Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN

GIZI MASYARAKAT
BALITA GIZI BURUK

Disusun untuk memenuhi tugas dokter internship

Disusun oleh
dr. Gita Fajar Wardhani

Pembimbing
dr. Cosmas Gedsa P.

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KELING I


KABUPATEN JEPARA
2013
LEMBAR PENGESAHAN

Gizi Masyarakat

Balita Gizi Buruk

Disahkan oleh

dokter pembimbing penyusun

dr. Cosmas Gedsa dr. Gita Fajar Wardhani


NIP. 19791129 200604 1008 Dokter Internship
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Kegiatan mengenai Gizi Masyarakat yang telah dilakukan pada tanggal 1 s.d. 20 Agustus
2013.
Laporan ini kami susun sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai dokter
internship di Puskesmas Keling I periode 22 Mei 22 September 2012. Pada laporan ini
berisi mengenai Hasil Kegiatan terhadap balita gizi buruk di desa Klepu.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. dr. Nurikan Kepala Puskesmas Keling I yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk melaksanakan internship di Puskesmas Keling I.
2. dr. Cosmas Gedsa P. sebagai dokter pedamping yang telah memberikan saran dan
bimbingan.
3. Tim pemegang program dan segenap karyawan di Puskesmas Keling I yang telah
memberikan saran dan bimbingan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan ini agar lebih
mendekati hasil yang optimal.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Keling, Agustus 2013

Penyusun
I. LATAR BELAKANG

Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,

khususnya di berbagai negara berkembang. Malnutrisi dalam bentuk apapun

meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit dan kematian. Malnutrisi energi-

protein, misalnya, merupakan sebuah peran utama dari semua kematian anak di

bawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara berkembang. Bentuk bahaya

dari malnutrisi termasuk marasmus, kretinisme, kerusakan otak yang irreversible

akibat defisiensi iodin, kebutaan, peningkatan faktor risiko terhadap penyakit

infeksi, dan kematian akibat defisiensi vitamin A (Asworth, 2004).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 didapatkan prevalensi gizi kurang di

Indonesia yakni 17,9 % sedangkan gizi buruk mencapai 4,9%. Untuk provinsi

Jawa Tengah Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah

tahun 2011 sebesar 5,35%. Balita Gizi Buruk tahun 2011 berjumlah 3.187

(0,10%) menurun apabila dibandingkan tahun 2010 sejumlah 3.514 (0,18%).

Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah balita gizi buruk di Jawa Tengah sebanyak

1302 kasus dan di Jepara terdapat 51 kasus hingga triwulan II tahun 2012 (Dinkes

Jateng, 2012). Untuk di wilayah kerja Puskesmas Keling I sendiri hingga bulan

Juli 2013 terdapat 3 balita gizi buruk yang tidak sesuai dengan BB/U dan 12 balita

gizi buruk yang tidak sesuai dengan BB/TB serta terdapat 1 balita gizi kurang

yang tidak sesuai dengan BB/U dan 3 balita gizi kurang yang tidak sesuai dengan

BB/TB (Data Gizi PKM Keling 1, 2013)


Perawatan untuk balita gizi buruk meliputi perawatan fase stabilisasi (hari I

dan II), fase Transisi (Hari III s.d. VII) , fase rehabilitasi (minggu ke II s.d. VI)

dan fase tindak lanjut (minggu ke VII s.d. XXVI). Fase stabilisasi hingga fase

rehabilitasi dilakukan di Rumah Sakit atau Unit Pelayanan Kesehatan dimana

balita mendapatkan pengawasan dari petugas kesehatan. Perawatan pada fase

tindak lanjut sangatlah penting, karena balita gizi buruk tidak lagi mendapat

pengawasan yang ketat dari petugas kesehatan, melainkan oleh ibu dan anggota

keluarga lainnya. Setelah pasien gizi buruk pulang ke rumah, perlu dilakukan

perawatan fase tindak lanjut di Posyandu atau Pos Pemulihan Gizi (PPG) dengan

suatu program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) (Depkes,

2007). Oleh karena pada kesempatan kali ini balita yang disurvey telah menderita

gizi buruk selama 2 tahun lebih, maka balita telah menjalani fase tindak lanjut

tetapi belum ada perbaikan. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan mengenai

faktor yang berperan dalam fase tindak lanjut balita di rumah.

II. PERMASALAHAN

Setiap balita memiliki permasalahan gizi tersendiri. Pada permasalahan gizi an.
MIU adalah sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. anak lahir dengan berat kurang sesuai dengan usia kehamilan
b. ibu tidak memberikan ASI eksklusif
c. kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan kalori yang diperlukan
untuk anaknya
d. Ibu kurang telaten dalam memberikan makan pada anaknya
2. Faktor Balita
Dari hasil perhitungan status gizi dengan Z skore:
Nilai riil nilai median
standar deviase

10,018,3
a. BB/U : = 4,15 (Buruk)
2,00
91,5108,6
b. TB/U: = 3,8 (Pendek)
4,5
10,013,6
c. BB/TB : 1,2
= 3 (kurus)

d. Jumlah kalori yang dimakan tiap hari masih kurang


e. anak lahir prematur dengan BBLR
f. anak memiliki riwayat TB paru dengan pengobatan lengkap dan
memiliki riwayat penyakit kecacingan
g. Sudah diberi PMT oleh puskesmas selama 2 tahun, sejak tahun 2011
tetapi tidak mengalami perubahan
III. RENCANA KEGIATAN

NO Prioritas Masalah Rencana kegiatan Metode Sasaran


Wawancara dan Wawancara
pengukuran status gizi dan Ibu dan An
1. Anak gizi buruk
balita dan pemeriksaan pengukuran MIU
fisik dan penunjang langsung
kurangnya pengetahuan
ibu tentang kebutuhan Edukasi tentang Edukasi
2. kalori yang diperlukan kebutuhan gizi anak Ibu An.MIU
personal
untuk anaknya

kurangnya pengetahuan
Pemberian
ibu tentang kebutuhan Pemberian Makanan
3. secara Ibu An.MIU
kalori yang diperlukan Tambahan
langsung
untuk anaknya
Pengkuran
4. Evaluasi Monitoring status gizi An.MIU
langsung

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

NO Kegiatan Waktu dan tempat Pelaksana

Puskesmas 1 Agustus 2013


Wawancara dan pengukuran
1. dan rumah An.MIU 3 dr. Gita
status gizi balita
Agustus 2013

Edukasi tentang kebutuhan gizi Rumah An.MIU 3 Agustus


2. dr.Gita
anak 2013

Rumah An.MIU 3 Agustus


3. Pemberian Makanan Tambahan dr.Gita
2013
V. MONITORING DAN EVALUASI

NO Kegiatan Pelaksanaan Target


Dilaksanakan
Telah dilakukan wawancara dan wawancara,
Wawancara dan
pengukuran status gizi pada tanggal pengukuran BB,
1. pengukuran status gizi 1 dan 3 Agustus 2013. Dilakukan
TB, pemeriksaan
balita pengukuran BB,TB dan pemeriksaan
fisik fisik dan
penunjang
Ibu dapat
Edukasi tentang Telah dilaksanakan edukasi tentang memahami
2. kebutuhan gizi pada tanggal 3
kebutuhan gizi anak kebutuhan gizi
Agustus 2013
untuk an.MIU
Pemberian Makanan Telah diberikan PMT berupa susu
3. SGM pada tanggal 3 Agustus 2013 Pemberian PMT
Tambahan
di rumah an.MIU
Terdapat
Telah dilaksanakan pengukuran berat
Pengukuran ulang berat badan ulang dan pemberian vitamin peningkatan berat
4. badan an.MIU
badan anak A pada tanggal 20 Agustus 2013 di
dan peningkatan
Posyandu RW 2 Klepu
nafsu makan

VI. HASIL KEGIATAN

No Kegiatan Target Hasil


Dilaksanakan wawancara,
Wawancara dan pengukuran pengukuran BB, TB,
1.
status gizi balita pemeriksaan fisik dan
Berat Badan Iqbal
penunjang
naik dari 10,0 kg
Edukasi tentang kebutuhan gizi Ibu dapat memahami menjadi 10,4 kg
2. kebutuhan gizi untuk
anak dalam waktu 3
an.MIU
3. Pemberian Makanan Tambahan Pemberian PMT minggu
Terdapat peningkatan berat
4. Pengukuran ulang badan an.MIU dan
peningkatan nafsu makan
VII. PEMBAHASAN

Seorang anak disebut mengalami gizi buruk apabila terdapat 1 atau lebih

tanda yaitu :

a. BB/TB: < -3 SD dan atau;


b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
dan disebut mengalami gizi buruk dengan komplikasi apabila tanda tersebut
ditambah dengan penyakit penyerta seperti demam tinggi, anoreksia, pneumoni
berat, dehidrasi berat, penurunan kesadaran atau anemia berat

Pada kasus ini An.MIU mengalami gizi buruk tanpa komplikasi sehingga

anak dapat dilakukan dengan rawat jalan.


Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan anak

berstatus gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD). Pelayanan anak gizi buruk dilakukan

dengan frekuensi sebagai berikut:

3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap minggu

Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap 2

minggu

Anak yang belum dapat mencapai status gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD,

dan tidak ada edema) dalam waktu 6 bulan, dapat melanjutkan kembali proses

pemulihan, dengan ketentuan, jika:

Masih berstatus gizi buruk, rujuk ke RS atau Puskesmas Perawatan atau

Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

Sudah berstatus gizi kurang, maka dilanjutkan dengan program pemberian

makanan tambahan dan konseling.

Prinsip Makanan Pemulihan gizi

1. Makanan untuk Pemulihan Gizi adalah makanan padat energi yang

diperkaya dengan vitamin dan mineral.

2. Makanan untuk Pemulihan Gizi diberikan kepada anak gizi buruk selama

masa pemulihan.

