Anda di halaman 1dari 3

Nama : Egriphina Novi Mariza

Kelas :A
NIM : 2015-11- 041

KASUS BIPOLAR
Pasien diantar keluarganya ke IGD Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi
Bogor pada tanggal 1 April 2014 dengan keluhan utama sering mengamuk dan
memukul suaminya sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien baru
keluar dirawat di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit dan rutin meminum obatnya. 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, setelah
keluar dari Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, pasien tampak cukup tenang
2 minggu sebelum masuk rumah sakit obatnya tidak mau diminum. Setiap
diberikan, pasien membuangnya atau berbohong sudah meminumnya. Semenjak
tidak minum obat, timbul perilaku aneh pada pasien seperti cepat tersinggung,
marah-marah, mengamuk pada keluarga di rumah, tidak bisa diam, tidak bisa
berhenti bicara, keinginan banyak dan harus dituruti dengan segera dan jika tidak
dituruti akan tambah mengamuk dan merusak barang.
Kejadian ini tercetus sejak pasien mengetahui bahwa anak laki-laki ke-5
pasien tidak jadi menikah dan berhenti bekerja. Anak ke-5 pasien tidak jadi
menikah karena masalah dana. Dana yang disiapkan untuk pernikahan habis
terpakai untuk kepentingan lain. Anak ke-5 pasien juga diberhentikan dari
pekerjaanya tanpa alasan yang jelas. Pasien juga sebelumnya bertengkar dengan
anak ke-3 yang juga mengalami hal yang sama dengan pasien yaitu sering marah-
marah, mengamuk, curiga dan keluyuran. Menurut keluarga pasien, pasien
bertengkar karena masalah ekonomi. Pasien merasa kesal dan tidak mau
meminum obatnya.
Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara yang berkata pada
dirinya agar keluar rumah. Suara-suara itu terdengar pada saat malam hari
sehingga pasien sering keluyuran ke luar rumah dari tengah malam sampai
subuh. Pasien keluyuran ke pos tempat berkumpul anak-anak muda di
lingkungan rumahnya. Disana pasien bercerita, bermain, dan bernyanyi bersama
anak-anak muda tersebut. Pasien sering menghabiskan uangnya untuk
membelikan makanan pada tetangganya. Saat bertemu dengan tetangganya,
pasien bercerita pernah marah dan mengamuk karena tetangga lain menjelekkan
pasien perihal anak laki-lakinya yang belum menikah. Sewaktu dikonfirmasi
kepada keluarga pasien, memang benar ada tetangga pasien yang menjelek-
jelekkan pasien. Pasien langsung marah-marah dan mengamuk pada
tetangganya.
Pasien mengatakan pernah melihat bayangan putih besar namun mukanya
tidak terlihat karena pasien hanya melihat bagian belakang dari bayangan itu.
Pasien juga bercerita tentang ayahnya yang memiliki ilmu macan. Namun
setelah dikonfirmasi kepada keluarga pasien, memang benar ayah pasien adalah
seseorang yang berilmu dan jawara di kampungnya.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit gejala-gejala tersebut semakin
parah, pasien sempat merusak pintu rumah karena keluarganya melarang untuk
keluyuran. Pasien juga sempat memukul suaminya dengan tangan pasien. Satu
minggu sebelum masuk rumah sakit pasien semakin sering mengamuk di rumah.
Pasien menyangkal bahwa ia merasa dirinya berubah ataupun
lingkungannya berubah. Keluarga pasien menyangkal jika sebelumnya pasien
pernah murung, tidak mau keluar dari kamar atau ingin bunuh diri. Saat
ditanyakan kepada pasien, pasien juga menyangkal jika ia sering murung, tidak
ingin beraktifitas, atau ingin bunuh diri.

TERAPI
a.) Rawat Inap.
Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan prosedur diagnosis,
menghindari risiko bunuh diri atau membunuh, dan kemampuan pasien yang
menurun drastis untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal.

b.) Terapi Kognitif


Tujuan terapi kognitif adalah meringankan episode depresif dan mencegah
kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi,
mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, serta melatih
respon perilaku dan kognitif yang baru.

c.) Terapi Berorientasi Psikoanalitik


Tujuan psikoterapi psikoanalitik adalah memberi pengaruh pada
perubahan struktur atau karakter kepribadian seseorang, bukan hanya untuk
meredakan gejala seseorang. Perbaikan kepercayaan interpersonal, keintiman,
mekanisme koping, kapasitas berduka, serta kemampuan mengalami kisaran
luas emosi.
d.) Terapi Keluarga
Terapi keluarga membantu pasien untuk mengurangi stres, mengurangi
kemungkinan kambuh.
e.) Farmakoterapi
Metode farmakoterapi mengubah terapi dan secara dramatis
mempengaruhi perjalanan gangguan, serta mengurangi kerugian yang
melekat pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai