Anda di halaman 1dari 2

HUGO DE VRIES

TEORI EVOLUSI HUGO DE VRIES

Bagi kalangan akademisi yang bergelut di bidang botani dan genetika tentu mengenal Hugo de Vries. Dia
adalah seorang ahli botani dan genetika yang lahir pada tanggal 16 Februari 1848, di Haarlem, Belanda.
Haarlem adalah sebuah daerah di Belanda yang kaya dengan tumbuhan hidup. Dari kota tersebut Hugo
de Vries mulai mengenal dunia tumbuhan. Hugo de Vries menempuh pendidikan pertama kali di sebuah
sekolah Baptis swasta di Haarlem. Saat beranjak dewasa, Hugo de Vries menempuh pendidikan di De
Vries gimnasium (atau SMU) Den Haag, kemudian meneruskan ke Universitas Leiden pada tahun 1866.
Di sini, ia membaca dua karya yang sangat merangsang minat dalam botani: Darwin Origin of Species
(1859) dan Julius Sachs 'Textbook of Botany (1868).

Dari kedua buku tersebut Hugo de Vries menilai bahwa Darwin tidak dapat mengidentifikasi apa yang
menyebabkan evolusi, dan perubahan dalam organisme. De Vries kemudian bertekad untuk
mengembangkan teori sendiri. Salah satu penemuan fenomenal dari Hugo de Vries membahas teori
karakteristik keturunan yang merupakan unit independen. Hugo de Vries beranggapan bahwa mereka
tidak bisa "dicampur" seperti dua cairan. Ia menegaskan bahwa setiap karakteristik diekspresikan secara
fisik, dan ia disebut bahwa representasi fisik suatu pangene.

Teori yang dikemukakan oleh Hugo de Vries tersebut sangat mirip dengan teori modern keturunan, yaitu
pangenes tumbuh dan membelah menjadi dua pangenes baru; satu set pangenes diteruskan ke
keturunan; pangene dapat aktif atau laten; beberapa karakteristik dapat diwakili oleh lebih dari satu
pangene. Pada akhirnya penemuan dari Hugo de Vries ini didokumentasikan oleh Gregor Mendel,
seorang biarawan Austria. Langkah Gregor Mendel tersebut menciptakan kehebohan di kalangan
ilmuwan, dan banyak berbondong-bondong untuk menyelidiki. Namun de Vries merasa ada yang belum
lengkap. Terutama mengenai pembahasan hukum segregasi yang dikemukakan Mendel dari teori
awalnya.

Dalam hukum tersebut, Mendel menjelaskan bagaimana ciri-ciri yang ada didistribusikan untuk
menciptakan variasi, tetapi bukan bagaimana spesies baru berasal. Kemudian De Vries melengkapi
dalam teorinya bahwa evolusi terjadi dalam lompatan mendadak karena mutasi, tidak secara bertahap
bertahap seperti yang disarankan oleh Darwin. Dia percaya suatu spesies mutan diproduksi pada kurun
waktu yang relatif singkat evolusi sepanjang hidup, dan hanya berguna atau "progresif" karakteristik
berkontribusi pada evolusi dari spesies. Teori ini dijelaskan oleh Hugo de Vries dalam bukunya Die
Mutationstheorie (Teori Mutasi), selesai tahun 1903. Dari penemuan inilah kemudian pembahasan dan
pengkajian mengenai botani dan genetika menjadi berkembang pesat. Teori yang ditemukan oleh Hugo
de Vries menjadi dasar teori utama bagi peneliti di bidang botani dan genetika di seluruh dunia.

Menurut Hugo, evolusi itu berlangsung karena munculnya suatu seri perubahan dalam plasma benih
(perubahan-perubahan) genetik yang di sebut mutasi. Perubahan-perubahan itu mungkin sangat besar
atau sangat kecil, tetapi perubahan-perubahan itu tidak ekivalen (setara dengan variasi individual). Sejak
tahun 1875 para ahli botani mempelajari proses-proses dalam plasma sel benih dan hubungannya
dengan reproduksi. Dari hasil penelitian diperoleh asal-usul dari variasi yang diwariskan dan sitogenik
atau proses-proses genetik yang semuanya penting dalam pengertian proses evolusi. Pokok-pokok
mutasi itu dapat digolongkan sebagai berikut:

Kromosom-kromosom dalam inti sel mengandung gen-gen ultramikroskopis dan tersusun Linier. Gen-
gen itu bertanggung jawab tentang perkembangan karakteristik dalam tiap individu.

Meosis memisahkan anggota pasangan kromosom yang homolog dan membagi dua jumlah total untuk
tiap gamet.

Fertilisasi persatuan secara ranom 2 gamet, berasal dari kelamin yang berbeda, menyatukan kromosom-
kromosom yang terpisah secara pilihan yang berasal dari orang tuanya, menghasilkan individu-individu
yang berbeda kombinasi gennya.

Ini merupakan perubahan dalam plasma sel benih atau ada mutasi dalam gen-gen dan ada penataan
kembali kromosom. Kedua proses itu menghasilkan perubahan pemilihan karakteristik yang diteruskan
pada generasi berikutnya.

Mutasi ini dapat dengan jelas terlihat pada lalat buah, dan jelas berlangsung dalam alam. Ini berarti
selalu terjadi mutasi, muncul individu-individu baru, sehingga populasi spesies itu akan menjadi
heterozigot tinggi (Sihombing, dkk :2007).

Anda mungkin juga menyukai