Stabilitas Lereng
Stabilitas Lereng
6. Penanggulangan Longsor
Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran adalah adalah tindakan yang bersifat
pencegahan dan tindakan korektif. Tindakan pencegahan dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya longsor, sedangkan tindakan korektif dilakukan setelah longsor
terjadi. Menurut umur kestabilannya, tindakan korektif dikategorikan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen.
6.1.Pencegahan
Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan-
kerusakan yang lebih parah pada daerah-daerah yang berpotensi longsor. Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng, misalnya tidak melakukan
penimbunan dan pembuatan bangunan di atas lereng.
Menghindari pemotongan/penggalian pada kaki lereng.
Mencegah terjadinya penggerusan sungai yang berakibat terganggunya
kemantapan lereng.
Mengeringkan genangan air pada bagian atas lereng.
Menutup cekungan-cekungan yang berpotensi menimbulkan genangan air.
Penghijauan pada lereng yang gundul.
Mengendalikan air permukaan pada lereng sehingga tidak terjadi erosi yang
menimbulkan alur dalam.
Penggunaan bangunan penambat, misalnya tiang pancang, tembok penahan,
bored pile, bronjong, dan lain-lain.
Pengaturan tata guna lahan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
6.2.Penanggulangan Darurat
Penanggulangan darurat adalah tindakan korektif yang sifatnya sementara dan umumnya
dilakukan sebelum penanggulangan permanen dilaksanakan. Penanggulangan darurat
dapat dilaksanakan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:
Mencegah masuknya air permukaan ke dalam area longsoran dengan cara
membuat saluran terbuka.
Mengeringkan genangan air yang berada pada bagian atas longsoran.
Mengalirkan genangan air dan mata air yang tertimbun maupun yang terbuka.
Menutup rekahan dengan tanah liat.
Membuat beban kontra (counter weight) pada kaki longsoran, misalnya dengan
bronjong ataupun karung yang berisi tanah.
Pelebaran ke arah tebing.
Pemotongan bagian kepala longsoran.
6.3.Penanggulangan Permanen
Penanggulangan permanen memerlukan waktu untuk penyelidikan, analisis, dan
perencanaan yang matang. Metode penanggulangan longsoran dibedakan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:
c. Jika kedua metode di atas tidak dapat mengatasi longsoran yang terjadi maka
dilakukan penanggulangan dengan tindakan lain, misalnya:
Stabilisasi
Relokasi
Bangunan silang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Bangunan bahan ringan
Tebing yang rawan longsor dan memiliki sudut kemiringan lebih besar dari sudut geser
dalam tanahnya sebaiknya dilandaikan sampai mencapai sudut lereng yang aman, yaitu
mendekati sudut geser dalam tanahnya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Mengubah geometri lereng dengan cara penimbunan dilakukan dengan memberikan
beban berupa timbunan pada area kaki lereng yang berfungsi untuk menambah momen
perlawanan. Penanggulangan ini hanya cocok untuk longsoran rotasi tunggal yang massa
tanahnya relatif utuh di mana bidang rotasinya terletak di dalam area longsoran.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Mengendalikan air permukaan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Menanam Tumbuhan
Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah permukaan.
b. Tata Salir
Tata salir/saluran permukaan sebaiknya dibuat pada bagian luar longsoran dan
mengelilingi longsoran sehingga mencegah air limpasan yang datang dari tempat yang
lebih tinggi mengalir masuk ke area longsoran.
Jika terpaksa membuat saluran terbuka di badan longsoran, maka harus diperhatikan hal-
hal berikut:
Dasar saluran harus kedap air dan memiliki kemiringan yang cukup sehingga air
bisa mengalir dengan cepat dan tidak meresap ke badan longsoran.
Dimensi saluran juga harus diperhitungkan terhadap debit dan kecepatan aliran
yang dikehendaki.
c. Menutup Rekahan
Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan pada lereng.
Penutupan rekahan mencegah masuknya air permukaan sehingga tidak menimbulkan
tekanan hidrostatis dan tidak membuat tanah yang bergerak menjadi lembek.
Metode pengendalian air rembesan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sumur Dalam
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Digunakan untuk menanggulangi longsoran yang bidang longsornya relatif dalam dan
efektif digunakan pada daerah longsoran yang bermaterial lulus air. Cara ini dinilai cukup
mahal karena harus melakukan pemompaan secara terus-menerus.
Penempatan pipa penyalir tergantung pada jenis material yang akan diturunkan muka air
tanahnya. Untuk material berbutir halus jarak antar pipa 3-8 meter, sedangkan untuk
material kasar berjarak 815 meter. Efektifitas cara ini tergantung dari permeabilitas tanah
yang mempengaruhi banyaknya air yang bisa dialirkan keluar.
d. Pelantar
Pelantar sangat efektif untuk menurunkan muka air tanah di daerah longsoran yang besar,
tapi pengerjaannya sangat sulit dan mahal. Cara ini lebih banyak dipakai pada lapisan
batu, karena umumnya memerlukan penyangga yang lebih sedikit dibandingkan bila
dilakukan pada tanah. Agar berfungsi maksimal, pelantar digali di bawah bidang longsor.
Kemudian dari atas dibuat lubang yang berhubungan dengan pelantar untuk mempercepat
aliran air dalam material yang longsor.
e. Sumur Pelega
Sumur pelega efektif untuk menanggulangi longsoran berskala kecil yang disebabkan oleh
rembesan. Sumur tersebut dibuat dengan menggali kaki longsoran, dan galian ini harus
segera diisi dengan batu. Hal ini untuk menjaga agar tidak kehilangan gaya penahan yang
dapat mengakibatkan longsoran yang lebih besar.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
f. Penyalir Parit Pencegat (Saluran Pemotong)
Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang masuk ke dalam
longsoran. Parit ini dibuat di bagian atas mahkota longsoran sampai ke lapisan kedap air,
sehingga aliran air tanah tercegat oleh parit tersebut. Pada dasar galian dipasang pipa
dengan dinding berlubang untuk mengalirkan air tanah. Pipa ini kemudian ditimbun dengan
material yang bisa berfungsi sebagai penyalir filter. Cara ini dapat dilakukan bila
kedalaman lapisan kedap air tidak lebih dari 5 meter. Efektifitas cara ini tergantung pada
kondisi air tanah dan perlapisannya.
g. Penyalir Liput
Penyalir liput dipasang di antara lereng alam dan timbunan yang sebaiknya dilakukan
pengupasan pada lereng alam sampai tanah keras. Sebelum penyalir liput dipasang,
material berbutir dari penyalir ini dihamparkan menutupi seluruh lereng yang akan
ditimbun. Air yang mengalir melalui penyalir liput ini ditampung pada penyalir terbuka yang
digali di bawah timbunan.
h. Elektro Osmosis
Elektro osmosis merupakan salah satu cara penanggulangan longsoran khususnya pada
lanau dan lempung kelanauan. Cara ini jarang digunakan karena relatif mahal dan tidak
menyelesaikan masalah dengan tuntas bila proses elektro osmosis tidak berjalan dengan
baik.
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan 2 (dua) elektroda sampai pada
kedalaman lapisan jenuh air yang akan dikeringkan, kemudian arus listrik searah dialirkan.
Arus listrik terimbas menyebabkan air pori mengalir dari anoda ke katoda. Elektroda diatur
agar tekanan air menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi kadar air dan tekanan air pori
sehingga meningkatkan kemantapan lereng.
7.4.Penambatan
Metode penambatan ini terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu penambatan tanah dan
penambatan batuan.
Penambatan tanah terdiri dari:
Tembok penahan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Sumuran
Tiang pancang
Turap baja
Bored pile
a. Tembok Penahan
Tembok penahan dibuat dari pasangan batu, beton, atau beton bertulang. Keberhasilan
tembok penahan tergantung dari kemampuan menahan geseran dan stabilitas terhadap
guling. Selain untuk menahan gerakan tanah, juga berfungsi melindungi bangunan dari
runtuhan. Tembok penahan harus diberi fasilitas drainase dan pipa salir sehingga tidak
terjadi tekanan hidrostatis yang besar.
b. Sumuran
Cincin-cincin (gorong-gorong) beton pracetak dengan diameter 0,1 - 2,0 meter dimasukkan
ke dalam sumuran yang digali dengan kedalaman melebihi bidang longsoran. Kemudian
gorong-gorong diisi dengan beton tumbuk, beton cyclop, atau material berbutir tergantung
dari kekuatan geser yang dikehendaki.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
c. Tiang Pancang
Tiang pancang cocok digunakan untuk pencegahan maupun penanggulangan longsoran
yang bidang longsornya tidak terlalu dalam, namun tidak cocok untuk jenis tanah yang
sensitif karena getaran yang terjadi pada saat pemancangan dapat mencairkan massa
tanah. Efektifitasnya juga tergantung pada kemampuannya menembus lapisan tanah.
Pada umumnya semua metode tiang tidak cocok untuk gerakan tanah tipe aliran, karena
tanahnya bersifat lembek dan dapat lolos melalui sela-sela tiang.
d. Bored Pile
Penjelasan mengenai penanggulangan longsoran dengan konstruksi bored pile akan
disajikan dalam sub bab 2.5.
e. Turap Baja
Untuk lapisan keras disarankan menggunakan tiang baja terbuka pada ujung-ujungnya.
