I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kandungan mikroba dalam makanan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan
mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pad apengelolaan pangan tersebut, sehingga mikroba
dapat digunakan untuk indikator mutu pangan. Selain itu, produk hasil fermentasi seperti tempe
dan tape memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan awalnya. (Waluyo,2007).
Menurut Prescott et.al(2008), fermentasi adalah penggunaan piruvat atau derivatnya
sebagai aseptor electron untuk mengoksidasi NADH menjadi NAD+ . Sedangkan menurut
Schlegel(1994), fermentasi adalah proses penguraian bahan-bahan organik menjadi ATP dengan
hidrogen sebagai akseptornya.
Menurut Sarles et.al(1956), dalam proses fermentasi bahan makanan seperti tempe dan
tape diperlukan adanya starter. Starter yang umum digunakan adalah kapang dan khamir. Dengan
enzim yang dimiliki oleh kapang dan khamir tersebut, enzim tersebut akan memecah
karbohidrat, protein dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Seperti monosakarida,
gula reduksi, asam amino, gliserol, dan asam lemak. Pada beberapa makanan proses fermentasi
akan menghasilkan alcohol, terutama pada fermentasi menggunakan ragi. Beberapa bakteri juga
dapat digunakan pada saat tahap produksi akhir dan untuk membentuk karakter fisik produk.
Kandungan dalam tempe diantaranya adalah asam oleat, asam linolenat, vitamin A, D, E,
K, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6
(piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Dan juga zat-zat antioksidan seperti isoflavon, yaitu
daidzein, glisitein, dan genistein.
B. Tujuan
Paktikum ini bertujuan untuk mempelajari aktifitas mikrobia pada pembuatan tape
singkong dan uji organoleptik pada produk hasil fermentasi tape. Serta mempelajari perbedaan
antara tempe berbungkus plasti dengan tempe buatan berbungkus daun pisang.
II. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum fermentasi tape adalah spidol untuk member label,
mikroskop untuk mengamati mikrobia, jarum inokulasi dan ose untuk inokulasi mikroba dari
tape. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuades, NaOH 0,1 M, tape, JKJ 0,01 N
dan reagen selliwanoff. Bahan yang digunakan dalam pengamatan organoleptik tempe meliputi
tempe dengan bungkus daun pisang dan tempe dengan bungkus plastik. Alat yang digunakan
adalah mikroskop cahaya untuk mengamati jamur Rhizopus sp., jarum ose untuk mengambil
jamur, larutan laktofenol untuk membuat perparat, gelas benda dan penutup untuk membuat
preparat.
B. Cara Kerja
Untuk uji organoleptik tape, diamati warna, bau tape serta dicicipi rasanya. Untuk
pengamatan mikroskopi tape, tape diambil dengan enten lalu diberi methylen blue selanjutnya
diamati dengan mikroskop. Untuk uji Seliwanoff sebanyak 5 ml Reagen seliwanoff diambil dan
dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya ditambahkan 3 tetes tape yang telah diencerkan
dan diamati. Untuk uji alkohol sebanyak 5 ml substrat tape ditambah 2 ml NaOH 0, 1 M lalu
ditambah JKJ dan diamati. Dalam uji pati sejumlah tape ditetesi dengan indikator JKJ lalu
diamati.
Untuk fermentasi tempe, pertama-tama dilakukan uji organoleptik untuk membedakan
warna, aroma dan rasa pada tempe bungkus plastik, daun pisang dan tempe busuk. Kemudian
dibuat preparat dari tempe yang sudah mengalami pembentukan spora dengan menggunakan
gelas benda dan penutup yang ditetesi larutan laktofenol. Preparat diamati dibawah mikroskop
untuk mempelajari bentuk mikrobia yang membentuk spora.
B. Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan uji organoleptik pada 2 tempe yang dibungkus plastik dan
yang dibungkus daun pisang, mengenai warna, bau dan rasanya. Pada uji organoleptik warna
menunjukan adanya warna putih yang setelah diamati dalam mikroskop merupakan kapang
tempe yaitu Rhizopus sp. Struktur warna putih tersebut adalah kumpulan hifa dari kapang
tersebut yang tidak bersepta, yang akan membentuk miselium seperti kapas. Kapang ini
berkembang biak secara spora aseksual atau sporangiospora. Dan warna hitam yang besar yang
terdapat dalam tempe merupakan spora dari kapang tersebut.
