,2 0,18 mg/L SNI 06-6989.51-2005
(MBAS)
21 Tembaga (Cu) *) 0,02 < 0,013 mg/L SNI 06-6989.6-2009
22 Timbal (Pb) 0,03 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.8-2004
23 BOD 3 12 mg/L SNI 06-6989.72-2009
24 COD *) 25 40 mg/L SNI 06-6989.15-2004
C. Mikrobilologi
1 Fecal Coliform 1,000 430 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 E-2012
2 Total Coliform 5,000 930 MPN/100ml APHA Ed.22nd9221 B-2012

II-22
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.12
Hasil Pengukuran Kualitas Air Situ Cipondoh dan Baku Mutu
(Air Permukaan Dekat Pemukiman)
Parameter Uji Baku Mutu Hasil Uji Satuan Metode
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Result Unit Methode
A. Fisika
1 Suhu (Insitu) *) Udara 3C 32,8 C SNI 06-6989.23-2005
Zat padat terlarut
2 1000 195 mg/L SNI 06-6989.27-2005
(TDS)
Zat padat tersuspensi
3 50 69 mg/L SNI 06-6989.3-2004
(TSS)
B. Kimia
1 pH (Insitu) *) 9-Jun 8,09 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air raksa (Hg) 0,002 < 0,0005 mg/L SNI 19-6989.78-2011
3 Arsen (As) 1 < 0,0005 mg/L SNI 06-6989.54-2005
4 Boron (B) 1 0,02 mg/L SNI 06-2481 - 1991
Oksigen terlarut (DO)
5 4 3,6 mg/L SNI 06-6969.14-2004
(Insitu)
6 Fluorida (F) 1,5 0,08 mg/L SNI 06-6989.3-2004
7 Fenol 0,001 < 0,001 mg/L SNI 06-6989.21-2004
8 Fosfat total (PO-P) 0,2 0,11 mg/L SNI 06-6989.31-2004
9 Kadmium (Cd) 0,01 < 0,003 mg/L SNI 06-6989.16-2009
10 Khromium VI (Cr ) 0,05 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.53-2010
11 Kobalt (Co) 0,2 < 0,02 mg/L SNI 06-6989.68-2009
12 Khlorin bebas (Cl) 0,03 < 0,01 mg/L HACH
13 Minyak lemak 1 0,2 mg/L HACH
14 Nitrat (NON) 10 0,4 mg/L SNI 06-6989.79-2011
15 Nitrit (NON) *) 0,06 0,007 mg/L SNI 06-6989.9-2004
Std. Method (Ed 21 )
16 Selenium (Se) 0,05 < 0,002 mg/L
3500-Se
17 Seng (Zn) 0,05 0,02 mg/L SNI 06-6989.7-2009
18 Slanida (CN) 0,02 < 0,005 mg/L SNI 06-6989.77-2011
19 Sulfida (HS) 0,002 < 0,002 mg/L SNI 06-6989.70-2009
Surfaktan anion
20 0,2 0,16 mg/L SNI 06-6989.51-2005
(MBAS)
21 Tembaga (Cu) *) 0,02 < 0,013 mg/L SNI 06-6989.6-2009
22 Timbal (Pb) 0,03 < 0,01 mg/L SNI 06-6989.8-2004
23 BOD 3 10 mg/L SNI 06-6989.72-2009
24 COD *) 25 36 mg/L SNI 06-6989.15-2004
C. Mikrobilologi
APHA Ed.22nd9221
1 Fecal Coliform 1,000 1,500 MPN/100ml
E-2012
APHA Ed.22nd9221
2 Total Coliform 5,000 2,100 MPN/100ml
B-2012

II-23
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

B. Kualitas Udara
Kualitas udara dilokasi kegiatan diperoleh dengan cara melakukan pengakuran
secara langsung di lokasi kegiatan rencana pengerukan situ cipondoh. Parameter
kualitas udara yang diukur meliputi komposisi dan kosentrasi gas (SO2, NOx, NH3 dan
H2S) serta debu. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, sebagaimana terlihat pada
Tabel II.13. Dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di lokasi kegiatan rencana
pengerukan situ cipondoh di koridor Jalan Hasyim Ashari masih baik.

Tabel II.13
Pengukuran Udara Ambient Depan Kantor Kecamatan Cipondoh
Parameter Uji Baku Mutu Waktu Pengukuran Hasil Uji Satuan
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Measurement Time Result Unit
1 Sulfur Dioksida (SO2)*) 900 24 Jam 30 g/Nm3
2 Karbon Monoksida (CO) 30,000 24 Jam 2,437 g/Nm3
3 Nitrogen Dioksida (NO2)*) 400 24 Jam 25 g/Nm3
4 Oksidan (O3)*) 235 1 Jam 40 g/Nm3
5 Hidrokarbon (HC) 160 3 Jam 99 g/Nm3
6 Debu (TSP)*) - 24 Jam 79 g/Nm3
7 Timbal (Pb)*) - 24 Jam < 0,08 g/Nm3
Sumber: Pengukuran dan Analisa Laboratorium PT. Kehati Lab Indonesia 2015
Keterangan : Metode Sampling SNI 6989.57 - 2008
Baku Mutu : PP No 82 Tahun 2001

Tabel II.14
Pengukuran Udara Ambient Kawasan Wisata Danau Cipondoh
Parameter Uji Baku Mutu Waktu Pengukuran Hasil Uji Satuan
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Measurement Time Result Unit
1 Sulfur Dioksida (SO2)*) 900 24 Jam 29 g/Nm3
2 Karbon Monoksida (CO) 30,000 24 Jam 2,979 g/Nm3
3 Nitrogen Dioksida (NO2)*) 400 24 Jam 16 g/Nm3
4 Oksidan (O3)*) 235 1 Jam 36 g/Nm3
5 Hidrokarbon (HC) 160 3 Jam 138 g/Nm3
6 Debu (TSP)*) - 24 Jam 81 g/Nm3
7 Timbal (Pb)*) - 24 Jam < 0,08 g/Nm3
Sumber: Pengukuran dan Analisa Laboratorium PT. Kehati Lab Indonesia 2015
Keterangan : Metode Sampling SNI 6989.57 - 2008
Baku Mutu : PP No 82 Tahun 2001

II-24
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.15
Pengukuran Udara Ambient Pemukiman Penduduk
Parameter Uji Baku Mutu Waktu Pengukuran Hasil Uji Satuan
No.
Parameters Ref. Gov. Std. Measurement Time Result Unit
1 Sulfur Dioksida (SO2)*) 900 24 Jam 33 g/Nm3
2 Karbon Monoksida (CO) 30,000 24 Jam 3,551 g/Nm3
3 Nitrogen Dioksida (NO2)*) 400 24 Jam 26 g/Nm3
4 Oksidan (O3)*) 235 1 Jam 37 g/Nm3
5 Hidrokarbon (HC) 160 3 Jam 106 g/Nm3
6 Debu (TSP)*) - 24 Jam 86 g/Nm3
7 Timbal (Pb)*) - 24 Jam < 0,08 g/Nm3
Sumber: Pengukuran dan Analisa Laboratorium PT. Kehati Lab Indonesia 2015
Keterangan : Metode Sampling SNI 6989.57 - 2008
Baku Mutu : PP No 82 Tahun 2001

C. Kebisingan
Tingkat kebisingan dilokasi kegiatan diperoleh dengan cara melakukan pengakuran
secara langsung di lokasi kegiatan rencana pengerukan situ cipondoh. Berdasarkan
hasil analisis laboratorium tingkat kebisingan di beberapa titik lokasi sekitar
pengerukan situ cipondoh 62-70 dBA yang menunjukkan masih dibawah baku mutu
yang ditetapkan sebesar 70 dBA, sebagaimana terlihat pada Tabel II.16. Dapat
disimpulkan bahwa kualitas udara di lokasi kegiatan rencana pengerukan situ
cipondoh di kori-dor Jalan Hasyim Ashari masih baik.

