Anda di halaman 1dari 11

PAPER PENGGANTI UAS

EKPLORASI GEOKIMIA MIGAS


Penentuan Kematangan Batuan Induk Dengan Analisa
Geokimia Organik Di Cekungan Asri, Jawa Barat Utara,

Oleh
Sitti Hafsa Kotarumalos,ST.
270120160005

Disampaikan untuk Mata Kuliah


Eksplorasi Geokimia Migas diampu oleh :
Dr. Sc. Yoga A. Sendjaja,ST., M.Sc.
Dr. Ahmad Helman Hamdani, M.Si.

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
PENENTUAN KEMATANGAN BATUAN INDUK DENGAN ANALISA
GEOKIMIA ORGANIK DI CEKUNGAN ASRI, JAWA BARAT UTARA

Sitti Hafsa Kotarumalos,ST.


Email :
yolly_kotarumalos@yahoo.com

Ringkasan

Cekungan Asri saat ini merupakan bagian dari daerah operasi China National Offshore Oil
Company (CNOOC) SES Ltd. blok South East Sumatra (SES). Di dalam blok ini terdapat dua
cekungan sedimen Tersier besar yaitu Cekungan Asri dan Cekungan Sunda. Cekungan Asri
berada di bagian utara dan Cekungan Sunda berada di bagian selatan. Cekungan belakang busur
ini berada sekitar 150 km di tenggara lepas pantai Pulau Sumatra, terletak pada 0430 LS
- 0600 LS dan 10600 BT 10700 BT. Meskipun tidak memiliki deposenter
sedalam Cekungan Sunda, Cekungan Asri juga merupakan cekungan yang produktif.
Keduanya memiliki latar belakang tektonik yang relatif sama sehingga geometri dan stratigrafi
penyusun cekungan juga relatif sama. Perbedaannya adalah hidrokarbon yang dihasilkan,
Cekungan Sunda secara umum menghasilkan minyak dan gas, sementara Cekungan Asri hanya
menghasilkan minyak saja. Cekungan Asri hingga kini dikenal sebagai salah satu cekungan
penghasil minyak bumi yang cukup besar di wilayah Indonesia bagian barat dengan lapangan-
lapangan minyak utama di cekungan ini yang diperkirakan memiliki cadangan minyak sekitar
1,2 miliar barel dan produksi kumulatifnya sudah mencapai lebih dari 500 juta barel minyak.
Umumnya, lapangan minyak yang berproduksi di Cekungan Asri berlokasi pada batas
lengkung bagian barat. Minyak yang diproduksi dari lapangan-lapangan ini relatif sama, yaitu
minyak berjenis black oil dengan nilai API berkisar antara 33-34 API. Sampai saat ini belum
diketahui dengan baik interval batuan induk aktif yang berkontribusi dalam mengisi lapangan-
lapangan minyak tersebut dan juga potensinya untuk menghasilkan hidrokarbon. Saat ini yang
dianggap sebagai batuaninduk aktif penghasil minyak di Cekungan Asri hanyalah serpih
Formasi Banuwati yang diendapkan pada lingkungan lakustrin, berumur Eosen dan jendela
minyak saat ini diperkirakan berada di kedalaman sekitar 11.500 kaki di bawah permukaan air
laut.
Abstract

Asri Basin is located inside of China National Offshore Oil Company (CNOOC) SES Ltd.
concession block. There are two Tertiary sedimentary basins inside this block namely Asri
and Sunda Basins. These back arc basins are located about 150 km to the south east offshore
of Sumatra Island, at 0430 S - 0600 S and 10600 E 10700 E. Even
though Asri Basin does not has the depocenter as deep as Sunda Basin, Asri Basin is also a
prolific basin. These basins have similar tectonic backgrounds, then impact to the similar
basin geometry and stratigraphy. The difference is the hydrocarbon produced, Sunda Basin
generally produces oil and gas, while the Asri Basin oil only. Asri Basin is known as one of
the large oil-producing basin in the western part of Indonesia with major oil fields in the basin
which has estimated reserves around 1.2 billion barrels of oil and cumulative production has
reached more than 500 million barrels oil. Generally, the producing oil fields in the Asri
Basin is located on the western flexural margin. The oil produced from the fields is almost the
same type, the black oil type with 33-34 API. But, until now the active source rock intervals
that contribute and potentiality of active source rocks to generate hydrocarbons is still poorly
understood. Eocene Banuwati lacustrine shale is the only active source rock which is known
to produce hydrocarbons in Asri Basin. Present oil window is estimated to be at 11,500 feet
below sea level.

keywords: Geokimia, Cekungan Asri, Batuan Induk, Potensi Hidrokarbon


PENDAHULUAN

Perkembangan tektonik geologi


regional di Indonesia pada Awal Tersier
dipengaruhi oleh suatu gerak sesar geser
yang ditafsirkan berkaitan dngan tubrukan
India dengan Eurasia yang menimbulkan
pergeseran tepi timur Asia.

Tektonik Regional
Menurut Daly dkk, (1987) pada 50
Ma India terus bergerak menuju Eurasia
dan Australia bergerak menuju barat laut
(Gambar 1). Pada akhir 40 Ma, India mulai
menubruk Asia dan mengakibatkan gerak Gambar 2. Tektonik regional dan rekonstruksi
Eosen Akhir 40 Ma, India mulai memburuk Asia
transtensional yang mengawali dan mengakibatkan gerak transtesional yang
mengawali pembentukan Cekungan Asri (Daly dkk,
pembentukan Cekungan Asri (Gambar 2). 1987).

Geologi Cekungan Asri


Cekungan Asri merupakan
cekungan Paleogen setengah graben yang
sudah dikenal dalam industri minyak dan
gas bumi di Indonesia sebagai salah satu
penghasil minyak bumi yang cukup
signifikan di Indonesia bagian barat.
Cekungan Asri secara geologi dibatasi oleh
Paparan Sunda di bagian utara, di sebelah
timur dibatasi oleh Cekungan Biliton dan
Busur Karimun Jawa, di sebelah selatan
dibatasi oleh Cekungan Jawa Barat dan
Platform Seribu, dan di bagian barat
dibatasi oleh Cekungan Jawa Barat dan
Gambar 1. Tektonik regional dan rekonstruksi Platform Seribu, dan di bagian barat
Paleosen/Eosen 55 Ma, India bergerak menuju Asia
(Daly dkk, 1987). dibatasi oleh Tinggian Lampung.
Cekungan ini memiliki luas sekitar 300 itu, juga digunakan data kromotografi gas
kilometer persegi dengan ketebalan (GC), kromotografi gas-spektometri massa
sedimen maksimum mencapai 16.000 kaki (GC-MS) dan isotop karbon dalam
atau 4.800 meter yang terbentuk dari penentuan lingkungan pengendapan.
Paleosen hingga Pleistosen. Seperti telah Analisis geokimia dilakukan pada
disinggung pada tektonik regional bahwa sampel batuan dari sumur Hariet-1 yang
Cekungan Tersier di Jawa Barat Utara hanya menembus sampai interval Formasi
termasuk Cekungan Asri dapat di Talangakar Anggota Lower Zelda. Dari
kelompokan menjadi empat fase yaitu fase analisis tersebut di dapatkan dua batuan
pre-rift, syn-rift, post-rift, dan syn-orogeny. induk potensial yaitu dari interveal Formasi
Talangakar Anggota Zelda dan Lower
ANALISIA GEOKIMIA Zelda. Keduanya memiliki nilai kekayaan
BATUAN INDUK, CEKUNGAN ASRI organik (TOC) yang baik (Peters dan Cassa,
1994). Dari segi kematangan organik,
Identifikasi batuan induk dilakukan serpih dari interval Formasi Talangakar
pada Cekungan Asri dari data yang Anggota Zelda masih berada pada jendela
didapatkan dari lima belas sumur yang belum matang dari parameter Tmax dan Ro.
tersebar pada daerah penelitian. Lima belas Sementara interval Formasi Talangakar
sumur tersebut adalah Mega-1, Gaby-1, Anggota Lower Zelda sudah memiliki
Esi-1, Delima-1, South Dewi-1, Taskia-1, jendela awal kematangan (Gambar 3).
Manik-1, Leyana-1, Sheila-1, Hariet-1,
Hariet-2, Darlene-1, Anastasia-1, Asri-1,
dan Yasrid-1. Dari lima belas sumur di atas
tidak seluruhnya menembus formasi
Talangakar Anggota Lower Zelda dan
serpih Formasi Banuwati. Ada diantaranya
menembus dan memiliki analisis geokimia
pada interval serpih Formasi Banuwati.
Pada umumnya data geokimia yang
digunakan berupa data kandungan material
Gambar 3. Log geokimia sumur Hariet-1
organik (%TOC), evaluasi pirolis batuan
(pirolis Rock-Eval) dan pengukuran Analisis yang sama juga dilakukan
reflektansi vitrinit yang dirangkum dalam terhadap sumur Hariet-2 yang menembus
log geokimia masing-masing sumur. Selain
samai interval Formasi Banuwati. Dari Analisis Kekayaan Material Organik
analisis tersebut didapatkan dua batuan (TOC)
induk potensial yaitu dari interval Formasi - Analisis TOC Anggota Lower
Talangakar Anggota Lower Zelda dan Zelda. Dari lima belas sumur yang
Formasi Banuwati. Kedua formasi tersebut menembus Formasi Talangakar
umumnya memiliki kekayaan organik Anggota Lower Zelda didapatkan
(TOC) yang baik sampai unggul (Peters dan kandungan material organik dari
Cassa, 1994). Dari segi kematangan interval ini menunjukan distribusi
material organik, serpih dari interval dari 0,1-3,46% atau buruk sampai
Formasi Talangakar Anggota Lower Zelda sangat baik menurut klasifikasi
dan Formasi Banuwati sesudah memasuki Peters dan Cassa (1994). Hanya
jendela awal kematangan sampai puncak beberapa sumur di antaranya yang
kematangan dari parameter Tmax dan Ro memiliki analisa kekayaan
(Gambar 4). material organik seperti telihat
Dari pengeboran sumur Hariet-1 dan pada tabel 1 di bawah.
Hariet-2 di bagian tengah cekungan ini,
telah di konfirmasi dua interval batuan Tabel 1. Nilai rata-rata kekayaan material organik
Formasi Talangakar Anggota Lower Zelda di
sebagai batuan induk aktif. Kedua susun ini Cekungan Asri.

