Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEMBAHASAN

1. Definisi
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan
submukosa kolon. (White. Y., Owen, F., Sibbald, J. & Crookes, P. A. Patofisiologi Aplikasi
Pada Praktik Keperawatan. 2009.321)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit peradangan yang ditandai oleh reaksi jaringan di
dalam usus yang menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang
dikenal seperti Shigella. ( Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006 )
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Jadi, Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa
dan submukosa kolon, ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi
yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang dikenal seperti Shigella, disertai masa
remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti dan dapat berlangsung dalam jangka waktu
yang lama.

2. Anatomi dan Fisiologi


Usus besar atau kolon berbentuk tabung dengan panjang sekitar 1,5 m. Diameter usus
besar lebih besar dari usus kecil yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi semakin dekat anus semakin
kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Sekum menempati sekitar 2 atau
3 inci pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi kolon assenden, tranversum,
dessenden dan sigmoid. Lekukan bagian bawah membelok kekiri sewaktu kolon sigmoid
bersatu dengan rektum. Bagian utama dari usus besar yang terakhir disebut dengan rektum
dan membentang dari kolon sigmoid sampai anus.
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses isi akhir
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, membentuk
masa feses, dan mendorong sisa makanan hasil pencernaan keluar dari tubuh.

2. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratifa belum diketahui, namun terdapat faktor predisposisi yang
bekaitan sebagai penyebab penyakit kolitis adalah keturunan, imunologi, infeksi virus atau
bakteri (masih spekulatif), kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh distres emosional atau
sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu timbulnya
gejala pada beberapa orang. ( Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006 )

4. Manifestasi klinis
Terdapat 3 jenis klinis kolitis ulseratif yang sering terjadi, dikaitkan dengan frekuensi
timbulnya gejala. kolitis ulseratif fulminan akutditandai oleh awitan yang mendadak
disertai diare parah (10 sampai 20kali/hari), berdarah, nausea, muntah, dan demam yang
menyebabkan berkurangnya cairan dan elektrolit dengan cepat. Seluruh kolon dapat
terserang disertai dengan pembentukan trowongan dan pengelupasan mukosa, yang
menyebabkan hilangnya darah dan mukus dalam jumlah banyak. Jenis kolitis ini terjadi pada
sekitar10% penderita.
Sebagian besar penderita kolitis ulseratif mengalami type kolitis kronis intermiten.
Awitan cenderung perlahan selama berbulan-bulan dan biasanya berlangsung 1-3 bulan
bahkan hingga bertahun-tahun. Mungkin terjadi sedikit atau tidak terjadi demam. Demam
dapat timbul pada bentuk penyakit yg lebih berat dan serangan dapat berlangsung 3-4
bulan, kadang digolongkan sebagai type kronis continue. Pada typekolitis ulseratif kronis
continue pasien terus-menerus mengalami diare. Dibandingkan dengan type intermiten
kolon yang terserang lebih sering terjadi komplikasi.
Pada kolitis ulseratif bentuk ringan, terjadi diare ringan dengan perdarahan ringan dan
intermiten. Pada penyakit yang berat, defekasi terjadi lebih dari 6 kali sehari disertai banyak
darah dan mukus. Kehilangan darah dan mukus yang berlangsung kronis dapat
mengakibatkan anemia dan hypoproteinemia. Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen
bagian bawah dan sedikit mereda bila defekasi.( Silvya A. Price & Lorraine M. Wibson, 2006).

5. Patofisiologi

Faktor genetik berpengaruh pada saluran pencernaan terjadi reaksi inflamasi


dilapisan dan dinding usus sehingga terjadi pembengkakan dan ulserasi sehingga
menimbulkan kuman untuk berkembang biak dan mengeluarkan toksin sehingga motilitas
usus meningkat menyebabkan absorbsi kurang dan terjadi diare sehingga dapat timbul
masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan karena terjadi diare dan absorbsi yang
kurang, diare yang terus menerus menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
sehingga masuk ketahap dehidrasi sehingga timbul masalah keperawatan volume cairan
kurang dari kebutuhan. Dari ulserasi menimbulkan lesi pada mukosa, terbentuk abses dan
pecah sehingga timbul iritasi mukosa yang menyebabkan nyeri.

6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan adalah :

Pemeriksaan Hasil Normal


Sinar X Lesi menyebar pada kolon. Tidak terdapat lesi pada kolon.

Endoskopi Mukosa yang rapuh. Mukosa tidak terdapat eksudat dan
Mukosa terinflamasi dengan eksudat ulserasi.
dan ulserasi.
Sigmoidoskopi Mukosa yang rapuh. Mukosa berlapisan dengan lendir untuk
melapisi lambung.
Mukosa tidak terinflamasi dan tidak
Mukosa terinflamasi dengan eksudat adanya cairan eksudat hanya cairan lender
dan ulserasi. untuk melindungi lambung dari asam
lambung.
Kolonoskopi Mukosa rapuh dengan ulkus pada kolon Mukosa berlapisan dengan lendir untuk
kiri. melapisi lambung.
Tes laboratorium Hemoglobin rendah. Lk : 13.5-18 g/dl
Pr : 11.5-16 g/dl

Albumin rendah. 3.5 - 5 g/dL.


7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan
respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan dapat terjadi.

1. Penatalaksanaan secara umum


Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.
Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan
motilitas usus.
Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose.

2. Terapi Obat.
Obat-obatan sedatife dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
Menangani Inflamasi :Sulfsalazin(Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin).
Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.
Azulfidin : Membantu dalam mencegahkekambuhan.
Mengurangi Peradangan : Kortikosteroid (Bila kortikosteroiddikurangi/
dihentikan, gejala penyakit dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan gejala
sisa merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak, hirsutisme
(pertumbuhan rambut yang abnormal). (Brunner & Suddarth, 2002)

b. Penatalaksanaan keperawatan
- Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemen vitamin
dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak-
seimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare,
diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan yang
mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada individu
intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan merokok juga dapat
dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan mortilitas usus. Nutrisi parenteral
total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
- Psikoterapi
Ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien,
kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik
ehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka. ( Silvya A. Price & Lorraine M.
Wibson, 2006 )
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas pasien yang meliputi:


Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
b. Keluhan utama :
Diare
Nyeri perut
Demam
Anoreksia
Penurunan berat badan
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pembekakan pada perut
- Nyeri pada perut
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Terdapat riwayat penyakit chorn
e. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Terdapat riwayat penyakit chorn dan radang

2. Pemeriksaan Fisik

a) Vital sign, meliputi

- Tekanan darah : Normal 120/90 mmHg


- Nadi : Diatas normal > 100 x/ menit
- Suhu : Diatas normal > 37,5o C
- Respirasi : Normal 16-20 x/menit
b) Head to toe terdiri dari:

Pemeriksaan kepala sampai dengan kaki, hanya saja pada pasien kolitis
pemeriksaan yang dilakukan dipusatkan pada bagian abdomen bawah pada saat
dilakukan inspeksi terlihat pembengkakan pada abdomen, terdapat nyeri tekan pada
abdomen, terdapat bunyi pekak pada saat dilakukan perkusi , bising usus lebih dari
normal.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kolitis ulserative
adalah :

1. Resiko kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare


2. Nyeri akut pada abdomen berhubungan dengan inflamasi kolon
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diare dan absorbsi yang
kurang
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Diagnosa Keperawatan : kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare
Tujuan : menunjukkan hidrasi yang baik
Kriteria Hasil : - Dibuktikan oleh tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Tidak ada muntah.

Perencanaan
No.
Intervensi Rasional
Dx Pantau intake dan output Memberikan informasi
1 Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu) tentang status cairan atau
Berikan cairan intavena, elektrolit volume sirkulasi dan
dan vitamin K kebutuhan pengganti
Perhatikan tanda atau gejala Hipotensi (termasukpostural),
peningkatan atau berlanjutnya takikardia, demam dapat
mual dan muntah menunjukan respon terhadap
Pemberian obat anti diare dan efek kehilangan cairan.
Mempertahankan volume
sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan
Muntah berkepanjangan
dapat menimbulkan depisit
natrium, kalium dan klorida.
Menurunkan kehilangan
cairan dari usus

Diagnosa 2

Diagnosa keperawatan : Nyeri akut pada abdomen berhubungan dengan


inflamasi kolon
Tujuan : Memperlihatkan pengendalian nyeri
Kriteria Hasil : - Klien tampak rileks
Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx 2 Tingkatkan tirah baring dan atur Menurunkan tekanan intra
posisi yang nyaman abdomen : menghilangkan
Berikan tekhnik relaksasi : distraksi, nyeri secara alamiah
latihan nafas dalam Meningkatkan istirahat,
Pemberian obat analgetik memusatkan kembali
perhatian
Dapat membantu mengurangi
nyeri

Diagnosa 3
Diagnosa keperawatan : kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan : tercapainya berat badan normal dan
mempertahankannya
Kriteria hasil : mual dan muntah hilang

Perencanaan
No.
Intervensi Rasional
Dx 3 Ciptakan lingkunganyang bersih, Untuk meningkatkan napsu makan
nyaman, dan jauh dari bau tidak dan menurunkan mual
sedap Dapat mengurangi mual dan
Pantau minuman seduhan saat menghilangkan gas
makan bila toleran Berguna dalam membuat kebutuhan
Konsul dengan ahli diit dan nutrisi melalui rute yang paling
pendukung nutrisi tepat
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

http://mishoiry.blogspot.co.id/2013/12/askep-pasien-gangguan-pencernaan-kolitis_4926.html
Brunner dan Suddarth .2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta : EGC
Nancy. R. Ahern, Judith M. Wilkinson. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

Silvya A. Price , lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit , vol 1
edisi 6, jakarta: EGC
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN KOLITIS

DOSEN PENGAMPU : Ns. Mashudi, S.kep, M.kep


DISUSUN OLEH : Miranty Sasqiaputri

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES JAMBI

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

TA. 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai