IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Menikah
Keluhan utama:
Anamnesis Terpimpin
Pasien BAB cair warna hitam sejak 3 hari yang lalu disertai muntah warna
hitam, awalnya hanya sedikit, tapi hari ini sudah 3 kali. Nyeri ulu hati (+), demam
Riwayat sosial
- Jarang olahraga
- Merokok
- Kesadaran : E3M5V4
- Tanda vital
Suhu : 36.3 C
- Status Gizi
Berat Badan : 55 kg
IMT : 19
Kesan : Normal
- Status Generalis
Paru
tidak ada
Jantung
clavicularis sinistra.
sinistra.
sinistra
o Abdomen :
defans (-), massa (-), hepar tidak teraba besar, lien tidak
teraba membesar
o Ektremitas
Diagnosis
Syok hipovolemik
Tatalaksana IGD
Omeprazole 40 mg/12jam/iv
Observasi 15 menit
- Dilakukan bagging
- Vit. K 1 amp/iv
10 menit kemudian
TD belum terdeteksi, N tidak teraba. BAB cair hitam masih terus keluar.
- RJP 5 siklus
yang banyak akibat perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat terbuka atau
tersembunyi dalam organ tubuh. Syok hipovolemik yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah syok hipovolemik hemoragik perioperatif, yaitu syok yang
Terdapat cairan sedikitnya setengah dari berat badan pada orang dewasa
yang sehat. Volume total cairan (dalam liter) sebanding dengan 60% berat badan
(dalam kilogram) pada pria, dan 50% pada wanita. Jumlah cairan dan perkiraan
Respons Kompensasi
untuk mempertahankan volume darah dan perfusi jaringan. Respons yang paling
cairan interstisial, bukan volume darah interstisial, merupakan alasan bahwa cairan
kristaloid yang mengandung natrium klorida (cairan salin) lebih disukai sebagai
meningkatkan produksi sel darah merah. Respons ini terbentuk secara perlahan-
lahan, dan penggantian sepenuhnya eritrosit yang hilang dapat dicapai dalam 2
bulan.
pada kasus perdarahan sedang (misalnya kehilangan < 15% volume darah). Saat
darah yang hilang melebihi 15% volume darah, umumnya diperlukan penggantian
volume darah.
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
darah (ml)
darah (%BV)
meningkat
Evaluasi Klinis
mengetahui sebab dan jumlah darah yang keluar akibat terjadinya perdarahan
seperti mekanisme trauma, lama perdarahan, dan kelainan yang terdapat pada
pasien. Selain itu, perlu ditanyakan penanganan pre rumah sakit terutama
pemberian cairan, perubahan tanda vital, dan lama penanganan yang diberikan.
b. Aliran darah kulit kepala banyak dan dapat menghasilkan perdarahan yang
signifikan
2. Dada
perkusi pekak
c. Tension hemothorax
3. Abdomen
perdarahan intraabdominal
4. Pelvis
retroperitoneal
5. Ekstremitas
6. Sistem Saraf
Tanda Vital
Takikardi (denyut nadi > 90 kali per menit) sering diasumsikan sebagai hal
yang umum ditemukan pada pasien hipovolemik, namun pada posisi terlentang
tidak ditemukan takikardi pada mayoritas pasien dengan perdarahan sedang hingga
akut. Hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg) pada posisi terlentang juga
timbul pada hipovolemia tahap lanjut, saat kehilangan darah melebihi 30% dari
volume darah total. Metode yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
karena pada tahap aliran rendah, pengukuran noninvasif sering memberikan nilai
Selain itu dicari sumber perdarahan dan dilakukan usaha menghentikan perdarahan
yang terjadi. Seperti halnya resusitasi kasus lain, jalan napas dan pernapasan
(airway dan breathing) tetap diperhatikan.2,5 Kombinasi dari syok dan gagal napas
mengakibatkan mortalitas yang sangat tinggi. Dengan demikian setiap pasien syok
Perdarahan luar yang terlihat segera dikontrol dengan penekanan lokal. Bila
penggantian cairan dengan cepat, di mana angka kematian akibat syok hipovolemik
bawah ini dibahas mengenai resusitasi cairan dan hal-hal yang berhubungan.4
1. Kanulasi Vena
beratnya cedera pada tubuh serta kemampuan dan pengalaman dokter yang
menolong. Akses vena tidak boleh diberikan pada ekstremitas yang terluka.
Menurut acuan dari ATLS, pada kasus syok hemoragik, akses vena
yang disarankan adalah dua infus vena dengan diameter besar. Pilihan
pertama adalah infus perifer seperti vena pergelangan tangan dan punggung
tangan, pada fosa antekubiti dan vena savena. Tempat lain yang jarang
dipilih adalah vena femoralis dan jugularis. Vena subklavia dan jugular
kolaps. Akses cairan melalui vena perifer dapat menjadi sulit pada pasien
jaringan parut, riwayat penggunaan obat intravena dan luka bakar. Pada
keadaan tertentu akses vena sentral dengan kateter diameter besar dapat
dicoba pada vena femoral secara perkutan atau vena seksi. Akses vena
secara anatomis pleura pada paru kiri lebih tinggi. Komplikasi lainnya
seperti perforasi vena atau arteri atau emboli udara vena. Pada pasien
servikal.
