Anda di halaman 1dari 8

INTERVENSI STROKE DI RUMAH

Disusun oleh :
1. Annisa Citra M (C2013012)
2. Arum Suci Utami (C2013018)
3. Catur Wulandari (C2013028)
4. Dian Widyaloka (C2013038)
5. Exy Suryani (C2013048)
6. Haryanto (C2013060)
7. Ikimrah Resti (C2013066)

PRODI ILMU KEPERAWATAN

STIKES AISYIYAH SURAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba tiba terganggu, karena sebagaian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Dalam jaringan otak,kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia ,yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian
jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan
itu, aliran darah yang berhenti juga membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak
juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
(Nabyl,2012)
Stroke menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker,dengan laju mortalitas 18 % sampai 37 % untuk stroke pertama
dan 62 % untuk sroke berulang. Diperkirakan 25 % orang yang sembuh dari stroke
yang pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun .
Hasil penelitian epidemiologis menunujukan bahwa terjadinya resiko kematian pada
5 tahun pasca stroke adalah 45% -61 % dan terjadinya stroke berulang 25 % - 37 %.
( Yulianto,2011)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perawatan pada pasien stroke di rumah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja perawatan yang dilakukan pada pasien stroke di rumah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Intervensi pada pasien stroke dirumah


Perawatan dirumah sangat bermanfaat dalam masa transisi setelah klien pulang
dari perawatan dirumah sakit. Perawatan dirumah diperlukan oleh penderita stroke
yang memasuki fase sub akut atau masa pemulihan serta penderita stroke pada fase
lanjut atau kronis. Fase subakut atau pemulihan umumnya berlangsung mulai dari 2
minggu sampai denga 6 bulan pasca stroke, ditandai dengan adanya pemulihan dan
organisasi pada sistem saraf. Fase ini merupakan fase penting untuk pemulihan
fungsional. Perawatan dirumah seringkali dihubungkan dengan perawat atau
fisioterapis, namun pada hakikatnya keluargalah yang dapat merawat secara penuh
bagi klien. Menurut Mulyatsih, bahwa perawatan klien pasca stroke dirumah
mencangkup beberapa hal, diantaranya :
1. Membantu dalam beraktivitas dan mengatasi kelumpuhan atau kelemahan.
Apabila sewaktu pulang kerumah klien belum mampu bergerak sendiri, aturlah
klien senyaman mungkin, tidur telentang atau miring ke salah satu sisi, dengan
memberikan perhatian pada bagian lengan atau kaki yang mengalami
kelumpuhan atau lemah. Posisi lengan atau kaki diganjal bantal untuk
memperlancar arus balik darah ke jantung agar mencegah terjadinya edema.
Keluarga juga dapat mencegah terjadinya kekakuan pada tangan dan kaki yang
lemah dengan latihan gerak sendi minimal 2 hari sekali.
2. Mengaktifkan sisi ekstermitas yang lemah
Pada klien yang mengalami kelemahan pada anggota gerak atas, beri dukungan
kepada klien untuk mengaktivkan tangan yang lemah tersebut. Anjurkan klien
makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain, menggunakan tangan yang
masih lemah dibawah pengawasan dari keluarga. Dengan hal tersebut sel-sel otak
akan terstimulasi untuk berlatih kembali aktivitas yang dipelajari sebelum sakit.
3. Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien
Keluarga hendaknya menjauhkan atau menghindarkan barang atau keadaan yang
dapat membahayakan keselamatan klien, misalnya nyala api, benda tajam dan
benda bahaya lainnya. Keluarga juga harus menyediakan sesuatu yang
dibutuhkan oleh klien dengan menaruhnya ditempat yang mudah dijangkau oleh
klien. Kamar mandi juga harus disediakan keset agar tidak licin, serta penerangan
diruangan jagan terlalu silau atau redup. Tempat tidur disesuaaikan dan
hendaknya lebih rendah sehingga mencegah jatuh pada klien.
4. Membantu dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya jatuh.
Untuk melatih keseimbangan berdiri, keluarga dapat membantu dengan melatih
berjalan dan jika memungkinkan biarkan klien berusaha sendiri, dengan keluarga
menemani disamping sisi klien.
5. Membantu dalam eliminasi
Keluarga dapat menyediakan urinal terutama dimalam hariuntuk mencegah klien
mengompol, dan membantu klien agar tidak mengalami konstipasi yaitu dengan
cara memotivasi klien untuk bergerak aktif, Mengkonsumsi makanan tinggi
serat,minum air putih minimal 8 gelas per hari dan membiasakan duduk di kloset
secara teratur.
6. Membantu dalam personal hygiene dan grooming bagi klien.
7. Membantu dalam mengatasi gangguan menelan pada klien.
Dalam hal ini yang harus dilakukan keluarga adalah pada saat makan klien duduk
dikursi atau makan ditempat tidur dengan duduk tegak 60-90, ketika klien
menelan anjurkan klien untuk memutar kepala kesisi yang lemah dan menekuk
leher dan kepala untuk mempermudah menutupnya jalan nafas ketika klien
menelan.
8. Membantu dalam hal berkomunikasi.
Pada saat berbicara dengan klien usahakan wajah kita menghadap lurus kearah
klien agar klien bisa melihat gerak bibir dan ekspresi wajah kita. Usahakan
berbicara perlahan, tenang, dengan intonasi suara normal jangan berteriak.
Anjurkan dan berikan kesempatan kepada klien untuk berkomunikasi secara
total, yaitu dengan menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh, jangan
cemas apabila klien memberikan jawaban yang kurang jelas.
9. Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Klien harus bersosialisasi agar tidak merasa jenuh dan rendah diri
10. Membantu dalam proses berfikir atau kognitif klien
Keluarga dapat mengorientasikan kembali pamahaman klien terhadap tempat,
waktu dan orang. Hal ini yang bisa dilakukan dengan mengajakklien untuk
membicarakan masa lau yang menyenangkan.
11. Memenuhi kebutuhan spiritual dan psikososial klien
Keluarga dapat memberikan support mental dan selalu mengorientasikan klien
kepada realita yang terjadi. Keluarga harus bersifat optimis, bahwa klien akan
mengalami kemajuan.selalu berkumpuldengan keluarga dan melakukan ibadah
secara bersamaan atau berjamaah untukmendekatkan diri kepada sang pencipta.
12. Mengatasi gangguan seksual pada klien.
Dengan cara konsultasi dengan tim kesehatan dan mempererat hubungan dengan
pasangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
13. Membantu dalam mengisi waktu luang dan hobi yang dimiliki
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus
Tn.R usia 65th pekerjaan buruh di salah satu pabrik masuk rumah sakit dengan
diagnosa pasca stroke iskemik dengan hemiparase kiri sehingga mengalami
kelemahan otot pada alat gerak seperti tangan kiri dan kaki kiri alat gerak sebelah
kanan terlihat aktif, klien menjalani perawatan dirumah. Lakukan intervensi untuk
mengaktifkan kembali ekstermitas kiri pada klien.

B. ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE :


1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
b. Lingkungan dan budaya
c. Spiritual
d. Pemeriksaan fisik
e. Kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
f. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga
2. Diagnosa
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
3. Intervensi
a. Lakukan latihan ROM

Pada klien yang mengalami kelemahan pada anggota ekstermitas, beri


dukungan kepada klien untuk mengaktivkan tangan dan kaki yang lemah
tersebut. Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain,
menggunakan tangan dan kaki yang masih lemah dibawah pengawasan dari
keluarga. Dengan hal tersebut sel-sel otak akan terstimulasi untuk berlatih
kembali aktivitas yang dipelajari sebelum sakit
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba tiba terganggu, karena sebagaian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Dalam jaringan otak,kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia ,yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian
jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan
itu, aliran darah yang berhenti juga membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak
juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
(Nabyl,2012)
Perawatan klien pasca stroke dirumah mencangkup beberapa hal, diantaranya
1. Membantu beraktivitas dan mengatasi kelumpuhan atau kelemahan.
2. Mengaktifkan sisi ekstermitas yang lemah
3. Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien
4. Membantu dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya jatuh.
5. Membantu dalam eliminasi
6. Membantu dalam personal hygiene dan grooming bagi klien.
7. Membantu dalam mengatasi gangguan menelan pada klien.
8. Membantu dalam hal berkomunikasi.
9. Membantu dalambersosialisasidengan lingkungan
10. Membantu dalam proses berfikir atau kognitif klien
11. Memenuhi kebutuhan spiritual dan psikososial klien
12. Mengatasi gangguan seksual pada klien.
13. Membantu dalam mengisi waktu luang dan hobi yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, Erythrina.Pengalaman Caregiver dalam Merawat pasien pasca stroke di


Rumah.Di akses pada tanggal 29 september 2016 dari http://repository.uinjkt.ac.id

Friedman, Marlyn.M., Bowden, V.R.,&Jones, Elain G.Keperawatan Keluarga : Riset,


Teori dan praktik.Alih Bahasa: Hamid, AY.,Sutama A.,Subekti, N.B.,Yulianti D. Dan
Herdina N. Edisi 5.Jakarta:EGC.2010

Anda mungkin juga menyukai