Anda di halaman 1dari 19

Skenario

Marhaban Ya Ramadhan

Seorang laki-laki, 50 tahun, dirawat dengan panas tinggi dan didiagnosis Demam Berdarah di
ruang rawat inap. Selama 3 hari dirawat, pasien hanya mau diinfus dan tidak mau mengkonsumsi
obat. Menurut dokter pasien kini berada di fase kritis di hari keenam dia sakit dan belum
menunjukkan tanda perbaikan. Pasien hanya mengkonsumsi obat tradisional Sari Kurma yang dia
yakini mampu menyembuhkan demam berdarah. Pasien mengatakan hal ini dia lakukan karena
mengikuti pengobatan cara nabi.
Kebetulan besok hari pertama bulan Ramadhan, pasien ingin segera pulang dari puskesmas untuk
bisa melaksanakan ibadah puasa Ramadhan bersama keluarga di rumah. Malam hari ketika dokter
puskemas visite, pasien mengemukakan rencananya tersebut. Dokter puskesmas sudah berusaha
mengedukasi pasien supaya tidak berpuasa terlebih dahulu karena secara klinis pasien belum bias
dipulangkan dan berharap sang pasien bias bekerja sama demi kesembuhannya. Namun pasien
tetap bersikeras ingin puasa dan merasa kondisinya sudah membaik.

1 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 1
Klarifikasi Kata Sulit
1. Diagnosis
Penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya
(KBBI).
2. Demam berdarah
Demam akut yang disebabkan virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aides aigepty
dan menyebabkan penurunan jumlah trombosit darah
(Kesimpulan kelompok).
3. Klinis
Pemeriksaan yang berdasarkan pengamatan klinik oleh dokter sesuai dengan standar IPPA
(KBBI dan Kesimpulan kelompok).
4. Rawat Inap
Perawatan pasien dengan cara menginap di rumah sakit.
5. Infus
Pemasukan obat berupa cairan tanpa tekanan istimewa melalui pembuluh darah atau
rongga badan (KBBI).
6. Fase kritis
Masa pasien dalam kondisi yang genting (Kesimpulan kelompok).
7. Obat
Bahan kimia atau alamiah yang diberikan kepada pasien agar cepat sembuh
(Kesimpulan kelompok).
8. Mengedukasi
Memberi pengetahuan lebih lanjut kepada pasien agar kesehatannya membaik.
9. Puasa ramadhan
Ibadah menahan makan, minum, dan segala yang membatalkan mulai terbit fajar sampai
terbenam matahari di bulan ramadhan (KBBI).

2 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 2
Rumusan Masalah dalam Skenario

1. Mengapa pasien hanya mau diinfus ?


2. Mengapa dokter menganjurkan pasien untuk tidak berpuasa ?
3. Mengapa pasien tetap bersikeras untuk berpuasa ramadhan bersama keluarga di
rumah ?
4. Mengapa pasien mengikuti pengobatan cara nabi ?
5. Mengapa pasien merasa kondisinya telah membaik ?

3 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 3
Jawaban Daftar Masalah

1. Mengapa pasien hanya mau diinfus ?


Pasien kurang mempercayai dengan pengobatan dokter
Pasien merasa obat dokter mengandung bahan yang tidak menyembuhkan
Sebagai penambah pengobatan (sugesti)
2. Mengapa dokter menganjurkan pasien untuk tidak berpuasa ?
Dokter khawatir dengan kesehatan pasien karena tidak dapat mengonsumsi
obat
Karena keadaan pasien tidak memungkinkan untuk berpuasa
Masa penyembuhan semakin lama akibat kekurangan nutrisi dari infus
3. Mengapa pasien tetap bersikeras untuk berpuasa ramadhan bersama keluarga di
rumah ?
Dokter kurang cermat dalam menganamnesis pasien
Pasien telah merasa kondisinya sudah baik
Pasien tidak ingin meninggalkan kewajiban untuk berpuasa
Dokter kurang mengedukasi pasien tentang puasa
Pasien rindu dengan keluarga
4. Mengapa pasien mengikuti pengobatan cara nabi ?
Karena sari kurma memiliki banyak, salah satunya dapat meningkatkan jumlah
trombosit untuk penderita demam berdarah
Pasien lebih percaya dengan Thibban Nabawi
Pengobatan cara nabi sudah dilakukan turun-temurun di keluarganya
5. Mengapa pasien merasa kondisinya telah membaik ?
Pasien ingin membuat dokter tidak khawatir
Agar pasien dapat cepat pulang dan puasa
Hanya sugesti pasien
Kemungkinan pasien tengah berada dalam masa kritis
Kemungkinan pasien tengah berada dalam masa pemulihan

4 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 4
Peta Masalah (Problem Tree)

DEMAM BERDARAH
Fase Kritis

Pengobatan Modern Pengoabatan Tradisional


(Thibbun Nabawi)

Pemberian Infus Mengonsumsi sari


kurma
Pemberian Obat

Perbedaan Cara
Pandang (Paradigma)

Dokter Pasien

Melihat dari sisi medis Melihat dari sisi agama

Memberikan nutrisi dan Fanatik terhadap


istirahat yang cukup pengobatan tradisional
dengan rawat inap (Thibbun Nabawi)

Kurangnya informasi Muslim yang sangat taat


yang diberitahukan
kepada pasien Ingin cepat pulang ke
rumah
Kurangnya mengedukasi
pasien

Komunikasi kurang efektif

5 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 5
Tujuan Pembelajaran (LO)

1. Definisi pengobatan cara nabi


2. Manfaat dan perbedaan pengobatan modern dan pengobatan cara nabi dalam penanganan
penyakit demam berdarah
3. Hukum tentang puasa ramadhan bagi orang sakit
4. Cara yang tepat dalam mengedukasi pasien
5. Pandangan islam terhadap pengobatan cara nabi
6. Fase kritis dan cara penanganan penyakit demam berdarah saat rawat inap

6 | Marhaban Ya Ramadhan
Langkah 7
Pembahasan LO dan Peta Konsep

1. Definisi Pengobatan Cara Nabi


- Metode pengobatan yang dijelaskan oleh Nabi kepada orang yang mengalami sakit
tentang apa yang Beliau ketahui berdasarkan Wahyu Allah ( Fattah, 2005).
- Menurut Syekh Ibnu Kholdun didalam kitab muqodimahnya mengatakan bahwa
yang disebut dengan istilah Thibbun Nabawi atau kedokteran Nabi adalah segala
macam bentuk cara pengobatan (alami dan modern) baik yang dari Yunani, Persia,
India, China dan Mesir yang sudah diwarnai jiwa keislaman dan ketakwaan sehingga
metode tersebut terjaga dari hal kesyirikan dan tidak membahayakan tubuh.

2. Manfaat Dan Perbedaan Pengobatan Modern Dan Pengobatan Cara Nabi Dalam
Penanganan Penyakit Demam Berdarah
Perbedaan umum antara Pengobatan Cara Nabi dengan Pengobata Modern :

PENGOBATAN CARA NABI PENGOBATAN MODERN

Bersumber dari wahyu Allah Berdasarkan pada pengetahuan, bukti klinis


dan pengkajian ilmiah yang mendalam
Biaya yang dibutuhkan hanya sedikit Biaya pengobatan relatif lebih mahal

Alat dan pengolahan bahan obat masih Alat dan pengolahan bahan obat sudah
sederhana canggih

Turun temurun dari zaman Nabi Setelah munculnya ilmu kedokteran


Prinsip pengobatan berlandaskan iman Berlandaskan Rasio-objektif
Menggunakan bahan alami halalan Sebagian besar berbahan kimia, tidak
Thoyyiban menghiraukan halal haram

Perbedaan yang paling mendasar antara pengobatan modern dan pengobatan


tradisional terletak pada cara mereka mengobati dan memahami suatu penyakit.
Pengobatan medis memandang penyakit hanya sebagai suatu kondisi biologis yang
ditandai dengan kelainan pada fungsi atau struktur organ-organ tertentu atau
seluruh sistem organ.

