Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

Nama Peserta : dr. Priska Natalia


Nama Wahana : Bangsal / Poli RSU Adnan WD
Topik : Penyakit Jantung Rematik
Tanggal (kasus) : 25 Oktober 2014
Nama Pasien : M. Hanif
No. RM : 33. 33. 59
Tanggal Presentasi : Tempat Presentasi :
Presenter : dr. Priska Natalia Pendamping : dr. Novira Dwi Yanti
Objektif Presentasi : Diagnostik, Manajemen, Anak
Deskripsi : Anak laki-laki, 13 tahun, demam sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit, berdebar-debar, nyeri sendi yang tidak berpindah, batuk
kering yang hilang timbul, berkeringat malam, Penyakit Jantung Rematik
suspek efusi pleura kiri ec proses spesifik.
Tujuan : Mengobati / melakukan pencegahan sekunder pada Penyakit Jantung
Rematik (mencegah kekambuhan).
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka, kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi

LAPORAN KASUS
Data Pasien
Nama : An. M. Hanif
Usia : 13 tahun
Alamat : Balai Janggo
No. Registrasi : 33.33.59
Nama Bangsal : Melati
Terdaftar Sejak : 25 Oktober 2014

Data Utama untuk Bahan Diskusi


1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Penyakit jantung rematik, bising jantung pansistolik, takikardi, nyeri sendi, batuk,
berkeringat malam.
2. Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
Demam 2 minggu sebelum masuk rumah sakit tidak diobati, berdebar-debar, nyeri sendi
yang tidak berpindah, riwayat batuk lama disangkal, riwayat penurunan berat badan
disangkal.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan
Orang sakit adalah seorang pelajar SMP.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Pasien tinggal di rumah permanen, 1 tingkat, lantai semen, atap seng, ventilasi cukup,
listrik ada, air PDAM, tidak ada keluarga dan tetangga yang batuk-batuk lama. Pasien
kalau sakit jarang berobat ke dokter.
7. Riwayat imunisasi
Imunisasi lengkap
8. Lain-lain
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis Coooperative (CMC)

GCS : E4V5M6

Tanda Vital : TD : --- mmHg Pernapasan : 20x/menit
1
Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

Nadi : 120x/menit Suhu : 38,5 oC


BB : 26 Kg TB : ---
Pemeriksaan Generalis

Kepala : Normocepal

Kulit : Dalam batas normal

Mata : Konjuntiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Leher : tidak ada pembengkakan KGB

THT : hiperemis (-)

Thorak :
Jantung
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial linea midclavikula
sinistra RIC V
o Perkusi : Batas kanan linea parasternal dextra, batas kiri 1 jari
medial linea midklavikula sinistra RIC V, batas atas jantung linea
parasternal sinistra RIC II.
o Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler takikardi, murmur (+)
Paru
o Inspeksi : hemitorak kanan-kiri simetris saat statis dan dinamis
o Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler, rh -/-, wh -/-

Abdomen
o Inspeksi : tidak tampak membuncit
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Perkusi : timpani di seluruh kuadran
o Palpasi : supel, NT/NL (-), hepar dan lien tidak teraba

Ektremitas : sendi nyeri saat digerakkan, akral hangat, edema (-), refilling
capiler <2 detik.
b. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
25 Oktober 2014
Pemeriksaan darah

Hb : 10,0 gr/dl

Leukosit : 10.800/mm3

Ht : 31 %

Trombosit : 316.000/mm3

27 Oktober 2014
Mantaoux Test : negatif

28 Oktober 2014
Pemeriksaan Rongent
Kesan : Proses spesifik suspek efusi pleura kiri
DD/ Pleuritis
Pemeriksaan serologi
CRP : (+)
ASTO : Tidak diperiksa karena reagen habis

Daftar Pustaka
a. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

2
Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

b. The Australian guideline for prevention, diagnosis and management of acute rheumatic
fever and rheumatic heart disease (2nd edition)
c. Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease. Report of WHO Expert Consultation,
Geneva, 29 October 1 November 2001.
d. Rheumativ Heart Disease. World Heart Federation.

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Penyakit jantung rematik dan suspek efusi pleura ec proses spesifik.
2. Waspadai demam / infeksi saluran nafas pada anak dan diobati ke pelayanan kesehatan.
3. Terapi Penyakit jantung rematik pada anak.
4. Mekanisme terjadinya penyakit jantung rematik.
5. Edukasi tentang penyakit jantung rematik dan pengobatannya.
6. Motivasi untuk kepatuhan berobat penyakit jantung rematik yang lama.
7. Edukasi tentang penyakit efusi pleura.

SUBJEKTIF:

Pasien demam sejak lebih kurang 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi
ketika malam, berkeringat.

Nyeri sendi dirasakan sejak lebih kurang 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri tidak
berpindah-pindah, nyeri lebih dirasakan pada sendi-sendi besar.

Pasien batuk sejak 5 hari ini, batuk tidak berdahak, tidak berdarah, batuk hilang timbul.
Riwayat batuk lama disangkal pasien.

Pasien merasakan dadanya berdebar-debar sejak lebih kurang 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Rasa berdebar-debar hilang timbul.

Penurunan nafsu makan disangkal pasien.

Penurunan berat badan disangkal pasien.

Sesak nafas tidak ada.

Mual dan muntak tidak ada.

BAK dan BAB dalam batas normal.

Riwayat imunisasi lengkap.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

Pasien tinggal di rumah permanen, 1 tingkat, lantai semen, atap seng, ventilasi cukup,
listrik ada, air PDAM, tidak ada keluarga dan tetangga yang batuk-batuk lama. Pasien
kalau sakit jarang berobat ke dokter.

OBJEKTIF
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Gejala klinis yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis
- Riwayat demam sebelumnya.
- Nyeri sendi.
- Dada berdebar-debar.
- Batuk kering.
Pemeriksaan Fisik
Nadi : 120x/menit
Suhu : 38,5 oC
Jantung : Bunyi Jantung I-II reguler takikardi, murmur (+)
Ekstremitas : sendi nyeri saat digerakkan.

2. Epidemiologi
3
Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

Faktor usia pasien (13 tahun) adalah usia yang rentan untuk terkena Demam Rematik dan
Penyakit Jantung Rematik.
3. Kebiasaan pasien yang tidak berobat saat demam juga dapat menjadi faktor resiko
terjadinya Penyakit jantung rematik.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah

Hb : 10,0 gr/dl

Leukosit : 10.800/mm3

Ht : 31 %

Trombosit : 316.000/mm3
Mantaoux Test : negatif
Pemeriksaan Rongent
Kesan : Proses spesifik suspek efusi pleura kiri
DD/ Pleuritis
Pemeriksaan serologi
CRP : (+)
ASTO : Tidak diperiksa karena reagen habis

ASSESSMENT
Penyait jantung rematik sebenarnya adalah penyakit autoimun yang merupakan
konsekuensi dari infeksi bakteri streptokokus group A (SGA) beta hemolitik. Dari hasil
penelitian dan teori yang presentan baca, tidak semua anak yang terinfeksi bakteri SGA akan
menyebabkan demam rematik / penyekit jantung rematik. Ternyata tidak semua SGA dapat
menyebabkan penyekit jantung rematik tersebut, hanya sekitar 3-5% populasi manusia saja yang
rentan terhadapan infeksi bakteri SGA tersebut. Meskipun faktor kerentanan tersebut masih
belum diketahui.
Penyakit jantung rematik biasanya didahului dengan infeksi SGA yang menyerang saluran
nafas atas dan sedikit kasus menyerang kulit. Saat penderita yang memiliki kerentanan terhadap
SGA terserang bakteri tersebut, maka ada masa laten selama 3 minggu sebelum munculnya
gejala penyakit jantung rematik. Ketika gejala penyakit jantung rematik ini mulai muncul, infeksi
dari bakteri SGA ini telah dibasmi oleh sistem imun tubuh. Pada kasus ini, pasien masuk rumah
sakit dengan keluhan demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak pernah
berobat sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan lagi hiperemis pada saluran
nafasnya. Dari hasil pemeriksaan dan anamnesis tersebut sepertinya infeksi SGA pada anak ini
sudah selesai. Namun akibat dari infeksi tersebutlah yang masih tinggal yang mengenai rawan
sendi dan jantung. Dari teori yang presentan baca, organ tubuh yang biasa diserang oleh SGA
adalah sendi, jantung, otak dan kulit karena bagian tubuh itu memiliki unsur yang mirip dengan
unsur yang ada di bakteri SGA sehingga sistem imun kita menyerang organ tersebut. Pada pasien
ini didapatkan pula keluhan berupa nyeri sendi dan juga dada yang berdebar-debar.
Untuk menegakkan diagnosis penyekit jantung rematik, pada tahun 1944 Jones telah
menetapkan kriteria diagnosis atas dasar beberapa sifat dan gejala saja. Setelah itu kriteria ini
dimodifikasi pada tahun 1955 dan selanjutnya direfisi 1965, 1984, dan terakhir 1992 oleh AHA
sebagai berikut:

4
Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi bakteri SGA sebelumnya, yaitu hapusan
tenggorokan yang positif atau kenaikan titer tes serologi ASTO dan anti-DNA se-B. Bila terdapat
adanya infeksi SGA sebelumnya, maka diagnosis demam rematik / penyekit jantung rematik
didasarkan atas adanya:
1. Dua gejala mayor, atau
2. Satu gejala mayor dan dua gejala minor.
Pada pasien ini ditemukan satu gejala mayor dan dua gejala minor dengan tes serologi
yang positif. Pasien tidak dilakukan pemeriksaan hapusan tenggorokan tapi mengukur kenaikan
titer dengan tes serologi. Hasil tes serologi didapatkan CRP (+) dengan ASTO yang tidak dapat
diperiksa karena reagen habis. Dari data diatas dapatlah ditegakkan pasien tersebut menderita
penyakit jantung rematik.
Pada penyakit jantung rematik ini selain pencegahan primer, sangat diperlukannya
pencegahan sekunder untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan sumber yang presentan baca,
sangat diperlukan eradikasi pencegahan sekunder dengan menggunakan Benzatin Penisilin G
yang long acting. Majeed H.A dkk, menganjurkan cara pengobatan pencegahan sekunder dengan
menggunakan penisilin long acting, sebagai berikut:
1. Bila DR dengan karditis dan atau PJR (kelainan katub) dilaksanakan pencegahan
tersebut selama 10 tahun sesudah serangan akut sampai umur 40 tahun dan kadang-
kadang diperlukan seumur hidup.
2. DR dengan karditis tanpa PJR dilakukan pengobatan pencegahan sekunder selama 10
tahun.
3. DR saja tanpa karditis dilakukan pengobatan pencegahan sekunder selama 5 tahun
sampai usia 21 tahun.

Menurut presentan, pada pasien ini pengobatan pencegahan inilah yang bermasalah. Pada
saat pasien terinfeksi SGA atau bahkan Demam Rematik, pasien tidak berobat ke dokter
sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Pasien saat terdiagnosa PJR
mendapatkan antibiotik cefotaxim 2x 1 gr (IV) selama 10 hari dan saat pulang diberi obat
eritromisin 2 x 250mg (PO) selama 5 tahun. Dari sumber yang presentan baca dinyatakan bahwa
untuk program pencegahan primer dipergunakan obat Penisilin V 2 juta unit / hari selama 10 hari
atau eritromisin 40mg/kgbb/hari selama 10 hari.

Selain ditegakkannya diagnosis Penyakit Jantung Rematik, presentan juga memikirkan ke


arah Infeksi Tuberkulosis dengan riwayat batuk kering yang hilang timbul. Dari status gizi,
pasien terlihat kurus dan pasien sering mengeluh berkeringat malam. Tapi dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik banyak data yang tidak mendukung seperti riwayat batuk lama disangkal
5
Laporan Kasus Portofolio Penyakit Jantung Rematik

pasien, riwayat pengurangan berat badan disangkal pasien, nafsu makan tidak menurun. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan parunya dalam batas normal. Frekuensi nafas juga normal
20x/menit. Dari pemeriksaan penunjang, mantoux test (-) sedangkan rongent thorak didapatkan
kesan proses spesifik suspek efusi pleura kiri, dengan dd/ pleuritis. Untuk hasil darah lengkap,
dalam batas normal, leukosit hanya meningkat sedikit yaitu 10.800/mm3.

PLAN
1. Diagnosis
Pasien sudah memenuhi kriteria Jones untuk didiagnosis sebagai Penyakit Jantumg
Rematik.
2. Pengobatan
Selama rawatan, pasien diberikan:
a. IVFD RL 18gtt/menit
b. Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam / IV selama 10 hari
c. Paracetamol tab 3 x 250mg
d. Curvit 1 x 1 tab
e. Digoxin 2 x tab ( sediaan 0,25 mg)
f. SF 1 x 1 tab (karena pada hari rawatan ke-4 Hb nya turun)

Obat pulang diberikan:


a. Eritromisin 2 x 250mg (kontrol teratur ke Poli anak pengobatan direncanakan
selama 5 tahun)
b. Digoxin 2 x tab (sediaan 0,25mg)
c. Vit. B complek 1 x 1 tab

3. Pendidikan
a. Memberikan penjelasan kepada orangtua pasien tentang penyakit yang diderita
anaknya.
b. Penyakit ini membutuhkan kontrol dan pengobatan yang lama, minimal selama 5
tahun, sehingga orangtua harus sabar dan rajin membawa anaknya kontrol ke poli
anak.
c. Beri orangtua dan anak kalau anak tidak boleh terlalu capek atau aktivitas yang
berlebihan karena dapat memperberat kerja jantung dan memperburuk kondisi
anak.
d. Nasehati orangtua untuk membawa anaknya berobat jika sakit.
e. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan.
4. Konsultasi
a. Pasien ini diperlukan konsultasi kepada dokter spesialis anak untuk penanganan
lebih lanjut dan kontrol pengobatannya yang berkala.
b. Pada pasien ini juga diperlukan konsultasi ke bagian sub spesialis jantung anak
untuk manajemen lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai