Anda di halaman 1dari 53

TINEA KAPITIS PADA BAYI DAN ANAK

Sunarso Suyoso
Departemen / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo

PENDAHULUAN

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans. 1,2)
adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies
Microsporum dan Trichophyton.1
Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan
sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan
berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan
pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan
keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada
interaksi pejamu dan jamur penyebab.1

EPIDEMIOLOGI

Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak
3-14 tahun3 jarang pada dewasa, 3,4 kasus pada dewasa karena infeksi T. tonsurans
dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa4. Transmisi meningkat dengan
berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi
rendah. 3
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -1998),
RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan
Semarang 0,2%.5
Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya
dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak
pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%)
dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)
daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies
penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik)
dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing,
sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera 3).

ETIOLOGI

Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E. floccosum, T.


concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale) yang
semuanya jamur antropofilik tidak menyebabkan tinea kapitis2 dan T. rubrum
jarang. 4 Tiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea
kapitis2 , juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi. 2
Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang predominan. 2

1
2
PATOGENESIS

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis,


menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula1 dari
pertengahan sampai akhir anagen saja3 sebelum turun ke folikel rambut untuk
menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah
keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi,
tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini
disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi
artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan
rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya
sekarang menjadi sangat rapuh sekali.
Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,
walaupun hifa intrapilari ada juga.3
Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena1
dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari
dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah
pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang
meninggalkan titik hitam kecil (black dot).3
Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase
anagen ke fase telogen. 3

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis tergantung etiologinya. 3 :

1. Bentuk non inflamasi, manusia atau epidemik3.


Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika dan Eropa
namun sekarang jarang atau M. ferrugineum di Asia. 1,3
Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang
rambut yang meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya
ada skuama, tetapi keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang
terkena berubah menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia
dan patah beberapa milimeter diatas kepala1,3. Seringkali lesinya tampak satu
atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher
belakang.
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum.1 Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi
sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam
lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar1. Juga
bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 1

2. Bentuk inflamasi3
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M.
gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu
pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan
lubang-lubang folikular yang mengandung pus3. Inflamasi seperti ini sering
menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat
nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3
3
3
3. Tinea Kapitis black dot
Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau
T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut
maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga membentuk
gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi
keradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti
furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal
dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut-
rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.3

DIAGNOSIS BANDING

1. Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan keradangan minimal3 :

1.1. Dermatitis seborhoik3,6


Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia6. Tampak
eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena
biasanya difus, tidak setempat1. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di
kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi
dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu mata atau belakang
telinga. Sering tampak pada pasien penyakit syaraf atau immunodefisiensi.6

1.2. Dermatitis atopik3,6


Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan
rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala
yang gatal. 6 Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.

1.3. Psoriasis3,6
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, 6 dan rambut-
rambut tidak patah1. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga
meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan
rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun
dan 50% mengenai kepala6 , dan sering lesi psoriasis anak terjadi pada
kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis psoriasis6.

1.4. Pitiriasis amiantasea1,6 (Pitiriasis asbestos)


Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut1. Dermatitis kepala
lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya6. Skuama yang
putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut proksimal.
Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi
dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan kulit dilain tempat
yang menyertai biasanya tidak ada, namun dapat mempunyai penyakit yang
menyertai, yaitu Dermatitis atopik atau keradangan kulit lainnya6. Ada yang
menganggap sebagai psoriasis dini7.
4
3
2. Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas :

2.1. Alopesia areata1,3,6


Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan,
tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal1,6. Juga jarang ada skuama dan
rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.1,6

2.2. Trikotilomania 3,6


Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena
pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut
berukuran macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala
atas, daerah oksipital dan parietal yang kontra lateral dengan tangan
dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari kelainan obsesif-
kompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau ada depresi
atau kecemasan.6 Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu berupa
tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut meningkat
sebelum tumbuh kembali. 6

2.3. Pseudopelade3,8
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah
alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma
klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang
berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis
spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen planus,
lupus eritematus stadium lanjut. 8

3. Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi3 :

3.1. Pioderma bakteri


Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus
pyogenes, misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel. 3

3.2. Folliculitis decalvans 3,8


Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik
progresif8. Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik. 8