2. Aliran Cairan Resusitasi
satunya cairan resusitasi yang memiliki viskositas lebih tinggi dari air.
Viskositas yang tinggi ini adalah akibat dari kepadatan eritrosit atau
hematokrit. Dengan demikian laju aliran whole blood lebih rendah dari air
dan albumin 5% sementara aliran packed RBCs adalah yang paling lambat.
Aliran yang lambat ini dapat ditingkatkan dengan pemberian tekanan pada
kolf darah menggunakan manset. Dapat juga ditambahkan cairan garam faal
sering terjadi adalah pernyataan bahwa laju aliran koloid lebih rendah
dibanding laju aliran cairan kristaloid atau air. Viskositas adalah fungsi dari
densitas sel sehingga laju aliran cairan tanpa sel sama dengan laju aliran air.
Strategi Resusitasi
atas dua tahap yaitu resusitasi dini (early resuscitation) dan resusitasi lambat
siklus yang menyebabkan resusitasi tidak dapat dilakukan hanya di awal saja.
Ketika terjadi syok hemorargik dan dilakukan resusitasi cairan, akan terjadi
dilusi dari sel darah merah yang akan mengurangi pengantaran oksigen. Hal
tersebut akan menyebabkan hipotermia dan koagulopati. Selain itu, cairan tubuh
yang meningkat akan meningkatkan tekanan darah, dan karena adanya efek
Pada akhirnya, siklus kenaikan tekanan darah dalam waktu singkat, perdarahan
yang makin banyak, dan kembali ke hipotensi akan terjadi terus menerus bila
dikontrol. Karena dilakukan pada kondisi yang berbeda, maka tujuan dari kedua
selanjutnya yaitu fase lambat. Tujuan dari resusitasi fase lambat adalah: 6
Pada saat resusitasi fase lambat ini dilakukan, pemberian cairan tetap
dengan cairan yang keluar atau yang mendekati. Kontroversi masih terjadi
walaupun dibutuhkan volume yang lebih besar (dibutuhkan 2-4 kali cairan
kristaloid agar efek resusitasinya sama dengan koloid). Cairan koloid memiliki
efek alergi lebih sedikit. Walaupun begitu tidak terdapat bukti yang
kekurangan hemoglobin.
jantung.
dinilai dengan mengukur dan membandingkan infus whole blood (1 unit = 450
ml), packed cells (2 unit = 500 ml), dextran-40 (500 ml). Didapatkan efek infus
ketiga cairan ini selama satu jam dalam meningkatkan curah jantung adalah
sama. Sedangkan kemampuan cairan Ringer laktat (1 L) adalah dua kali cairan
lainnya. Bila dibandingkan volume per volume maka cairan koloid adalah yang
paling efektif. Koloid dua kali lebih efektif dibanding whole blood, enam kali
lebih efektif dari packed cells dan delapan kali lebih efektif dibanding cairan
jantung adalah karena efek viskositas darah. Jika peningkatan curah jantung
20% cairan yang masuk. Delapan puluh persen sisanya akan keluar ke cairan
interstisial. Cairan koloid di lain pihak akan menambah volume plasma karena
molekul koloid yang besar tidak dengan mudah keluar pembuluh darah. Sekitar
75 atau 80% cairan infus koloid akan tetap berada di ruang vaskular dan
menambah volume plasma paling tidak pada jam-jam awal infus. Peningkatan
curah jantung adalah efek dari peningkatan preload (peningkatan volume darah)
dan efek penurunan afterload (efek dilusi dari viskositas darah). Berikut poin
Untuk mendapatkan efek yang sama pada curah jantung, volume infus
cairan kristaloid setidaknya tiga kali lebih banyak dari volume infus cairan
koloid
Memperkirakan volume cairan total
Memperkirakan jumlah darah yang keluar. Kelas I bila kehilangan darah < 15%
volume darah, kelas II bila kehilangan darah 15-30% volume darah, kelas III
bila kehilangan darah 30-40% dan kelas IV bila kehilangan darah lebih dari
kehilangan darah
dengan anggapan bahwa peningkatan volume darah adalah 100% volume infus
whole blood, 50-75% volume infus cairan koloid dan 20-25% volume infus
cairan kristaloid. Volume resusitasi setiap cairan dihitung dari defisit volume
dibagi persen retensi cairan. Sebagai contoh jika defisit volume 2 L dan cairan
= 65 mL/kg ()
= VD x 3 (kristaloid)
B. Pemantauan Resusitasi
napas, urin yang keluar, status mental dan suhu tubuh. Vena sentral dapat
asam basa, fungsi hati dan ginjal, gula darah, hematologi dan koagulasi rutin.
kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA
2. Martel MJ. Hemorrhagic shock. J Obstet Gynaecol Can. Vol 24 (6). 2002.
504-11
4. Sjamsuhidayat, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. 119-
24
29]