FAISAL M. PARDEDE
ALEX
REBEKKA SIMBOLON
DELIANA PAHPAHAN
FAKULTAS EKONOMI
Perencanaan PPN
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP)
yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2. Impor BKP.
3. Pemanfaatan BKP tidak terwujud atau JKP luar daerah di dalam
daerah pabean.
4. Ekspor BKP oleh PKP.
Pajakmasukan yang dapatdikreditkanadalah :
Pajakmasukan yang berhubunganlangusngdenganproduksi, distirbusi,
pemasaran, danmanajemenatas BKP/JKP
danfakturpajaknyaadalahfakturpajakstandarataudokumen yang
disamakandenganfakturpajakstandar.
Pajakmasukan yang tidakdapatdikreditkan :
1. Sebelumdikukuhkanmenjadi PKP
2. FakturPajaksederhana
3. FakturPajakcacat
4. Pajakmasukanataupembelianmobil sedan, jeep , station wagon, van,
dancombi
5. Pajakmasukan yang berkaitandenganproduksi BKP/JKP
6. Pajakmasukan yang
tidakadakaitannyasecaralangsungdengankegiatanusahaatas BKP
7. Pajakmasukan yang dilaporkanpada SPT masa PPN , yang ditemukan pada
saat pemeriksaan atau yang ditagih melalui SKP.
MekanismePengkreditandanPelaporan PPN
Jika PK > PM, maka selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar
Jika PK < PM, maka selisihnya merupakan kelebihanbayar PPN yang bisa
dikompensasi dengan Masa Pajak berikutnya atau dimintakan kembali (restitusi)
Cek secara teliti Faktur Pajak Masukan yang diterima sebelum melakukan
pembayaran. Perlu diperhatikan persyaratan formal Faktur Pajak yang
dapat dikreditkan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Cek secara teliti apakah semua Pajak Masukan yang disaksikan telah
memilki bukti pendukung yang cukup kuat sebagai pajak masukan yang
dapat dikreditkan sesuai dengan peraturan perpajakan.
Berkaitan dengan batas waktu 3 bulan asa pengkreditan, usaha-usaha
Faktur Pajak sudah diterima seblum lewat 3 bulan setelah berakhirnya
masa pajak, kecuali untuk pemungutan PPN
Makin cepat menrima Faktur Pajak dari pembelian barang. Maka akan
lebih baik lagi bagi perusahaan karena perusahaan sudah dapat
mengkreditkannya walaupun belum melakukan pembayaran.
Cek secata teliti semua pelaporan kekantor pajak, terutama untuk
permohonan restitusi Karena lebih bayar pajak masukan. Bila ada faktur
pajak yang tidak disetujui, segera lakukan tindakan perbaikan sebelum
dilakukannya closing conference hasil pemeriksaan permohonan restitusi
PPN tesebut, misalnya dengan meminta pengganti faktur pajak yang cacat
dari pembeli barang.
3. Faktur Pajak
1. Faktur Pajak
2. Faktur Pajak gabungan
3. Dokumen tertentu yang di persamakan dengan Faktur Pajak
a. Untuk meringankan beban administrasi wajib pajak, saat yang tepat untuk
membuatan Faktur Pajak adalah saat terutangnya pajak, yaitu pada saat
penyerahan atau dalam hal pembayaran mendahului penyerahan maka
Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran.
c. Faktur Pajak gabungan merupakan Faktur Pajak yang harus dibuat paling
lambat pada akhir bulan penyerahan BKP dan atau JKP.
b. Berkaitan dengan hal ini, sebaiknya PKP penjual dalam menentukan syarat
pembayaran yang ideal, yaitu tidak lebih 45 hari setelah penyerahan
BKPatau JKP .
Sesuai PER Dirjen Pajak No. 14/PJ./2010, batas waktu penyetoran PPN dan
pelaporan SPT Masa PPN ditetapkan sebagai berikut:
PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Dalam hal tanggal jatuh tempo
penyetoran bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak. Dalam hal akhir bulan adalahhari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka SPT Masa PPN dapat
disampaikan pada hari kerja berikutnya.
Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan
PPN digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada
pihak lain, baik sebagian atau seluruhnya, dalam jangka 5 (lima) tahun sejak saat
impor dan atau perolehan, maka PPN yang dibebaskan wajib dibayar dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan
penggunaannya atau dipindahkatangankan.
d. Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu Yang Bersifat Strategis
(PP.12 Tahun 2001 jo. PP 43 Tahun 2002 jo. PP 46 Tahun 2003)
1. Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa :
a) Barang modal yang diperlukan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak
yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut; barang modal
berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang.
b) Makanan ternak unggas dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan.
c) Hasil pertanian
d) Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkapan, atau perikanan.
e) Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air minum.
f) Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 watt.
g) Ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan
h) Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan.
a. Pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai oleh hibah atau dana pinajaman
dari luar negeri ( PP 42 Tahun 1995 jo. PP 63 Tahun 1998 jo. PP 43 Tahun
2000 jo. PP 25 Tahun 2001).
1. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak
dari luar daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari
pengenaan PPN.
2. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak
di dalam
3. Kawasan Bebas dibebaskan dari pengenaan PPN.
4. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak
dari kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya dibebaskan dari pengenaan
PPN.
5. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak
dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut
PPN.
6. Penyerahan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak tidak berwujud
dari tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas, tidak di pungut PPN.
7. Penyerahan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak tidak berwujud
dari Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat, dipungut PPN.
a. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di KPP Wajib Pajak besar
dapat melakukan sentralisasi otomatis sesuai dengan KEP- 335/ PJ./2002.
Dalam hal PKP tersebut mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha,
tempat terutang pajak untuk seluruh tempat kegiatan usaha tersebut
ditetapkan hanya di tempat PKP dikukuhkan oleh KPP Wajib Pajak Besar.
b. PKP yang memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang (selain butir a)
dapat memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN
Terutang, Dalam hal PKP memilih 1 (satu) tempat atau lehih sebagai
Tempat Pemusatan PPN Turatang, PKP dimaksud harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah dengan
tembusan kepada Kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-
tempat PPN terutang yang akan dipusatkan (PER-19/PJ/2010.
Sebagai subjek PPN, salah satu hak bagi PKP adalah mengkreditkan Pajak
Masukan sesuai dengan ketentuan. Dalam mekanisme indirect subtraction
method, PKP hanya membayarkan PPN ke kas Negara sebesar selisih antar
Pajak Pengeluaran (PK) di kurangi dengan Pajak Masukan (PM). Perhitungan
tersebut dilakukan setiap bulan.
Dengan pertimbangan untuk membantu likuiditas perusahaan, untuk Wajib
Pajak tertentu yg memiliki risiko rendah dapat di berikan restitusi dengan
pengembalian pendahuluan tanpa memalui pemeriksaan terlebih dahulu.
Pemilihan restitusi atau kompensasi sangat bergantung pada kondisi
masing masing WP atau Pengusaha Kena Pajak. Pertimbangan utama dalam
menentukan pilihan tersebut berkaitan dengan pemeriksaan dan opportunity
costyang timbul dari kelebihan pajak yg ada di Negara (time value of money).
Kriterianya adalah, jika opportunity cost lebih besar dibandikang dengan
biaya pemerikasaanya, maka Wajib Pajak akan cenderung meminta restitusi.
Pengusaha yang belum berproduksi tetap dapat mengkredikan PPN yang
telah dibayar atas pembelian barang modal. Namun demikian, Pajak Masukan
yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar
kembali oleh Pengusaha Kena Pajak dalan hal Pengusaha Kena Pajak tersebut
mengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun sejak Massa Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai.
Membangun sendiri untuk tempat tggal atau tempat usaha oleh rang pribadi atau
badan dikena PPN, dengan kodisi:
Kejadian ini sering terjadi dalam praktik, baik pada saat perusahaan baru memulai
kegiatan bisnisnya maupun pada saat perusahaansudah berjala dan sebagai bagian
dari implementasi marketing strategy perusahaan mereka melakukan kegiatan
promosinya untuk meningkatkan omset penjualan.