4. Diagnosis banding alopesia sikatrik3 :

4.1. Diskoid Lupus eritematosus 6,9


Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent khas ada
foliculler plugging. Tampak pada 1/3 pasien DLE. 9
4.2. Liken planopilaris
Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik. 10
4.3. Pseudopelade
4.4. Dermatitis radiasi
5
DIAGNOSIS

1. Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila7 :
Pada anak-anak dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul
atau abses, dissecting cellulitis atau black dot. 7

2. Pemeriksaan penunjang

2.1. Pemeriksaan Lampu Wood 1


Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya
bahan pteridin. 1
Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen
negatif artinya warna tetap ungu1 yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton
(kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap).
Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang
terinfeksi. 1

2.2. Pemeriksaan sediaan KOH


Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah
digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan
rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain
skuama7,11, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup6. Hanya
potongan rambut pada kepala6 harus termasuk akar rambut, folikel rambut
dan skuama kulit12. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia11. Yang
menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut
yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur7. Pada pemeriksaaan
mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium
menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut
dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang
terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan
kutikula rambut1.

2.3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas
kepala yang berskuama7 atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk
menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau
pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur11. Spesimen yang
didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose
agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium
(DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya7. Dengan DTM ada
perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di
medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.
6
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
4. Reaksi Id
pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan. 1

PENATALAKSANAAN

1. PENATALAKSANAAN UMUM13, 14

1.1. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah
infeksi pada anak-anak lain.
1.2. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
1.3. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi,
handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
1.4. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/
rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai
skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
1.5. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu
3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia
permanen.
1.6. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan
pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun14
atau lebik baik dibuang12.
1.7. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien
dapat pergi ke sekolah13.
1.8. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup
kepala13.

2. TERAPI MEDIS

2.1. Terapi Utama


Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk
likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi
antar obat14.
2.1.1. Tablet Griseofulvin
Sebagai Gold Standard1,3, 4
Dosis : 14, 15, 16
a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)
20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
b. Tablet ultramicrosize (330mg)
15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya
dipercepat dengan makanan berlemak13.
Semua baik untuk karena Microsporum maupun Trichophyton.
Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan
lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka
7
sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan
sampai 6 minggu13. Bila hasil kultur negatif terbaik diteruskan 4-6
minggu13. Pemeriksaan laboratorioum rutin tidak diperlukan17.
Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat
disebabkan karena14,16 :
- dosis tidak adekwat (sebab tersering)
maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat sampai 25 mg/Kg BB/ hari
terutama untuk kasus sulit sembuh.3
- pasien tidak patuh
- gangguan absorbsi pencernaan
- Interaksi obat,
bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin
menyebabkan kegagalan terapi14.
- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin
- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.

2.1.2. Kapsul Itrakonazol (100 mg)


a. dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu3, 14, 15
b. Terapi denyut4
dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus
bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus. Bersifat
fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik15
Minumnya kapsul bersama mentega kacang, atau saus apel dan
dilanjutkan dengan jus buah14. Sama efektifnya untuk karena
Microsporum canis maupun Trichophyton14.
Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena
absorbsinya perlu suasana asam.7,14
Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan
meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol
akan lebih rendah bila diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid,
phenytoin dan karbamazepin. 7,14
Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian
lebih 4 minggu.14

2.1.3. Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) 3,7,14


- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari
20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari
> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi
daripada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena
infeksi ektotriknya masih belum diketahui.7,14
Diberikan untuk anak umur > 2 tahun4. Monitor laboratorium fungsi
liver dan darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu3.

2.1.4. Tablet Flukonazol3,4,14,17


Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak
lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi
mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan
8
Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais. Flukonazol
lebih cepat resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk tinea
kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya flukonazol
digunakan untuk kasus selektif. Dosisya 8 mg/Kg BB/minggu selama
8-16 minggu3,17. Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton17.

2.2. Terapi Ajuvan


2.2.1. Shampo7,14
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kekambuhan dan mencegah penularan14,15,16, serta membuang
skuama dan membasmi spora viabel17, diberikan sampai sembuh
klinis dan mikologis :
a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
c. Shampo povidine iodine
dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair
Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru
dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.7
Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat
dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena
asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan
anak yang kontak dekat dengan karier daripada anak-anak yang
terinfeksi jelas. 13

2.2.2. Terapi Kerion


Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral
antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan
griseofulvin7. Beberapa penelitian menyatakan :
a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima
griseofulvin saja7
b. sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan
kelompok yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika
dan kortikosteroid oral7
c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan3,17. Dosis
prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk 10-15 hari pertama terapi3,17
d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila
dijumpai banyak krusta17.

