Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
Latar Belakang ............................................................................................................................ 2
Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
Etika Profesi ................................................................................................................................ 5
Audit ........................................................................................................................................... 8
Prosedur Audit ............................................................................................................................ 8
Pengendalian Internal.................................................................................................................. 9
BAB 3 . ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................................................13
Soal 1 ........................................................................................................................................ 13
Soal 2 ........................................................................................................................................ 13
Soal 3 ........................................................................................................................................ 13
Soal 4 ........................................................................................................................................ 14
BAB 4 KESIMPULAN................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

Page 1
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu etika selalu menjadi perbincangan dilematik bagi setiap profesi yang ada dalam
industri bisnis. Tanpa adanya etika yang dijunjung tinggi oleh seorang profesional, segala bentuk
kompetensi maupun keahlian yang dimiliki tidak akan berarti apapun. Kenyataan menjelaskan
bahwa banyak kegagalan besar terjadi karena sikap tidak etis yang telah menjadi budaya bagi
sebagian pihak.

Kasus Suzette Washington, Accounting Major yang diangkat kali ini pun bercerita
mengenai sebuah dilema etika yang dialami karyawan dalam sebuah perusahaan. Suzette
Washington merupakan seorang mahasiswi tingkat akhir yang bekerja sebagai karyawan
persediaan di Bertolinis, sebuah perusahaan pakaian pria dan wanita. Hampir semua
karyawannya merupakan mahasiswa, kecuali personil manajemen. Suzette yang tengah
menempuh studi jurusan Akuntansi memiliki teman dekat bernama Paula Kaye yang merupakan
mahasiswi jurusan Marketing dan juga bekerja di Bertolinis sebagai karyawan penjualan.

Dalam beberapa waktu terakhir, Bertolinis mengalami kekurangan persediaan pakaian


pria di tiga departemen took. Supervisor Suzette meyakinkan dirinya bahwa terdapat beberapa
karyawan penjualan yang mencuri persediaan. Dengan segera Suzette menanyakan perihal
tersebut pada Paula mengenai masalah tersebut, namun tanggapan Paula mengisyaratkan bahwa
dirinya tidak ingin membahas hal tersebut dan segera mengubah topik pembicaraan.

Dengan desakan dari Suzette, Paula akhirnya menceritakan bahwa terdapat rumor yang
menjelaskan bahwa Alex dan Matt, karyawan Bertolinis, melakukan pencurian setiap
minggunya. Paula juga menjelaskan bahwa aksi pencurian tersebut dimulai dengan Alex yang
menyembunyikan item yang dicuri di bagian bawah tempat sampah. Selanjutnya, Matt, yang
bertugas mengosongkan tempat sampah setiap hari, akan mengambil item tersebut dan
menyembunyikannya di mobil mereka.

Page 2
Mendengar cerita tersebut, Suzette bersikeras untuk melaporkan hal tersebut kepada
manajer perusahaan agar segera diambil tindakan nyata. Namun, Paula terus membujuk Suzette
agar tidak ikut campur dalam masalah ini dan pura-pura tidak mengetahuinya. Seminggu
kemudian setelah percakapan tersebut, manajer toko Bertolinis menerima surat anonim yang
menjelaskan kronologis pencurian. Dengan bantuan dari detektif swasta, pihak toko dapat
menemukan bukti pencurian persediaan sebesar $500 yang dilakukan oleh Alex dan Matt.
Akhirnya, Alex dan Matt menerima hukuman penjara, kewajiban untuk membayar ganti rugi,
kewajiban atas pengabdian masyarakat, dan masa percobaan dalam periode yang panjang.

Menjadi sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji kasus ini dari sudut pandang
etika profesi. Peneliti berharap bahwa banyaknya pengkajian kasus etika dapat semakin
menyadarkan semua pelaku bisnis akan pentingnya penegakan etika yang harus dimulai dari diri
sendiri.

Rumusan Masalah

1. Apa yang akan Saudara lakukan apabila menghadapi situasi seperti yang dialami oleh
Suzette?
2. Apakah tindakan Suzette yang melaporkan pencurian tersebut appropriate? Apabila
Suzette tidak melaporkan, apakah dirinya dapat disebut tidak etis?
3. Apakah Saudara setuju bahwa profesi akuntan memiliki tanggung jawab yang lebih besar
dibandingkan profesi lain dalam hal perilaku etis?
4. Aktivitas pengendalian internal apa yang dapat diterapkan oleh Bertolinis untuk
menghindari kasus pencurian?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang akan pembaca lakukan apabila menghadapi situasi seperti
yang dialami oleh Suzette.
2. Untuk mengetahui pendapat pembaca mengenai etis tidaknya tindakan yang dilakukan
oleh Suzette.
3. Untuk mengetahui apakah pembaca setuju bahwa profesi akuntan memiliki tanggung
jawab yang lebih besar dibandingkan profesi lain dalam hal perilaku etis.

Page 3
4. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian internal apa yang dapat diterapkan oleh
Bertolinis untuk menghindari kasus pencurian.

Page 4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Etika Profesi

Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang
kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Kode etik atau
aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional dalam
mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Jika auditor
tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap
komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi. Masalah-masalah etika yang dapat
dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau tekanan untuk:
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan, penyuapan
dan sebagainya.
4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan.
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan
masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di
Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Prinsip dasar etika profesi menurut Ikatan
Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integritas
Prinsip integritas ini mewajibkan setiap akuntan (profesional) bersikap lugas dan jujur
dalam semua hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Artinya integritas adalah berterus
terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Akuntan profesional diharuskan tidak boleh
terkait dengan pernyataan resmi, laporan, komunikasi atau informasi lain ketika akuntan
meyakini bahwa informasi tersebut terdapat:

Page 5
a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan.
b) Informasi atau pernyataan atau yang dilengkapi secara sembarangan.
c) Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga akan
menyesatkan.
2. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan seluruh anggota bersikap adil, jujur secara intelektual,
tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh
yang tidak sepantasnya dari phak lain. Setiap anggota diharuskan menunjukkan objektivitasnya
dalam berbagai situasi dalam menjalankan kewajibannya dan menghidari yang dapat mengurangi
pertimbangan profesional atau bisnisnya. Akuntan professional mungkin dihadapkan pada situasi
yang bisa saja mengganggu objektivitasnya, namun semua anggota tidak akan memberikan
layanan profesional jika suatu keadaan atau hubungan menyebabkan terjadi bias atau dapat
memberi pengaruh yang berlebihan pada pertimbangan profesionalnya.

3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Prinsip kompetensi dan kehati hatian professional mengharuskan setiap anggotanya
Akuntan Profesional untuk :

1. Memelihara pengetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkan untuk menjamin


pemberi kerja (klien0 menerima layanan yang professional dan kompeten.
2. Bertindak tekun dan cermat sesuai teknis dan professional yang berlaku ketika
memberikan jasa professional.
4. Kerahasiaan
Kode etika profesi akuntansi mewajibkan seluruh akuntan untuk melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan prinsip kerahasiaan berikut ini

1. Akuntan profesional menjaga kerahasian informasi termasuk dalam lingkungan sosialnya,


sekaligus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja kepada
keluarga atau rekan bisnis terdekat.
2. Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan / diungkapkan oleh pemberi kerja (klien).
3. Menjaga kerahasiaan informasi di dalam kantor akuntan atau organisasi di tempatnya
bekerja.

Page 6
4. Akuntan profesional harus mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memastikan,
bahwa staf dibawah pengawasannya dan orang yang memberi saran dan bantuan
profesional serta menghormati kewajiban akuntan profesional untuk menjaga kerahasiaan
informasi.
5. Kewajiban untuk mematuhi semua prinsip kerahasiaan terus dipertahankan, bahkan saat
setelah berakhirnya hubungan antara klien dan akuntan. Ketika akuntan mendapat klien
baru, berhak menggunakan pengalaman dari sebelumnya. Namun demikian akuntan tetap
tidak diperbolehkan mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional atau bisnis sebelumnya.

5. Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap akuntan professional mematuhi ketentuan
hukum serta peraturan yang berlaku dan menghindari setiap perilaku yang dapat mengurangi
kepercayaan pada profesi. Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaan,
akuntan professional sangat tidak dianjurkan mencemarkan nama baik profesi. Akuntan wajib
mempunyai sikap jujur dan dapat dipercaya, serta tidak melakukan hal-hal diantaranya:

1. Mengakui dengan berlebihan mengenai jasa yang ditawarkan, pengelaman yang


diperoleh, kualifikasi yang dimiliki.
2. Membuat referensi yang menjatuhkan atau membuat perbandingan tanpa bukti kepada
pekerjaan pihak lain.
6. Tanggung Jawab Profesi
Seorang Akuntan dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional, harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional terhadap semua kegiatan yang
dilaksanakannya. Anggota memiliki tanggung jawab kepada pemakai jasa profesionalnya dan
tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota demi mengembangkan profesi
akuntansi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Semua usaha tersebut diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

7. Standar Teknis
Setiap anggota akuntan profesional dalam melaksanakan jasa profesionalnya harus sesuai
dengan standar profesional yang relevan. Keahlian anggota akuntan profesional berkewajiban

Page 7
untuk melaksakan tugas yang diterima dari pemberi kerja dengan prinsip integritas dan
objektivitas. Standar yang harus ditaati setiap anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI
(Ikatan Akuntansi Indonesia), International Federation Of Accountants, badan pengatur dan
undang-undang yang relevan dengan profesi akuntan.

8. Kepentingan Publik
Anggota akuntan profesional berkewajiban untuk bertindak dalam rangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik serta menunjukkan sikap profesionalisme.
Salah satu ciri dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
memegang peranan penting di masyarakat. Arti publik dari profesi akuntan meliputi klien,
pemerintah, pemberi kredit, pegawai. Investor, dunia bisnis dan keuangan dan pihak-pihak yang
bergantung kepada integritas dan obyektivitas akuntan dalam memlihara berjalannya fungsi
bisnis dengan tertib. Tugas terpenting setiap anggota adalah menjaga dan mempelihara
kepercayaan publik terhadap profesi akuntan.

Audit

Audit merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti tentang informasi
terukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang dengan kompetensi dan
independensi baik. Kompetensi dan independensi yang baik diperlukan untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dengan laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan
dasar kriteria sesuai dengan proses sistematis dan objektif untuk mendapatkan kemudian
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan ekonomi entitas. Menurut Agoes (2012),
audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis oleh pihak yang independen
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan pembukuan dan
bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajiban laporan
keuangan tersebut.

Prosedur Audit

Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan auditor
tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan, diproses,
dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer juga mempengaruhi pemilihan

Page 8
prosedur audit. Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis prosedur yang
digunakan oleh para auditor. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan audit
top-down ataupun pendekatan audit bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana
setiap prosedur ini akan digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program
audit.

Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit:

- Prosedur analitis (analytical procedures).


- Inspeksi (inspecting).
- Konfirmasi (confirming).
- Permintaan keterangan (inquiring).
- Perhitungan (counting).
- Penelusuran (tracing).
- Pemeriksaan bukti pendukung (vouching).
- Pengamatan (observing).
- Pelaksanaan ulang (reperforming).
- Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga
kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja (Anggreini, 2012:10). Pada
umumnya, perusahaan menggunakan sistem pengendalian internal untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan sistem dan membantu operasional perusahaan agar dapat terarah dengan baik
(Chung, 2015:11).

Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran


yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi
sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada
unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian pengendalian
internal tersebut diatas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara
manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer (Mulyadi, 2014:163).

Page 9
Tujuan dari pengendalian internal menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:319)
adalah sebagai berikut :

1. Keandalan laporan keuangan


Umumya, pengendalian yang relevan dengan suatu audit adalah berkaitan dengan tujuan entitas
dalam membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Efektivitas dan efisiensi operasi


Pengendalian yang berkaitan dengan tujuan operasi dan kepatuhan mungkin relevan dengan
suatu audit jika kedua tujuan tersebut berkaitan 10 dengan data yang dievaluasi dan digunakan
auditor dalam prosedur audit. Sebagai contoh, pengendalian yang berkaitan dengan data non
keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik.

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku


Suatu entitas umumnya mempunyai pengendalian yang berkaitan dengan tujuan yang tidak
relevan dengan suatu audit dan oleh karena itu tidak perlu dipertimbangkan.

Menurut Mulyadi (2014:164), unsur pokok sistem pengendalian internal adalah:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.


Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut ini: a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. b.
Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu
transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi
harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya

Page 10
setiap transaksi. Sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat
dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang
sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus


dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang

b. Pemeriksaan mendadak

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit
organisasi

d. Perputaran jabatan

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak

f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem
pengendalian internal yang lain

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.


Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta
berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya tergantung kepada
manusia yang melaksanakannya. Diantara 4 unsur pokok pengendalian internal tersebut diatas,
unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian internal yang paling penting. Jika
perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat
dikurangi sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung
jawaban keuangan yang dapat diandalkan. Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang
menjadi tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif,
meskipun hanya sedikit unsur sistem pengendalian internal yang mendukungnya.

Page 11
Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Auditing (2014:181), terdapat 5
keterbatasan atas pengendalian internal yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahan dalam pertimbangan


Manajemen dan personel lain sering kali salah paham dalam mempertimbangkan keputusan
bisnis yang diambil dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu atau tekanan lain.

2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel keliru
memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau
kelelahan.

3. Kolusi
Tindakan bersama dalam individu untuk tujuan kejahatan tersebut disebut sebagai kolusi. Kolusi
dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan
entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh sistem
pengendalian internal yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen


Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang
tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau
kepatuhan semu. Contohnya adalah manajer melaporkan jumlah laba yang lebih tinggi dari
jumlah sebenarnya untuk mendapat bonus lebih tinggi.

5. Biaya lawan manfaat


Biaya yang diperlukan untuk diperlukan untuk mengoperasikan struktur pengendalian internal
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut. Karena
pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan,
manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat suatu struktur pengendalian internal.

Page 12
BAB 3

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Soal 1

Saya akan memberitahu supervisor tentang rumor apa yang telah saya dengar. Saya
berpikir menjadi integritas untuk tugas individu adalah hal terbaik untuk dilakukan. perusahaan
akan mencapai tujuannya dalam sesuai dengan mematuhi kebijakan dan regulasi. Selain itu,
untuk mematuhi Kode Etik Akuntan Profesional adalah prinsip bahwa semua akuntan harus
mematuhi. Dalam situasi ini, jika saya memberitahu pengawas, ia akan memantau orang-orang
yang diduga pencuri pertama. Jika mereka tidak, mereka tidak akan dituntut. Tetapi sebelum
mengungkapkan Alex dan Matt, saya lebih memilih untuk mengkonfirmasi dan memeriksanya
pertama-tama jika mereka benar-benar melakukan beberapa kegiatan ilegal seperti mencuri,
tidak hanya takut seperti yang Paula lakukan. Namun, juga harus melaporkan tindakan Alex dan
Mat dan membantu manajer membangun mekanisme kontrol intern yang lebih baik dengan
menggunakan pengetahuan akuntansinya.

Soal 2

Saya percaya bahwa itu sesuai untuk Suzette melaporkan pencurian yang diduga, ketika
Suzette melaporkan kepada manajer toko, akan ada investigasi lebih lanjut tentang ini. Sebagai
seorang mahasiswa akuntansi, Suzette memiliki pengetahuan dan pelatihan yang diperlukan
untuk membedakan kegiatan legal dan ilegal. Ini kewajiban untuk mengungkapkan perilaku yang
tidak pantas atau kegiatan ilegal di perusahaan. Tidak akan menjadi tidak etis bagi Suzette
karena dia tidak mencurinya dan kedua dia tidak memiliki bukti melawan keduanya. Tapi itu
pasti salah secara moral, jika dia tidak melaporkan hal ini maka dia akan memberi lebih banyak
kesempatan kepada Alex & Matt untuk mencuri barang-barang yang lebih mahal di lain waktu.

Soal 3

Ya jurusan akuntansi adalah profesi seperti mana etika memiliki nilai sangat penting
karena berhubungan langsung dengan uang. Tapi itu tidak berarti bahwa mereka akan memiliki
tanggung jawab lebih besar daripada yang lain. Etika dan nilai-nilainya sama untuk semua, apa
pun urusan bisnisnya, sama pentingnya bagi mereka untuk bersikap etis. Tapi di sisi lain, sebagai

Page 13
jurusan akuntansi dia akan memiliki pengetahuan yang lebih menghakimi dan etis daripada yang
lain, jadi sangat penting baginya untuk melaporkan hal ini.
Selain itu, seorang akuntan bertugas untuk mencatat, mengidentifikasi sampai dengan
melaporkannya. Oleh karena itu hendaknya haruslah orang yang jujur dan bertanggungjawab
agar tidak melanggar etika atau terjadi manipulasi terhadap laporan keuangan perusahaan
sehingga kredibilitas perusahaan dapat tetap terjaga. Dalam sebuah perusahaan accounting akan
menyusun neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan arus kas. Dimana nantinya
laporan keuangan tersebut akan dipublikasikan dan digunakan oleh pengguna laporan keuangan
yaitu manajemen, karyawan, bank, kreditur, investor, pemerintah dll.

Soal 4

Bertolini mempunyai pengendalian yang kurang baik, maka seharusnya yang dilakukan
oleh Bertolini antara lain:
Ada pencatatan terhadap keluar masuknya persediaan.
Penyimpanan persediaan dan penggunaan gudang atau ruang yang terkunci dengan akses
yang terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi saja merupakan hal yang penting dalam
melindungi aktiva dan untuk meminimalkan terjadinya pencurian.
Seharusnya dilakukan perhitungan persediaan dan pengecekan jumlah barang di setiap
hari atau setiap minggu (secara periodik) yang independen, pembandingannya dengan catatan
tentang jumlah dan kepemilikan. Hal itu dilakukan agar jika terjadi ketidaksesuaian antara
kuantitas pesediaan yang tercatat dengan kuantitas yang ada ditangan (terjadi kehilangan
inventori) dapat terdeteksi sedini mungkin.
Komputer mengecek kesesuaian antara catatan tambahan dan akun-akun pengendali
karena nilai yang tercatat persediaan dalam buku besar pembantu atau file induk mungkin tidak
sesuai dengan akun-akun pengendali (untuk menjaga kebenaran saldo persediaan).
Di adakannya Inspeksi kondisi persediaan secara periodik, laporan aktivitas persediaan
periodik untuk menelaah kinerja manajemen. Hal ini dilakukan untuk menghindari pencatatan
persediaan dengan jumlah yang melebihi nilai pasar.
Tingkat manajemen yang berwenang memantau tingkat produksi, biaya produksi dan
kewajaran tingkat persediaan dibandingkan dengan volume penjualan. Hal ini perlu dilakukan

Page 14
karena manajemen mungkin tidak bertanggungjawab atas sumberdaya persediaan sehingga
menimbulkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan.
Proteksi terhadap barang dalam proses dapat dilakukan dengan mengawasi daerah
produksi oleh petugas keamanan perusahaan, pemberian label pada barang dan penggunaan tiket
perpindahan bernomor urut untuk mengendalikan perpindahan barang dalam proses di sekitar
perusahaan.

Page 15
BAB 4

KESIMPULAN

Perilaku etis dapat diterapkan oleh siapa saja termasuk pada saat masih menjadi
mahasiswa, mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan apabila seorang akuntan tidak dapat
berperilaku sesuai dengan Etika Professional. Apalagi, dalam dunia bisnis Kode Etika
Professional sangat diperlukan untuk menyediakan panduan bagi para profesional dalam
mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Setiap
profesi pasti akan menyebabkan timbulkan dilema etika, dimana seseorang dapat
mengungkapkan atau menyembunyikan kebenaran dari sutau kasus. Namun, apabila seseorang
menghadapi dilema etika sebaiknya melakukan enam hal berikut ini :

1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan.


2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada .
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika.
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika.
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternative.
6. Tetapkan tindakan yang tepat.

Kasus Suzette ini apabila perilaku tidak etis tersebut tidak dilaporkan, maka tujuan
perusahaan tidak akan tercapai dan akan melemahnya pengendalian kontrol yang ada di
perusahaan. Pada kasus Suzette, diperlukannya perbaikan pada pengendalian kontrol perusahaan
agar kasus tindakan ilegal tersebut tidak terjadi lagi.

Page 16
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., & Mark, B. (2012). Auditing and assurance services: an integrated
approach: Boston: Prentice Hall.
Knapp, M. C. (2006). Contemporary Auditing: Real Issues and Cases.
Knapp, M. C. (2012). Contemporary Auditing: Nelson Education.
Mulyadi, K. P. (2002). Auditing. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Page 17

Anda mungkin juga menyukai