A. Memaknai Kata/Istilah
Kesalahan penggunaan kata-kata atau istilah akan penimbulkan penafsiran yang berbeda. Kata-kata atau istilah
yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim, kata berantonim, kata bermakna konotasi, dan kata yang
mengalami perubahan makna.
Istilah berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, keadaan, atau sufat di bidang tertentu. Istilah
ada yang berupa kata , ada pula yang berupa idiom atau ungkapan.
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna leksikal. Makna leksikal adalah makna
yang sesuai dengan kamus bahasa Indonesia.
Untuk memaknai istilah atau memberi makna pada istilah berkaitan dengan kata , kalimat, dan paragraf.Istilah yang
dimaksud harus berkaitan dengan konteksnya atau penggunaaan kalimatnya.
Gagasan utama atau ide pokok paragraf adalah ringkasan dari kalimat utama. Gagasan utama bersifat luas/umum
dan masih membutuhkan penjelasan.
Langkah-langkah mencari gagasan utama adalah:
a. Fokuskan perhatian kita pada kalimat nomor 1 dan 5.
b. Bandingkan kalimat 1 dan 5 untuk menentukan Kalimat utamanya (nomor 1 atau nomor 5).
c. Setelah kalimat utamanya ditemukan, maka cari kata-kata kunci dari kalimat tersebut, sehingga ide pokok
paragrafnya ditemukan.
1. Paragraf generalisasi: diawali dengan penjelasan2 khusus dan diakhiri dgn kesimpulan umum
2. Paragraf sebab akibat: ada hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
3. Paragraf analogi: diawali dengan penjelasan2 yang membandingkan suatu hal atau objek dan diakhiri
dengan kesimpulan umum.
Kalimat penjelas adalah pernyataan khusus, perincian atau bagian-bagian yang menunjang / menjelaskan kalimat
utama. Sebagai tambahan, berikut ciri-ciri dari kalimat penjelas:
1. Uraian-uraian kecil
2. Contoh-contoh
3. Peristiwa ilustrasi
4. Kutipan-kutipan
C. Menyimpulkan Isi tersirat Teks Nonsastra ( tujuan, maksud kalimat, pandangan penulis, keberpihakan,
sebab-akibat)
Sebuah paragraf atau bacaan ditulis dengan maksud tertentu. Penulis menyampaikan pandangan atas suatu
masalah melalui tulisan. Masalah atau peristiwa yang terdapat dalam teks dapt diketahui sebab dan akibatnya jika
dibaca dengan cermat.
Kalimat yang di dalamnya terkandung hubungan sebab akibat dalam paragraph tersebut terdapat pada nomor\
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
1. Menentukan tanggapan logis dan tanggapan yang sesuai dengan isi paragra f.
Tanggapan logis: tanggapan yang masuk akal dan dapat diterima nalar.
Tanggapan positif: tanggapan yang bersifat optimis, santun, dan tidak mencela.
Tanggapan negatif: bersifat pesimis dan cenderung kurang santun.
Opini: pendapat, pemikiran, asumsi (perkiraan/ramalan), ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bersifat
subjektif, seperti sebaiknya, mungkin, barangkali, menurut pendapat saya, baik, buruk, mudah, sukar, jahat, indah,
dsb.
Kalimat yang berbentuk opini dalam paragraf tersebut terdapat pada nomor .
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
1. Fokuskan perhatian kita pada kalimat terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut mencakup keseluruhan
ide pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut merupakan simpulan dari paragraf tersebut.
2. Jika, pada kalimat terakhir tidak mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan dari paragraf tersebut,
maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci yang tersebar pada
seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat diketahui dengan menggunakan pertanyaan, Apa yang
dibicarakan di dalam paragraf tersebut.
Berikut contoh soalnya:
Pembahasan:
Fokus pertama adalah pada kalimat nomor 5: Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama.
Kalimat ini merupakan simpulan paragraf di atas karena seluruh kalimat membicarakan tentang minyak bumi sebagai
bahan bakar energi. sementara di kalimat terakhir tampak jelas bahwa minyak bumi sebagai bahan energi utama.
Jadi, Jawabannya: E. 5
G. Meringkas Teks
Ringkasan merupakan penyajian bacaan dalam bentuk singkat tanpa mengubah urutan isi dan maksud pengarang
bacaan asli.
