Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 : Hal. 171 - 180 I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No.

Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 172

Jurnal Oftalmologi Indonesia JOI Sitokin JOI

SITOKIN
pertama sistem pertahanan tubuh dalam aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi,
menghadapi kuman tersebut melalui kegiatan proses inflamasi sel, imunitas, serta pertahanan
fagositosis. Namun usaha pertahanan tubuh jaringan ataupun morfogenesis. Kesemuanya terjadi
Admadi Soeroso tersebut tidak selalu berhasil, terutama pada akibat rangsangan dari luar. Sitokin mempunyai
Bag./Lab. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Uiversitas Negeri Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta keadaan kuman yang sangat patogen. Dalam berat molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di samping
mekanisme pertahanan tubuh yang alamiah, kadarnya juga sangat rendah.
komponen yang memegang peranan penting adalah
komplemen, yang merupakan salah satu kelas dari
Sifat Sitokin
protein darah.
Kemampuan sistem imun untuk melaksanakan Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons
ABSTRACT
fungsi protektif secara optimal, sangat tergantung terhadap rangsangan. Sitokin yang dibentuk segera
Many critical interactions among cells of the immune system are controlled by soluble mediators called pada sifat-sifat berbagai unsur seluler dan jaringan dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang
cytokines. These cytokines are a diverse group of intercellular signaling peptides and glycoproteins with low yang merupakan komponen-komponen sistem imun. sama dapat diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin
molecular weights and most of them are genetically and structurally unrelated to one another. Several hundred Unsur-unsur yang berperan dalam reaksi imunologik dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan dapat
have been identified to date. Each is secreted by particular cell types in response to a variety stimuli and produces yang terpenting adalah a). antigen dan imunogen, menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme.
characteristic effects on the growth, mobility, differentiation, or function of target cells. Collectivelly, they regulate b). sistem limfo-retikuler, c). imunoglobulin, Berbagai sitokin dapat memiliki banyak fungsi yang
not only immune and inflammatory responses but also wound healing, hematopoiesis, angiogenesis, and many komplemen, sitokin dan interferon, d). kompleks sama, Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis
other biologic processes. They are extremely potent compound that act at slight concentrations by binding to mayor histo kompatibilitas, e). molekul permukaaan atau efek sitokin lain, efeknya akan tampak saat
specific surface receptors on target cells. Unlike endocrine hormones, they are not produced by specialized sel leukosit.1 berikatan dengan reseptor yang spesifik pada
glands and secreted into the circulation, but rather are produced locally by a variety of tissues and cells. Only a Dalam menghadapi invasi kuman, komplemen permukaan sel sasaran atau sel target.
few cytokines, such as transforming growth factor beta, erythropoietin, stem cell factor (SCF), monocyte colony- akan melaksanakan tugasnya. Namun bilamana Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai
stimulating factor (M-CSF), are normally present in detectable amounts in the blood and are able to influence pertahanan tubuh alamiah tidak dapat mengatasi autokrin, namun pada kenyataannya juga dapat
distant target cells. Most other cytokines, unless produced in excess, act only locally over short distances, in infeksi kuman yang patogen, maka tubuh akan berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin. Dalam
either a paracrine manner (ie, on adjacent cells) or an autocrine manner (ie, on producing cell itself). mengerahkan pertahanan tubuh yang adaptif. melaksanakan tugasnya, sitokin dapat juga bekerja
Respons imun akan terbentuk melalui tahapan sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain, bahkan
Keywords: cytokines pemberian sinyal atau isyarat bahwa tubuh dapat pula menghambat kerja sitokin yang
telah terinfeksi kuman patogen yang dilanjutkan bersangkutan. Diketahui pula bahwa sitokin ikut
dengan pemrosesan dan pemaparan berperan dalam sistem imunitas alamiah maupun
Correspondence : Admadi Soeroso, c/o: Bag./Lab. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas antigen/kuman ke permukaan sel APC (antigen imunitas dapatan/spesifik.
Negeri Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kolonel Sutanto No. 132 Surakarta Banyak sarjana yang mengelompokkan
processing / presenting cell). Tahapan berikutnya
klasifikasi sitokin sesuai dengan kebutuhan
yaitu pengenalan antigen pada permukaan APC oleh
masing-masing, antara lain berdasar pada sumber
beberapa sel yang dibuat khusus untuk keperluan sel yang memproduksinya, efeknya pada sel, atau
tersebut. Aktivasi dari beberapa sel khusus tersebut, berdasar pada jenis ikatan dengan reseptornya.
akan memproduksi suatu bahan yang berguna untuk Abbas dkk pada tahun 1994 mengelompokkan
menghancurkan kuman patogen secara langsung sitokin berdasar pada fungsinya yaitu sitokin yang
melalui fagositosis dan komplemen. Bahan produksi berperan dalam imunitas bawaan (cytokines that
PENDAHULUAN Sistem imun harus mampu memberikan yang dikeluarkan akibat aktivasi dari beberapa sel mediated nature immunity). Yang termasuk dalam
Dalam sistem imun, tubuh manusia telah respons terhadap sejumlah besar antigen asing yang tersebut dinamakan sitokin. kelompok ini adalah: interferon tipe I, TNF-a (tumor
dilengkapi dengan kemampuan untuk memberi masuk ke dalam tubuh, walaupun hanya sedikit necrosis factor-a), IL-1 (interleukin-1), IL-6
respons non spesifik (misalnya fagositosis) maupun jumlah limfosit yang mengenali dan memberikan DEFINISI DAN KLASIFIKASI (interleukin-6 ), chemokin. Keduanya yaitu sitokin
kemampuan untuk memberikan respons imun respons terhadap setiap antigen secara spesifik. Definisi pengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi
spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan Limfosit ini tidak saja harus mampu mengetahui sel limfosit, antara lain: IL-2 (interleukin-2),
Sitokin adalah golongan protein/
limfoid yang terdapat dalam sistem limfo retikuler lokasi masuknya antigen, tetapi juga harus IL-4 (interleukin-4 ),TGF-b (transforming growth
glikoprotein/polipeptida yang larut dan diproduksi
(misalnya, limpa, tonsil dan Peyer patches yang mengaktifkan mekanisme efektor yang sangat factor -b). Yang ketiga adalah sitokin pengatur
oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag,
terdapat di sepanjang dinding usus), serta jaringan diperlukan untuk menyingkirkan antigen mediator imun dalam proses inflamasi,
eosinofil, sel mast dan sel endotel. Sitokin berfungsi
limfoid lain yang tersebar di seluruh tubuh. bersangkutan. a n t a r a lain: interferon-g, limfotoxin, IL-10
sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir
Kesemuanya itu merupakan suatu sistem kendali Masuknya kuman ke dalam tubuh seseorang (interleukin-10), IL-2 (interleukin-2), migration
semua proses biologis penting seperti halnya
dari seluruh mekanisme respons imun. akan membangkitkan sel neutrofil sebagai usaha

1
171
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 173 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 174

Sitokin JOI Sitokin JOI

inhibition factors, TNF- a (tumor necrosis factor- a) limfosit, mengatur immune mediated inflammation, Suatu studi menunjukkan bahwa rangsangan Diferensiasi sel B
sitokin merangsang haematopoetik, contoh : C - kit merangsang leukosit yang belum matang/ immature sitokin agar terus terjadi proliferasi sel yang Aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel B dalam
ligand, IL-3 (interleukin-3), granulocyte-macrophage dalam pertumbuhan dan diferensiasi. dilakukan dengan cara sintesa DNA saja tidak rangka pembentukan immunoglobulin, sangat
colony-stimulating factor, monocyte-macrophage Theze pada tahun 1999 menyatakan bahwa cukup untuk menjadikan sel selalu berproliferasi. tergantung pada beberapa sitokin. Sitokin IL-2 dapat
colony-stimulating factor, interleukin-7 (IL-7), other fungsi dasar sitokin yang diproduksi akibat adanya Oleh karena itu diperlukan adanya tambahan meningkatkan imunoglobulin/respons imun pada sel
colony stimulating factors cytokines. respons terhadap rangsangan yang bersifat aktivasi jalur anti apoptosis. Kondisi ini dapat T yang bergantung maupun sel T yang mandiri.
imunologik, berperan utama dalam kelanjutan hidup dilakukan dengan cara meningkatkan ekspresi Bcl2 Dalam studi in-vitro dengan menggunakan sel B
FUNGSI SITOKIN sel, proliferasi sel, diferensiasi seldan kematian sel.4 atau beberapa golongan protein lain. poliklonal yang diaktivasi sel T diduga bahwa IL-2
Sebagaimana telah disampaikan pada awal Hockenberg5 pada tahun 1990 telah sangat penting untuk merangsang pembentukan
tulisan ini, bahwa sitokin adalah poli peptida / gliko Sitokin dan Kelanjutan hidup sel menemukan, bahwa proto-onkogen Bcl2 dapat imunoglobulin. Meskipun demikian aktivasi sel B
protein dengan berat molekul rendah, yaitu antara 8- Sebagaimana diketahui bahwa kelangsungan menghambat kematian sel yang terprogram/ dengan menggunakan CD40 serta adanya IL-4 dan
40 KD, yang diproduksi dan disekresi oleh berbagai hidup sel darah/hematopoetik sangat tergantung apoptosis. Bcl2 akan berikatan dengan protein yang IL-10 dapat memproduksi imunoglobulin tanpa
sel yang berperan dalam respons imun bawaan atau pada lingkungan atau sitokin seperti halnya disebut Bax. Rasio BCl2 / Bax merupakan faktor yang disertai adanya IL-2. Dengan demikian keadaan ini
natural, dan respons imun yang didapat atau adaptif hematopoetic growth factors (misalnya IL3, GMCSF diduga akibat adanya jalur redundant terhadap
sangat menentukan terjadi atau tidaknya kematian
sebagai respons terhadap masuknya antigen ke atau GCSF). Bilamana ada beberapa faktor sitokin pematangan sel B. Selain itu penelitian lain
sel/apoptosis. Bilamana Bcl2 berlebihan, maka
dalam tubuh. pertumbuhan tersebut yang tidak ada, maka sel menduga, bahwa sitokin IL-2 lebih berperan dalam
semua protein Bax yang tersedia akan diikat oleh
Sitokin tidak tersedia sebagai molekul yang perintis hematopoetik akan segera mati melalui meningkatkan proliferasi sel B, tetapi IL-10 lebih
BCl2, sehingga proses apoptosis tidak akan terjadi.
siap digunakan, melainkan sintesa sitokin diawali mekanisme apoptosis. Keadaan ini menunjukkan berperan sebagai faktor diferensiasi.
oleh transkripsi gen baru yang sesaat, sebagai hasil Tetapi bilamana kadar protein Bax berlebihan, maka
bahwa sitokin dapat meningkatkan kelangsungan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
aktivasi seluler. Sitokin seringkali bekerja secara semua Bcl2 akan terikat dengan Bax dan sel akan
hidup sel dengan cara menekan atau menghambat diferensiasi sel Th adalah tempat pemaparan
pleiotropic: yaitu sitokin mempunyai mengalami kematian/apoptosis.
proses apoptosis. Kondisi protektif seperti ini dapat antigen, molekul yang bertindak sebagai ko-
pengaruh/bekerja pada berbagai sel target dan Wyllie6 pada tahun1995 menyatakan bahwa stimulator, sifat dari imunogen, berat molekul dan
ditemukan pada keadaan sebagai berikut, yaitu IL-3
redundants: yang berarti beberapa/berbagai sitokin rasio Bax/Bcl2 yang meningkat akibat ekspresi p53, kemampuan berikatan dari peptida dimana bila
menghambat apoptosis yang disebabkan pengaruh
melaksanakan fungsi yang sama terhadap satu jenis radiasi ion atau bahan perusak DNA. Contoh lain, IL- akan menimbulkan apoptosis sebagai akibat dari tinggi menuju ke arah Th1, dan jika berat molekul dan
sel3. Suatu jenis sitokin sering mempengaruhi kerja 2 memproteksi sel limfosit T agar tidak menimbulkan rangsangan terhadap ekspresi Bax dan hambatan kemampuan berikatan rendah menuju ke arah Th2,,
dan sintesa sitokin lain. Kemampuan ini menuju pada apoptosis karena pengaruh glukokortikoid, dan IL-6 ekspresi BCl2. Pernyataan ini didukung oleh Bossy-
dosis antigen, APC dan sitokin yang diproduksinya,
kaskade dimana sitokin kedua dan ketiga dapat mencegah timbulnya apoptosis karena pengaruh Wetzel7 pada tahun1999, yang menyatakan bahwa aktivitas molekul ko-stimulator dan hormon yang ada
memfasilitasi pengaruh biologik dari sitokin pertama. p53 pada sel myeloid leukemia. golongan anti apoptosis berfungsi menghambat pada daerah atau lingkungan setempat, latar
Sitokin dapat bekerja secara lokal (autocrine action) Kondisi protektif tersebut tergambar juga pada keluarnya cytochrome-C dari mitokondria atau belakang tubuh yang terkena infeksi serta profil dan
atau pada sel lain di dekatnya (paracrine action), dan peran sitokin IL-1b, TNF a, IFN g, GM-CSF dan G- menghambat keluarnya Apaf-1 (apoptosis activating keseimbangan sitokin yang mungkin terjadi akibat
bahkan dapat bekerja secara sistemik (endocrine CSF yang dapat memperpanjang umur PMN factor-1), sebaliknya Bax akan merangsang masuknya antigen. 8
action). Sitokin mengawali kerjanya dengan (polimorfonuklear) yang sudah matang dalam keluarnya cytochrome-C. IL-12 sangat potensial sebagai stimulus
mengikatkan diri secara kuat pada reseptor, pada sirkulasi. Oleh karena itu penghambatan proses permulaan bagi produksi IFN oleh sel T dan sel NK.
membrane yang spesifik dari sel target. E k s p r e s i apoptosis merupakan fungsi utama yang sangat Oleh karena itu akan berperan sebagai regulator
reseptor sitokin diatur oleh sinyal eksternal spesifik, penting bagi sebagian sitokin, walaupun sampai saat Sitokin dan Sel Diferensiasi diferensiasi sel Th1. Sedangkan IFN-gama yang
misalnya: stimulasi limfosit T ataupun B oleh antigen, ini mekanisme peran sitokin dalam proses apoptosis Diferensiasi th1 dan th2 merupakan sitokin yang diproduksi disaat infeksi
menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor belum semuanya jelas. Beberapa data menyatakan Sel naf T atau sel T perintis (sel Thp) hanya virus mulai terjadi, tidak saja potensial dalam
sitokin. Respons seluler terhadap sitokin terdiri atas adanya sitokin dalam proses apoptosis yaitu sebagai memproduksi IL-2 setelah dirangsang, kemudian merangsang IL-12, tetapi juga merubah sel dari Th2
perubahan dalam ekspresi gen dalam sel target, anti apoptotic onco protein ditemukan dalam Bcl2. akan terdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Karena sel menjadi Th1. Sedang sebaliknya produksi IL-4 yang
bermuara pada ekspresi fungsi baru dan proliferasi Th1 memproduksi IL-2 dan IFN, maka sel tersebut permulaan akan berperan dalam sel Th2.
sel target. Sitokin seringkali mempunyai berbagai
lebih berperan dalam imunitas seluler. Sebaliknya,
efek pada sel target yang sama. Untuk berbagai sel Sitokin dan Sel Proliferasi Sitokin dan Kematian Sel
sel Th2 yang memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 dan
target, sitokin berfungsi sebagai regulator dalam Pengaruh beberapa sitokin atau reseptor sitokin Beberapa sitokin khusus seperti halnya Fas-L,
IL-13, lebih berperan dalam merespons rangsangan
pembelahan sel. dalam regulasi proliferasi sel banyak diketahui,
yang membantu sel B dalam pembentukan antibodi. TNF a , TRAIL atau Ligand yang tidak teridentifikasi
Abbas pada tahun1994 menyatakan bahwa namun sampai saat ini mekanisme yang
Aktivasi yang spesifik dari faktor transkripsi oleh IL- dari TRAMP (atau DR3), merangsang terjadinya
fungsi sitokin dapat disebutkan dalam beberapa meningkatkan peran sitokin dalam siklus sel belum
12 dan IL-4 akan sangat menentukan efek pada Th1 apoptosis dalam beberapa sel. Reseptornya
kategori, yaitu:3 sebagai mediator imunitas bawaan, diketahui secara jelas. Beberapa penelitian sedang
dan Th2. termasuk FAS atau APO-1(CD95), reseptor TNF tipe-1
mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 175 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 176

Sitokin JOI Sitokin JOI

(TNFR1 atau p 55), DR3, DR4, dan DR5. Semua dilaksanakan dengan menentukan nilai ambang yang kuat dalam menginduksi molekul adhesi, itulah TNFRI merupakan mediator utama dari
reseptor tersebut membantu intra cytoplasmic death kerusakan sel, yang merupakan nilai ambang untuk sitokin lain dan aktivasi neutrofil. TNF yang aktivitas TNF, sedangkan TNFRII hanya sebagai
domain yang memungkinkan terjadinya interaksi menentukan arah yang lebih efisien, antara kematian diproduksi dalam jangka panjang/kronik, dengan pelengkap.
dengan death domain yang lain, seperti TRADD dan atau perbaikan. Nilai ambang kerusakan , memang konsentrasi rendah, dapat menimbulkan tissue Selain itu pada TNFRI bagian sitoplasmiknya
FADD/MORT-1 yang akan bersamaan dengan berbeda pada setiap sel atau tergantung dimana remodeling. mempunyai rangkaian yang terdiri dari 80 asam
TNFR-1 dan FAS secara berurutan. stadium siklus sel tersebut terjadi kerusakan. p53 Selain itu TNF dapat berfungsi sebagai faktor amino yang disebut dengan death domain, yang juga
TRADD adalah suatu molekul adaptor sebagai sangat penting pada kerusakan DNA yang terjadi angiogenesis dengan membentuk pembuluh darah terdapat dalam FAS protein (merupakan reseptor
penghubung terjadinya interaksi antara TNFR-1 dan pada saat siklus G1 berhenti yang dimediatori oleh baru, serta dapat berfungsi sebagai faktor dari FASL). Death domain dan TNFRI serta FAS
FADD (fas associating death domain), kemudian p21. p53 juga cukup berperan dalam penghentian pertumbuhan fibroblast (fibroblast growth factor,
akan berikatan dengan ligand masing-masing.
FADD berinteraksi melalui DED (death effector siklus G2, namun tidak merupakan komponen FGF), yang mengakibatkan pembentukan jaringan
Kejadian apoptosis yang akan terjadi akibat ikatan
domain) yang homolog dengan efektor protease penting. ikat. Jika produksi TNF tetap berlanjut, jaringan-
antara TNF dan TNFRI serta FAS dengan FASL juga
FLICE atau caspase-8 yang merupakan elemen Jika ditemukan p53 yang berkurang, maka sel jaringan tersebut dapat merupakan jaringan limfoid
dapat terjadi akibat aktivasi caspase-8 dengan
utama dari kaskade protease untuk terjadinya tumor tidak akan mengalami apoptosis, sehingga baru tempat berkumpulnya sel limfosit B dan limfosit
semua kaskade caspase nya.
apoptosis. keluar dari kendali, dan berkembang terus. Mutasi T. Beberapa efek yang dapat terjadi pada TNF ligand
Inti kelengkapan apoptosis terletak dalam ruang terbesar pada p53 yang terjadi pada tumor manusia dan reseptornya adalah9: TNF-a akan mengalami endositosis setelah
sitoplasma sel. Semua aktivasi tergantung pada terjadi pada DNA binding domain. Sehingga diduga berikatan dengan ligand. TNFRII akan berikatan
Efek aktivasi serta membantu proses mitogenik
mekanisme yang rumit terutama rangsangan bahwa p53 dapat sebagai mediator yang kuat dalam sel terutama dalam sistem hematopoetik yaitu dengan TNF-a dengan kemampuan 10 kali lipat
translokasi protein. Dasar terjadinya apoptosis menekan efek pertumbuhan melalui mekanisme menginduksi terjadinya kematian sel, menginduksi dibanding dengan reseptor TNFRI.
adalah keluarga cystein protease yang dinamakan transkripsi. respons imun bawaan terutama dalam proses Reseptor TNFRI dan TNFRII ekspresinya dapat
caspases, dimana kesemuanya bertanggung jawab inflamasi, berperan dalam respons imun dan proses ditingkatkan melalui rangsangan terhadap IL-2,
pada pemecahan protein. Disini mitokondria sangat BEBERAPA MACAM SITOKIN organogenesis. sedangkan IFN g akan merangsang TNFRII secara
berperan dalam aktivasi caspase dengan Tumor Necrosis Factor (TNF) TNF a mempunyai beberapa fungsi dalam selektif. Adanya aktivasi terhadap sel akan
mengeluarkan cytochrome-c, akibat adanya TNF merupakan mediator utama pada respons proses inflamasi sebagai berikut:8,10 meningkatkan menyebabkan sel segera melepaskan reseptor
rangsang ke arah sitosol yang merupakan ko-faktor terhadap bakteri gram negatif dan berperan dalam peran pro trombotik dan merangsang molekul adhesi TNF- a nya untuk berikatan dengan TNF-a selama
dari adaptor molekul APAF-1 (apoptotic protease respons imun bawaan terhadap berbagai mikro- dari sel leukosit serta menginduksi sel endotel, merespons inflamasi.
activating factor-1). Selanjutnya keadaan ini dapat organisme penyebab infeksi yang lain, serta berperan dalam mengatur aktivasi makrofag dan
menimbulkan aktivasi dari kaskade caspase, dengan bertanggung jawab atas banyaknya komplikasi respons imun dalam jaringan, yaitu merangsang Interleukin10
akibat terjadinya kematian sel.7 sistemik yang disebabkan oleh infeksi berat. Semula faktor pertumbuhan dan sitokin lain, berfungsi Interleukin10 atau cytokines synthesis inhibitory
Pada golongan mamalia telah ditemukan TNF diidentifikasi sebagai mediator untuk nekrosis sebagai regulator dari hematopoetik serta factor, merupakan protein yang larut dan terdiri dari
sebanyak 14 caspase yang dapat dibagi dalam 2 tumor yang terdapat dalam serum hewan percobaan komitogen untuk sel T dan sel B serta aktivasi sel 160 asam amino dengan berat molekul sekitar 18 kD.
kelompok fungsi, yaitu: kelompok caspase sebagai yang diberi lipo-polisakarida. neutrofil dan makrofag. IL-10 terdiri dari dua ikatan disulfide intra molekul dan
inisiator, mis.APAF-1, caspase-8, caspase-9, 10, Ada dua bentuk TNF, yaitu TNF-a dan TNF-b. Oppenheim pada tahun 2001, menyatakan bersifat labil. Struktur IL-10 lebih didominasi oleh a
kelompok caspase sebagai eksekutor / efektor, mis TNF-a diproduksi oleh berbagai jenis sel termasuk bahwa sintesa TNF-a berasal dari propeptida dan helix, serta diduga berasal dari bagian IL-2, IL-4, IFN-
caspase-3,6 dan 7. makrofag, sel T, sel B dan sel NK. Pembentukannya kemudian diproses intraseluler, dan karena dan IFN-. Sekresi sitokin ini berasal dari sel T, sel B,
p53 adalah suatu protein yang berfungsi terjadi akibat respons terhadap rangsangan bakteri, pengaruh TNF-a converting enzyme (TACE) menjadi monosit, makrofag, sel mast, sel eosinofil,
menghambat pertumbuhan sel tumor. Hilangnya virus dan sitokin lain, misalnya GM-CSF, IL-1, IL-2, matang dan kemudian disekresikan.10 keratinosit, hepatosit, sel epitel, sel astrosit dll.3,11,12 IL-
pelindung terhadap suatu gen, merupakan hal yang dan IFN-g, kompleks imun, dan komponen Seperti halnya sitokin lain, dalam waktu yang 10 tidaklah merupakan sitokin yang khusus/senyawa
dianggap sangat penting dalam timbulnya proses
komplemen. Sebaliknya, TNF-b disekresi oleh sel T, sama terbentuk 2-3 ikatan TNF- yang aktif dengan berasal dari Th2 dan gambaran ekspresinya lebih
karsinogenesis. Protein p53 merupakan salah satu
sel B yang teraktivasi. TNF- b berada pada reseptornya, sebagai akibat adanya cross link dari menyerupai IL-6 daripada IL-4 atau IL-5. Hampir
protein yang dapat menghentikan untuk sementara
permukaan sel bila terikat pada protein reseptornya, yang kemudian mengirim isyarat/sinyal pada sebagian besar proses inflamasi, golongan sel
proses pembelahan sel. Oleh karena itu diharapkan
transmembran LT-b. ke dalam sel. monosit merupakan sumber terbesar dari IL-10.
sel masih dapat memperbaikinya dengan cara
merubah DNA yaitu ke-arah kelangsungan hidup TNF- a dahulu dikenal dengan berbagai nama, Terdapat dua reseptor TNF a yang telah IL-10 dapat diinduksi seperti oleh kuman-kuman
terus atau diarahkan ke-kematian sel secara yaitu cachectin, necrosin, macrofag sitotoksin atau teridentifikasi, yaitu TNFRI dan TNFRII. patogen yang akan mengaktivasi monosit ataupun
apoptosis. faktor sitotoksik. Bersama-sama dengan IFN-g, TNF- Pada TNFRI, setiap reseptornya mempunyai makrofag, seperti halnya komponen dinding bakteri,
Pemilihan peran p53 dalam menentukan a bersifat sitotoksik bagi berbagai sel tumor. TNF-a cytoplasmic domain yang besar dan luas, serta parasit intra seluler, jamur, imunodefisiensi pada
kearah perbaikan atau kematian sel, mungkin dapat juga terbukti merupakan modulator respons imun dapat mengirim isyarat melalui jalur NFkB yang manusia dan EBV, kondisi stress seluler (hipoksia).
11
sangat berperan dalam bidang imunologi. Karena Dikatakan pula oleh Petrolani pada tahun1999,
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 177 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 178

Sitokin JOI Sitokin JOI

bahwa sebenarnya TNF a , IL-6, IL-12, IFN, eosinofil dalam jaringan yang meradang. Saat ini Suatu saat TGF-b dapat berfungsi sebagai faktor kemotaksis dari monosit dan memperbanyak
glukokortikoid, adrenalin, prostaglandin E dapat dinyatakan bahwa eosinofil mengekspresi fungsional pertumbuhan, namun di lain waktu dapat berfungsi reseptor Fc, sedangkan efek anti-inflamasinya
meningkatkan regulasi sintesa IL-10 dari sel CD40 pada permukaannya dan mengikatnya dengan sebagai penghambat ataupun perangsang, serta di mencakup deaktivasi dalam produksi makrofag dari
makrofag dan sel T. antibodi yang spesifik (natural ligand), untuk saat yang berbeda lagi dapat sebagai protein oksigen reaktif dan nitrogen intermediates serta
Contohnya pada hipoksia, yang merupakan memperpanjang kehidupannya. morfogenetik pada tulang. menghambat proliferasi sel-T, menghambat fungsi sel
suatu stress seluler bersama dengan sintesa IL-10, Dalam konsentrasi yang rendah aktivitas IL-10 TGF-b diekspresikan sebagai protein NK dan limfosit T sitotoksik disamping menghambat
karena pada saat ini akan terjadi penambahan hampir sama dengan glukokortikoid, dengan perintis/pemula oleh + 390 asam amino, yang regulasi IFN-g, TNF-g,dan pengluaran IL-1.16
produksi adenosine-purine nukleotida dan oksigen menurunkan ekspresi CD40 dan mempercepat kemudian diproses oleh enzim protease, sehingga Dikatakan pula bahwa sel penghasil TGF-b
reaktif, yaitu H2O2, dimana akan terjadi peningkatan kematian sel eosinofil, keadaan ini menambahkan akhirnya menjadi protein yang matang/mature. Di yang terutama adalah sel limfosit T, sel limfosit B,
ekspresi IL-10. Selain itu hal-hal lain yang dapat peran IL-10 pada resolusi dari inflamasi eosinofilik. samping TGF- b berfungsi sebagai anti proliteratif platelet, plasenta, tulang dan ginjal. Sedang efek
10,12,13
merangsang ekspresi IL-10 adalah cahaya ultra Seperti halnya eosinofil, maka sel mast juga pada beberapa sel TGF- juga dapat berfungsi TGF-b terhadap sel target dapat berupa:
violet, dimana akan terjadi akumulasi IL-10 di dalam sangat berperan sebagai sel efektor pada respons menghambat produksi limfokin dan monokin, serta menghambat proliferasi sel dan produksi limfokin
keratinosit dan sel makrofag. Di samping itu ada allergi. Keadaan ini terjadi akibat kemampuannya menghambat pula ekspresi seluler dari MHC klas II serta sel NK, menghambat proliferasi sel B dan
beberapa obat yang meningkatkan produksi IL-10, meningkatkan beberapa sitokin dalam pengerahan dan reseptor IL-1. Sedangkan pada kadar yang produksi antibody, menghambat replikasi sel
seperti glukokortikoid, siklosporin, anti psikosis serta sel eosinofil dan aktivasi jaringan target, terutama IL- rendah, TGF-b akan menghambat efek proliferasi kematopoetik, menghambat aktivasi sel NK,
anti depresan. 3, IL-4, IL-5, GM-CSF dan TNF-a,. secara langsung dari IL-2 pada sel limfosit T dan sel limfosit B. menghambat proliferasi sel epitel, sel fetal hepatosit
Di lain pihak, obat anti tumor/tellurium akan maupun tidak langsung. Seperti halnya IL-1 terhadap timosit, TGF-b juga dan sel endotel, merangsang proliferasi osteoblast
menghambat regulasi IL-10. IL-10 juga berpengaruh Walaupun sampai sekarang efek IL-10 terhadap akan menghambat antibodi yang tergantung dari sel dan kondrosit, merangsang dan memobilisasi
secara langsung terhadap de-aktivasi sel T, dengan terjadinya apoptosis masih kontroversial, namun T (T-cell dependent antibody) yang disekresi sel fibroblast dalam penyembuhan luka, fibronektin,
cara mencegah keluarnya IL-2, IL-5 dan IL-6 dari sel menurut Petrolani11, IL-10 dapat memperbesar limfosit B, menghambat reaksi komplemen dari matrik ekstra-seluler dan jaringan kolagen serta
limfosit T. Selain itu adanya aktivasi yang kronis dari harapan hidup sel dengan cara meningkatkan leukosit, membangkitkan CTL serta menghambat kolagenase, merangsang pembentukan dan sekresi
klon sel T, maka IL-10 akan meningkatkan klon dari protein anti apoptosis Bcl2. aktivitas sel NK oleh pengaruh IL-2. protease inhibitor, produksi TGF-b kemungkinan
antigen yang spesifik dengan kapasitas proliferasi Dewasa ini dikenal sub-set baru dari sel T- mempunyai korelasi dengan aktivitas mitosis dari sel
yang rendah serta akan memproduksi IL-10 dan Transforming Growth Factor (TGF- ) helper yang diberi nama sebagai sel Th3, yang normal ataupun sel tumor. sedang produksi
TGF g yang tinggi. merupakan sel yang sangat penting dan merupakan utamanya di sel megakariosit, berperan pada proses
Pada awalnya, TGF b ditemukan sama halnya
IL-10 juga menunjukkan aktivitas imuno tempat utama dalam memproduksi TGF b.10 Di embryogenesis dan tissue repair, berperan dalam
dengan faktor pertumbuhan lain, seperti fibroblast
stimulator, dimulai sejak IL-10 meningkatkan samping itu sel Th3 ini sangat penting dalam menjaga induksi terjadinya apoptosis, berperan menarik
yang berperan dalam aktivitas penyembuhan luka.
proliferasi dan aktivitas sitosolik sel limfosit T, serta toleransi antigen yang masuk lewat oral/mulut. Sel makrofag.
Akan tetapi TGF b selain berperan pada
merangsang kemoatraktan. Secara bersamaan Th3 memegang peran dan mempunyai fungsi yang Kadar TGF b dalam plasma berkisar + 5 ng / ml.
penyembuhan luka, dapat juga berperan sebagai
dikatakan, bahwa IL-10 dapat merangsang aktivasi sangat unik, karena peran regulator yang dapat Sedangkan kadar TGF-b1 paling banyak ditemukan
anti poliferasi. Keadaan ini dapat dilihat saat TGF-b
sel NK, dan meningkatkan rangsangan IL-2 terhadap menyerupai sel Th1 maupun Th2.14,15 Lebih lanjut pada platelet, tulang dan limpa. Kadar TGF-b2 paling
berperan dalam penurunan regulasi imunitas, yang
proliferasi sel NK, serta sitotoksisitas dan banyak ditemukan dalam cairan tubuh seperti halnya
dikatakan sebagai negative feed-back regulator.10 dinyatakan bahwa TGF b merupakan sitokin yang
pengeluaran sitokin lain. Akhirnya IL-10 merupakan cairan akuos, cairan vitreus dan cairan amnion.
sitokin yang potensial terhadap proliferasi dan faktor TGF b diproduksi dan berperan pada sel imuno-supresif kuat. TGF-b cukup berperan dalam
makrofag, sel limfosit T dan B serta endotel. Pada aktivitas pro-inflamasi sebagai kemo-atraktan Jumlah yang signifikan dapat ditemukan dalam
diferensiasi terhadap sel limfosit B dalam matrik ekstra-seluler.
mempromosikan sintesa dari IgM, IgG dan IgA. manusia, TGF-b disekresi dalam tiga bentuk untuk sel neutrofil dan monosit, serta dapat
meningkatkan ekspresi protein adhesi pada Regulasi TGF-b2 dan TGF-b3 dipengaruhi oleh
Semua peran tersebut merupakan tugas IL-10 dalam isoform, yaitu TGF b1, TGF b 2, dan TGF-b3, dimana
monosit. Kedua efek tersebut akan tampak jika hormone responsive element. Sebaliknya, TGF1
meningkatkan regulasi reseptor ekspresi dalam kesemuanya diproduksi karena peran gen yang
berbeda. Akan tetapi ketiga isomer tersebut akan dilakukan penyuntikan secara langsung TGF-b ke diinduksi secara kuat oleh beberapa sinyal yang
monosit, di samping mempertinggi antibody-
11
berikatan dengan salah satu dari lima tipe sel dalam sendi yang sedang meradang akibat adanya berhubungan dengan proses karsinogenesis17,
mediated cellular cytotoxicity.
reseptor yang mempunyai aktivitas tinggi. Reseptor exacerbasi. Sebaliknya, bilamana dilakukan seperti halnya fibro-proliferatif, penyakit karena
IL-10 juga diduga berfungsi sebagai pengontrol
tipe I dan tipe II akan mentransduksikan penyuntikan secara sistemik, TGF-b akan parasit dan penyakit auto-imunitas serta inflamasi
proses inflamasi, proses allergi. Dugaan ini
berdasarkan observasi yang menunjukkan bahwa sinyal/isyarat, namun sampai saat ini fungsi reseptor menimbulkan efek anti inflamasi.10 yang menahun. Selain itu TGF-b1 merupakan satu-
IL-10 dapat menurunkan regulasi produksi IL-5 oleh tipe III, tipe IV dan tipe V belum jelas.10 TGF-b dalam proses peradangan dapat satunya isoform dariTGF-b yang kemungkinan dapat
sel T. Sementara itu, IL-5 merupakan sitokin yang TGF b merupakan salah satu faktor berfungsi ganda yaitu sebagai sitokin pro- disekresi oleh sel hematopoetik maupun sel imun.
berperan dalam diferensiasi dan aktivasi fungsi pertumbuhan yang terdiri dari + 30 macam protein inflammatory maupun anti-inflamatory. Efek pro- Kemampuan TGF-b dalam rangka meregulasi
eosinofil, yaitu dengan mengontrol akumulasi yang sangat labil dalam melaksanakan fungsinya. inflamasi dapat ditemukan pada peningkatan proses pertumbuhan tergantung pada sel serta ada atau
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 179 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 180

Sitokin JOI Sitokin JOI

tidaknya faktor pertumbuhan yang lain. Selain itu korelasi sitokin sistemik dengan kelainan 10. Oppenheim JJ, Ruscetti FW (2001), Cytokines in 14. Weiner HL(2001), Induction and mechanism of
juga dapat meregulasi deposisi dari matrik ekstra- lokal/jaringan. Medical Immunology, tenth edition by Parslow action of transforming growth factor-beta
seluler dan perlekatan sel. TGFb merangsang Dengan memahami dan menguasai GT; Stites PD, Terr IA, Imboden BJ, Lange secreting Th3 regulatory cells. Immunology
fibronektin, kondroitin/dermatin sulfat dari pengetahuan tentang sitokin dan asai sitokin, Medical Book / Mc Graw-Hill, Medical Publishing Rev 182:207-14.
proteoglikan, kolagen dan glukoaminoglikan. diharapkan interpretasi hasil pemeriksaan Division, p.148-164. 15. Cottrez F, Groux H (2004), Specialization in
TGF-b juga menghambat proliferasi sel laboratorium pada masa kini dan masa mendatang 11. Petrolani M, Stordeur P, Goldman M (1999) Tolerance: innate CD(4+) CD(25+) versus
sumsum tulang serta menghambat interferon-gama menjadi lebih cepat, lebih mudah dan praktis, serta Interleukin-10 in The Cytokine network And acquired TR1 and TH3 regulatory T cells in
yang dirangsang/diaktivasi oleh sel NK. Selain itu lebih akurat. Immune Functions by Theze. J. Oxford Transplantation, January 15;77 (1 Suppl): S12-5.
bekerja pula sebagai bahan yang menurunkan Sementara itu berbagai upaya tetap dilakukan University Press,New York, p. 45-50 16. Condos R, Rom WN (2004), Cytokine Response
aktivasi IL-2. oleh para pakar/peneliti di bidangnya untuk 12. Cruse MJ, Lewis RE (1999), Cytokines in Atlas in Tuberculosis in Tuberculosis second edition
TGF-b menurunkan peran sitokin yang mendapatkan hasil yang selalu lebih baik melalui of Immunology, CRC Press, Boca Raton, by Rom WN, Garay SM. Lippincot William &
merangsang proliferasi dan aktivasi sel limfosit T. penelitian dan pengembangan teknik imunoasai. London, New York, Washington DC, p.185-206. Wilkin Co. p.285-299.
TGF- juga menghambat deferensiasi sel T perintis ke 13. Pimentel E (1994), Transforming Growth Factors 17. Lechleider RJ, Robert AB (1999) Transforming
arah limfosit T sitotoksik. Sebaliknya, kemungkinan in Handbook of Growth Factors, vol. II : Growth Factor in The Cytokine Network and
TGF-b mengaktivasi makrofag dengan mencegah Peptide Growth Factor, CRC Press, Boca Immune Funtions by Theze J. Oxford
perkembangan aktivitas sitotoksik dan pembentukan Raton, Ann Arbor, London, Tokyo. University Press New- York p.104-110.
DAFTAR PUSTAKA
anion superoksid yang diperlukan dalam efek anti 1. Kresno SB (2001), Imunologi : Diagnosis dan
mikrobial. Prosedur Laboratorium, edisi IV, Balai Penerbit
TGF-b akan mengurangi ekspresi molekul MHC Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
klas II, di samping juga menurunkan ekspresi Jakarta, Indonesia.
reseptor dalam reaksi allergi.12 Selain itu TGF-b juga 2. Handoyo I (2003), Pengantar imunoasai dasar,
memegang peran yang cukup potensial sebagai cetakan pertama, Airlangga University Press,
imuno supresan dalam transplantasi jaringan dan Surabaya, Indonesia.
transplantasi organ tubuh. TGF-b juga dapat 3. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS (1994),
berperan sebagai anti-inflamasi, karena mempunyai Cytokines in Cellular and Molecular
kemampuan menghambat pertumbuhan baik sel T Immunology, International edition, WB
maupun sel B. TGF-b yang juga disebut aktivin Sounders Co, Philladelphia, London,
merupakan sitokin yang unik, karena terdiri dari Toronto, Monreal, Sydney, Tokyo, p.240-
adanya sepasang cystein yang tidak terdapat dalam 260.
anggota sitokin yang lain. 4. Theze J (1999), The Cytokine Network and
Peran TGF-b dalam proses apoptosis sangat Immune Functions, Oxford University Press,
berhubungan erat dengan adanya enzim New York.
endonuklease yang sangat tergantung pada ion Ca++ 5. Hockenberg et al. (1990), Nature 348 : 334-336
dan Mg++ pada inti sel yang kemudian diikuti oleh 6. W y l l i e e t a l . ( 1 9 9 9 ) , A p o p t o s i s a n d
fragmentasi DNA.13 Carcinogenesis, Br J Cancer, July : 80 Suppl 1,
p.34-7.
7. Bossy-Wetzel E, Green D (1999), Mutation
KESIMPULAN Research 434 : 243-251.
Sampai saat ini, telah banyak dilakukan 8. Roitt I, Brostoff J, Male D (2001), Cytokines and
pembahasan dan penelitian tentang sitokin beserta cytokines receptors in Immunology sixth edition
jenisnya, perannya dalam proses biologik tubuh, Billiere Tindall, Churchill. Livingstone. Mosby WB
terutama dalam proses patogenesis penyakit, serta Saunders, p.119-129.
penggunaan sitokin dan sitokin antagonis dalam 9. Wallach D, Bigda J, Engelman H (1999), Tumor
pengobatan. Sejalan dengan hal tersebut telah Necrosis Factor (TNF) Family and Related
tersedia pula asai pemeriksaan sitokin dalam bentuk Mollecules in The Cytokine network And
kit yang spesifik dan praktis, yang sangat diperlukan Immune Functions by Theze. J. Oxford
untuk interpretasi dalam observasi klinis dan adanya University Press,New York. P. 51-84.

Anda mungkin juga menyukai