Anda di halaman 1dari 8

REGULASI PANGAN

Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan
kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap ekstensi dan ketahanan
hidupnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman dan bermutu, dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi. Oleh karena itu pemerintah Indonesia mengaturnya
dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan standar-standar yang digunakan pada
lembaga pemerintah yang mengawasi bidang pangan seperti: BPOM, Kemenkes, Kemenag
(MUI). Dalam menetapkan standar keamanan pangan tersebut pemerintah juga beracuan
terhadap regulasi pangan internasional yang dikeluarkan oleh CODEX ( FAO WHO).
Regulasi Pangan di Indonesia diatur dalam:
Khusus :
UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan
PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
PP No. 28 tahun 2004 tentang Keaman, Mutu dan Gizi Pangan
Umum :
UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Sedangkan untuk perangkat lainnya pemerintah mengacu terhadap:


Standar standar mutu keamanan pangan ( CODEX, BPOM, SNI )
Pedoman dan code of practice
Keputusan Menteri Agama RI No 518 tahun 2001 tentang Pedoman
dan Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 28/Menkes/SK/I/1996 yang
memuat label makanan
Regulasi pangan menurut Badan POM Republik Indonesia:

Produk Produk Susu dan Analognya, Susu (Plain) Termasuk susu skim, susu
skim-sebagian, susu rendah lemak dan susu lemak penuh.
1. Susu segar :
o Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
o Total padatan bukan lemak tidak kurang dari 8%;
Catatan : pengujian kolustrum tidak perlu dilakukan, cukup dengan
evaluasi dari Cara Produksi Susu Segar yang Baik.
2. Susu Pasteurisasi
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%;
3. Susu UHT (Ultra High Temperature)
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5
jam
4. Susu Steril
Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5
jam
5. Susu Tanpa Lemak atau Susu Skim
Kadar lemak susu tidak lebih dari 1,25%;
Kadar protein tidak kurang dari 2,7%.

6. Susu Rendah Lemak


Kadar lemak susu tidak kurang dari 1,25% dan tidak lebih dari 3%.
Kadar protein tidak kurang dari 2,7%.
7. Susu Rekonstitusi
Mengacu pada karakteristik dasar susu segar atau susu skim atau susu rendah
lemak
8. Susu Rekombinasi
Mengacu pada karakteristik dasar susu segar atau susu skim atau susu rendah
lemak.
9. Susu Lemak Nabati /Susu Minyak Nabati (Filled Milk)
Kadar lemak tidak kurang dari 3,25%;
Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8,25%.

Keju dan Keju Analog, Keju adalah produk segar atau hasil pemeraman berbentuk
padat atau semi padat yang diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, krim, susu
skim, komponen susu, susu rekombinasi, susu rekonstitusi atau campurannya dengan
rennet atau enzim penggumpal (asal hewan, tanaman atau mikroba) atau asam
dengan persyaratan kadar lemak susu dan kadar air yang tergantung dari jenisnya.
Termasuk keju lunak, keju agak keras (semi-hard) dan keju keras (hard) serta sangat
keras (very hard). Keju lunak mengandung air lebih dari 67% dihitung berdasarkan
padatan tanpa lemak (PTL). Keju agak keras mengandung 54% hingga 69% PTL,
keju keras mengandung 49% hingga 56% PTL, dan keju sangat keras mengandung
kurang dari 51% PTL. Terdiri dari:
1. Keju Analog:
Definisi : Keju analog adalah produk serupa keju yang dibuat dari emulsi
minyak dalam air.
2. Keju Fontinella
3. Keju Haloumy
4. Keju Tanpa Pemeraman (Keju Mentah):
Definisi : Keju tanpa pemeraman (keju mentah) adalah keju yang tidak
diperam (dimatangkan) yang siap santap, termasuk diantaranya adalah keju
cottage, keju cottage yang ditambah krim, keju krim, keju neufchatel,
mozzarella.
5. Keju Cottage (Cottage Cheese):
Definisi : Keju cottage (cottage cheese) adalah keju lunak tanpa pemeraman
yang dibuat dari susu segar atau susu segar yang dihilangkan lemaknya atau
susu rekombinasi.
6. Keju Krim (Cream Cheese):
Definisi : Keju krim (cream cheese) adalah keju lunak tanpa pemeraman
yang dibuat dari krim atau susu yang ditambah dengan krim dengan
penambahan kultur bakteri asam laktat dan enzim penggumpal (rennet, atau
enzim penggumpal lainnya).
7. Keju Mozzarella:
Definisi : Keju mozzarella adalah keju lunak yang dibuat dengan starter
Lactobacillus bulgaricus dan Steptococcus thermophilus atau bakteri asam
laktat lainnya yang sesuai
8. Keju Bocconcini
Tepung dan Pati
Definisi : Tepung dan pati adalah produk dasar dari biji serealia, akar, umbi,
kacang atau polong kacang serta empulur batang tanaman yang diperoleh dari proses
penggilingan/penumbukan yang digunakan sebagai bahan baku/ ingredien
(contohnya bahan untuk roti).
1. Tepung Beras
Kadar air tidak lebih dari 11%; Kehalusan : tidak kurang dari 99% lolos
ayakan 60 mesh, tidak kurang dari 70% lolos ayakan 80 mesh.
2. Tepung Jagung
Kadar air tidak lebih dari 10%; Kehalusan: tidak kurang dari 99% lolos
ayakan 60 mesh, tidak kurang dari 70% lolos ayakan 80 mesh.
3. Tepung Sorgum
Kadar air tidak lebih dari 15%; Kadar tanin tidak lebih dari 0,3% bk;
Kehalusan: tepung halus 100% lolos ayakan 32 mesh dan tepung dengan
kehalusan medium 100% ayakan 16 mesh.
4. Tepung Terigu
Kadar air tidak lebih dari 14,5%; Kehalusan tepung: tidak kurang dari
98% lolos ayakan 65 mesh. Kandungan zat besi besi (Fe) tidak kurang
dari 50 mg/kg, seng (Zn) tidak kurang dari 30 mg/kg, vitamin B1 tidak
kurang dari 2,5 mg/kg, B2 tidak kurang dari 4 mg/kg, asam folat tidak
kurang dari 2 mg/kg; Kadar protein tidak kurang dari 7%.
5. Pati Jagung atau Maizena
Karakteristik dasar: Kadar air tidak lebih dari 10%.
Regulasi Pangan menurut, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28
tahun 2004 mengatur tentang Keamanan, Mutu, Gizi Pangan terdiri 8 bab dan 54 pasal.
Adapun dari per bab dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab 1. Ketentuan Umum, terdiri dari:
Pasal 1 yang berisikan mengenai pengertian mengenai pengertian mengenai
pangan, pangan olahan, pangan segar, pangan siap saji, keamanan pangan,
persyaratan keamanan pangan, sanitasi pangan, persyaratan sanitasi pangan,
produksi pangan, peredaran pangan, perdagangan pangan, penyimpanan
pangan, pengangkutan pangan, industry rumah tangga pangan, bahan
tambahan pangan, pangan produk rekayasa genetika, irradiasi pangan,
kemasan pangan, mutu pangan, stadar, gizi pangan, sertifikasi mutu pangan,
sertifikat mutu pangan, dan pengertian badan usaha serta badan yang
bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan.
Bab 2. Keamanan Pangan, terdiri dari:
o Bagian Pertama:
Terdiri dari, Pasal 2 berisi tentang persyaratan sanitasi yang baik.
Pasal 3 berisi tentang pemenuhan persyaratan sanitasi dengan cara
menerapkan pedoman cara yang baik. Pasal 4sampai Pasal 9 berisi tentang
tata cara pedoman yang baik pada pasal 3. Pasal 10 berisi tentang Menteri
yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, kehutanan,
perindustrian, kesehatan atau Kepala Badan sesuai dengan bidang tugas dan
kewenangan masing-masing dapat menetapkan pedoman cara yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk diterapkan secara wajib.
o Bagian Kedua:
Terdiri dari, Pasal 11 sampai Pasal 13 yang berisi tentang pengaturan
mengenai bahan tambahan pangan.
o Bagian Ketiga
Terdiri dari, Pasal 14 yang berisi tentang pengaturan, persyaratan
dan pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetika.
o Bagian Keempat
Terdiri dari pasal 15 yang peraturan dan fasilitas yang digunakan
dalam irradiasi pangan.
o Bagian Kelima
Terdiri dari Pasal 15 sampai Pasal 20 yang berisi tentang peraturan
dan pengaturan mengenai kemsan pangan yang digunakan.
o Bagian Keenam
Terdiri dari Pasal 21 sampai Pasal 22 yang berisi tentang pengujian
dan jaminan mutu pangan secara laboratorium.
o Bagian Ketujuh
Tediri dari Pasal 23 sampai Pasal 28 yang berisi tentang peraturan
mengenai pangan yang tercemar.
Bab 3. Mutu dan Gizi Pangan, terdiri dari:
o Bagian Pertama
Terdiri dari Pasal 29 sampai Pasal 31 yang berisi tetang mutu suatu
produk pangan.
o Bagian Kedua
Terdiri dari Pasal 32 yang berisi tentang peraturan dan pengaturan
sertifikasi mutu pangan.
o Bagian Ketiga
Terdiri dari pasal 33 sampai Pasal 35 yang berisi tentang Gizi suatu
produk pangan.
Bab 4. Pemasukan dan Pengeluaran Pangan ke Dalam dan Dari Wilayah
Indonesia, terdiri dari:
o Bagian Pertama
Terdiri dari Pasal 36 sampai Pasal 40 yang berisi tentang peraturan
dan tata cara pemasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
o Bagian Kedua
Terdiri dari Pasal 41 yang berisi tentang peraturan dan tata cara
pengeluaran pangan dari wilayah Indonesia.
Bab 5. Pengawasan dan Pembinaan
o Bagian Pertama
Terdiri dari pasal 42 sampai Pasal 50 yang berisi tentang peraturan
dan tata cara pengawasan produk pangan.
o Bagian kedua
Terdiri dari Pasal 51 yang berisi tentang pembinaan terhadap para
pelaku industri pangan.
Bab 6. Peran Serta Masyarakat
Terdiri dari pasal 52 yang berisi tentang adanya peran serta masyarakat
dalam pengawasan gizi dan keamanan pangan.
Bab 7. Ketentuan peralihan
Terdiri dari pasal 53 yang berisi tentang ketentuan ketentuan peralihan
lainnya dari Peraturan Pemerintah ini.
Bab 8. Ketentuan Penutup
Terdiri dari pasal 54 yang berisi tentang berlakunya Peraturan Pemerintah
ini.

Regulasi keamanan makanan pemerintah Australia ( Negara bagian Victoria ):


Terdiri dari:
Keracunan makanan, sering kali disebabkan oleh bakteri dari makanan yang
ditangani. Terdapat gejala gejala yang ditimbulkan dari kercuna makanan
seperti; mual, pusing, kejang otot, diare, demam.
Makanan yang beresiko tinggi, adanya bakteri yang secara alami terdapat
dalam makanan
Sepuluh langkah sederhana menuju makanan yang aman:
1. Belilah dari pemasok yang mempunyai nama baik dan tempat bersih.
2. Hindarilah makanan basi, makanan yang sudah kadaluwarsa, atau
makanan dengan wadah atau kemasan yang rusak.
3. Bawa langsung pulang makanan dingin, beku atau panas dalam wadah
yang berisolasi.
4. Pisahkan makanan mentah dari makanan siap santap.
5. Jagalah agar makanan makanan beresiko tinggi tidak di zona suhu
berbahaya selama lebih dari 4 jam.
6. Janganlah membiarkan makanan di zona suhu berbahaya. Makanan
dingin hendaknya bersuhu 5C atau kurang dan makanan panas bersuhu
60C atau lebih.
7. Jika menyiapkan makanan , cucilah dan keringkanlah tangan baik baik.
8. Pakailah perkakas terpisah dan bersihuntuk makanan mentah dan
makanan siap santap.
9. Masaklah dengan saksama daging giling, ayam/itik, ikan dan sosis.
10. Jika ragu ragu buanglah.

Anda mungkin juga menyukai