II-25
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.16
Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Di sekitar Lokasi Normalisasi Situ
Cipondoh
Lokasi Contoh Kode Sampel Waktu Pengukuran Leq Hasil* Satuan
Sampling Location Sample No. Measurement Time Leq Result Unit
Pemukiman L1. 07.00
Penduduk L2. 10.00
Siang (Ls) 62
L3. 15.00
L4. 20.00
484 - 4/13 L5. 23.00 dB(A)
L6. 01.00 Malam (Lm) 53
S 06 11 40. 55 L7. 04.00
E 106 40 30. 08 24 jam Siang-Malam (Lsm) 57
Depan Kantor L1. 07.00
Kec.Cipondoh L2. 10.00
Siang (Ls) 70
L3. 15.00
L4. 20.00
S 06 11 40. 23 484 -5/13 L5. 23.00 dB(A)
E 106 40 35. 73 L6. 01.00 Malam (Lm) 60
L7. 04.00
24 jam Siang-Malam (Lsm) 65
Kawasan Wisata L1. 07.00
Danau Cipondoh L2. 10.00
Siang (Ls) 67
L3. 15.00
L4. 20.00
484 - 6/13 dB(A)
L5. 23.00
L6. 01.00 Malam (Lm) 57
S 06 11 41. 17 L7. 04.00
E 106 40 33. 71 24 jam Siang-Malam (Lsm) 62

II.4.3.3 Komponen Sosekbud


A. Kependudukan
Berdasarkan laporan administrasi kependudukan, jumlah penduduk
Kecamatan Cipondoh adalah : 250.741 jiwa dengan jumlah keluarga dengan
rincian Laki-Laki 126.901 jiwa dan Perempuan 123.840 jiwa sedangkan jumlah
penduduk Kecamatan Cipinang adalah 179.561 dengan rincian Laki-laki
91.310 jiwa dan perempuan 88.251 jiwa. Data lengkap mengenai penduduk
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Cipinang dapat dilihat pada Tabel II.17
dan Tabel II.18.

II-26
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.17
Penduduk Kecamatan Situ Cipondoh
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Rasio (%)
1 Laki-laki 126.901 50,61 %
2 Perempuan 123.840 49,39 %
3 Jumlah 250.741 100
Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Daerah Kota Tangerang,2014.

Tabel II.18
Penduduk Kecamatan Situ Cipinang
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Rasio (%)
1 Laki-laki 91.310 50,85 %
2 Perempuan 88.251 49,15 %
3 Jumlah 179.561 100

Berdasarkan data pada Tabel II.17 dan Tabel II.18 , dapat disimpulkan bahwa
rasio yang ada, masyarakat Kecamatan Cipondoh relatif berimbang antara
penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.

B. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Cipondoh didominasi oleh penduduk
dengan tingkat pendidikan Sarjana Magister (S-2) dengan jumlah 703 jiwa
sedangkan yang tamat SLTA hanya mencapai 67 jiwa dan tingkat pendidikan
Kecamatan Pinang didominasi penduduk dengan tingkat pendidikan Sarjana
Magister (S-2) dengan jumlah 697 jiwa dan SLTA dengan jumlah 54 jiwa.
Selengkapnya tingkat pendidikan di wilayah studi ditunjukkan pada Tabel II.19
berikut :

II-27
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel II.19
Jumlah Penduduk Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang
Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Kecamatan Cipondoh Kecamatan Pinang
Tidak Sekolah 37 35
SD 24 17
SLTP 25 21
SLTA 67 54
Diploma 6 5
S-1 12 10
S-2 703 697
S-3 46 44
Jumlah 920 883
Sumber : SLHD KotaTangerang Dalam angka 2014

C. Mata Pencaharian Warga Kecamatan Cipondoh


Jenis mata pencaharian masyarakat Kecamatan Cipondoh berdasarkan hasil
survey lapangan dengan jumlah responden 30 responden seperti pada Tabel
II.20.
Tabel II.20. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Warga Kecamatan Cipondoh
1 Pedagang 16
2 Swasta 7
3 Buruh 7
Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2015.

II-28
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

BAB III

DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

III.1 TAHAP PRAKONTRUKSI


Kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak pada tahap ini adalah :
a. Studi, Survey Penelitian dan Perencanaan
Pada tahap akan terjadi interaksi sosial awal dengan prakiraan dampak adalah
terjadinya persepsi dan keresahan masyarakat. Perpsepsi yang timbul dapat
berupa dampak positif terhadap perbaikan kualitas infrastruktur lingkungan untuk
masa yang akan datang dengan harapan adanya tingkat kemajuan ekonomi lokal
di sepanjang jalan tersebut. Persepsi masyarakat akan timbul pula dalam bentuk
harapan akan kesempatan kerja dan berusaha pada tahap kontruksi. Sebagai
dampak terusan dari persepsi ini sekaligus tolak ukur dampak adalah adanya
dukungan dari masyarakat untuk rencana kegiatan.

Dampak persepsi negatif muncul dalam bentuk keresahan masyarakat dimana


diprakirakan akan terjadi pada masyarakat yang memiliki bangunan pada area
pembebasan lahan, terlebih area tersebut merupakan kawasan perdagangan,
rekreasi dan pemancingan seperti ditunjukkan oleh Jalan Hasyim Ashori.
Keresahan masyarakat timbul dalam bentuk rasa ketakutan kompensasi tanah dan
bangunan serta keresahan akan mengurangi bahkan kehilangan tempat
berjualan/toko-toko yang telah mereka tempati. Tolak ukur dampak ini adalah
adanya usulan masyarakat terhadap rencana kegiatan hingga penolakan rencana
kegiatan normalisasi situ cipondoh. Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat sebanyak 30 respoden disepanjang koridor jalan menunjukkan bahwa
:

III-1
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel III.1
Tanggapan Masyarakat Terhadap Proyek
No Tanggapan Hasil
I Informasi Kegiatan
1 Mendengar & Memahami 83.3 %
Mendengar Tidak
2 16.7 %
Memahami
3 Tidak Tahu 0%
II Tingkat Persepsi
1 Setuju 80 %
2 Tidak Setuju 0%
3 Setuju Dengan Syarat 20 %
4 Tidak Mengerti 0%

III.2 TAHAP KONTRUKSI


a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat selama tahap kontruksi adalah 30 orang
merupakan peluang dan kesempatan kerja serta peningkatan perekonomian yang
dapat dimanfaatkan serta diperoleh oleh masyarakat sekitar Jalan Hasyim Ashori.
Harapan ini adalah sebagai bentuk realisasi dari dampak persepsi masyarakat
yang telah terbentuk pada tahap prakontruksi. Tolak ukur dari dampak ini adalah
jumlah masyarakat Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh yang menjadi
tenaga kerja pada kegiatan. Adapun dampak lain yang diprakirakan terjadi adalah
kecemburuan sosial akibat mayoritas tenaga kerja bukan berasal dari masyarakat
lokal.

Tolak ukur dari dampak kecemburuan sosial adalah adanya perselisihan antara
masyarakat dengan tenaga kerja diiringi dengan tindak kekerasan dan
pengrusakan terhadap mess/basecamp.

Berdasarkan data survey lapangan dengan responden 30 responden maka jumlah


penduduk yang bekerja disektor kontruksi digolongkan dalam jenis
pertukangan/tukang bangunan sebanyak 7 orang. Kontribusi berdasarkan data
hasil survey lapangan 29 % dianggap sebagai dampak potensial penting.

III-2
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Dampak dari terserapnya tenaga kerja tersebut akan membeikan dampak terusan
berupa pendapatan masyarakat dengan tolak ukur dan besaran dampak sebagai
berikut :
Total tenaga kerja/buruh : 30 orang
Asumsi total tenaga kerja lokal (80%) : 24 orang
Asumsi rata-rata upah : Rp. 50.000
Jumlah Upah per hari : Rp. 1.500.000
Jumlah Upah perbulan (24 hari) : Rp. 36.000.0000
Jumlah Upah selama proyek (6 bulan) : Rp. 216.000.0000

b. Mobilisasi Alat
Kegiatan mobilisasi alat dimana terdapat sejumlah alat berat yang akan dibebankan
pada koridor Jalan Hasyim Ashori yang memilliki lebar rata-rata 6 meter
diprakirakan akan terjadi dampak berupa bangkitan lalulintas dan antrian lalulintas.
Dampak ini bersifat insidentil dan tidak menerus. Tolak ukur dampak adalah
terjadinya bangkitan lalulintas sejumlah kendaraan yang dimobilisasi dan terjadinya
antrian kendaraan akibat terganggunya lajur lalulintas dan pelambatan kecepatan
kendaraan. Besaran dampak yang terjadi ditenggang berdasarkan hasil
pengamatan bahwa volume kendaraan yang melalui koridor jalan ini rata-rata
adalah 5-6 kendaraan per menit dengan rata-rata kecepatan 40 km/jam. Sehingga
jika terjadi pelambatan kecepatan kemungkinan akan terjadi antrian kendaraan
sebanyak 2 hingga 3 antrian kendaraan. Besaran dampak relatif kecil dan
ditenggang tidak berpotensi penting.

c. Pekerjaan Persiapan
Kegiatan persiapan ini meliputi mobilisasi alat di lahan kosong sebelum dilakukan
pengerukan yang direncanakan dekat dengan pergudangan pabrik, pembuatan
base camp tenaga kerja dan penyiapan lahan parkir alat berat. Besaran dampak
yang terjadi yaitu penurunan kualitas udara akibat mobilisasi alat di lahan kosong,
peningkatan limbah cair domestik dan limbah padat yang berasal dari pembuatan
basecamp.

III-3
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

d. Pembersihan dan Penyiapan Penyimpanan Sementara Sedimen


Pembersihan dan penyimpanan sementara sedimen sementara sesuai dengan
tujuan kegiatan adalah memperdalam elevasi dasar situ cipondoh. Oleh karena itu
dampak yang akan terjadi seara langsung terhadap objek kegiatan yaitu
hilangnya/musnahnya flora/tumbuhan/ pohon yang terdapat di dalam lingkungan
air situ cipondoh kemudian diiringi dengan terjadinya migrasi hewan-hewan yang
semula berhabitasi di area tersebut. Dampak terusan yang diprakirakan terjadi
adalah menurunnya kualitas udara. Hal ini disebabkan oleh lalu lintas alat berat
yang beroperasi sepanjang jalan Hasyim Ashari. Tolak ukur dampak yang terjadi
adalah hilangnya flora dan fauna disekitar Jalan Hasyim Ashari dan situ cipondoh

Dampak yang diprakirakan terjadi adalah adanya gangguan lalulintas dari kegiatan
pembersiahan lahan dimana dampak yang terjadi dalam bentuk antrian kendaraan
yang diakibatkan oleh :
Operasional alat berat dan pekerja (khusus pada bangunan yang berada
pada daerah pinggir jalan)
Material sedimen lumpur yang tercecer disepanjang Jalan Hasyim Ashari
Masyarakat yang menonton pengerukkan situ cipondoh termasuk
pengemudi kendaraan yang melalui ruas jalan pada pengerukkan situ
cipondoh.

e. Pengerjaan Pengerukan
Pengerjaan pengerukan sesuai dengan tujuan kegiatan adalah memperdalam
elevasi dasar situ cipondoh. Oleh karena itu dampak yang akan terjadi seara
langsung terhadap objek kegiatan yaitu hilangnya/musnahnya flora/tumbuhan/
pohon yang terdapat di dalam lingkungan air situ cipondoh kemudian diiringi
dengan terjadinya migrasi hewan-hewan yang semula berhabitasi di area tersebut.
Dampak terusan yang diprakirakan terjadi adalah menurunnya kualitas udara,
hilangnya flora dan fauna disekitar situ cipondoh, terjadinya kecelakaan kerja pada
kapal keruk saat beroperasi untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja
adalah: 1) memberikan penyuluhan kepada para pekerja tentang prosedur kerja
yang benar, termasuk bagaimana mengoperasikan alat-alat yang ada
2) memberikan kepada para pekerja alat alat yang terkait dengan keselamatan
III-4
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

pekerja, seperti helm, safety shoes, sarung tangan dan kacamata yang memenuhi
standar K3 3) menyiapkan kotak P3K yang berisi obat-obatan untuk keadaan
darurat seperti obat merah, perban, salep, dan lain-lain.

f. Pengangkutan Lumpur/Sedimen
Besaran dampak yang terjadi pada pengerjaan pengangkutan lumpur sedimen
dilahan penyimpanan sementara yang dilakukan pada malam hari pukul 22.00
05.00 WIB menggunakan dump truck dengan kapasitas 12 m3 adalah terjadinya
bangkitan lalu lintas pada malam hari yang disebabkan beroperasinya truk
pengangkut sedimen/lumpur, peningkatan kebisingan yang disebabkan oleh
beroperasinya alat berat dan truck pengangkut sedimen.

II.3 Tahap Operasional


a. Pemeliharaan Situ
Situ Cipondoh memiliki banyak manfaat bagi warga sekita situ cipondoh yang
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Sebagai tempat penyimpanan
kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau
dari sumber-sumber air bawah tanah 2) Sebagai bagian dari sistem tata air yang
berperan dalam mencegah banjir di kawasan-kawasan situ cipondoh 3) Sebagai
tempat wisata. Dari berbagai kegiatan tersebut akan memberi dampak pada situ,
besaran dampak yang akan terjadi adalah peningkatan limbah cair domestik
(pemukiman, restoran dan lain-lain) dan limbah padat yang dapat menyebabkan
pendangkalan situ cipondoh.

III-5
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

BAB IV
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kegiatan normalisasi (pengerukan) situ
Cipondoh dijelaskan dalam tabel pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai tahapan
pekerjaan sebagai berikut :

IV.1 TAHAP PRAKONTRUKSI

a. Studi, Survey Penelitian dan Perencanaan

IV.2 TAHAP KONTRUKSI


a. Mobilisasi Tenaga Kerja
b. Mobilisasi Alat
c. Pekerjaan Persiapan
d. Pembersihan dan Penyiapan Lahan Penyimpanan Sementara Lumpur
e. Pengerjaan Pengerukkan Situ Cipondoh
f. Pengangkutan Lumpur (Sedimen)

IV.3 TAHAP OPERASIONAL


a. Pemeliharaan Sarana Situ Cipondoh

IV-1
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Tabel IV.1
PROGRAM PENGELOLAAN dan PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
Sumber PENGELOLAAN
No Jenis Dampak Besaran Dampak
Dampak LOKASI PERIODE METODE LOKASI PERIODE DAN
UPAYA PENGELOLAAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN

I TAHAP PRAKONTRUKSI
- Observasi - Masyarakat di
1. Persepsi Kecamatan Cipondoh Selama Pelaksana :
- Setuju - Konsultasi Masyarakat langsung di koridor Jalan Selama Prakontruksi
Masyarakat dan Kecamatan Pinang Prakontruksi PT.Arenco Binatama
lapangan Hasyim Ashari
- Penerapan pertimbangan - Surat tanggapan/ Pengawas : - Camat
2. Keresahan
- Tidak Setuju lingkungan dalam proses keluhan dan Kepala Desa
Studi, Survey Masyarakat
perencanaan masyarakat Cipondoh
A Penelitian dan
Perencanaan - Setuju bersyarat Pelaporan :

- Sumber daya air


- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang
II TAHAP KONTRUKSI
1. Kesempatan - Penyerapan - Pemberian informasi tentang Kecamatan Cipondoh
Selama Kontruksi
Pengecekan KTP Kantor kelurahan Pada saat rekruitment Pelaksana :
Kerja Tenaga Kerja : tenaga kerja yang diperlukan dan Kecamatan Pinang calon tenaga kerja Cipondoh tenaga kerja PT.Arenco Binatama
2. Pendapatan/ Pengawas : - Camat
- Transaksi ekonomi - Meningkatnya transaksi ekonomi Tes keahlian calon
Perekonomian dan Kepala Desa
lokal : perdagangan sekitar situ cipondoh tenaga kerja
lokal Cipondoh
Mobilisasi 3. Kecemburuan
A
Tenaga Kerja - Pengrusakan mess - Tenaga kerja lokal diprioritaskan Pelaporan :
Sosial
- Sumber daya air
- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang
Sepanjang koridor
Sepanjang koridor jalan Pencatatan
- Mobilisasi dilakukan bukan pada jalan situ cipondoh Pada saat mobiliasasi
Gangguan situ cipondoh frekuensi dan Pelaksana :
- Antrian kendaraan jam sibuk (dilakukan pada malam Selama kontruksi kecamatan alat dan pengangkutan
Lalulintas kecamatan cipondoh intensitas antrian PT.Arenco Binatama
hari) cipondoh dan bahan/material
dan kecamatan pinang kendaraan
kecamatan pinang
- Membatasi tonase angkutan - Pada saat
Pengawas : Camat
material - Visualisasi mobiliasasi alat
dan Kepala Desa
Pelaksanaan sesuai SOP keruakan jalan dan pengangkutan
B Mobilisasi Alat Cipondoh
Penanganan bahan/material
Pelaporan :
- Dinas
Perhubungan Kota
Tangerang
- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang

IV-2
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

Pembuatan
- Peningkatan limbah
Base Pelaksana :
cair domestik dan
camp/Mess PT.Arenco Binatama
limbah padat
Pekerja
Pengawas : - Camat
Mobilisasi alat
- Penurunan kualitas dan Kepala Desa
berat di lahan
udara Cipondoh dan
kosong
Pekerjaan Pinang
C
Persiapan
Pelaporan :
- Dinas
Perhubungan Kota
Tangerang
- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang
- Pengaturan Lalulintas dengan
Pada tahap
menempatkan petugas pengatur Sepanjang koridor jalan - Pencatatan
pekerjaan
Gangguan lalulintas untuk 2 jalur dilengkapi situ cipondoh frekuensi dan Pelaksana :
Antrian kendaraan Selama kontruksi pembersihan & Tanah warga
Lalulintas dengan peralatan /seragam yang kecamatan cipondoh intensitas antrian PT.Arenco Binatama
penimbunan
bercahaya / memantulkan cahaya dan kecamatan pinang kendaraan
lumpur
dan memasang rambu lalu lintas
Timbunan limbah
Hilangnya Flora - Melakukan koordinasi dengan Pengawas : - Camat
padat berupa - Pengukuran
Pembersihan dan migrasinya dinas/ instansi kebersihan untuk dan Kepala Desa
timbunan lumpur volume lumpur
dan fauna pembuangan limbah padat Cipondoh
sementara
Penyiapan
D Penurunan Peningkatan - Visualisasi
Penyimpanan - Penghijauan Vegetasi Pelaporan :
kualitas udara kosentrasi debu Tingkat kekeruhan
Sementara
- Pengukuran
Sedimen - Dinas
Peningktan - Pelaksanaan SOP Penanganan kedalaman situ
Perhubungan Kota
limbah padat Kemacetan Lalulintas setelah
Tangerang
pengerukan
- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang
- Dinas Bina Marga
dan Sumber daya air
- Lalu lintas dengan
Sepanjang koridor jalan Pada waktu
menempatkan petugas pengatur Selama
1. Gangguan 1. Antrian situ cipondoh - Observasi - Jalan Hasyim pelaksanaan Pelaksana :
lalulintas untuk 2 jalur dilengkapi pengerukan situ
Lalulintas kendaraan ; kecamatan cipondoh lapangan Ashari pengerukan situ PT.Arenco Binatama
dengan peralatan/ seragam yang Cipondoh
dan kecamatan pinang Cipondoh
memantulkan cahaya
- Pengukuran Pengawas : - Camat
2. Penurunan 2. Peningkatan - Di tengah-
- Pemasangan rambu lalu lintas kualitas udara & dan Kepala Desa
Kualitas Udara Emisi : tengah situ
kebisingan : Cipondoh
Pengerjaan
E 3. Peningkatan
Pengerukan - Debu = - Pelaksanaan SOP Penanganan
Tingkat Debu : Gravimetri - Outlet Situ Pelaporan :
105g/Nm3 Penurunan Kualitas Udara
Kebisingan
- Dinas
4. Kerusakan Kekeruhan :
- SO2 = 52 g/Nm3 - Pemulihan vegetasi SO2 ; pararosalline Perhubungan Kota
vegetasi biota air Situ
Tangerang
- Badan Lingkungan
5. Kecelakaan - CO = 4124 - Pelaksanaan SOP penggunaan
NOx ; Saltzman Hidup Kota
kerja g/Nm3 kapal keruk
Tangerang

IV-3
UKL-UPL NORMALISASI SITU CIPONDOH

3. Tingkat - Dinas Bina Marga


CO ; FID
Kebisingan : dan Sumber daya air
4. Penambahan
Kebisingan ; sound
Kedalaman situ
level meter
Cipondoh
- Tingkat keluhan
masyarakat atas
tingkat
5. cedera pada
pencemaran dan
pekerja/fatality
kebisingan
(penyakit ISPA &
kenyaman hidup)
- Visualisasi
tingkat kekeruhan
air permukaan

Pada saat dan


Peningkatan - tempat Pada saat dan
Peningkatan TPA Rawa Kucing sesudah -observasi - Badan Lingkungan
Volume Sistem shift pengangkutan Lumpur penyimpanan sesudah pengerukan
kebisingan (untuk bahan urug) pengerukan lapangan Hidup
kendaraan sementara lumpur dilaksanakan
dilaksanakan
- Dinas Bina Marga
Pengangkutan dan Sumber daya air
F Lumpur/Sedim
en

III TAHAP OPERATIONAL


Peningkatan Pendangkalan Di tiap titik outlet Selama
- Observasi Pelaksana :
Volume limbah kedalaman situ Pembangunan IPAL pembuangan limbah cair operasional situ Situ Cipondoh Selama operasional
lapangan PT.Arenco Binatama
cair domestik Cipondoh domestik Cipondoh situ Cipondoh
-Pengukuran Pengawas : - Camat
Peningkatan kualitas air dan Kepala Desa
Penyediaan tempat sampah Di tempat wisata dan
volume limbah permukaan situ Cipondoh dan
berdasarkan jenis sampah beberapa titik lainnya
padat cipondoh di Camat & kepala
Pemeliharaan
A beberapa titik Desa Pinang
Situ
Pelaporan :
- Badan Lingkungan
Hidup Kota
Tangerang
- Dinas Bina Marga
dan Sumber daya air

IV-4
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

a Prosedur Standar Penanganan Keresahan dan Kecemburuan Sosial


b Prosedur Standar Penanganan Kemacetan Lalulintas
c Prosedur Standar Penanganan Kecelakaan Lalulintas
d Prosedur Standar Penanganan Kebisingan/Getaran
e Prosedur Standar Penanganan Penurunan Kualitas Udara (Debu)
f Prosedur Standar Penanganan Penurunan Kualitas Air dan Tanah
g Prosedur Standar Penanganan Gangguan Aliran Air Permukaan
h Prosedur Standar Penanganan Kerusakan/Gangguan Utilitas
I Prosedur Standar Penanganan Lumpur
j Prosedur Standar Penanganan Cagar Budaya/Situs
k Prosedur Standar Penanganan Terganggunya Flora/Fauna

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 1


Lampiran
Prosedur Standar Penanganan
Dampak Lingkungan Normalisasi Situ

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 2


1. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KERESAHAN DAN KECEMBURUAN
SOSIAL

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup kegiatan sosialisasi kepada masyarakat di awal
pembangunan proyek dan saat dimulainya mobilisasi tenaga kerja pendatang
dari luar lokasi proyek.

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi keresahan masyarakat di sekitar
lokasi proyek yang mungkin terjadi baik konflik dengan pekerja proyek yang
berasal dari sekitar lokasi proyek maupun dari luar lokasi proyek. Konflik ini
dapat terjadi karena kecemburuan masyarakat terhadap pekerja pendatang
yang memperoleh kesempatan kerja lebih besar dibanding masyarakat
setempat, maupun karena perbedayaan budaya (adat dan kebiasaan) antara
pekerja pendatang dan masyarakat.

III. DEFINISI
Tokoh Formal yang dimaksud adalah kepala pemerintahan atau ketua
masyarakat setempat, seperti RT, RW/RK, Dusun, Desa / Kelurahan.
Tokoh Informal yang dimaksud adalah pemuka masyarakat, adat, atau
agama yang secara informal diakui kepemimpinannya oleh masyarakat di
sekitar lokasi proyek.
Manfaat Proyek yang dimaksud adalah manfaat bagi yang dapat menikmati
masyarakat sekitar lokasi proyek, baik selama pembangunan proyek
(seperti kesempatan kerja dan kesempatan berniaga/memasok kebutuhan
pekerja dan kebutuhan proyek) maupun setelah proyek selesai.

IV. REFERENSI
Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL
Panduan Konsultasi Masyarakat Dalam AMDAL

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 3


V. PIHAK TERKAIT
Tokoh Formal Masyarakat
Tokoh Informal Masyarakat
Direksi Proyek
Kontraktor

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Jadwal kontruksi / pembangunan proyek
Data kebutuhan tenaga kerja proyek
Data ketersediaan tenaga kerja di lokasi sekitar proyek
Dokumen AMDAL atau UKL/UPL untuk pekerjaan tersebut

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 4


PERSIAPAN MOBILISASI TENAGA
KERJA

KOORDINASI DENGAN TOKOH


MASYARAKAT DISEKITAR LOKASI PROYEK

SOSIALISASI RENCANA PROYEK

YA
MASIH TERJADI
KERESAHAN/ MUSYAWARAH
PENOLAKAN

TIDAK

MOBILISASI TENAGA KERJA

PELATIHAN KEPADA TENAGA KERJA


SETEMPAT YANG DAPAT DILIBATKAN

PENGARAHAN TENAGA KERJA SETEMPAT

MASIH TERJADI YA
KONFLIK ANTARA
MUSYAWARAH
PEKERJA &
MASYARAKAT

TIDAK

LANJUTKAN PEKERJAAN

GAMBAR 1.
PROSEDUR PENANGANAN KERESAHAN DAN KECEMBURUAN SOSIAL

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 5


2. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KEMACETAN LALU LINTAS

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup seluruh tahapan kontruksi yang berpotensi
menimbulkan dampak berupa kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh
kegiatan pengangkutan dan pekerjaan kontruksi

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak kemacetan lalu lintas baik
disekitar lokasi proyek maupun lokasi kemacetan pada jalan yang dilalui
kendaraan saja

III. DEFINISI
Lokasi Proyek yang dimaksud adalah lokasi di sekitar kontruksi yang
bersangkutan dilaksanakan
Lokasi kemacetan pada jalan yang dilalui kendaraan kerja, yang
dimaksud adalah lokasi di jalan umum yang sudah ada dan dimanfaatkan
pengguna jalan yang mengalami kemacetan akibat kegiatan kendaraan
kerja dari proyek normalisasi (pengerukan situ).

IV. REFERENSI
Undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan
Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985 tentang jalan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Dokumen Kontrak Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh

V. PIHAK TERKAIT
Dinas LLAJ/ Perhubungan setempat
Unit Lalu lintas dari kepolisian setempat
Direksi Proyek
Kontraktor

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 6


V.I DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT
Data volume lalu lintas sebelum pelaksanaan proyek di sekitar lokasi.
proyek dan lokasi-lokasi yang diperkirakan akan timbul kemacetan akibat
kegiatan proyek.
Data / gambar geometrik situ cipondoh dan rencana proyek.
Rencana pengalihan rute selama proyek.
Daftar (gambar dan jenis) rambu lalu lintas yang digunakan selama
pembangunan.
Rencana penempatan rambu / lampu pengatur lalu lintas sementara.
Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 7


GAMBAR 2.
PROSEDUR PENANGANAN KEMACETAN LALU LINTAS

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 8


Rambu-rambu lalulintas

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 9


3. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup upaya meminimalkan probabilitas terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan menanggulai dampak bila terjadi kecelakaan lalu
lintas pada pengguna jalan di sekitar lokasi proyek dan di jalan umum yang
dilalui kendaraan kerja / pengangkut material dan peralatan proyek yang dapat
disebabkan oleh kegatan :
a. Pengoperasian Peralatan
b. Pengangkutan Material
c. Penumpukkan Barang/Material

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan dampak kecelakaan lalu lintas yang dapat tejadi
pada pengguna jalan selama nasa kontruksi

III. DEFINISI
Peralatan yang dimaksud adalah semua alat berat/peralatan kontruksi dan
kendaraan kerja yang digunakan selama masa kontruksi
Ceceran Material yang dimaksud adalah tumpahan material proyek dari
kendaraan pengangkut menuju atau dari lokasi proyek, lokasi
penyimpanan atau penumpukkan material.
Ceceran oli / minyak yang dimaksud adalah pelumas atau bahan bakar
yang digunakan peralatan operasional di badan situ cipondoh
Penumpukan barang / material yang dimaksud adalah tempat
penyimpanan sementara material disekitar lokasi proyek, pada saat
normalisasi (pengerukan) situ cipondoh
Alat bantu komunikasi dan visual yang dimaksud mencakup peralatan
telekomunikasi dan visual (cermin, lampu) yang diperlukan dalam
pengoperasian perlatan normalisasi (pengerukan) situ cipondoh.
Hamparan batu pecah yang dimaksud adalah lintasan kendaraan yang
dibuat di lokasi penyimpanan / pengambilan material dan AMP, yang diberi

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 10


tumpukan hamparan batu pecah untuk membersihkan roda kendaraan
pengangkut material, agar tidak terbawa dan mengotori jalan umum.

IV. REFERENSI
Undang Undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

V. PIHAK TERKAIT
Dinas DLLAJ / Perhubungan setempat.
Unit Lalu lintas dari Kepolisian setempat.
Direksi Proyek.
Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Daftar (gambar dan jenis) rambu lalu lintas yang digunakan selama
pembangunan.
Rencana penempatan rambu / lampu pengatur lalu lintas sementara.
Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 11


PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS

PENGOPERASIAN CECERAN MATERIAL PENGOPERASIAN


PERALATAN (TRUK YANG DIANGKUT PERALATAN (TRUK
DAN ALAT BERAT) DAN ALAT BERAT)

PENUTUPAN HINDARI PEMAKAIAN


PENEMPATAN DENGAN BAK BADAN JALAN
PETUGAS
LALIN
PEMASANGAN
RAMBU PEMASANGAN:
ALAT BANTU
LAMPU
KOMUNIKASI
RAMBU
VISUAL
TIDAK
MASIH ADA
CECERAN

YA

PEMBERSIHAN BAN DENGAN

MELEWATKAN KENDARAAN
PADA HAMPARAN BATU
PECAH 50 CM
MENYEMPROTKAN DENGAN
AIR/UDARA BERTEKANAN

YA
MASIH
BERCECERAN

TIDAK

PEMBERSIHAN LOKASI

PEMANTAUAN
MASIH TERJADI KECELAKAAN LALU
KECELAKAAN LINTAS DI SEKITAR
LALU LINTAS LOKASI PROYEK
TIDAK

YA

PENYEDIAAN PETUGAS DAN PERALATAN P3K


PENGIRIMAN & PERAWATAN KORBAN DI RUMAH SAKIT
TERDEKAT

GAMBAR 3.
PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 12


4. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KEBISINGAN / GETARAN

I. RUANGAN LINGKUP
Prosedur ini mencakup antisiasi terhadap kebisingan dan getaran yang terjadi
sebagai akibat pengoperasian alat berat dan kapal penyedot lumpur.

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak dari kebisingan atau
getaran sebagai akibat aktvitas alat berat dan kapal penyedot lumpur.

III. DEFINISI
Bangunan di sekitar lokasi proyek yang dimaksud adalah bangunan
eksisting yang sudah ada sebelum kontruksi dilaksanakan, dan secara
teknis berpotensi untuk mengalami kerusakan akibat getaran dari aktivitas
normalisasi (pengerukan) dan penyedotan lumpur.
Area sensitif yang dimaksud terdiri atas pemukiman, rumah sakit, sekolah
dan tempat ibadah di sekitar lokasi proyek.
Tumbuhan penahan kebisingan yang dimaksud adalah tumbuhan ditanam
untuk meredam getaran dan kebisingan akibat aktivitas normalisasi
(pengerukan) dan penyedotan lumpur.

IV. REFERENSI
Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT
Pemilik / penghuni / pengelolaan bangunan di sekitar lokasi proyek.
Direksi Proyek.
Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Inventarisasi volume lumpur yang terkeruk.
Inventarisasi lokasi area sensitif di sekitar lokasi situ.
Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 13


PEMILIHAN PENYEBAB KEBISINGAN /
GETARAN

KAPAL PENYEDOT
LUMPUR

PENGATURAN PENANAMAN
WAKTU KERJA TUMBUHAN
PENAHAN
KEBISINGAN

LANJUTKAN
PEKERJAAN

GAMBAR 4
PROSEDUR PENANGANAN PENURUNAN KEBISINGAN

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 14


5. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN PENURUNAN KUALITAS UDARA
(DEBU)

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup upaya antisipasi penurunan kualitas udara di lokasi
proyek normalisasi (pengerukan) situ cipondoh.

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan meminimalkan dampak penurunan kualitas udara
sebagai konsekuensi kegiatan normalisasi (pengerukan) situ yaitu
pengoperasian alat berat, kapal penyedot lumpur, pengangkutan material.

III. DEFINSI
Tumbuhan pelindung yang dimaksud adalah tumbuhan yang ditanam
untuk menahan penyebaran debu akibat aktivitas normalisasi (pengerukan)
situ dan pengangkutan material, disarankan yang mudah tumbuh dan
berdaun lebat / banyak.
Dust collector yang dimaksud adalah perangkat / alat penangkap /
pemyaring debu / yang dipasang di tempat sumber penyebaran debu
Penyiraman yang disetujui Direksi yang dimaksud adalah tindakan yang
meminimalkan debu lepas pada material dengan penyiraman dengan air,
selama tidak melampaui batas kadar air aggregat atau material yang
diizinkan dalam desain

IV. REFERENSI
Dokumen Kontrak Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh
Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT
Direksi Proyek
Kontraktor

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 15


PEMILAHAN TAHAPAN SAAT TERJADINYA PENINGKATAN DEBU

TRUK PENGANGKUT
MATERIAL

PENYIRAMAN DENGAN AIR

LANJUTKAN PEKERJAAN

GAMBAR 5
PROSEDUR PENANGANAN PENURUNAN
KUALITAS UDARA (DEBU)

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 16


6. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN PENURUNAN KUALITAS AIR &
TANAH.

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup upaya antisipasi penurunan kualitas air dan
pencemaran tanah akibat material lumpur yang ditimbun di lokasi penimbunan
lumpur sementara

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak penurunan kualitas air
(pencemaran air) dan pencemaran tanah akibat aktivitas normalisasi
(pengerukan) situ Cipondoh.

III. DEFINISI
Tempat penyimpanan lumpur sementara yang dimaksud adalah lahan
yang dipinjam dari warga untuk menampung sementara lumpur hasil
pengerukan.

IV. REFERENSI
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.

V. PIHAK TERKAIT
Direksi Proyek.
Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Dokumen AMDAL atau UKL-UPL untuk pekerjaan tersebut.
Inventarisasi Lokasi Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 17


PENYEBAB PENURUNAN KUALITAS AIR DAN TANAH

PEKERJAAN PENGERUKAN

LONGSORAN MOBILISASI
PENUMPUKAN
TIMBUNAN TRUK
MATERIAL
LUMPUR PENGANGKUT
LUMPUR

PEMBUATAN BAK PENAMPANG


ENDAPAN DAN SARINGAN

PENCEGAHAN MATERIAL
MASUK KE SALURAN
DENGAN PEMASANGAN
TURAP JARING

LANJUTKAN
PEKERJAAN

GAMBAR 6.
PROSEDUR PENANGANAN PENURUNAN KUALITAS AIR

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 18


7. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KERUSAKAN/GANGGUAN
TERHADAP UTILITAS

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup gangguan terhadap segala utilitas eksisting yang telah
ada di lokasi kerja sebelum aktivitas normalisasi, mobilisasi peralatan dan
kegiatan kontruksi lainnya

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kerusakan atau gangguan terhadap fungsi utlitas yangn telah ada dilokasi
proyek akibat normalisasi (pengerukan), mobilisasi peralatan dan kegiatab
kontruksi lainnya.

III. DEFINISI
Utilitas yang dimaksud adalah semua prasarana umum (air,
telekomunikasi, listrik, gas, sbb) yang berada di bawah tanah maupun
diatas tanah pada lokasi kerja proyek.
Kawasan Spesifik yang dimaksud adalah daerah tertentu yang dikelola
secara khusus oleh suatu instansi / pihak, dan memiliki jaringan utilitas
tersendiri yang dikelola oleh instansi tersebut (seperti Pelabuhan,
Pangkalan Udara, Stasiun Kereta Api, Depo Bahan Bakar, Industri, dsb).

IV. REFERENSI
Dokumen Kontrak Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh yang
Bersangkutan.

V. PIHAK TERKAIT
Dinas LLAJ / Perhubungan setempat.
Perwakilan PT. TELKOM setempat.
Perwakilan PDAM setempat.
Perwakilan PGN setempat.
Perwakilan PLN Setempat.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 19


Perwakilan pengelola utilitas eksisting lain di lokasi proyek.
Pengelola kawasan spesifik setempat.
Perwakilan masyarakat disekita lokasi.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Peta jaringan utilitas eksisting
Gambar potongan melintang kontruksi utilitas eksisting
Rencana kendaran pengangkut dan jadwal pengangkutan
Dokumen AMDAL atau UKL-UPL untuk pekerjaan tersebut.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 20


PEMILAHAN PENYEBAB KERUSAKAN / GANGGUAN TERHADAP UTILITAS

TERKAIT DENGAN PEKERJAAN TERKAIT DENGAN MOBILISASI PERALATAN


PENGERUKAN SITU DAN KEGIATAN KONTRUKSI LAINNYA

PENYEDIAAN INFORMASI JARINGAN UTILITAS DI SEKITAR LOKASI PROYEK

APAKAH TERDAPAT TIDAK TIDAK


APAKAH
UTILITAS DIBAWAH
KETINGGALAN
LOKASI
PERALATAN
PENIMBUNAN
LEBIH DARI

YA

YA
APAKAH
MEMUNGKINKAN YA
UNTUK DIPINDAH ?
ADA
ALTERNATIF

YA

GUNAKAN
PINDAHKAN UTILITAS KE
RUTE
LOKASI YANG AMAN
ALTERNATIF
TIDAK

LAKUKAN PPEMINDAHAN MENGGUNAKAN


TEMPAT PENIMBUNAN PENYANGGA SEMENTARA
LUMPUR SEMENTARA

TIDAK
LAKUKAN PPEMINDAHAN MASIH
TEMPAT PENIMBUNAN TERJADI
LUMPUR SEMENTARA KERUSAKA
N

YA

PERBAIKAN SESUAI
BUKTI / DOKUMENTASI

GAMBAR 7
PROSEDUR PENANGANAN KERUSAKAN/GANGGUAN TERHADAP UTILITAS

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 21


8. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN LUMPUR

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup penanganan lumpur yang diperoleh dari pekerjaan
normalisasi (pengerukan) lumpur di lokasi proyek dan penimbunan lumpur
sementara di tanah warga.

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak dari lumpur baik dilokasi
proyek maupun di lokasi penimbunan lumpur sementara di tanah warga.

III. DEFINISI
Lumpur yang dimaksud adalah campuran cair atau semi cair antara air dan
tanah

IV. REFERENSI
Dokumen Kontrak Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh yang
Bersangkutan.

V. PIHAK TERKAIT
Direksi Proyek.
Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Dokumen AMDAL atau UKL-UPL untuk pekerjaan tersebut.
Inventarisasi Lokasi Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 22


SEMUA KEGIATAN PADA TAHAP KONTRUKSI YANG
MENIMBULKAN DAMPAK TERHADAP CAGAR BUDAYA

PENEMUAN CAGAR BUDAYA / SITUS DI


LOKASI KERJA PROYEK

PELAPORAN TENTANG PENEMUAN


KEBERADAAN CAGAR BUDAYA / SITUS
KEPADA INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT

YA MUNGKIN /
DIIZINKAN UNTUK
DIPINDAHKAN
LOKASINYA
DILAKUKAN PEMBONGKARAN /
PEMINDAHAN & PENYERAHAN
KEPADA PEMERINTAH TIDAK

PEMBUATAN BATAS LOKASI CAGAR


BUDAYA / SITUS

YA MUNGKIN /
DIIZINKAN UNTUK
DIPINDAHKAN
LOKASINYA

AJUKAN PEMERINTAH
PERUBAHAN DESAIN / TIDAK
KONTRAK

LANJUTKAN
PEKERJAAN

GAMBAR 8
PROSEDUR STANDAR PENANGANAN LUMPUR

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 23


9. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN TERGANGGUNYA FLORA / FAUNA

I. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup penanganan flora dan fauna baik yang dilindungi
maupun yang tidak dilindungi di area lokasi proyek dan sekitarnya yang
diperkirakan akan terganggu oleh adanya kegiatan proyek.

II. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan pengurangan jenis dan populasi
flora dan fauna di lokasi proyek dan sekitarnya

III. DEFINISI
Flora dan fauna yang dilindungi yang dimaksud adalah flora dan fauna
yang jumlah / populasinya dinilai langka atau terancam punah dan tidak
ditemukan keberadaannya di tempat lain.

IV. REFERENSI
Kepetusuan Presiden N0. 27 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
Dokumen Kontrak Pekerjaan Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh
yang Bersangkutan.

V. PIHAK TERKAIT
Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian setempat.
Direksi Proyek.
Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT


Dokumen AMDAL atau UKL-UPL untuk pekerjaan tersebut.
Daftar Flora dan Fauna yang dilindungi.

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 24


KEGIATAN PEMBERSIHAN DAN
PENYIAPAN LAHAN

INVENTARISASI JENIS DAN


POPULASI FLORA DAN FAUNA
DI LOKASI PROYEK, BASE
CAMP, DLL

PEMBERSIHAN DAN
PENYIAPAN LAHAN
MENGGANGGU FLORA
DAN FAUNA YANG
DILINDUNGI

PENGAMANAN ATAU
PEMINDAHAN SEMENTARA KE
LOKASI LAIN

LAKSANAKAN KEGIATAN PEMBERSIHAN


DAN PENYIAPAN LAHAN

PENANAMAN REALOKASI KEMBALI ATAU


VEGETASI SEJENIS SESUAI REKOMENDASI
INSTANSI TERKAIT

LANJUTKAN
PEKERJAAN

GAMBAR 9
PROSEDUR STANDAR PENANGANAN TERGANGGUNYA FLORA / FAUNA

PT. ARENCO BINATAMA HALAMAN 25


LAMPIRAN 1

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh

A. DATA UMUM PROYEK PENGERUKAN / NORMALISASI


1. Nama Proyek
2. Nama Paket / No. Paket
3. Nama Ruas / No. Ruas
4. Lokasi (lampirkan peta lokasi):
a. Kabupaten /Kota *
b. Propinsi
5. Luas Ukuran Situ yang dinormalisasi .. Km/ ..m *)
a. Panjang : 100 meter
b. Lebar : 150 meter
Perencanaan Umum / Studi
6. Tahap Perencanaan Kelayakan/Perencanaan Teknis *)
7. Progres Pekerjaan
8. Progres Pekerjaan
B. DATA UMUM PROYEK PENGERUKAN / NORMALISASI
1. Kesesuaian dengan tata ruang Sesuai / tidak sesuai
Ada / tidak ada / tidak diketahui *)
2. Keberadaan areal sensitif,
a)
termasuk masyarakat terasing / adat
(Kalau ada, sebutkan jenisnya) b)
c)
3. Kajian Lingkungan Strategis Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
4. Konsultasi awal dengan
masyarakat Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
4.a. Kelompok masyarakat yang a)
menghadiri konsutasi awal b)
c)
d)
e)
g)

4.b. Jumlah peserta konsultasi awal Orang


4.c. Kesimpulan hasil konsultasi Terlampir / belum / tidak ada *)
5. Wajib dilengkapi AMDAL
6. Konsultasi masyarakat untuk
penyusunan KA-ANDAL Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
6.a. Kelompok masyarakat yang a)
menghadiri konsutasi b)
c)
d)
e)
g)
LAMPIRAN 2

6.b. Jumlah peserta konsultasi Orang


6.c. Kesimpulan hasil konsultasi Terlampir / belum / tidak ada *)
7. Penyusunan KA-ANDAL Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
8. Penyusunan dokumen AMDAL Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
9. Wajib dilengkapi UKL dan UPL ? Ya / tidak *)
10. Penyusunan dokumen UKL dan
UPL Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
a)
b)
11. Isu pokok lingkungan hidup
c)
d)
12. Penyusunan LARAP Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
13. Penjabaran RKL/UKL dalam
desain dan spesifikasi teknis
pekerjaan kontruksi Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)
14. Pencantuman persyaratan
pengelolaan lingkungan dalam
dokumen tender dan kontrak
pekerjaan kontruksi Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*) Coret yang tidak perlu


Catatan : Data yang lebih rinci
dapat diampirkan 2015
Pelaksana Pemantauan
( . )
LAMPIRAN 3

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Normalisasi (Pengerukan) Tahap Pra-Kontruksi
A. DATA UMUM PROYEK PENGERUKAN / NORMALISASI
1. Nama Proyek
2. Nama Paket / No. Paket
3. Nama Ruas / No. Ruas
4. Lokasi (lampirkan peta lokasi):
a. Kabupaten /Kota *
b. Propinsi
.. Km/ ..m
5. Luas Ukuran Situ yang dinormalisasi *)
a. Panjang : 100 meter
b. Lebar : 150 meter
6. Kedalaman Normalisasi Situ 3 meter
7. Volume Normalisasi Situ 450.000 m3
B. HASIL PEMANTAUAN
Telah / sedang / belum
1. Sosialisasi kepada masyarakat dilaksanakan *)
2. Jumlah penduduk yang menghadiri sosialisasi .. Orang
Telah / sedang / belum
3. Pendataan tanah / bangunan/ tanaman dilaksanakan *)
4. Jenis dan jumlah bangunan yang terkena a) Rumah
proyek Buah
b) Toko / warung
Buah
c) Tempat usaha lainnya
Buah
d) Sekolah
Buah
e) Masjid
Buah
f) Gereja
Buah
g) Makam /Kuburan
Buah
h) Jenis lainnya (sebutkan)
Buah
5. Jumlah penduduk KK
6. Jumlah pemilik tanah yang terkena seluruhnya KK
7. Jumlah pemilik tanah yang terkena sebagaian KK
Uang / tanah / kapling siap
8. Jenis kompensasi yang telah disepakati bangun / lain-lain
Telah / sedang / belum
9. Musyawarah penetapan kompensasi dilaksanakan *)
10. Kesepakatan jenis dan besarnya nilai
kompensasi Uang / lain-lain
LAMPIRAN 4

Telah / sedang / belum


11. Penetapan besarnya nilai kompensasi dilaksanakan *)
.. Ha
12. Luas tanah yang dipinjam ( . %)
Lancar / kurang lancar / tidak
13. Kelancaran proses peminjaman tanah lancar *)
14. Jumlah penduduk yang tanahnya tidak dapat KK
dipinjam ( .. %)
15. Jumlah penduduk yang tidak puas atas KK
besarnya kompensasi ( .. %)
a) Lebih baik : KK
( %)
16. Kondisi sosial-ekonomi penduduk yang b) Sama : KK
terkena peminjaman tanah ( %)
c) Lebih buruk : KK
( %)
17. Keresahan Masyarakat Terjadi / tidak terjadi *)
C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut


*) Coret yang tidak perlu
Catatan : Data yang lebih rinci
dapat diampirkan 2015
Pelaksana Pemantauan
( . )
LAMPIRAN 5

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Normalisasi (Pengerukan) Situ Cipondoh
Formulir 1 : Data Umum Proyek Normalisasi
1. Nama Proyek
2. Nama Paket / No. Paket
3. Nama Ruas / No. Ruas
4. Lokasi (lampirkan peta lokasi):
a. Kabupaten /Kota *
b. Propinsi
5. Luas Ukuran Situ yang dinormalisasi .. Km/ ..m *)
a. Panjang : 100 meter
b. Lebar : 150 meter
6. Kontraktor
a. Nama Perusahaan
b. Alamat
7. Nomor Kontrak
LAMPIRAN 6

Baku Mutu Udara Ambien Nasional


Waktu
Parameter Uji Baku Mutu
Pengukuran
No. Metode Analisis Perlatan
Measurement
Parameters Ref. Gov. Std.
Time
Sulfur 1 Jam 900 g/Nm3
1 Dioksida 24 Jam 365 g/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
(SO2)*) 1 Tahun 60 g/Nm3
Karbon 1 Jam 30000 g/Nm3
2 Monoksida 24 Jam 10000 g/Nm3 NDIR NDIR Analizer
(CO) 1 Tahun
Nitrogen 1 Jam 400 g/Nm3
3 Dioksida 24 Jam 150 g/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
(NO2)*) 1 Tahun 100 g/Nm3
1 Jam 235 g/Nm3
4 Oksidan (O3)*) Chemiluminescent Spektrofotometer
1 Tahun 50 g/Nm3
Hidrokarbon
5 3 Jam 160 g/Nm3
(HC) Flame Ionization Gas Chromatografi
PM10 (Partikel
24 Jam 150 g/Nm3
< 10 m) Gravimetric Hi-Vol
6 PM25 *) 24 Jam 65 g/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
(Partikel >
2,5 m) 1 Tahun 15 g/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
24 Jam 230 g/Nm3
7 TSP (Debu) Gravimetric Hi-Vol
1 Tahun 90 g/Nm3
24 Jam 2 g/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
8 Timbal (Pb)*) Ekstraktif
1 Tahun 1 g/Nm3
Pengabuan AAS
10 Ton/Km2/Bulan
Dustfall (Debu (Pemukiman)
9 30 Hari Gravimetric Cannister
jatuh) 20 Ton/Km2/Bulan
(Industri)
Total 24 Jam 3 g/Nm3 Spesific Ion
10 Flourides (as Impinger atau Countinous
F) 10 Hari 0,5 g/Nm3 Electrode

40 g/Nm3 dari
11 Flour Indeks 30 Hari Colourimetric Lime Filter Paper
kertas lime filter

Sumber : Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran udara

Catatan : -*) PM25 mulai diberlakukan tahun 2002


LAMPIRAN 7

Baku Tingkat Kebisingan


No Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan (dBA)
A Peruntukan Kawasan
1 Perumahan dan Pemukiman 55
2 Perdagangan dan Jasa 70
3 Perkantoran dan Perdagangan 65
4 Ruang Terbuka Hijau 50
5 Industri 70
6 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7 Rekreasi 70
8 Khusus :
- Bandara Udara -
- Stasiun Kereta Api -
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
B Lingkungan Kegiatan
1 Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2 Sekolah atau sejenisnya 55
3 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku
Mutu Tingkat Kebisingan
LAMPIRAN 8

Tabel 8.1
Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Nilai Tingkat Getaran dalam Mikron (10-6 meter)


Frekuensi
(Hz) Tidak
Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan
Mengganggu
4 < 100 100-500 > 500 -1000 > 1000
5 < 80 80-350 > 350 -1000 > 1000
6,3 < 70 70-275 > 275 -1000 > 1000
8 < 50 50-60 > 160 -500 > 500
10 < 37 37-120 > 120 -300 > 300
12,5 < 32 32-90 > 90 -220 > 220
16 < 25 25-60 > 60 -120 > 120
20 < 20 20-40 > 40 -85 > 85
25 < 17 17-30 > 35 -50 > 50
31,5 < 12 12-20 > 20 -30 > 30
40 <9 9-15 > 15 -20 > 20
50 <8 8-12 > 12 -15 > 15
63 <6 6-9 > 9 -12 > 12
Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996
Konversi :
= (2 )2
= (2 )

Tabel 8.2
Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan
Getaran Batas Getaran, Peak (mm/detik)
Frekuensi
(Hz) Kategori Kategori Kategori
Parameter Satuan Kategori C
A B D
4 < 20 2,27 > 2,27 - 140 > 140
- Kecepatan
mm/detik 5 < 7,5 < 7,5 -25 > 25 -130 > 130
Getaran
6,3 < 70 < 7 -21 > 21 -110 > 110
-Frekuenzi Hz 8 < 6,0 < 6 -19 > 19 -100 > 100
10 < 5,2 < 5,2 -16 > 16 -90 > 90
12,5 < 4,8 < 4,8 -15 > 15 -80 > 80
16 < 4,0 < 4 -14 > 14 -70 > 70
20 < 3,8 < 3,8 -12 > 12 -67 > 67
25 < 3,2 < 3,2- 10 > 10 -60 > 60
31,5 < 3,0 < 3,0 -9 > 9 -53 > 53
40 < 2,0 < 2,0 -8 > 8 -50 > 50
50 < 1,0 < 1,0 -7 > 7 -42 > 42
Sumber : Lampiran II Kepmen LH No : KEP-49/MENLH/11/1996
Keterangan:
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul
beban pada kasus khusus)
Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban
LAMPIRAN 9

Tabel 8.3
Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan

Kecepatan Getaran
Pada Bidang
Pada Fondasi datar di lantai
Kelas Tipe Bangunan paling atas
Frekuensi
Campuran
50 -100 Frekuensi
< 10 Hz 10 -50 Hz
Hz *)
Bangunan untuk keperluan
1 niaga, bangunan industri dan < 10 20 -40 40 -50 40
bangunan sejenis
Perumahan dan Bangunan
2 dengan rancangan dan <5 5 -15 15 -20 15
kegunaan sejenis
Struktur yang karena sifatnya
peka terhadap getaran, tidak
seperti tersebut pada No.1
3 <3 3 -8 8 -10 8,5
dan 2 dan mempunyai nilai
budaya tinggi, seperti
bangunan yang dilestarikan
Sumber: Lampiran III Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996
*)Catatan: Untuk frekuensi > 100 HZ, sekurang-kurangnya nilai yang tersebut dalam kolom harus
dipenuhi

Tabel 8.4
Baku Tingkat Getaran Kejut
Kecepatan Getaran
Kelas Jenis Bangunan Maksimum
(mm/detik)
Peruntukan dan bangunan kun yang
1 2
mempunyai nilai sejarah tinggi
Bangunan dengan kerusakan yang sudah
2 5
ada, tampak keretak-retakan pada tembok
Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang
3 baik, ada kerusakan-kerusakan kecil seperti 10
plesteran yang retak
Bangunan "kuat" (misalnya bangunan
4 10 -40
industri terbuat dari beton atau baja
Sumber : Lampiran IV Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996
LAMPIRAN 10

TABEL 9
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Ambang Batas
No Jenis Kendaraan
CO (%) HC (ppm) Ketebalan Asap
Sepeda motor 2 (dua) langkah
1 dengan bahan bakar bensin 4,5 3000
dengan bilangan oktan 87
Sepeda motor 4 (dua) langkah
2 dengan bahan bakar bensin 4,5 2400
dengan bilangan oktan 87
Kendaraan bermotor selain sepeda
3 motor dengan bahan bakar bensin 4,5 1200
dengan bilangan oktan 87
Kendaraan bermotor selain sepeda Ekivalen 50%
motor dengan bahan bakar solar/ Bosch pada
4 - -
diesel dengan bilangan sentana diameter 102 mm
45 atau opasiti 25%
Sumber : Kepmen LH No: KEP-35/MENLH/10/1993
LAMPIRAN 11

Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
Peruntukan
Aspek / Sifat Fisik dan
Hayati Lingkungan Pemukiman dan Daerah Tanaman Pangan Lahan Tanaman Pangan Lahan
Tanaman Tahunan
Industri Basah Kering dan Peternakan
1. Topografi
1.1 Lubang galian
> 1 m di atas muka air tanah Melebihi muka air tanah > 10 cm di bawah muka air Melebihi muka air tanah
a. Kedalaman
pada musim hujan pada musim hujan tanah pada musim hujan pada musim hujan
b. Jarak < 5 m dari batas SIPD <5m <5m <5m
1.2 Dasar Galian
a. Perbedaan relief
>1m >1m >1m >1m
dasar galian
b. Kemiringan dasar
>8% >8% >3% >8%
galian
1.3 Dinding galian
a. Tebing teras Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m
b. Dasar teras Lebar < 6m Lebar < 6m Lebar < 6m Lebar < 6m
2. Tanah
Tanah yang
dikembalikan sebagai < 25 cm < 50 cm < 25 cm < 25 cm
tanah penutup
3. Vegetasi
3.1 Tutupan tanaman < 20 % tanaman tumbuh di
budidaya seluruh lahan penambangan
< 50 % tanaman tumbuh
3.2 Tutupan tanaman
di seluruh lahan
tahunan
penambangan
< 50 % tanaman tumbuh di
3.3 Tutupan tanaman lahan
seluruh lahan
basah
penambangan
3.4 Tutupan tanaman lahan < 50 % tanaman tumbuh di
kering / tumpul seluruh lahan penambangan
Sumber: Lampiran I Kepmen LH No: KEP-43/MENLH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
TABEL II.1 PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH SITU CIPONDOH

Anda mungkin juga menyukai