MEMBACA SASTRA
A. Menentukan Kata yang Bermakna Simbolik/Majas/ Kias dalam Karya Sastra
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sehingga
menimbulkan efek tertentu. Da beberapa majas yang sering muncul dalam soal UN SMK, walaupun tidak tertutup
kemungkinan majas lainnya bisa saja muncul. Majas yang sering muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi,
hiperbola, anafora, epifora, paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan, paradoks, sinekdokhe (par prototo
dan totem proparte), majas sindiran, repetisi, tautologi, antitesis, klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
3. Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk
kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
Contoh:
- Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang dan
badai.
4. Personifikasi
Majas yang mengungkapkan benda mati atau benda selain manusia seolah-oleh memiliki sifat manusia.
Contoh :
- Angin berbisik-bisik di kegelapan malam.
- Matahari bangun dari tidurnya.
5. Metonimia
Majas perbandingan yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang
dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga
kiasan pengganti nama.
- Kakak sedang menghisap Sampoerna.
- Tolong belikan aku Aqua dan Tango!
6. Sinekdokhe
Majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Majas
sinekdok ada 2, yaitu:
a. Sinekdokhe Pars Prototo (sebagian objek untuk menunjukkan keseluruhan)
- Sudah lama tidak kelihatan batang hidungnya.
- Ayah membeli tiga ekor kambing.
b. Sinekdhoke Totem Pro Parte (keseluruhan untuk menunjukkan sebagian)
- Dalam pertandingan itu Indonesia unggul 3 0 melawan Thailand.
8. Hiperbola
Majas yang mengungkapkan suatu hal berlebihan dari kenyataan.
- Tangisnya membanjiri bumi.
- Suaranya memecahkan gendang telinga.
9. Litotes
Majas yang mengungkapkan sesuatu lebih rendah dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
- Singgahlah ke gubuk kami.
- Terimalah hadiah yang tidak berharga ini.
10. Ironi
Majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud
untuk menyindir orang (sindiran halus)
- Kota itu sangatlah indah dengan sampah-sampahnya.
- Tulisanmu bagus sampai-sampai aku tak bias membacanya.
11. Pleonasme
Majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata
tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan/menggunakan kata yang boros untuk menegaskan sesuatu.
Contoh:
- Peristiwa itu ku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri
- mereka masuk ke dalam kelas.
12. Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya
dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.
13. Paralelisme
Majas penegasan seperti reptisi, tetapi dipakai dalam puisi.
Contoh:
Aku sengsara karena judi
Aku melarat karena judi
b. Epifora : bila kata atau frasa yang diulang terletak di akhir kalimat
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau hendaki, aku akan datang
Bila kau minta, akau akan datang
14. Tautologi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang sama artinya (bersinonim) untuk
mempertegas arti.
Contoh:
Kehendak dan keinginannya akan tercapai jika dia lebih giat lagi berusaha.
15. Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan uturutan kata-kata yang makin lama
makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut senam pagi.
17. Retorik
Majas mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh:
- Inikah yang dinamakan cinta?
- Siapa yang akan mengisi kemerdekaan kalau bukan kita, generasi muda?
18. Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti (antonim).
Contoh: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua adalah mahluk Tuhan
19. Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak
karena objeknya berlainan.
Contoh:
- Di dalam keramaian aku masih merasa sepi.
- Ayam mati kelaparan dilumbung padi.
B. Mengidentifikasi Unsur Karya Sastra dan Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi tersurat dari karya sastra dapat dilihat dari unsur-unsurnya. Unsur-unsur cerpen dan novel adalah sebagai berikut.
1. Unsur Cerpen/Novel
a. Unsur Intrinsik
Unsur instrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur instrinsik cerpen dan novel sebagai
berikut.
1) Tema : pokok pikiran pengarang atau inti sari cerita.
2) Amanat : pesan yang disampaikan pengarang
3) Alur : rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dasar hubungan sebab akibat.
c) Klimaks
Pada tahapan ini pertikaian yang terjadi dalam cerita mulai meruncingdan memuncak.
5) Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana sebagai lokasi dan situasi yang melingkungi
tokoh-tokoh dalm cerita.
Unsur ekstrinsik yang terkandung dalam penggalan novel di atas adalah nilai .