Turap baja tidak efektif untuk menahan massa longsoran yang besar, karena modulus
perlawanannya yang kecil. Namun masalah ini dapat diatasi dengan pemasangan ganda.
Sedangkan tiang baja yang berbentuk pipa dapat diisi beton atau komposit beton dengan
baja profil untuk memperbesar modulus perlawanannya.
f. Tumpuan Beton
Tumpuan beton digunakan untuk menyangga batuan yang menggantung akibat tererosi
atau pelapukan.
g. Baut Batuan
Baut batuan dipasang untuk memperkuat massa batu yang terbentuk oleh adanya
diskontinuitas kekar dan retakan agar lereng menjadi stabil.
h. Pengikat Beton
Umumnya dikombinasikan dengan baut batuan agar mengurangi penggunaan baut
batuan.
i. Jangkar Kabel
Metode ini dilakukan bila massa batuan yang bergerak berukuran besar.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
j. Jala Kawat
Dipasang pada bagian kaki lereng untuk menjaga agar runtuhan batuan bisa ditahan di
satu tempat.
l. Beton Semprot
Digunakan untuk memperkuat permukaan batu yang bersifat kekar, meluruh, atau batuan
lapuk.
m. Dinding tipis
Beberapa jenis batuan seperti serpih atau batuan lempung sangat mudah lapuk bila
tersingkap (terbuka). Untuk melindungi batuan tersebut, maka dipasang dinding tipis dari
batu bata, batu, atau beton pada permukaannya.
Bronjong umumnya dipasang di kaki lereng yang juga berfungsi mencegah penggerusan.
Keberhasilan penggunaan bronjong sangat tergantung dari kemampuannya dalam
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh karena itu bronjong harus
diletakkan dengan mantap di bawah bidang longsoran.
Bronjong efektif bila digunakan untuk longsoran dangkal, namun tidak efektif untuk
longsoran berantai (multiple slide).
b. Tanah Bertulang
Tanah bertulang berfungsi menambah tahanan geser. Konstruksi ini terdiri dari timbunan
tanah berbutir yang diberi tulangan berupa pelat-pelat baja strip dan panel untuk menahan
material berbutir. Bangunan ini pada umumnya ditempatkan di ujung kaki lereng dan
dipasang pada dasar yang kuat di bawah bidang longsoran.
7.6.Tindakan Lain
Tindakan ini diambil bila penanggulangan dengan metode-metode yang telah diuraikan di
atas tidak bisa diterapkan. Tindakan ini meliputi penggunaan bahan ringan, penggantian
material, stabilisasi, bangunan silang, dan relokasi.
b. Penggantian Material
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Penanggulangan ini dilakukan dengan cara mengganti material yang longsor dengan
material berbutir yang mempunyai kuat geser lebih tinggi atau dengan memadatkan
kembali material yang ada secara berlapis. Cara ini hanya digunakan untuk longsoran
rotasi tunggal yang berskala kecil. Cara ini bertujuan menambah tahanan sepanjang
bidang longsoran dan sekaligus sebagai drainase bila menggunakan material berbutir.
c. Stabilisasi
Stabilisasi bertujuan meningkatkan kuat geser dari material longsor. Proses stabilisasi
lereng bisa dilakukan secara menyeluruh, pada bagiankaki, atau berupa tiang-tiang.
Stabilisasi dilakukan dengan cara grouting atau injeksi melalui retakan, celah-celah, atau
lubang-lubang buatan. Material yang digunakan untuk stabilisasi antara lain kapur dan
semen yang efektif pada material berbutir kasar.
Keberhasilan metode ini tergantung dari peningkatan kuat geser material, terutama
sepanjang bidang longsorannya. Stabilisasi kurang efektif dan sulit pelaksanaannya bila
dilakukan pada tanah lempung.
d. Bangunan Silang
Bangunan silang adalah jembatan atau talang yang dibuat melintasi lokasi longsoran. Cara
ini jarang dilakukan karena relatif mahal.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Pennggulangan ini hanya efektif untuk longsoran yang kecil dan lereng dengan
kecuraman lebih dari 2 : 1.
Jika menggunakan pilar di tengah-tengah area longsoran harus dibuat sedemikian
rupa sehingga aman.
e. Relokasi
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan bangunan, misalnya jalan, saluran, atau
pemukiman ke tempat lain yang lebih aman.
Penanggulangan ini merupakan pilihan terakhir yang dapat diambil jika cara-cara lain tidak
bisa diterapkan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II