PROGNOSIS

Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang
zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) 1. Infeksi ektotrik sembuh
selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan
jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi1.
9
Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.
T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk
menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat
diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya1.

KESIMPULAN

Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan bermacam-
macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur penyebab
dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan prevalensi
penyakit.14
Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat lini
pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau kalau
terpaksa dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh dengan
griseofuvin, atau dapat sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan
shampo anti jamur untuk membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,
mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien.14

KEPUSTAKAAN

1. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988
2. Hay RJ, Morre M. Mycology. Dalam : Champion RH, Burton JZ, Burns DA,
Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed
Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1277-350.
3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :
Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005.
4. Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J; Oranje A,
Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed. Massachusetts.
Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.
5. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulya U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis
Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2004 : h.24-30.
6. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children. Dermatol
Ther 1997; 2 : 84-92.
7. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol Ther
1997; 2 : 78-83
8. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam : Champion
RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling
Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 2869-973
9. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam : Champion
RH, Burton JZ, Burns DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling
Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 2437-575.
10. Black MM. Lichen planus and Lichenoid Disorders. Dalam : Champion RH, Burton
JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of
Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1899-1926.
11. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby, 2005.
10
rd
12. Richardson MD, Warnock DW. Fungal Infection. 3 ed Massachusetts : Blackwell
Publishing, 2003.
13. Weston WL, Lane AT, Morelli JG. Color Textbook of Pediatric Dermatology. 3rd
ed. St. louis : Mosby, 2002.
14. Mercurio MG, Elewski B. Tinea capitis treatment. Dermatol Ther 1997; 3 : 79-83.
15. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini. Dalam :
Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini, 11 Mei
2002; Surabaya; Indonesia.
16. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan tinea kapitis. Berkala I. Penyakit Kulit
dan kelamin 2001; 13 : 30-5.
17. Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd ed.
Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006.
18. Lab. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press. 2007.
19. Janssen Research Council : Slide gambar dermatomikosis.

Gambar Tinea kapitis


pada bayi dan anak

18
Gambar 1. Tinea Kaipitis tipe Gray patch

18
Gambar 2. Tinea Kapitis tipe Kerion Gambar 3. Tinea Kapitis tipe Black dot 19
11

Gambar 5. Psoriasis vulgaris 6


Gambar 4. Dermatitis seboroik di
kepala dan wajah 18

Gambar 6. Ptiriasis amiantasea 6


Gambar 7. Alopesia areata 18

6
Gambar 8. Trikhotilomania Gambar 9. Infeksi ektotrik 18

Gambar 11. Pemeriksaan lampu


Wood positif hijau
Gambar 10. Infeksi endotrik 19 terang 19

===== 2008 ====


12
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sunarso Suyoso, dr, SpKK(K)
Lahir : Kediri, 15 September 1952
Lulus Dokter : FK. Unair 1978
Lulus Spesialis : FK. Unair 1988
Pekerjaan :
- 1979 - 1984 Puskesmas Kep. Riau Prop.Riau
- 1990 RSU Achmad Mochtar
Bukit Tinggi - Sumbar
- 1991
1991-- sekarang RSU Dr. Soetomo/ FK. Unair
Surabaya
TINEA KAPITIS
PADA BAYI DAN ANAK

Sunarso Suyoso
Departemen / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo Surabaya

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 2


PENDAHULUAN

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and


hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans
tonsurans))
adalah infeksi dermatofit pada
kepala, alis mata dan bulu mata
karena spesies Microsporum dan
Trichophyton..
Trichophyton

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 3


EPIDEMIOLOGI

Insidens dibandingkan dermatomikosis :


Medan 0,4% (1996
1996--1998
1998))
RSCM Jakarta 0,61 - 0,87
87%% (1989
1989--1992
1992))
Manado 2,2 - 6% (1990
1990--1991
1991))
Semarang 0,2%

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 4


Surabaya RSU Dr. Soetomo 2001-
2001-2006
Insidens dibanding kasus baru dermatomikosis 0,31
31%%-1,55
55%%

Anak-anak < 14 tahun


Anak- 93,33
93, 33%
%
Anak laki
laki--laki 54,,5%
54
Anak perempuan 45,,5%
45

Tipe kerion/ inflamasi 62,5%


62,
Gray Patch
Patch// non inflamasi 37,,5%
37
Black dot -

Spesies : M. gypseum (geofilik)


M. ferrugineum (antropofilik)
T. mentagrophytes (zoofilik)

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 5


ETIOLOGI
Spesies dermatofit umumnya sebagai
penyebab, kecuali :
E. floccosum

T. concentricum

T. mentagrophytes var. interdigitale


(T. interdigitale)
antropofilik
T. rubrum jarang
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 6
PATOGENESIS
1. Infeksi ektotrik (diluar rambut)
- di stratum korneum perifolikulitis

batang rambut
pada tengah - akhir anagen

hifa turun ke folikel


rambut menembus korteks

berhenti di Adamsons fringe

rambut patah diatasnya


5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 7
2. Infeksi endotrik (didalam rambut)
- kutikula tidak terkena
- artrokonidia dalam batang rambut
menggantikan keratin intrapilari

rambut sangat rapuh dan patah pada


permukaan kepala

black dot
- lebih kronis karena tetap berlangsung
difase anagen ke fase telogen
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 8
MANIFESTASI KLINIK
1. Bentuk non inflamasi, manusia / epidemik / tipe Gray patch

karena jamur ektotriks antropofilik, M.ferrugineum di Asia

- papul eritematus dibatang rambut meluas

- skuama, radang ringan

- rambut abu-
abu-abu dan kusam
patah beberapa mm

- puber asam lemak


(fungistatik) sembuh
spontan
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 9
2. Bentuk inflamasi / tipe Kerion
Karena jamur ektotrik zoofilik (M.
(M. canis)
canis) atau
geofilik (M.
(M. gypseum).
gypseum).
- folikulitis, pustula-
pustula-kerion alopesia sikatrik
- gatal, nyeri, limfadenopati servikal, panas badan

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 10


3. Tinea Kapitis black dot
Karena jamur endotrik antropofilik (T.
(T. tonsurans
tonsurans atau T.
violaceum))
violaceum
- rontok rambut +/-
+/- , positif black dot
- skuama difus, dibanyak tempat,
batas jelek ~ jari-
jari-2 membuka
- rambut normal masih ada di alopesianya

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 11


DIAGNOSIS BANDING
1. Diagnosis banding tinea kapitis
berskuama dan keradangan minimal
1.1. Dermatitis
seboroik
- eritema, skuama,
difus di area
seboroik

- rambut tidak
patah
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 12
1.2. Dermatitis Atopik

- pada yang berat

- rambut rontok -

bila + oleh karena garukan

- lesi dermatitis atopik + dibagian lain


5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 13
1.3. Psoriasis vulgaris
- seperti lesi psoriasis
- rambut patah
- pada anak sering hanya dikepala lihat kuku

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 14


1.4. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos)
- tumpukan skuama dalam masa kusut

- dermatitis lokalisata non infeksius, etiologi ?

- skuama tebal melekat & mengikat batang rambut


proksimal

- sering kelainan
kulit negatif

- psoriasis dini

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 15


2. Diagnosis banding tinea kapitis yang
alopesia jelas
2.1. Alopesia areata

- stadium permulaan
tepi eritematus
normal

- skuama jarang

- rambut tepi
mudah dicabut

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 16


2.2. Trikotilomania
- alopesia oleh karena
pencabutan rambut
oleh pasien sendiri

- panjang macam-macam

- sering dikepala atas,


oksipital dan parietal
kontra lateral tangan
dominannya

- obsesif kompulsif +
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 17
2.3. Pseudopelade
- pelade = alopesia areata

- alopesia sikatrik progresif pelan

- sindroma klinik :
. likhen planus
. lupus eritematus
lanjut

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 18


3. Diagnosis banding tinea kapitis
yang inflamasi

3.1. Pioderma bakteri

folikulitis, furunkel, karbunkel

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 19


3.2. Folliculitis decalvans
- Sindroma klinis berupa folikulitis kronis
sikatrik progresif
- Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 20


4. Diagnosis banding alopesia sikatrik

4.1. Diskoid Lupus eritematosus


4.2. Liken planopilaris
4.3. Pseudopelade
4.4. Dermatitis radiasi

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 21


DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Anak--anak
Anak
Alopesia, berskuama,
Limfadenopati servikal posterior
Limfadenopati aurikuler posterior
Kerion / abses
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 22
2. Pemeriksaan penunjang

2.1. Lampu Wood


- fluoresen + : hijau terang
karena pteridin diproduksi jamur yang
tumbuh aktif
- positif :
M. ferrugineum,
M. canis,
canis, dan
M. audouinii

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 23


2.2. Pemeriksaan sediaan KOH
Infeksi ektotrik
- Artrokonidia pd sekitar batang rambut
kutikula rusak

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 24


Infeksi endotrik
- Atrokonidia dalam batang rambut
- Kutikula tidak rusak

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 25


Kultur

M. gypseum (geofilik)

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 26


M. ferrugineum (antropofilik)

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 27


T. mentagrophytes tipe granular (zoofilik)

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 28


KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder

2. Alopesia sikatrik permanen

3. Kambuh
4. Reaksi Id pada badan

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 29


PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN UMUM
1.1. Mencari binatang penyebab
1.2. Mencari kontak manusia / keluarga
1.3. Tidak memakai bersama alat-alat
untuk kepala.
1.4. Anak kontak disekolah / penitipan
anak diperiksakan

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 30


1.5. Memberitahu tumbuh rambut perlu waktu
1.6. Mencuci berulang alat-alat untuk kepala
dengan air panas / dibuang
1.7. Pasien dapat sekolah bila diterapi oral
& shampo
1.8. Tidak perlu cukur gundul / kepala ditutup

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 31


TERAPI MEDIS
2.1. Terapi Utama
2.1.1. Tablet Griseofulvin Gold Standard
20 mg / Kg BB/hari 6-12 minggu
Diberi I - 2 minggu pemeriksaan lengkap
bila ada yang + dosis ditingkatkan
bila kultur - terapi 4 - 6 minggu
- bersama phenobarbital
absorbsi griseofulvin terapi gagal
- lab rutin -
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 32
TERAPI MEDIS
2.1.2. Kapsul Itrakonazol
a. 3-5 mg/Kg BB/hari 4 - 6 minggu
b. Terapi denyut
5 mg/Kg BB/ hari 1 minggu
istirahat 2 minggu/ siklus
diulang 2 - 3 siklus
- bila > 4 minggu periksa LFT dan DL
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 33
TERAPI MEDIS

2.1.3. Tablet Terbinafin


3 - 6mg/KgBB/ hari 4 minggu
bila karena M. canis perlu 6-8 minggu
- untuk umur > 2 tahun
bila > 6 minggu perlu LFT dan DL

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 34


TERAPI MEDIS

2.1.4. Tablet Flukonazol

untuk kasus selektif

- 8 mg/Kg BB/minggu

8-16 minggu

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 35


2.2. Terapi Ajuvan
2.2.1. Shampo
- mempercepat penyembuhan
- mencegah kekambuhan
- mencegah penularan
- membuang skuama
- membasmi spora viabel
- diberikan sampai sembuh klinis dan
mikologis
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 36
a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% 2-3 kali/
b. Shampo Ketokonazole mg 5
c. Shampo povidine iodine 2 x/ mg 15
+ Hair Conditioner 1
pada pasien
karier asimptomatik
(kontak dekat dengan pasien)
2x/ minggu - 4 minggu

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 37


2.2.2. Terapi Kerion
a. griseofulvin saja cepat kempes
b. griseofuvin + antibiotika + kortikosteroid oral
cepat bersih / hilang skuama & gatal
c. Kortikosteroid
prednison 1 mg/Kg BB/pagi 10 - 15 hari
< insiden sikatrik, menyembuhkan nyeri dan
pembengkakan
d. Antibiotika bila ada krusta

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 38


PROGNOSIS
Tipe Gray patch - sembuh sendiri
permulaan dewasa.
Semakin meradang - cepat sembuh
Infeksi ektotrik - dapat sembuh tanpa
terapi, tetapi menyebarkan jamur
penyebab kelain anak
Infeksi endotrik kronis - dewasa

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 39


KESIMPULAN
Tinea Kapitis :
1. Anak-anak + alopesia
2. Tiga bentuk
3. Gold standard Tx : Tab. Griseofuvin
- Obat lini II : Itrakonazol, terbinafin
- Obat lini III : flukonazol
4. Harus ada terapi ajuvan shampo anti jamur
5. Evaluasi & penanganan kontak dekat pasien

5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 40


Terima Kasih
dan
silahkan
bertanya

Anda mungkin juga menyukai