A. moral
B. pendidikan
C. budaya
D. sosial
E. agama
Teks 2
Seorang salesman real estate berpengalaman meminta kepada atasannya, apakah ia bisa mengembalikan deposit
untuk pelanggan yang marah karena telah menemukan bahwa kavling yang dia beli terendam air.
Anda ini salesman seperti apa? Boas marah besar, Silakan keluar dan jual perahu kapadanya.
2. Unsur Drama
Drama merupakan jenis atau genre karya sastra yang berbentuk percakapan. Unsur drama sebagai berikut.
a. Tema yaitu inti cerita
b. Amanat yaitu pesan yang ada dalam drama
c. Alur yaitu rangkaian peristiwa dalam drama
d. Perwatakan yaitu watak tiap-tiap tokoh
e. Konflik merupakan masalah dalam drama
f. Percakapan yiatu dialog para pemain
g. Tata artistik yaitu setting panggung
h. Casting yiatu pemilihan pemeran yang tepat
i. Acting yaitu perilaku para pemain di panggung
MENULIS TERBATAS
Ungkapan (idiom) adalah kata atau gabungan kata dengan makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara
harfiah ke dalam bahasa atau situasi lain.
Contoh: Ia telah pergi untuk selama-lamanya
Kata pergi merupakan ungkapan yang berarti meninggal
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan sesuatu dan berisi
pelajaran hidup.
Contoh Soal:
Cermatilah kalimat berikut!
Perkebunan strawberry dan perkebunan apel merupakan kawasan ... yang sangat menarik dikunjungi untuk mengisi
liburan sekolah.
Istilah yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang adalah...
A. agrobisnis D. agrowisata
B. agrokimia E. agrostologi
C. agroindustri
Contoh soal:
Contoh soal:
G. Melengkapi Unsur Teks Prosedur (Langkah) dan Mengurutkan Langkah-langkah pada Teks Prosedur
Teks prosedur adalah jenis teks yang menjelaskan sebuah proses/langkah-langkah dalam membuat atau
mengoperasikan sesuatu. Biasanya untuk indikator ini, pertanyaan yang akan muncul pada soal UN adalah
pernyataan yang sesuai atau pernyataan yang tidak sesuai dengan teks prosedur atau menyusun teks prosedur.
Jadi dalam menjawab soal seperti ini hati-hatilah dengan kata sebelum dan sesudah.
Struktur teks prosedur terdiri atas tujuan dan langkah-langkah. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai.
Sedangkan langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan tercapai.
Sebuah paragraf terkadang disajikan rumpang atau tidak lengkap. Sebuah paragraf rumpang dapat dilengkapi
dengan kata, frasa, atau kalimat. Kata, frasa, atau kalimat yang digunakan untuk melengkapi paragraf rumpang
harus sesuai dengan isi paragraf.
2. Konjungsi korelatif
Contoh:
a. baik maupun
b. tidaktetapi
c. bukan..melainkan
d. sedemikian.sehingga..
e. entah.entah
f. jangankan.pun
3. Konjungsi subordinatif
a. konjungsi waktu
Contoh: ketika, sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
b. konjungsi urutan waktu
Contoh: lalu, selanjutnya, kemudian, setelah itu
c. konjungsi syarat
Contoh: jika, kalau, jikalau, apabila, asal, bila, manakala
d. konjungsi tujuan
Contoh: agar supaya, biar
e. konjungsi pengandaian
Contoh: andai, andaikata, seandainya, umpamanya
f. konjungsi perlawanan
Contoh: biarpun, walaupun, meskipun
g. konjungsi pembandingan
Contoh: seperti, seolah-olah, seakan-akan
h. konjungsi sebab
Contoh: sebab, oleh karena itu, oleh sebab itu, karena
i. konjungsi akibat/hasil
Contoh: sehingga, akibatnya, maka, sehingga, sampai
j. konjungsi atributif/perluasan
Contoh: yang
k. konjungsi perbandingan
Contoh: sama. dengan., lebih.daripada
l. konjungsi komplemetif
Contoh: bahwa
4. konjungsi antarkalimat
Contoh: oleh karena itu, walaupun demikian, akan tetapi, lagi pula, kecuali itu, selain itu, disamping itu, bahwasanya
Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada KBBI, EyD, dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku.
Contoh: resiko, disunting menjadi risiko
Perbaikan kata bercetak miring dalam kalimat tersebut yang tepat dalah. . .
A. Atmosvir, ekstreme, miliar
B. Atmosfir, extrem, miliyar
C. Atmosfer, ekstrim, milyar
D. Atmosfer, ekstrem, miliar
E. Atmosver, ekstrem, miliyar
Kata hubung (konjungsi) yang tepat digunakan untuk menyatukan paragraf tersebut adalah......
A. Selain itu, Lagi pula, hingga
B. Dengan demikian, Selain itu, hingga
C. Kemudian, Selain itu, bahkan
D. Sebenarnya, Dengan demikian, agar
E. Akan tetapi, Tentu saja, bahwa
C. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kalimat dan memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat (kalimat rancu,
ambigu, pemborosan, tidak logis, tidak lengkap)
Kalimat dianggap tidak tepat dan harus diperbaiki jika tidak efektif. Beberapa sebab terjadinya kalimat tidak efektif
adalah sebagai berikut:
a. Makna tidak logis: ia adalah pemenang terbaik ketiga, saya saling bersalaman
b. Bentuk kata tidak sejajar: kata yang sejajar biasanya menggunakan imbuhan yg sama
c. Menggunakan subjek ganda: majalah itu saya sudah baca
d. Bentuk jamak yang diulang atau berlebihan (pemborosan): para majelis guru-guru
e. Penggunaan kata depan dan kata tugas yang tidak perlu
f. Salah nalar: yang punya HP mohon harap dimatikan
g. Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing.
h. Kerancuan: nilainya sangat baik sekali
D. Mengartikan Kata
Dalam mengartikan kata dibutuhkan pengetahuan yang luas. Untuk itu Anda harus sering membaca. Selain itu,
latihlah penalaran agar mudah dalam mengartikan kata.
Istilah yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang adalah...
B. agrobisnis D. agrowisata
B. agrokimia E. agrostologi
C. agroindustri
A. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan ejaan (judul, sapaan/gelar, nama kota, kata depan)
1. Penulisan judul
Judul yang digunakan sebagai kepala karangan harus ditulis secara jelas dan tegas. Judul karya ilmiah atau karya
tulis ditulis dengan aturan sebagai berikut:
1) Semua huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali huruf pertama kata depan (di,
ke, dari) atau kata hubung (pada, dengan, dalam, terhadap, untuk, yang, atau)
2) Judul yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
Contoh: Penetapan Undang-Undang Ketatanegaraan
3) Judul yang berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertamanya dan kata keduanya
tidak diawali huruf kecil.
Contoh: Manfaat Buah-buahan untuk Kesehatan
Contoh soal:
Bacalah paragraf berikut dengan cermat
Untuk dapat sampai [...] Pulau Biawak yang berjarak 22 mil ini dapat ditempuh lewat Pelabuhan Karang Song [...]
Kota Indramayu dalam waktu 2,5 3,5 jam atau [...] Pelabuhan Dadap dengan menggunakan perahu nelayan
bermesin 25 PK selama 5 jam.
Kata depan yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang dari paragraf di atas adalah....
A. di, ke,dari C. ke,dari,di E. dari, di, ke
B. ke, di,dari D.di, dari, ke
B. Kepada
Yth, Bapak Direktur
PT Sukses
Jalan Asemka 5
Jakarta Pusat
Contoh: Heri Joewono, Pokok-Pokok Pikiran Kepemimpinan Abad 21 (Jakarta: Balai Pustaka, 2009), hlm. 26.
Penulisan catatan kaki yang tepat sesuai sumber informasi di atas adalah....
A. Manaf, Ngusman Abdul. Semantik. (Padang: Sukabina Offset, 2008), hlm. 70.
B. Ngusman Abdul Manaf. 2008. Semantik. Padang: Sukabina Offset. Hlm. 70.
C. Manaf, Ngusman Abdul. 2008. Semantik. Padang: Sukabina Offset. Hlm. 70.
D. Ngusman Abdul Manaf, Semantik, (Padang: Sukabina Offset, 2008), hlm. 70.
E. Ngusman Abdul Manaf, Semantik, (Sukabina Offset: Padang, 2008), hlm. 70.