Tingkat 2B
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Keterlibatan Perawat Dalam Pemberian Terapi Komplementer sebagai salah
satu tugas dan persyaratan untuk Mata Kuliah Keperawatan Profesional di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun merasakan masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
pembimbing Hj. Sri Kusmiati, Dra, SKp, Mkes.
Akhir kata, penyusun berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang setimpal pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara.
Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan,
reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang
terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian
(evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung
berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya.
Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan. Perawat
dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &
Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna
terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional
(Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi
42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi
komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan
keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari
pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
1
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dilakukan dalam praktik keperawatan. Dalam hal ini praktik
keperawatan harus berlandaskan prinsip ilmiah dan kemanusiaan serta
berilmu pengetahuan dan terampil melaksanakan pelayanan keperawatan
dan bersedia dievaluasi. Inilah ciri-ciri yang menunjukkan
profesionalisme perawat yang sangat vital bagi pelaksanaan fungsi
keperawatan mandiri, ketergantungan, dan kolaboratif (Kozier, 1991).
Pengertian fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan, dan
kolaboratif kerap dipergunakan untuk menggambarka, suatu tindakan
keperawatan atau strategi keperawatan yang diperankan oleh perawat.
4
dilaksanakan sehubungan dengan penyakit klien dan hal ini sangat
penting untuk mengurangi keluhan yang diderita klien.
3. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif (interdependen) adalah aktivitas
yang dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim kesehatan
lain. Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan adanya tumpang
tindih pertanggungjawaban di antara personal kesehatan dan hubungan
langsung kolega antar-profesi kesehatan. Sebagai contoh, perawat dan
ahli terapi pernapasan bersama-sama membuat jadwal latihan bernapas
pada seorang klien. Seorang ahli terapi pada awalnya mengajrkan latihan
pada klien, dan perawat menguatkan pemahaman dan membantu klien
pada saat diterapi tidak ada. American Nurses Association (Kozier,
1991) menggambarkan bahwa kolaboratif merupakan kerja sama
sejati, di dalamnya terdapat kesamaan kekuatan dan nilai-nilai dari
kedua belah pihak, dengan pengakuan dan penerimaan terpisah serta
kombinasi dari lingkup aktivitas dan pertanggungjawaban bersama-
sama, saling melindungi kepentingan setiap bagian dan bersama-sama
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh setiap bagian.
Untuk melaksanakan praktik keperawatan kolaboratif secara
efektif, perawat harus mempunyai kemampuan klinis, mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan rasa
pertanggungjawaban yang tinggi dalam setiap tindakan.
5
dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk
Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara
Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional.
6
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro
nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik,
EEC
7
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode
pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keterlibatan Perawat dalam Pelaksanaan Terapi Komplementer
a. Caregiver
Peran perawat memberikan pelayanan langsung kepada pasien dalam
terapi komplementer, seperti :
1. Masase
2. Terapi musik
3. Diet
4. Teknik relaksasi
5. Vitamin dan produk herbal
b. Educator
Peran perawat dapat memberitahukan informasi tentang terapi
komplementer.
c. Konselor
Peran perawat sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya
untuk pasien, konsultasi dan diskusi sebelum mengambil keputusan
tentang terapi komplementer yang akan dipilih.
d. Koordinator
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait.
e. Advokat
Peran perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan
perawatan komplementer yang akan diberikan dan perawat memberikan
rasa aman dan nyaman kepada pasien.
f. Konsultan
Peran perawat membantu dalam memecahkan masalah yang dialami
pasien.
g. Kolaborator
Peran perawat berkolaborasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya
dalam memberikan terapi komplementer.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
yang konvensional. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan diantaranya
dalam terapi komplementer sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembela
untuk melindungi klien, pemberi bimbingan / konseling klien, pendidik
klien, anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain, coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber
dan potensi klien, pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan, dan sumber informasi yang dapat membantu
memecahkan masalah klien. Fungsi perawat yang dijalankan dipelayanan
kesehatan adalah bertindak secara independen, dependen, dan
interdependen.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas,
termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena
banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang
terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat
dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
http://www.scribd.com/doc/76628021/Terapi-Komplementer-FOKUS-GROUP
11