Saah satu tujan diaukannya perencanaan ajak oleh manajemen perusahaan adalah
untuk menjaga kesehatan cash flow. Berikut cara-cara yang aman dalam
perencanaan pajak yang perlu diagendakan oleh manajemen perusahaan untuk
diaplikasikan dalam kerangka peningkatan efisiensi pajak dan keuangan
perusahaan:
a. Menyegerakan Pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak pada
perusahaan yang baru berdiri
Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk menelaah dan meneliti
tingkat kepatuhan wajib pajak secara umum dan memberikan rekomendasi untuk
meminimalkan pajak yang belum diketahui perusahaan. Tax Review meliputi
selurah kewajiban perpajakan wajib pajak termasuk PPN dan PPnBM.
Untuk menjaga agar tetap menjadi wajib pajak patuh maka perusahaan seharusnya
mempunyai program yang disebut Tax Review.
Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng ini diatur dalam Pasal 33 UU
KUP No. 16 tahun 2000, kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU KUP No. 28
tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi melalui penambahan Pasal 16F kedalam
UU PPN No. 42 tahun 2009, yakni:
Contoh:
Pada tahun 2006 pemeriksa pajak dari KPP A melakukan pemeriksaan
SPT Masa PPN untuk masa pajak Januari sampai Desember 2004 dari KPP D,
ditemukan fakta bahwa KPP D dalam suatu masa pajak melakukan penyerahan
BKP dengan harga jual Rp300juta, ternyata tidak membuat faktur pajak.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, KPP A menerbitkan SKPKB terhadap PKP D
disertai sanksi bunga sebesar 2% per bulan , dan denda 2% dari dasar pengenaan
Pajak karena PKP D menyerahkan BPK tidak membuat faktur pajak.
Pada tahun 2007, pemeriksa pajak dari KPP B tempat PKP E dikukuhkan
sebagai PKP melakukan pemeriksaan SPT Masa PPN masa pajak Januari sampai
Desember 2004, ditemukan fakta dari pembukuannya bahwa ketika dalam suatu
masa pajak PKP E membeli BKP dari PKP D tapi tidak membayar PPN. Hal ini
diyakini oleh pemeriksa karena PKP E tidak dapat menunjukkan Faktur Pajak
sebagai bukti bahwa ia telah membayar PPN kepada PKP D. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, KPP B menerbitkan SKPKB berdasarkan ketentuan tanggung
jawab renteng yang pada waktu itu diatur dalam Pasal 33 UU KUP. Dalam
SKPKB ini ditagih pokok pajak sebesar Rp30 juta (yakni 10% x Rp300juta),
ditambah sanksi bunga sebesar 2% perbulan.
Dari contoh di atas dapat kita pahami bahwa ketentuan tanggung jawab
renteng ini berlaku bagi pihak pembeli maupun penjual. Dalam memori
penjelasannya di UU KUP tersebut dijelaskan bahwa sesuai dengan prinsip
beban pembayaran pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah ada pada pembeli atau konsumen barang atau
penerima jasa. Oleh karena itu sudah seharusnya apabila pembeli atau konsumen
barang dan penerima jasa bertanggung jawab renteng atas pembayaran pajak
yang terutang apabila ternyata bahwa pajak yang terutang tersebut tidak dapat
ditagih kepada penjual atau pemberi jasa dan pembeli atau penerima jasa tidak
dapat menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran pajak kepada penjual
atau pemberi jasa.
Kesannya, ketentuan tanggung jawab renteng tersebut menimbulkan
ketidakadilan pajak. Maka dalam melakukan tax review, seorang tax manager
perusahaan (PKP) harus melakukan pengawasan secara lebih cermat dengan
memastikan:
Jangan pernah ada satu pun faktur penjualan (commercial invoice) yang
diterbitkan perusahaan tanpa dsertai faktur pajak.
Setiap transaksi penjualan harus ada kontrak atau sales agreement-nya
dan atau purchase order (PO), sehingga dispute tentang syarat penjualan
(harga, Pajak, termin pembayaran, dan lain-lain) disa dihindari
dikemudian hari.