7 | Marhaban Ya Ramadhan
Sedangkan pengobatan tradisional menganggap penyakit lebih dari itu
selain biologis mereka juga melibatkan aspek spiritual, psikologis dan sosial
tertentu dari orang yang terkena.

Perbedaan pengobatan cara nabi dan pengobatan modern dalam perawatan dan
penanganan pasien DBD :
a. Pengobatan cara nabi :
Pengobatan cara nabi untuk penyakit demam berdarah menggunakan sari kurma. Kurma
memiliki kandungan zat salisilat, zat ini dikenal sebagai bahan baku aspirin, sebagai obat
pengurang atau penghilang rasa sakit dan demam. Salisilat besifat mencegah pembekuan
darah, antiinflasmasi dan berdampak melenyapkan rasa nyeri. Kecuali itu, menurut Nurfi
Afriansyah, staf peneliti KIE Gizi Puslitbang Gizi Bogor, salisilat juga bisa mempengaruhi
prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksida yang merangsang kontraksi otot polos,
menurunkan tekanan darah).
b. Pengobatan modern :
Semua pasien DBD harus dirawat, untuk menghindari syok yang dapat terjadi kemudian
observasi ketat dan berkala terhadap keadaan umum, tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan dan dioresis sangat penting. (WHO. 1999)
Diperlukan dokter dan perawat yang terampil, saran laboratorium yang memadai, dan
monitoring (Hadinegoro dan Rezeki, 2004).

3. Hukum Tentang Puasa Ramadhan Bagi Orang Sakit


Orang yang sakit dan safar mendapatkan keringanan boleh tidak berpuasa di bulan
Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Taala,
Barangsiapa yang sakit atau melakukan safar (kemudian dia tidak berpuasa) maka
dia mengganti di hari-hari yang lain. Allah menginginkan kemudahan untuk kalian, dan
tidak menghendaki kesulitan (Al-Baqarah: 185).
Akan tetapi tidak semua orang sakit bias mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa di
bulan Ramadhan yang notabenenya adalah wajib hukumnya. Bagaimanakah jenis sakit
yang mendapatkan keringanan? Berikut penjelasan dan rincian sesuai dengan kondisinya
sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:
Orang yang sakit ada dua kondisi :

Pertama: Orang yang penyakitnya menetap dan terus-menerus, tidak ada harapan untuk
sembuh seperti kanker ganas. Orang yang mengalami sakit semacam ini tidak wajib puasa.
Orang semacam ini sangat kecil harapannya untuk bisa sembuh dan dia tidak sanggup

8 | Marhaban Ya Ramadhan
untuk puasa karena sakit yang dideritanya. Kewajiban orang ini adalah memberi makan
(membayar fidyah) sejumlah hari puasa yang dia tinggalkan. Bisa dengan mengumpulkan
orang miskin sejumlah hari yang ditinggalkan kemudian memberikan mereka makan.
(Catatan tambahan dari penulis buku: Contoh penyakit parah lainnya semisal sakit diabetes
dan ginjal yang parah dan kronis, mereka harus makan dan minum secara berkala. Atau
pasien yang harus minum obat tiga kali sehari misalnya antibiotik yang harus diminum tiga
kali sehari dan hanya itu obat yang tersedia).

Kedua: orang yang sakitnya tidak terusmenerus atau hanya sementara, seperti demam,
pilek dan semacamnya. Kondisi sakit semacam ini ada tiga keadaan:
1. Tidak memberatkannya jika berpuasa (masih mampu berpuasa) dan tidak
membahayakannya, serta penyakit tersebut tidak banyak berpangaruh terhadap puasanya.
Dalam kondisi seperti ini, maka orang ini wajib berpuas karena tidak ada udzur baginya
untuk meninggalkan puasa.
(Misalnya pilek ringan, batuk ringan dan luka ringan).
2. Memberatkannya jika berpuasa (sudah tidak mampu berpuasa) akan tetapi tidak
membahayakannya jika ia berpuasa. Puasa dalam kondisi ini hukumnya makruh, karena
berarti tidak mengambil keringanan dari Allah, selain itu hal ini juga memberatkan dirinya.
(Catatan tambahan dari penulis buku: misalnya demam ringan, sakit migrain,
vertigo/kepala berputar, atau diare ringan. Mungkin tidak membahayakannya jika berpuasa
akan tetapi ia akan merasa berat, karena seharian merasa lemah atau menahan sakit yang
ringan seharian sehingga aktifitasnya tidak efektif atau malah hanya baring-baring dan
tidur-tiduran seharian, tidak melakukan aktifitas yang menjadi tugasnya).
3. Memberatkannya jika berpuasa (sudah tidak mampu berpuasa) serta membahayakannya.
(misalnya sakitnya akan bertambah parah atau bahkan bisa menyebabkan kematian).
Dalam kondisi ini dia haram untuk berpuasa, karena puasa akan membahayakan dirinya.
Misalnya penyakit diare parah di mana ia kekurangan cairan yang banyak, maka ia harus
segara minum atau menerima infus cairan tubuh (tidak berpuasa) untuk segera mengatasi
dehidrasi kekurangan cairan yang tentu berbahaya jika dibiarkan terus menerus.
Allah berfirman,
Janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah Maha kasih kepada
kalian. (An-Nisa; 29)
Allah juga berfirman,
Barangsiapa diantara kalian ada yang sakit atau dalam bepergian, maka ( wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu
(Al-Baqarah: 185)

9 | Marhaban Ya Ramadhan
Allah juga berfirman,
Janganlah kalian melemparkan diri kalian pada kebinasaan (Al-Baqarah: 159).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
Bahaya jika berpuasa bagi orang yang sakit bisa diketahui dengan cara orang yang sakit
itu merasakan apa yang terjadi pada dirinya atau berdasarkan keterangan dokter yang
terpercaya. Apabila orang dengan sakit jenis ini ia tidak berpuasa, maka dia wajib
mengqadha sejumlah hari yang dia tinggalkan setelah dia sembuh. Jika dia mati sebelum
sembuh maka dia gugur darinya kewajiban qadha, karena kewajibannya adalah
mengqadha di hari yang lain setelah sembuh, dan dia menjumpai waktu (nasih ada waktu)
untuk mengqhadanya (karena sudah meninggal).
Al-Imam An-Nawawi rahimakumulloh berkata : Para sahabat kami (yakni para
ulama syafiiyah) berkata : Syarat dibolehkannya berbuka (bagi orang yan sakit) adalah
adanya masyaqqah (rasa sulit/berat) yang ditanggungnya ketika melakukan puasa tersebut.
Adapun sakit yang ringan yang tidak ada masyaqqah yang nampak yang dirasakannya
ketika berpuasa, maka tidak boleh baginya untuk berbuka/tidak puasa, dalam masalah ini
tidak ada khilaf (perselisihan) disisi kami (madzhab as-Syafii), berbeda dengan pendapat
Ahlu Dhohir (madzhab Dhohiriyyah).
(Al-Majmu Syarh Al-Muhadzadzah, 6/257).

4. Cara Yang Tepat Dalam Mengedukasi Pasien


Terapi edukasi dapat dilakukan dengan menjalankan hubungan yang baik dengan
pasien melalui telepon, penyuluhan dan program edukasi secara individual pada saaat
control.
Hubungan pasien-dokter menjadi lebih baik dan cukup efektif bila dilakukan saat
wawancara dan pemeriksaan olek dokter. Dalam hal ini, segala sesuatu yang belum jelas
dapat ditanyakan ulang, baik mengenai penyakit maupun cara pengobatannya.
Dalam memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada pasien,
sebaiknya dokter memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Hindari menggunakan istilah-istilah kedokteran (medical jargon) yang tidak
dimengerti pasien.
2. Gunakan angka-angka jika ada datanya
3. Tulis beberapa informasi yang penting.
4. Perlu diketahui, informasi yang sama dapat diinterpretasikan berbeda
tergantung bagaimana cara kita menyampaikannya pada pasien.
5. Perlu diwaspadai, KIE tergantung pada kemmapuan kognitif pasien.
6. Menilai pengertian dan atensi pasien berulang kali.
(Lee, 2005).

10 | Marhaban Ya Ramadhan
- Metode Dakwah Dalam Surah An-Nahl (16) : 125

"Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan (dengan) pelajaran yang
baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabb-mu, Dia-lah
yang lebih mengetahui, tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang lebih
mengetahui, orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS.16:125)
Dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yang harus kita laksanakan sebagai
seorang daI, yaitu:
1. Berdakwah dengan Hikmah
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan baha maksud daari kata hikmah
adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Quran dan as-Sunnah.
Selain pengertian kata hikmah dengan kedua wahyu tersebut,M. Abduh
berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap-tiap hal.
Hikmah juga diartikan dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi memiliki banyak
makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu sesuai tempat yang semestinya. Orang yang
memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling
utama dari segala sesuatu. Selain itu Al-Zamaksyari mengartikan kata al-hikmah dalam al-
Kasyaf dengan sesuatu yang pasti benar. Al-Hikmah adalah dalil yang menghilanhkan
keraguan ataupun kesamaran. Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa al-hikmah juga
diartikan sbagai al-Quran yakni ajaklah manusia mengikuti kitab yang memuat al-hikmah.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahw al-hikmah adalah kemampuan daI
dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif madu. selain
itu al-hikmah juga merupakan kemampuan daI dalam menjelaskan doktrin-doktrin islam
serta realitas yang ad dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh
karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoristis
dan praktis dalam wadah.
2. Berdakwah dengan al-Mauidzah al-hasana (pelajaran yang baik)
Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa berdakwah dengan al-mauidzah al-hasanah
adalah mengajak manusia dengan memberikan motivai dan juga penakutan atas perbuatan

11 | Marhaban Ya Ramadhan
buruk yang dilakukan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari al-mauidzah al-
hasanah adalah ucapan yan lembut yang tidak mengandung kekerasan.
Dalam kitab zad al-Masir fiilmi al-tafsir milik Jamal al-DinAbdu al_Rahman al-
Jauzi disebutkan bahw makna dari al-mauidzah al-hasanah ada dua, yang pertama adalah
pelajaran dari Al-Quran berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan yang kedua adalah adab
yang baik yang telah maruf.
Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Maidxah adalah bentuk
isim dai lafadz waadza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga wasiat
untuk menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan motivasi
dan penakut-nakutan dimana dengan hal itu akan sampai ke hati yang diberi wasiat yang
akan menjadikan orang tersebut mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dari pengertian diatas maka al-mauidzah al-hasanah mengandung beberapa hal
berikut:
a. Nasihat ataupun petuah
b. Bimbingan dan pengajaran
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
Dari kandungan-kandungan di atas, maka al-mauidzah al-hasanah akan mengandung arti
kata-kata yang masuk ke dalam hati dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan
dengan penuh kelembutan dimana hal itu lebih dapat memberikan dampak pada orang yang
didakwahi.
3. Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik
Dalam pengertian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti memintal,
ataupun melillit. Kemudian kata tersebut diikutkan pada wazan faaala menjadi kata
jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan.

5. Pandangan Islam Terhadap Pengobatan Cara Nabi


Surah An-Nahl ayat 68-69

12 | Marhaban Ya Ramadhan
Artinya:
Dan Tuhamu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohonkayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia." (16: 68)
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (16: 69)

Surah Yunus (10) : 57

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.

Al-Qur`anul karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam


penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Taala.
Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu berpaling dan meninggalkannya untuk
beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada di masa sekarang ini. (Shahih Ath-
Thibbun Nabawi, hal. 5-6, Abu Anas Majid Al-Bankani Al-Iraqi)
Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata:
Sungguh para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan
bahan makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi). Ketika
memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai
obat yang kompleks. Mereka mengatakan: Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan
makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan
obat-obatan.
Ibnul Qayyim juga berkata:
Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya
mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat. (Ath-
Thibbun Nabawi, hal. 6, 29)

13 | Marhaban Ya Ramadhan
Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan
nabawiyyah sekedar sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia
menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang
dari Allah Subhanahu wa Taala lewat lisan Rasul-Nya . Sementara pengobatan
dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan
dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi diyakini kesembuhannya
karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi
kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba.
(Fathul Bari, 10/210).

Kesembuhan terletak di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia yang memberikan


kesembuhan kepada manusia. Seperti Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala,



Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (QS. Al-Syuaro: 80)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam


bersabda:





Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah ada obatnya yang juga diturunkan-Nya.
(HR. Al-Bukhari)

Pernyataan ini merupakan penegasan tentang hakikat dan akidah yang seyogyanya
tidak hilang dari hati setiap muslim.
Pernyataan di atas diperkuat oleh Ibnul Qoyyim yang mengatakan,
Metode pengobatan Nabawi tidak sebagaimana metode para dokter. Pengobatan
Nabawi sifatnya pasti, qothi, dan ilahi, bersumber dari wahyu, pelita kenabian, dan
kesempurnaan akal. Adapun pengobatan lainnya kebanyakan berlandaskan
perkiraan, dugaan, dan percobaan-percobaan. Memang tidak perlu dibantah bahwa
banyak orang sakit yang tidak merasakan manfaat pengobatan Nabawi, karena yang
bisa mendapatkan manfaat pengobatan Nabawi adalah siapa yang mau menerimanya
dengan percaya dan yakin akan diperolehnya kesembuhan. Ia menerimanya sepenuh
hati, dengan keimanan dan kepatuhan. Al-Quran yang merupakan penyembuh apa
yang ada di dalam hati ini, jika tidak diterima dengan penerimaan sepenuh hati, juga

14 | Marhaban Ya Ramadhan
tidak akan bisa mewujudkan kesembuhan hati dari berbagai macam penyakit, bahkan
tidak menambahkan kepada orang-orang munafik selain dosa-dosa dan penyakit-
penyakit yang bertumpuk-tumpuk.
(Aiman bin Abdul Fattah, 2005 : 107).

6. Fase Kritis Dan Cara Penanganan Penyakit Demam Berdarah Saat Rawat Inap
Secara garis besar ada 3 fase gejala demam berdarah, yaitu Fase Demam, Fase
Kritis, dan Fase Pemulihan.
Fase Kritis Demam Berdarah Pada beberapa orang yang memiliki demam dengue
atau demam bedarah dengue, bisa masuk ke fase kritis. Biasanya terjadi saat demam turun,
yaitu pada demam hari ke 3-5. Selama fase kritis ini bisa terjadi penumpukan cairan pada
paru-paru (edema paru) dan penumpukan cairan pada rongga perut (ascites) terjadi karena
peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma. Kondisi ini dapat menyebabkan
hipovolemia (rendahnya volume darah pada pembuluh darah) dan shock (tensi turun
drastis). Selama fase kritis ini, terjadilah disfungsi organ dan perdarahan berat, biasanya
berasal dari saluran pencernaan. Syok pada DBD (dengue shock syndrome) dan perdarahan
(demam berdarah dengue) terjadi sekitar kurang dari 5% dari semua kasus demam dengue.
Namun orang-orang yang sebelumnya pernah terinfeksi serotipe virus dengue lainnya
(infeksi sekunder), ternyata mereka malah memiliki resiko yang lebih tinggi. Fase kritis
terjadi relatif lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda (Muhlisin, 2016).

Penatalaksanaan Penanganan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa :


Tidak ada terapi spesifik
Macam terapi utuk penanganan DBD (Andriani dkk, 2014) :
o Terapi Suportif (pemberian cairan elektrolit)
o Terapi Simptomatik (penanganan sesuai gejala)
Bisa dengan memberikan obat antipiretik, antasida, antiulcer, antiemetika, diuretik,
dan atau sedatif.

Terdapat beberapa protokol dalam penanganan yaitusebagai berikut :


1) Protokol 1 (tersangka DBD tanpa syok)
Pemeriksaan di UGD
Indikasi rawat inap :
a. DBD dengan syok, disertai atau tidak dengan perdarahan
b. DBD dengan perdarahan masif dengan atau tanpa syok
c. DBD tanpa perdarahan masif dengan

15 | Marhaban Ya Ramadhan
Hb, Ht normal dengan AT < 100.000/mm
Hb, Ht yang meningkat dg trombositopenia < 150.000/mm3
Curiga DBD : Hb, Ht dan AT normal diperbolehkan pulang, kontrol ke poli 24 jam
berikutnya.
Meragukan: observasi di IGD, minum banyak, infus RL 500 cc dlm empat jam,
ulang Hb, Ht dan trombosit.
Penderita dirawat apabila:
a. Hb, Ht normal, AT < 100.000/mm3, atau
b. Hb, Ht yang meningkat dengan jumlah trombosit < 150.000/mm3
Penderita dipulangkan apabila didapatkan nilai Hb, Ht dalam batas normal dengan
jumlah trombosit > 100.000/ mm3.
Selama di IGD monitoring tekanan darah, frekwensi nadi, dan pernapasan serta
jumlah urin dilakukan minimal setiap 4 jam.
2) Protokol 2 (tersangka DBD di ruang rawat)
Pasien DBD tanpa perdarahan spontan dan masif, tanpa syok
Diberikan cairan kristaloid
Kebutuhan cairan perhari 1500 + {20 x (BB dlm kg 20)} Contoh BB 55 kg =
1500 + {20 x (55 20)} = 2200 ml
Setelah dilakukan evaluasi selama 24 jam
Bila Hb dan Hmt meningkat 10-20% dan AT < 100 ribu, pemberian cairan tetap
seperti rumus di atas evaluasi Hb Hmt dan AT tiap 12 jam
Bila Hb dan Hmt meningkat > 20%, dan AT < 100 ribu protokol berikut
(protocol 3)
3) Protokol 3 ( DBD dengan Hmt > 20%)
Peningkatan Hmt > 20% sebanding deficit cairan 5%
Berikan infus cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam dievaluasi setelah 3-4 jam
Bila membaik, kurangi menjadi 5 ml/kgbb/jam, evaluasi setelah 2 jam
Bila membaik, kurangi menjadi 3 ml/kgbb/jam
Infus dihentikan setelah 24-48 jam
Jika setelah pemberian 6-7ml/kgbb/jam kondisi tidak membaik (Hmt & nadi
meningkat, T turun <20mmHg, urin berkurang) naikkan menjadi 10ml/kgbb/jam,
evaluasi setelah 2 jam
Bila membaik turunkan 5 ml/kgbb/jam, bila memburuk naikkan menjadi
15 ml/kgbb/jam
Bila memburuk, tatalaksana syok
4) Protokol 4 (Perdarahan spontan pada DBD)

16 | Marhaban Ya Ramadhan
Perdarahan spontan : epistaksis yang tak terkendali, perd. Sal. Cerna, sal kencing,
otak atau tersembunyi sebanyak 4-5 ml/kgbb/jam
Pemberian cairan seperti protokol di atas
Pemeriksaan tanda vital dan jumlah urin sesering mungkin
Hb, Hmt, AT diulang tiap 4-6 jam
Heparin diberikan apabila ada tanda KID
Tranfusi komponen sesua indikasi
FFP def. faktor pembekuan
PRC bila Hb < 10 g/dl
5) Protokol 5 (Tatalaksana SSD)
Angka kematian meningkat 10 x lipat
Cairan kristaloid tetap pilihan utama, ditambah oksigenasi 2-4 L/menit
Periksa darah perifer lengkap, hemostasis, AGD, elektrolit, ureum dan kreatinin.
Fase awal : guyur cairan kristaloid 20-30 ml/kgbb dan dievaluasi setelah 15-30
menit.
Jika membaik cairan diberikan 7 ml/kgbb/j
Protokol 5
Bila dalam 1-2 jam tetap stabil, cairan diberikan 5 ml/kgbb/jam, bila 1-2 jam stabil
turunkan menjadi 3 ml/kgbb/jam
Bila 24-48 jam paska syok teratasi kondisi tetap stabil, infus harus dihentikan
Target diuresis 2 ml/kgbb/jam
Protokol 5
Bila fase awal belum teratasi cairan ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgbb/jam,
evaluasi 20-30 menit.
Bila belum teratasi lihat Hmt, bila nilai Hmt meningkat berarti kebocoran plasma
msh
berlangsung pilihan terapi cairan koloid.
Bila Hmt turun berarti ada perdarahan, lakukan tranfusi darah segar 10 ml/kgbb
Protokol 5
Cara pemberian cairan koloid
Dengan tetesan cepat 10-20 ml/kgbb/j dievaluasi setelah 10-30 menit.
Bila belum membaik pasang kateter vena sentral, naikkan cairan sampai
maksimum 30 ml/kgbb (maksimal 1-1,5 L/hari)
Bila belum teratasi , koreksi ggn asam basa, elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID
dan infeksi skunder
Bisa diberikan inotropik atau vasopresor

17 | Marhaban Ya Ramadhan
Peta Konsep

PENGOBATAN

MODERN CARA NABI

FASE KRITIS
DEMAM
BERDARAH

OBAT KIMIA DAN SARI KURMA


INFUS

DOKTER EDUKASI/DAK PASIEN


WAH

18 | Marhaban Ya Ramadhan
Daftar Pustaka

Aiman bin Abdul Fattah.2005.keajaiban thibbun nabawi.Al Qowam.


Andriani, N.W.E., H. Tjitrosantoso, dan P.V.Y. Yamlean. 2014. Penatalaksanaan Terapi
Pengobatan Demam Berdarah Dengue pada Penderita Anak yang Menjalani Perawatan di RSUP
Prof. Dr. Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT 3(2).
Bahraen, Raehanul. 2015. Panduan Ibadah Puasa Orang Sakit di Bulan Puasa. Kesehatan Islam.
Dewi, R. 2010. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa.
http://yudhani.staff.uns.ac.id/files/2010/07/dhf.pdf. 13 September 2016 (03.00).
Iqfadhilah. 2014. Informasi Kesehatan, Manfaat Herbal, Pengobatan. Perbedaan Antara
Pengobatan Modern dan Pengobatan Tradisional. 16, September, 2016.
Lee, A. W., W. Wong, dan S. Wong. 2005. Clinical Guidelines for managing lower-limb
osteoarthritis in Hongkong primary care setting :1-30.
Muhlisin, Ahmad. 2015. Demam, demam berdarah. mediskus.com/penyakit/3-fase-demam
berdarah-dbd. 17 Oktober 2015.
Murni, M. 2010. Majalah Hidayatullah Mujarabnya Thibbun Nabawi. Edisi khusus 2010.
Hidayatullah Media. Jakarta.
Qayyim, Ibnu. 2010. Metode Pengobatan Nabi (terjemah Thibbun Nabawi). Griya Ilmu. Bogor.
Rahmadi,Agus.2015.Kajian Ilmiah Pengobatan Nabi (PPT).
Sukardi, E., Soetjiningsih, W. Kandera, T. Parwati, P. Astawa, A. Marheni. 2008. Modul
Komunikasi Pasien-Dokter: suatu pendekatan holistic. EGC. Jakarta.

19 | Marhaban Ya Ramadhan

Anda mungkin juga menyukai