Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA INDUSTRI

“ Kasus Pelanggaran Etika di Industri”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
EDWARD TOLLA LINTIN
HESTY RAHAYU PERTIWI
IFFAH KARIMAH NATSIR
IRMA DAMAYANTI
KAMELIAWATI A

TEKNIK KIMIA MINERAL


KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Tuhan yang telah memberikan kasih karunia-Nya

kepada saya dan memberikan kelancaran dalam pembuatan makalah ini, sehinggah

makalah ini dapat terselesaikan dan hambatan-hambatan yang terjadi di dalam

pembuatan makalah ini dapat kami atasi dengan baik.

Karena kelancaran yang diberikanya sehinggah tersusunlah makalah yang berjudul

“Kasus Pelanggaran Etika di Industri”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari

mata kuliah Etika Industri.

Makalah ini saya buat berdasarkan sistematika penulisan makalah yang telah

ditentukan sebelumnya. Isi yang tercantum dalam laporan ini sesuai dengan referensi dari

internet dan jurnal yang saya temukan.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini, mohon maaf apabila terdapat

banyak kesalahan dalam penyusunan dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penyusun agar dapat

menghasilkan karya tulis yang lebih baik.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................... iError! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan Makalah ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
A. Pengertian Etika Bisnis................................................................................................ 3
B. Prinsip Etika Bisnis ............................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 6
A. Contoh Kasus Melanggar Etika Bisnis ....................................................................... 6
B. Analisis Kasus Etika Bisnis............................................................................................ 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab

sosial yang baik. Kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang

cukup luas yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kebiasaan, adaptasi, akhlak, watak,

perasaan, sikap dan cara berpikir. Kata “moralitas” dari kata lain “moralis” dan

merupakan kata abstrak dari “moral” yang menunjuk kepada baik dan buruknya suatu

perbuatan. Sedangkan definisi dari etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara

ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang

berlaku secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang

maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Apalagi akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan

perlunya tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas.

Dalam mekanisme pasar bebas diberikan kebebasan luas kepada seluruh pelaku

bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan

ekonomi. Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari

keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Bahkan,

pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar

terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang memiliki

kemampuan bersaing. Oleh karena itu, perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan

praktik monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya

pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.


1
A. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui contoh kasus pelangaran etika yang terjadi perusahaan

persero perusahaan listrik Negara ( PT. PLN).

2. Untuk mengananlisis pelangaran etika bisnis di perusahaan persero

perusahaan listrik Negara ( PT. PLN).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan landasan tentang moralitas dalam ekonomi atau bisnis dan

semua pihak yang terkait untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan ilmu

ekonomi dan mencapai tujuan atau mendapatkan laba, sehingga kita harus menguasai

sudut pandang ekonomi, hukum dan etika maupun moral agar bisa mencapai target yang

diinginkan. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh manusia, aspek

baik atau buruk yang dilakukan oleh seseorang. Tetapi sampai sekarang masih belom

pernah etika bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang.

Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah

gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan

perbuatan yang melanggar etika bisnis.

B. Prinsip Etika bisnis

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh

perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki

standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral

sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan

prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

3
1. Prinsip otonomi, Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk

mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang

dianggapnya baik untuk dilakukan. Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara

bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya

dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus

diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada

kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

2. Prinsip kejujuran, Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam

mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak,

baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang

teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan

perusahaan tersebut.Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan

secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak

didasarkan atas kejujuran.Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian

dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan

harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu

perusahaan.

3. Prinsip tidak berniat jahat, Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran.

Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan

itu.

4. Prinsip keadilan, Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait

dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai

4
kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar

setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai

kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

5. Prinsip hormat pada diri sendiri, Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut

melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Melanggar Etika Bisnis

PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang

bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih

merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini

PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan

mendistribusikannya secara merata.

Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena

PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa

barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga

berapapun yang mereka kehendaki.

Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat

disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada

negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh

3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan

swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar,

serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan.

Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu

dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk

6
melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan

tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai

dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga

listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat

ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk

Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison

Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy,

Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga

listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)

memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah

termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini

diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan

Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi

bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN

berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah

karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem

kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2,

serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan

7
serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar

dan PLTGU Muara Karang.

Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik

masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu

secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan

dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan

juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas.

Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor

menjadi enggan untuk berinvestasi.

B. Analisis Kasus Etika Bisnis

Jika dilihat dari teori etika deontologi : Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik

Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau

tindakan yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara

adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahany

Jika dilihat dari teori etika teleologi : Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN

terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana

pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber

daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan

mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN

dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

8
Jika ditinjau dari teori utilitarianisme : Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori

etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga

kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung pada PT. PLN.

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari wacana diatas dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada

masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

B. Saran

Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, ada

baiknya Pemerintah membuka kesempatan bagi investor untuk mengembangkan

usaha di bidang listrik. Akan tetapi Pemerintah harus tetap mengontrol dan

memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan

yang merugikan masyarakat. Atau Pemerintah dapat memperbaiki kinerja PT. PLN

saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan

masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://triyasapritantina.blogspot.co.id/2011/09/tugas-etika-bisnis.html

https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika/

http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis

http://vtastubblefield.wordpress.com/2013/01/30/pentingnya-etika-dalam-berbisnis/

http://dianavia.blogspot.com/2011/10/prinsip-prinsip-etika-bisnis.html

11

Anda mungkin juga menyukai