Masa Nifas
Masa Nifas
A. KONSEP
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang-kdang disebut
Puerium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas,
walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak
faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan
perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut
membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang
menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan
pengetahuanya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik
dan perilaku bayi baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak.
Sistem Reproduksi dan struktur Terkait
1. Uterus
Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini
besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (
kira-kira sebesar grapefruit (jeruk masam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1 cm di atas umbilikus . Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada haari pascapartum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascaprtum.
Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira0kira 500 gr (1 lb) 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12
ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya menjadi 50 sampai 60 kg.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada
hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang
sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-
sel tambahan yan gterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, di duga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembekuan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam
pertama pascapartum intensitas kontraksi bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya
suntikan oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsnag
pelepasan oksitosin.
After pains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan
nyeri yang bertahan sepajang awal puer[erium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih
nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus teralu teregang (misalnya, pada bayi besar,
kembar). Menyusui dan oksitosin tembahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena
keduanya merangsnag kontraksi uterus.
Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan rekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuh luka.
Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya
seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang
akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca
partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak
selesai sampai enam mingggu setelah melahirkan.
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna
merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat
mengandung vekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan
yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang kelua selama
menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang.
Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik.
Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia
serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan devris
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih
(lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit , desidua, sel epitel, mukus, serum, dan
bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayilahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi perineum sulit dilakukan. Cara
mengukur lokia yang objektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menimbang tampon
perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar satu
gram setara denagn sekitar satu mililiter darah. Seluruh perkiraan cairan lokia tidak
akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu
tampon perineum dalam waktu satu jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah
daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin, tanpa memandang cara pemberiannya,
lokia yan gemngalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang. Setelah operasi sesaria,
jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika
klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang
keluar biasanya lebig sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan
ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang
lama, wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri, tetapi hal ini tidak sama
dengan perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pad aawal periode pascapartum menunjukkan perdarahan
berlanjut sebagai akibat periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai
akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang
setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat
plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin
disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa
menandakan endometritis.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lokia.
Sumber umum ialah laserasi atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan
lokia.
2. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Srviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol
ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserisasi kecil-kondisi yang optimal untuk
perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan,
menutup sacara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara
serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil
yang dpat dimasukkan pada akhir minggu kedua.
3. Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara. Pada umunya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada
wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen
menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.
Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap samapi fungsi
ovarium kembali normal da n menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi
nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah
episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan
dini hematoma dan higienea yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan
biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itoitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring
dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik
diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses enyembuhan luka episotomi
sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau
rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus
berlangsung dalam dua sampai tig aminggu.
Hemoroid (varises anus) umunya terlihat. Wanita sering menagalami gejala terkait,
seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu
defekator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa mingggu setelah lahir.
1) Adaptasi Fisiologis
1. Tanda Vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat Celsius.
Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya
sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya.
2. Sistem Cardiovaskuler
a. Tekanan Darah
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau
lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini
menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada
kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul.
b. Berkeringat dan menggigil
Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena
instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti. Untuk
mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak dikeluarkan
melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
3. Komponen Perkemihan
Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat
mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan ini
dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna dari
kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil 2 hari
pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan
dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan,
akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada periode early post
partum
Hematuria pada early post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih
waktu persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran perkemihan.
Asetonuria dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama.
4. Sistem Endokrin
Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat. Kadar prolaktin
pada yang meneteki akan meningkat k/ rangsangan isapan bayi. Pada ibu yg meneteki
menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum, sedangkan yg tdk meneteki pada
minggu ke 12 post partrum.
5. Sistem pencernaan
Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini
disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum.
6. Sistem musculoskeletal
Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan
hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum. Peregangan otot-otot pada
dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering lembek
dan kendor. Akan kembali dalam 6 minggu post partum.kurang lebih dengan
latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat.
7. Organ Reproduksi
a. Involusi uteri
- Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat.
- Dalam 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6 minggu.
12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat, dalam 5-6
minggu kembali kedalam ukuran tidak hamil. Penurunan uterus tergantung dari
besarnya sel bukan dari banyaknya sel
b. Involusio tempat menempelnya placenta
Diameter area tempat placenta 8-9 cm. Perdarahan ditempat tsb dapat berhenti
k/ tekanan pada jarinngan oleh kontraksi otot-otot uterus. Biasanya jaringan
mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan.
Proses tsb mengakibatkan tidak terjadi luka parut pada endometrium, yg dapat
membatasi untuk implantasi berikutnya
Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat menempelnya placenta
didebut sub involusi tempat menempelnya placenta dapat menyebabkan
pengeluaran lokhea terus menerus, perdarahan pervagina tanpa nyeri.
c. Perubahan pada vagina
Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari, rugae vagina mulai
kembali dalam 3 minggu( tidak kembali seperti semula ). Labia mayora dan
minora tampak teregang dan tidak licin.
d. Perubahan pada perineum
Bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa atau dg episiotomi
perineum mengalami edema dan kelihatan agar memar pada early post partum.
e. Afterpains
Umumnya terjadi pada multipara atau uterus yg sangat diregangkan seperti pada
kelahiran kembar, dimana tonus uterus secara umum kurang baik, terjadi
kontraksi uterus yg intermiten ( mirip dengan kram saat menstruasi ). Afterpains
tidak dialami oleh primipara k/ tonus uterus masih baik.
2) Adaptasi Psikologis
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis dan melewati masa transisi. Masa transisi yg
pada post partum yg harus diperhatikan oleh perawat adalah fase honey moon Fase honey
moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama
antara ibu-ayah-anak. Hal tsb dapat dikatakan sbg psikis honey moon, dimana tidak
memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.
Ikatan kasih ( bondingn & attachment ) terjadi pada kala IV, dimana diadakan antara ibu-
ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih.
Perubahan psikologis selama post partum menurut Rubin (1977) tdd :
1. Fase Taking In ( Periode tingkah laku ketergantungan )
Perhatian klien terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung
berlangsung selama 1-2 hari. Klien tidak mengingninkan kontak dg bayinya tetapi
bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yg diperlukan klien adalah
informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
2. Fase Taking Hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )
Klien berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian lebih kepada kemampuan mengtasi
fungdi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai aktifitas ;
duduk, jalan, dan keinginan untuk belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan
bayinya.
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila
ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai
kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan biarpun
ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang
makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati.
E. MANAGEMEN LAKTASI
Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada
masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu
dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang lamanya sangat
tergantung pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk menerapkan manajemen
laktasi. Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum)
dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah
dilahirkan, isapan bayi pada putting susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang
keluarnya hormon-hormon yang menunjang keberhasilannya menyusui. Kemudian, bayi
dalam kondisi baik seyogyanya dirawat bersama dalam satu ruangan dengan bayinya (rawat
gabung). Pelaksanaan ini penting untuk menjamin terpenuhinya segala kebutuhan bayi, baik
fisik maupun psikik setiap saat dari ibunya. Selama ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah
ibu melahirkan, bayi yang sehat TIDAK perlu diberi makanan / cairan lain. Ia hanya perlu
mengisap kolostrum yang keluar dari putting ibunya saja. Setelah mencapai usia 4-6 bulan,
secara bertahap dapat diberikan makanan pendamping ASI. ASI dapat terus diberikan sampai
anak berusaia 2 tahun.
Dalam masa menyusui terjadi beberapa refleks yang penting pengaruhnya terhadap
kelancaran laktasi, yaitu refleks yang terjadi pada ibu dan pada bayi. Refleks yang terjadi
pada ibu di antaranya:
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya
hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. Jadi makin sering bayi mengisap, makin banyak prolaktin yang
dilepas dan makin banyak ASI yang diproduksi. Oleh karena itu, menyusukan dengan
sering adalah cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.
b. Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")
Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian
lain dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosinn akan memacu sel-sel
otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga
memeras air susu keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk
kemudian menuju putting susu. Dengan demikian terjadi "areolar engorgement"
(pembengkakan). Kadang-kadang tekanan karena kontraksi otot itu begitu kuat sehingga
air susu keluar dari putting menyembur dan dapat membuat bayi tersedak.
Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut "letdown reflex". Melalui
refleks inilah terjadi pula kontraksi rahimyang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan
mengurangi perdarahan. Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan
memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak dini). Terjadinya refleks
aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu. Rasa kuatir atau kesusahan akan menghambat refleks
tersebut. Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu mendengar
bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya saat berada
jauh dari bayinya itu
Refleks yang terjadi pada bayi di antaranya :
a. "Rooting reflex"
Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya
dirangsang atau disentuh, dia akanmembuka mulut dan berusaha mencari putting untuk
menyusu.Keadaan ini dikenal dengan sebutan "rooting reflex".
b. "Sucking reflex" (refleks menghisap)
Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. Jika
putting susu ibu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi, terjadi refleks menghisap
dan terjaditekanan terhadap daerah areola oleh gusi, lidah bayi serta langit-langit,
sehingga isi sinus laktiferus diperas keluar ke dalam rongga mulut bayi.
c. Refleks menelan
Bila ada cairan di dalam rongga mulut, terjadi refleksmenelan. Dengan memperhatikan
adanya refleks-refleks tersebut,langkah-langkah menyusui yang baik dan benar adalah
meliputihal-hal berikut :
persiapan mental dan fisik ibu setiap akanmenyusui. Ibu harus dalam keadaan tenang.
Bilaperlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindarimenyusui pada keadaan lapar
dan haus.
sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan,seperti kursi dengan sandaran
punggung dansandaran tangan, bantal untuk menopang tanganyang menggendong
bayi.
sebelum menggendong bayi untuk menyusui,tangan harus dicuci bersih. Sebelum
menyusui,tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jarisehingga keluar 2-3 tetes
ASI, kemudian oleskan keseluruh putting dan areola. Cara menyusui yangterbaik
adalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudaranya
susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya ("on demand"), jangan dijadwalkan.
Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali.Setiap kali
menyusui, lakukanlah pada keduapayudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-
masing sekitar 10 menit. Mulailah selalu denganpayudara sisi terakhir yang disusui
sebelumnya.Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi sepertiawal menyusui tadi. Biarkan kering
oleh udarasebelum kembali memakai BH. Langkah iniberguna untuk mencegah lecet.
membuat bayi bersendawa setelah menyusui harusselalu dilakukan, untuk
mengeluarkan udara darilambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.Bila terjadi
keadaan lecet pada putting dan atausekitarnya, sebaiknya ibu tetap menyusui
denganmendahului pada putting yang tidak lecet. Sebelumdiisap, putting yang lecet
dapat diolesi es untukmengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dalamkejadian ini
adalah mencari penyebab lecet tersebutyang tentunya harus dihindari.Keadaan
engorgement (payudara bengkak) seringterjadi pada payudara yang elastisitasnya
kurang.Untuk mengatasinya, kompres payudara denganhanduk hangat kira-kira 4-5
menit, kemudiandilakukan masase dari tepi ke arah putting hingga ASI keluar.
Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selama menyusui :
a. Nutrisi
Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanyaakan mempengaruhi kuantitas dan
bukan kualitas ASI-nya,ibu menyusui selayaknya tidak membatasi konsumsi
makanannya. Penurunan berat badan sesudah melahirkans ebaiknya tidak melebihi 0.5
kg/minggu. Pada 6 bulan pertama masa menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan
ASI saja ("exclusive breastfeeding period"), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak
700 kkal/hari, pada 6 bulan selanjutnya kira-kira 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400
kkal/hari. Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui tentu lebih banyak dari biasanya.
Oleh karena itu ibu menyusui dianjurkan minum 8-12 gelas per hari.
b. Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik, biasanya penyebab utamanya adalah kelelahan pada
ibu. Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi.
c. Obat-obatan
Pemakaian obat-obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah
mempunyai efek positif atau negatif terhadap laktasi. Sebagai contoh, beberapa obat yang
dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.
Kebanyakan obat juga dikeluarkan melalui ASI, tetapi yang dikonsumsi bayi hanya 0.001
- 0.5% daripada dosis obat yang dapatdiberikan kepada bayi.
d. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui
Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu,
mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar,
sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi mengisap ASI pelan-pelan dengan kuat,
putting susu ibu tidak terasa sakit dan putting terhadap lengan bayi berada pada satu garis
lurus.
e. Penilaian kecukupan ASI pada bayi
Bayi usia 0-4 bulan atau 6 bulan dapat dinilai cukup pemberian ASI nya bila tercapai
keadaan sebagai berikut :
berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu,
kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurva pertumbuhan normal,
bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari,
tiap menyusui, bayi menyusu dengan kuat ("rakus") tetapi kemudian melemah
dan bayi tertidur,
payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibandingkan sebelum disusukan.
f. Di luar waktu menyusui
Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok
bila ibu tidak dapatmenyusui bayinya.
g. Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus.Jangan juga membiasakan bayi
menyusu dengan botol bilamasa cuti telah habis dan ibu harus kembali bekerja.
h. Pemberian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI hendaknya diberikanmulai usia bayi 4-6 bulan. Bila ibu
bekerja, sebaiknyamakanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja,sehingga ASI
dapat tetap diberikan bila ibu berada dirumah.
i. Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secarabertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberianmakanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian
ASIsecara bertahap dalam kurun waktu 2-3 bulan.
j. Klinik laktasi
Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harusmemiliki pelayanan yang dapat
meyakinkan setiap ibudalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasiuntuk
setiap masalah laktasi yang dialaminya. Untuk ituperlu diadakan klinik laktasi atau
tenaga terlatih untukmembantunya pada sarana pelayanan kesehatan yangterdekat.
k. Kelompok pendukung ASI
Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI dilingkungan masyarakat, yang dapat
merupakan saranauntuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agarberhasil
menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatanyang ada di lingkungan tersebut. Melalu
kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapatbantuan bila
mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
F. PERAWATAN
1. Perineum
Pengertian Perawatan Luka Perinium
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis,
sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum
adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis,
2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan
handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut
nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa
ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan
dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum
dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
2. Discharge Planning
a. Pengertian
Kozier (2004) mendefenisikandischarge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di
luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.Sedangkan Jackson(1994, dalam The
Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan
proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk
memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan
kelingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai
merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi/penyakitnya pasca bedah.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima disuatu agen
pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk
menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya
mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnose
keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa
yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
b. Pemberi Layanan Discharge planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multi
disiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibatdalam memberi
layanan kesehatan kepada pasien (Perry &Potter, 2006). Discharge planning tidak
hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan
kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan social bekerja sama (Nixon
et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau coordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai
konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan,
menyediakan pendidikan kesehatan,dan memotivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan dan mengimplementasikandischarge planning (Discharge
PlanningAssociation, 2008).
c. Penerima Discharge Planning
Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge
Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien
beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan
setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyaki tterminal atau pasien
dengan kecacatan permanen (Rice,1992 dalamPerry & Potter,2005). Pasien dan
seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentangs emua rencana
pemulangan (MedicalMutual of Ohio, 2008).
d. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,1999).
Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang
efektif (DischargePlanning Association, 2008).
The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik
dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat
disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan,memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien,
teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan
diri.
e. Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain,
ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa
prinsip yang dikemukakan oleh The RoyalMarsden Hospital (2004), yaitu :
Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan
yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan
informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.
Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up kekantor dokter.
Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan daftar
pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga
mengunjungikantornya.
Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien.Kursi roda untuk pasien
yang tidak mampu ke mobilambulans. Pasien yang pulang dengan
menggunakanambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakansikap tubuh dan
teknikpemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi
yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah
ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan
barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.
Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen
pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan
pasien.
f. Evaluasi
1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang
dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter.
2. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan
dilanjutkan di rumah.
3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikankeadaan
rumah,mengidentifikasi rintangan yang dapatmembahayakan bagi pasien,
danmenganjurkan perbaikan.
g. Unsur-Unsur Discharge Planning
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang harus
ada pada sebuahformperencanaan pemulanganantara lain :
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan
pengobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efeksamping yang
umum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan,
diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi,ketentuan insulin, dan
lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi
setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan,waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji
untuk control.
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan dirumah, perawat yang
menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta
dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan.
h. Cara Mengukur Discharge Planning
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk
pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta
instruksi-instruksi yang harus dilakukan,serta apabila pasien diantarkan pulang
sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004).
Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan
tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah
sakit (Hou,2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan
pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.
i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu
kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan
atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan
motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan
kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang
pada tiap-tiap tugas yang diberikan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi
pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan serta keinginan yangmencakup keyakinan, komitmen,dan motivasi
pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan aktifitas ataukegiatan yang
diajarkan sertadianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Pasien dinyatakan siap
menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya,
aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (TheRoyal Marsden
Hospital, 2004).
j. Kriteria Pemulangan
Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pascabedah dan keluarga
akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas dirumah, menggambarkan
penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah,mendiskusikan kebutuhan cairan dan nutrisi
untuk pemulihan luka,menyebutkan tanda dan gejala yang harusdilaporkan pada
tenagakesehatan, serta menggambarkan perawatan lanjutan
yangdiperlukan.Sedangkan Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat
pulang,pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber
yangdibutuhkanuntuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge
planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang
aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &
Potter, 2006). Olehkarena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila
pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan
keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan
pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindaklanjut, dan respons
yangdiambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).
Daftar kegiatan sangat membantu kondisi post partum kembali dalam keadaan sehat. Saat
ibu kembali ke rumah, secara bertahap akan kembali melakukan aktivitas normal.
Pekerjaan rumah akan membantu mencegah kekakuan otot-otot secara umum tetapi tidak
akan melemahkan kekuatan otot (Blankfield, 1967).
Selama periode ini, ligamen-ligamen akan lunak dan saling terpisah oleh karena itu
latihan-latihan memerlukan keregangan dan kekuatan otot-otot yang berlebihan seperti
halnya aerobik, lari, dan lai-lain harus dihindari selama periode ini untuk mencegah
ketegangan.
Aktifitas yang aman seperti berjalan, berenang dan bersepeda sangat dianjurkan. Seorang
wanita dapat memulai latihan atau Yoga 2 minggu setelah melahirkan pervaginam atau 4
- 6 minggu setelah mengalami operasi caesar.
Secara ideal ini harus memiliki seorang instruktur yang berpengalaman yang bertanggung
jawab selama melatih ibu post partum. Ibu biasanya mendapatlan kesulitan dalam
mengatur waktu untuk latihan atau melakukan tehnik relaksasi di rumah.
Perawat harus membantu mendorong ibu untuk istirahat ketika bayi sedang tidur dan
mencoba untuk tidak melakukan pekerjaan selama waktu itu.
Wanita biasanya kurang sabar dalam hal merawat tubuhnya . Perawat harus
mengingatkan bahwa selama masa menyusui membutuhkan ekstra lemak dari tubuhnya,
oleh karena itu nutrizi dan gizi yang baik sangat dibutuhkan. Perawat harus meyakinkan
ibu bahwa waktu yang dibutuhkan seorang wanita untuk kembali pada tubuh yang normal
setelah persalinan sangan bervariasi dan prosesnya dapat berlangsung 6 - 12 bulan.
G. PENDIDIKAN KESEHATAN
Kebutuhan dalam Masa Nifas (postpartum)
Dalam masa nifas (postpartum), alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan / health
education seperti personal hygiene, istirahat dan tidur.Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan
ibu nifas antara lain :
1. Kebersihan diri atau personal hygiene.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan
nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang
teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan
dimana ibu tinggal.
Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan
menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum
dari arah depan ke belakang.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan
maupun kulit.
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah
dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian
dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan
perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan
normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan
wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.
Hindari penggunaan pengering rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada
wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama
setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari
biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya.
a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil
atau besar.
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
dibawah matahari atau disetrika.
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan
sabun.
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa
nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan
dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan
sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti
minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai,
pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan
disetrika.
2. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara
umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan bebas
dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama
sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,kita
gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress
dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak
melakukan aktivitas sehari-hari.
Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru melahirkan merupakan masalah yang
sangat penting sekalipun tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah
melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat
dan banyak keadaan yang mengganggu lainnya, pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang
baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi. Padahal hari-hari postnatal akan
dipenuhi oleh banyak hal, begitu banyak yang harus dipelajari, ASI yang diproduksi
dalam payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan selamat, karangan bunga, hadiah-
hadiah serta menyambut tamu dan juga kekhawatiran serta keprihatinan yang tidak ada
kaitannya dengan situasi ini. Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran
yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat
yang cukup.
Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup :
1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
3. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
4. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
5. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur terlentang,
hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain mengatakan bahwa ibu
bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan sebenarnya tidur telentang
lebih baik karena dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus
dan mengawasi pendarahan.
Biasanya setelah melahirkan penderita akan merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa
nyaman berada ditempat tidur. Usaha agar penderita dapat tidur ialah dengan
menyakinkan penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu bagi
penderita, selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan air susu ibu.
Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur pada hari kedua setelah
melahirkan karena membawa beberapa keuntungan antara lainnya adalah :
1. Pelemasan otot lebih baik
2. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan
3. Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi
4. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit
5. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Istirahat malam
Selama satu atau dua malam yang pertama,ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur
yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan.
Kerapkali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-benar
tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit
mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah
mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas
episiotomy sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan
sudah hilang. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan obat
analgesic dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur
Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak
diperlukan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari.
Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dini dan tidak diganggu tanpa alas an. Hal-
hal kecil yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan
air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat diatasi sebelum suara-
suara tersebut mengganggu tidur ibu.
Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat dan semua keadaan
yang ditemukan harus dilaporkan pada dokter. Insomnia merupakan salah satu tanda
peringatan untuk psikosis nifas.
3. Pola istirahat
b. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebiha.
c. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
d. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang
istirahat dapat mengurangi produksi ASI , memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayinya (Saifudin AB, 2002 : N 25).
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks
dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur
harus lebih diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga
memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat
tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat
untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah.
4. Latihan
a. Diskusi pentingnya mengembalikan otot otot perut dan panggul kembali normal.
Ibuakan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti :
Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5.
Rileks dan ulangi 10 kali. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot otot, pantat dan pinggul dan
tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan Ibu
harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
5. Gizi Ibumenyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan Ibu untuk setiap kali menyusui).
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin minun kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
6. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu
yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI. Dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4 6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
Keluarkan ASI sebagaian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
Susukan bayi setiap 2 3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
keluarkan dengan tangan.letakan kain dingin pada payudara setelah
menyusui.payudara di keringkan
Letakkan kain dingin pada dikeringkan.
H. PERAN KELUARGA
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti: membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap
istrinya
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e. Memperbanyak dukungan dari suami
f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i. mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
I. PERAN PERAWAT
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur telentang selama 8 jam pasca
persalinan, kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan,
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan juga karena
bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans peroral atau
perrektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan payudara
Perawatan mamma dilakukan sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras,
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara :
a. Pembalutan mamae sampai tertekan
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan pariodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah
b. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna
kuning-putih susu.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan basian dalam, di mana vena-vena berdilatasi
sehingga tampak jelas.
d. Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang maka timbul
poengaruh hormon loktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di
samping itu pengaruh oksitoksin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar.
Pengaruh sosial budaya pada ibu hamil dan keluarga di sejumlah daerah di Indonesia yang
menyambut masa-masa kehamilan sangat sering dilakukan. Upacara-upacara yang
diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat
beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (Syafrudin, 2009).
Dikepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan
mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan
minuman air perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan
rebusan kulit pohon ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu
sampai dengan satu bulan atau 40 hari (Syafruddin, 2009).
1. Biodata Klien : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical
Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Haid : Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4. Riwayat Perkawinan
5. Riwayat Obstetri :
Riwayat kehamilan
Riwayat persalinan
9. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang
pernah diderita oleh keluarga.
10. Profil Keluarga : Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling,
type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social & keterlibatan
dalam kegiatan masyarakat.
11. Kebiasaan Sehari-hari : Pola nutrisi, Pola istirahat dan tidur, Pola eliminasi, Personal
Hygiene, Aktifitas, Rekreasi dan hiburan.
12. Seksual
14. Peran
15. Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum, BB, TB, LLA, Tanda Vital normal, Kepala, Breast,
Abdomen, Genitalia, Muskoloskeletal
16. Pemeriksaan Laboratorium : Darah (Hemoglobin dan Hematokrit), Klien dengan Dower
Cateter diperlukan culture urine.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tingkat energi,self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu 36,2-38,
Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata(conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris,pigmentasi, warna kulit, keadaan areola danputing susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah beningdiketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact)
atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah
hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra,
4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12- 24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
Analisa Data
DO :
TTV :
Suhu : menurun
Nadi : menurun
TD : menurun Penurunan
masukan cairan
RR : menurun Risiko tinggi terhadap
tidak adekuat,
1. kekurangan volume
Tingkat energi : letih, dapat kehilangan
cairan
memperlihatkan kebutuhan cairan
untuk tidur. berlebihan.
Berkeringat (diaforesis).
DO :
TTV :
Suhu : meningkat
(38,5o C / lebih Jaringan atau kerusakan
setelah 24 jam kulit, penurunan Hb,
2. pertama) tindakan infasif, dan atau Risiko tinggi infeksi
peningkatan pemajanan
Nadi : meningkat,
lingkungan malnutrisi
(takikardi)
TD : meningkat
(hipertansi)
RR : meningkat
(24x/menit / lebih)
Kulit : dingin.
capilaryferiltime :
memanjang (>2 detik).
Frekuensi BAK
DO : Trauma mekanisme
oedema / pembesaran Nyeri akut atau
3. TTV :
jaringan atau distansi ketidaknyamanan.
TD : meningkat efek-efek hormonal.
Nadi : meningkat
Pernafasan :
meningkat
Dampak pengalaman
melahirkan : sesuai dengan
keinginan atau tidak (mis.
Ingin lahir pervaginam
berhasil atau tidak).
kebutuhan tidur
meningkat, nafsu
makan meningkat.
Ibu lebih
berkonsentrasi pada
kemampuannya
menerima tanggung
jawab sepenuhnya
terhadap perawatan
bayi.
Ibu menerima
tanggung jawab
sebagai orang tua dan
menyadari atau
merasa kebutuhan
bayi yang sangat
tergantung dari
kesehatan sebagai ibu.
DO :
Pengalaman melahirkan
pertama (partus pertama).
Diagnosa Keperawatan
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kerusakan kulit, penurunan
Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan lingkungan malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o Keperawatan
Catat Potensial
kehilangan hemorangi atau
cairan pada kehilangan darah
Menunj waktu berlebihan pada
ukkan kelahiran, waktu kelahiran
Risiko tinggi tekanan tinjau ulang berlanjut pada
terhadap darah riwayat periode post
kekurangan dan nadi intranatal. partum dapat
volume cairan dalam diakibatkan dari
Kaji lokal dan
berhubungan Dapat batas persalinan yang
kontraktilitas
dengan meningkat normal. lama.
fundus uteri
penurunan kan Masuka jumlah lochea, Uterus yang
masukan tidak masukkan
1. n cairan vagina dan relaks atau
adekuat, cairan yang dan kondisi menonjol dengan
kehilangan adekuat. haluaran perineum peningkatan
cairan
. urine setelah 2 jam aliran lochea
berlebihan
seimban pada 8 jam dapat diakibatkan
(muntah,
g. pertama. dari persalinan
diafonesis,
yang lama.
peningkatan Hb, Ht Dengan
haluaran urine). dalam perlahan Merangsang
kadar masase fundus kontraksi uterus
normal bila uterus dapat mengontrol
menonjol. perdarahan.
terkontraksi vasodilatasi.
diatas Meningkatkan
perbaikan sirkulasi pada
episiotomi perineum,
meningkatkan
Kolaborasi
oksigenasi dan
dalam
nutrisi pada
pemberian obat
jaringan,
analgesik 30-60
menurunkan
menit sebelum
edema dan
menyusui.
meningkatkan
penyembuhan.
Penggunaan
pengencangan
gluteal saat
duduk
menurunkan stres
dan tekanan
langsung pada
perineum.
Memberikan
kenyamanan,
khususnya
selama laktasi,
bila afterpain
paling hebat
karena pelepasan
oksitosin.
Berikan Pasangan
penyuluhan mungkin
mengenai memerlukan
perawatan tali kejelasan
pusat dan mengenai
memandikan ketersediaan
bayi. metoda
kontrasepsi
Diskusikan
tentang Meningkatkan
kebutuhan kenyamanan,
seksualitas dan meningkatkan
rencana untuk rasa kontrol dan
kontrasepsi kembali
memfokuskan
perhatian.
BAYI BARU LAHIR
1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa
steril
4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada
hati/limpa, perdarahan
Penghisapan lendir
Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga
tabung oksigen & selangnya
Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan
b. Perawatan tali pusat
setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk
membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
bilas tangan dengan air matang /DTT
keringkan tangan (bersarung tangan)
letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat &
lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutu
Gb. Pemotongan tali pusat Gb. Bayi yang telah diikat
INGAT !
Dengan cara :
d. Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam
perawatannya.
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg
memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan
Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada
tdknya masalah kesehatan terutama pada :
d. Pemberian vitamin K
e. Identifikasi BBL
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan
zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk
BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali
pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke
bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap
hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun
setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang
memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Suhu > 38 C atau < 36,5 C
Warna kulit biru/pucat
Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna
hijau tua, ada lendir darah
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hypno-birthing.web.id/?p=225
http://www.scribd.com/doc/21638963/Asuhan-Kebidanan-Bayi-Baru-Lahir-Normal
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/fisiologi-maternal-pada-periode-pascapartum/
http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2010/11/adaptasi-fisik-dan-psikis-post-
partum.html
http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/453-home-care.html