dianggap representatif dari karakter batuan


induk di Cekungan Asri. Selanjutnya
difokuskan pada pembuatan log geokimia
dari seluruh sumur yang memiliki analisis
geokimia dan menembus salah satu atau
kedua interval batuan induk ini.

Gambar 4. Log geokimia sumur Hariet-2


Dari distribusi fasies di interval ini dari 0,1-12,3% atau buruk sampai
terlihat bahwa nilai kekayaan organik dari unggul menurut klasifikasi Peters
fasies flufial plain, delta dan kipas aluvial dan Cassa (1994).
tidak memenuhi syarat sebagai batuan
induk. Seluruh sumur yang menembus Tabel 2. Nilai rata-rata kekayaan material organik
Formasi Banuwati di Cekungan Asri.
interval dari fasies ini memiliki nilai
kekayaan organik >1% berat atau katagori
baik sampai unggul (Gambar 5).

Dari distribusi fasies di interval ini


terlihat bahwa nilai kekayaan organik dari
fasies flufial plain, delta dan kipas aluvial
tidak memenuhi syarat sebagai batuan
induk. Seluruh sumur yang menembus
Gambar 5. Peta distribusi kekayaan material organik
(TOC) rata-rata pada interval Formasi Talangakar interval dari fasies ini memiliki nilai
Anggota Lower Zelda di Cekungan Asri.
kekayaan organik >1% berat. Sementara
- Analisis TOC Formasi Banuwati. untuk fasies lakustrin memiliki nilai
Seluruh sumur yang menembus kekayaan organik >1% bahkan sampai 12%
Formasi Banuwati telah memiliki berat atau kategori baik sampai unggul
analisis kekayaan material (Gambar 6).
organik, seperti terlihat pada tabel
2 di bawah. Dari data sumur-
sumur tersebut didapatkan
kandungan material organik dari
interval ini menunjukan distribusi
sebagian nilai HI yang tinggi,
melebihi nilai 600 (Gambar 7).
Hal ini mengindikasikan bahwa
Formasi Talangakar Anggota
Lower Zelda merupakan koragen
dengan tipe 1 yang berasal dari
alga air tawar dengan maseral
alginit dan terbatas pada
lingkungan anoksik yang sangat
jarang didapatkan pada
lingkungan laut. Dapat
disimpulkan Formasi Talang Akar
Anggota Lower Zelda adalah
endapan lakustrin dangkal sampai
dalam yang sangat memungkinkan
untuk menghasilkan minyak pada
Gambar 6. Peta distribusi kekayaan material organik
(TOC) rata-rata pada interval Formasi Banuwati di puncak kematangannya.
Cekungan Asri.

Analisis Tipe Material Organik


- Analisis tipe material organik
Anggota Lower Zelda. Dalam
menganalisis tipe material organik
digunakan data analisis Rock-
Eval. Data analisis Rock-eval
seringkali diplot dalam suatu
diagram van Krevelen yang
dimodifikasi. Modifikasi yang
dilakukan adalah dengan
mnegganti plot rasio H/C dengan
indeks hidrogen (HI), sedangkan
Gambar 6. Plot nilai indeks hidrogen (HI) terhadap
O/C digantikan oleh indeks indeks oksigen (OI) dengan menggunakan
modifikasi diagram Van Krevelen untuk
oksigen (OI). Hasil plot data menunjukan jalur evolusi kerogen dai interval
Rock-Eval memperlihatkan Formasi Talangakar Anggota Lower Zelda.
- Analisis tipe material organik Gambar 7. Plot nilai indeks hidrogen (HI) terhadap
indeks oksigen (OI) dengan menggunakan
Formasi Banuwati. Perlakuan modifikasi diagram Van Krevelen untuk
menunjukan jalur evolusi kerogen dai interval
yang sama dengan Formasi Formasi Banuwati.
Talangakar Anggota Zelda juga
dilakukan terhadap Formasi Analisis Kematangan Material Organik

Banuwati. Hasil plot data Rock- - Analisis Kematangan Material

Eval memperlihatkan sebagian Organik dengan Tmax. Analisis

nilai HI yang tinggi, melebihi nilai pirolis dilakukan terhadap sampel

600 (Gambar 8). Hal ini batuan yang diambil dari sumur

mengindikasikan bahwa Formasi yang tersebar di Cekungan Asri.

Banuwati juga merupakan koragen Selanjutnya di lakukan

dengan tipe 1 yang berasal dari pengeplotan antara nilai Tmax

alga air tawar dengan maseral yang dihasilkan dengan

alginit dan terbatas pada kedalaman (Gambar 8).

lingkungan anoksik sehingga


sangat jarang didapatkan pada
lingkungan laut. Dapat
disimpulkan Formasi Banuwati
adalah endapan lakustrin dalam
sampai dangkal yang sangat
memungkinkan untuk
menghasilkan minyak pada
puncak kematangannya.

Gambar 8. Plot nilai Tmax dan kedalaman di


Cekungan Asri.
- Analisis Kematangan Material 2. Interval batuan induk di Cekungan Asri
Organik dengan Ro. Analisis terdapat pada kelompok tektonik syn-
pantulan vitrinit (Ro) dilakukan rift, terutama padan syn-rift awal sampai
terhadap sampel batuan yang di syn-rift maksimum.
ambil dari sumur yang tersebar di 3. Terdapat dua interval batuan induk aktif
Cekungan Asri. Selanjutnya di di Cekungan Asri berdasarkan parameter
lakukan pengeplotan antara nilai geokimia Tmax dan Ro, yaitu Formasi
Ro yang dihasilkan dengan Talangakar Anggota Lower Zelda dan
kedalaman (Gambar 9). Formasi Banuwati.
4. Formasi Talangakar Anggota Lower
Zelda memiliki kandungan total material
organik buruk-sangat baik dengan tipe
material organik dari koragen tipe 1,
berasal dari lingkungan lakustrin
dangkal-lakustrin dangkal -lakustrin
dalam yang berpotensi menghasilkan
minyak pada puncak kematangannya.
5. Formasi Banuwati memiliki kandungan
total material organik buruk-unggul
secara umum lebih baik dari kandungan
total material organik Formasi
Talangakar Anggota Lower Zelda
dengan tipe material organik dari
koragen tipe 1, berasal dari lingkungan
lakustrin dalam-lakustrin dangkal yang
Gambar 9. Plot nilai Ro dan kedalaman di
Cekungan Asri. berpotensi menghasilkan minyak pada
puncak kematangannya. Secara geologi
fakta ini juga menunjang pada pendapat
KESIMPULAN bahwa interval Formasi Banuwati
merupakan endapan syn-rift.
1. Secara tektonik Cekungan Asri terbagi
menjadi empat fase yaitu fase pre-rift,
syn-rift, post-rift, dan syn-orogeny.
PUSTAKA

CNOOC SES Ltd (2006): Lower Zelda


Facies Map of Asri Basin , tidak
dipublikasikan.

CNOOC SES Ltd (2008): Regional


Migration Map of Asri Basin and
Sunda Basin , tidak dipublikasikan.

Daly, M.C., Hooper, B.G.D., dan smith, D.G.


(1987): Tertiary Plate Tectonics and
Basin Evolution in Indonesia,
Proceeding Indonesia, Petroleum
Association, 16th Ann. Conv., 399-
428.

Peters, K.E dan Cassa, M.R. (1994): Applied


source rock geochemistry, dalam
Magoon, L.b. AND Dow, W.G.,
EDS., The Petroleum System From
Source to Trap: AAPG Memoir,
60,93-117.

Anda mungkin juga menyukai