3. Makanan untuk Pemulihan Gizi dapat berupa: F100, makanan

therapeutic/gizi siap saji dan makanan lokal. Makanan lokal dengan

bentuk mulai dari makanan bentuk cair, lumat, lembik, padat.


4. Bahan dasar utama Makanan Untuk Pemulihan Gizi dalam formula F100

dan makanan gizi siap saji (therapeutic feeding) adalah minyak, susu,

tepung, gula, kacang kacangan dan sumber hewani. Kandungan lemak

sebagai sumber energi sebesar 30-60 % dari total kalori.

5. Makanan lokal dengan kalori 200 kkal/Kg BB per hari, yang diperoleh

dari lemak 30-60% dari total energi, protein 4-6 g/Kg BB per hari.

6. Apabila akan menggunakan makanan lokal tidak dilakukan secara tunggal

(makanan lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan makanan

formula.

Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi

lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari,yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari

(Formula 100). Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5 minggu dengan

pemberian makanan secara bertahap dengan mengurangi frekuensi makanan cair

dan menambah frekuensi makanan padat (Anonim, 2011)

Pada kasus an.MIU telah diberikan makanan pemulihan gizi berupa makanan

lokal dengan komposisi makanan lembik dan padat dan dengan kalori sebesar

2000 kalori. Anak MUI merupakan anak gizi buruk tanpa tanda klinis, sehingga

dapat langsung diberikan makanan fase rehabilitasi berupa makanan lokal. Anak

langsung diberikan makanan padat karena setelah melalui beberapa intervensi

sebelumnya anak justru tidak mau diberikan makanan cair atau lembik, karena itu

saat ini diberikan makanan padat/keluarga dengan porsi pemberian yang sedikit-

sedikit tetapi sering.


Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini

tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut

karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata

lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis)

atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut). Indikator TB/U memberikan

indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang

berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola

asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang

mengakibatkan anak menjadi pendek (Riskesdas, 2010). Indikator pendek

merupakan indikator gizi buruk yang tidak hanya bergantung pada nutrisi

makanan yang diberikan tetapi juga faktor-faktor yang lain seperti berat bayi lahir

rendah (BBLR), intrauterinde growth retardation (IUGR) yang juga berhubungan

dengan mulnutrisi pada masa kehamilan, jeda kelahiran yang terlalu dekat,

kegagalan vaksinasi, penyakit infeksi ataupun infestasi parasit (Pasricha dan

Biggs, 2010). Pada kasus ini an.MUI tidak hanya kurus tetapi juga pendek,

sehingga an. MUI mengalami kondisi gizi buruk yag kronik di mana faktor-faktor

yang berpengaruh antara lain berat bayi lahir rendah dan berat tidak sesuai dengan

usia kehamilan serta juga pernah menderita infeksi TB dan kecacingan yang

berpengaruh pada kasus gizi buruk yang berlangsung kronis. Oleh karena sangat

penting adanya pemberian gizi sejak masa kehamilan hingga anak masa

pertumbuhan untuk mencegah terjadinya kejadian gizi buruk pada anak


VIII. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. telah dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik terhadap balita gizi buruk

2. Telah dilakukan edukasi pemberian makanan dan kebutuhan kalori kepada

ibu balita gizi buruk

3. telah diberikan PMT kepada balita gizi buruk

4. telah dilakukan monitoring pertumbuhan BB dan TB terhadap balita gizi

buruk dengan pertambahan BB sebesar 0,4 kg, tetapi anak masih dalam

kategori gizi buruk

B. Saran

1. kepada Puskesmas Keling I

a. dilakukan evaluasi berkala mengenai pola makan dan pengkuran

status gizi anak gizi buruk.

b. memberikan edukasi tentang kebutuhan gizi sejak masa kehamilan

dilakukan pemeriksaan penunjang terhadap berbagai penyakit

penyerta pada anak gizi buruk seperti darah rutin, feses rutin,

pemeriksaan telur cacing, foto rontgen, uji tuberkulin dan lain-lain.

2. kepada ibu

a. rutin memeriksakan perkembangan anak dan konsultasi gizi ke

tenaga kesehatan.

b. memberikan menu makanan bervariasi, bergizi dan sesuai dengan

kebutuhan kalori anak serta diberikan dengan cara yang disukai

anak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia : Jakarta

Asworth,A., 2004, Guidelines for The Inpatient Treatment oh Severely Malnourished

Children, WHO, Switzerland

Depkes, 2011, Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu dan Anak

Dinkes Jateng, 2012, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 ; Semarang

Pasricha S.R., Biggs, B.A., 2010, Undernutrition Among Children in South and South

East Asia, dari Journal of Paediatrics and Health Children, Department of

Medicine, Royal Melbourne Hospital, University of Melbourne, Parkville, Victoria,

Australia ; Australia

Riskesdas,2010, Riset Kesehatan Dasara, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Kesehatan republik Indonesia


Lampiran Foto-Foto

Anda mungkin juga menyukai