Selanjutnya pada uji rasa dan bau, rasa pada tempe yang dibungkus daun akan terasa
lebih asam dan tidak begitu hambar dibandingkan dengan tempe yang dibungkus plastik. Hal ini
bisa saja disebabkan karena tempe yang dalam bungkus daun kapang didalamnya lebih aktif
dalam melakukan proses fermentasi sehingga menghasilkan asam-asam organik yang lebih
banyak dibandingkan tempe yang dibungkus plastik. Selain itu, dari perbedaan derajat keasaman
2 tempe tersebut dapat dilihat bahwa pH tempe yang dibungkus daun lebih renah(6) dibanding
pH tempe yang dibungkus plastik(7). Bau kedua tempe tersebut adalah sama yaitu hambar, dan
tidak menyengat yang merupakan aroma spesifik pada tempe.
Pada tape tidak hanya dilakukan uji organoleptik tetapi juga dilakukan uji kualitatif
alkohol, gula reduksi dan pati. Pada uji organoleptik warna tape adalah kuning. Warna kuning
timbul akibat dari adanya hasil-hasil proses fermentasi. Fermentasi yang terjadi pada tape adalah
fermentasi karbohidrat. Pada fermentasi ini monosakarida didalamnya akan difermentasikan oleh
ragi. Hasil fermentasi karbohidrat berupa asam organik, alkohol, dan gas. Tape rasanya manis
sedikit asam karena didalamnya terdapat gula yang memberikan rasa manis dan juga terdapat
asam organik yang memberikan rasa sedikit asam yang merupakan hasil fermentasi. Bau yang
ditimbulkan alkohol, tentu saja karena didalam tape terdapat alkohol hasil fermentasi.
Ragi yang digunakan dalam pembuatan tape biasanya berisi khamir, kapang bahkan
bakteri. Kapang dan khamir merupakan jamur hifa(benang), sedangkan bakteri yang digunakan
adalah asetobacter (Sudarmadji, dkk.,1989).
Uji berikutnya adalah uji kualitatif terhadap alkohol, digunakan untuk menunjukan secara
reaksi kimiawi adanya alkohol didalamnya. Uji ini dilakukan dengan penambahan Iod, dan
setelah dilakukan pemanasan bau yang tercium adalah aroma khas alkohol. Seharusnya, alkohol
akan berikatan dengan iod membentuk kristal iodoform berwarna kuning dan berbau menyengat.
Hal ini tidak terjadi karena larutan Iod yang digunakan sangat encer, sehingga kemungkinan
butuh waktu yang lebih lama untuk berreaksi.
Selanjutnya adalah uji kualitatif gula reduksi. Uji ini dilakukan berdasarkan sifat gula
monosakarida yang spesifik yaitu yang mempunyai gugus ketosa. Reaksi yang dihasilkan adalah
negatif tidak terbentuk warna merah. Hal ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu dalam tape tidak
terkandung gula frukstosa tetapi bisa saja mengandung yang lain, dan juga bisa disebabkan gula
reduksi yang ada didalam tape telah digunakan untuk proses fermentasi.
Uji berikutnya adalah uji kualitatif pati. Uji ini dilakukan dengan meneteskan larutan JKJ
pada tape, dan jika terbentuk warna ungu berarti tape positif mengandung pati. Dalam uji ini
didapatkan hasil yang positif berwarna ungu yang berarti masih terdapat pati. Hal ini berarti
dalam tape tersebut masih mengandung gula polisakarida yang belum terpecah menjadi
monosakarida.
IV. KESIMPULAN
Fermentasi tempe menggunakan kapang Rhizopus sp., proses fermentasi menyebabkan
sifat organoleptik pada tempe berbungkus daun pisang menjadi berwarna putih, dan sedikit
kehitaman, dan kekuningan, berbau hambar aroma tempe, dan memiliki rasa yang asam dengan
sedikit hambar. Dan pada tempe berbungkus plastik memiliki warna yang sama dengan tempe
berbungkus daun pisang, dan baunya pun sama, tetapi rasanya lebih hambar dan kurang asam
dibandingkan pada tempe berbungkus daun pisang. Pada tape proses fermentasi menyebabkan
perubahan warna tape menjadi kuning, aroma alkoholis, rasa manis sedikit asam. Ragi yang
digunakan berisi kapang, khamir dan bakteri asetobakteri.
V. DAFTAR PUSTAKA
Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology. 7th Ed. McGraw-Hill Book Company
Inc. USA, p: 207-209
Sarles, W.B., W.C. Frazier, J.C Wilson, et.al. 1956. Microbiology General and Applied. 2nd Ed. Harper
and Brothers. New York, p: 184
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta, hal. 307.
Sudarmadji, S.C., R. Kasmidjo sardjono, P. Wibowo, S. Margino, dan G.S. Rahayu. 1989. Mikrobiologi
pangan. PAU-Pangan dan Gizi UGM. Yogaykarta, hal. 106-109.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang, p: 267-269, 337-339
Teori
Teori
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.
Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda
dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu
mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,
pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di
dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp.;
khamirSaccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii,Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus
sp. danBacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam
menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik
yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih
sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan
sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula
sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada
tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya.