Sediaan GEL
Sediaan GEL
I. DEFINISI
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang disebut jeli. (FI
IV, hal 7)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik
atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan
(Formularium Nasional, hal 315)
II. TEORI
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non Newton yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan
jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat
aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau
pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam
formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan
terhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut
mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat
disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas
permukaan gel)
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel
lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
ii. Karagenan
Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang merupakan suatu campuran tidak tetap dari
natrium, kalium, amonium, kalsium, dan ester-ester magnesium sulfat dari polimer galaktosa, dan 3,6-
anhidrogalaktosa.
Jenis kopolimer utama ialah kappa, iota, dan lambda karagenan. Fraksi kappa dan iota membentuk gel
yang reversibel terhadap pengaruh panas.
Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan
keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K.
iii. Tragakan
Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer Labillardie, atau
spesies Asia dari Astragalus.
Material kompleks yang sebagian besar tersusun atas asam polisakarida yang terdiri dari kalsium,
magnesium, dan kalium. Sisanya adalah polisakarida netral, tragakantin. Gum ini mengembang di
dalam air.
Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai pembawa.
Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi. Viskositas akan
menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7, rentan terhadap degradasi oleh mikroba.
Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil untuk mendispersikan gum dan
mencegah pengentalan ketika penambahan air.
iv. Pektin
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam
makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol
sebagai pendispersi dan humektan.
Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat menguap secara
cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses sineresis.
Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain
yang befungsi menghidrasi gum.
b. Derivat selulosa
Selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang tinggi. Substitusi dengan gugus
hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan pengaturan rantai polimer dan ikatan hidrogen
antar rantai.
Derivat selulosa yang sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC, dan HPC.
Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan derivat selulosa
yang sering digunakan.
Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya kontak dengan
sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan viskositas
yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC,
Na CMC, HEC, HPC
Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap
pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering.
Misalnya MC, Na CMC, HPMC
E. Gellants lain
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax,
setil ester wax.
F. Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis
sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang
berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.
2. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak
air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus
memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2
% w/v
Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 %
w/v
Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut
air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.
c. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA
III. FORMULA
3.1 Formula Umum/standar
R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan
3.2 Formula Basis Gel
CONTOH BASIS FORMULA GEL
1. R/ Ichtimol 2g
Tragakan 5g
Alkohol 10 mL
Gliserol 2g
Air hingga 100 g
Buat 50 g
Metoda pembuatan:
Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses
Botol ditara dan siapkan mucilago tragakan dengan 33 mL air
Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan mucilage tragakan, lalu
diaduk/dikocok
Berat diadjust dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu dimasukkan ke dalam wadah
Pembuatan mucilage tragakan :
Pembawa disiapkan
Botol bermulut lebar dikalibrasi, dikeringkan di dalam oven kemudian dinginkan
Alkohol dimasukkan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik karena akan mengakibatakan
terjadinya pengentalan) kemudian dilakukan pengocokkan untuk mencampurkan
Ditungkan kedalam wadah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan dikocok segera
Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukkan kedalam wadah untuk penyimpanan
2. R/ Na-alginat 7g
Gliserol 7g
Metil hidroksi benzoate 0,2 g
Ca-glukonat 0,05 g
Air hingga 100 g
Catatan : basis ini harus disimpan semalam sebelum digunakan
Metoda pembuatan :
Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dalam mortir
Pengawet dan Ca-glukonat dilarutkan ke dalam 80 mL air dengan bantuan pemanasan, lalu dinginkan
hingga 60C dan diaduk atau distirer cepat
Campuran Na-lginat-gliserol ditambahkan ke dalam vorteks dengan jumlah sedikit, lalu diaduk lebih
lanjut hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah
3. Clear gel
R/ Minyak mineral 10 %
Polioksietilen 10 oleil eter 20,7 %
Polioksietilen fatty gliserida 10,3 %
Propilen glikol 8,6 %
Sorbitol 6,9 %
Air 43,5 %
Cara pembuatan :
Semua komponen dipanaskan kecuali air hingga 90C, kemudian air dipanaskan secara terpisah
hingga 85C. Air dicampurkan ke dalam komponen lain tersebut dengan pengadukan, lalu dinginkan
hingga 60C
R/ Etanol 53 %
Karbomer 940 1%
Gliseril-p-amino benzoat 3 %
Monoisopropanolamin 0,09 %
Air 52,91 %
Cara pembuatan :
Karbomer 940 didispersikan ke dalam alcohol dan giseril-p-amino benzoat dilarutkan ke dalm larutan.
Secara perlahan Monoisopropanolamin ditambahkan. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan
air dan dikocok dengan seksama untuk menghindari penyerapan udara, larutan akan jernih dan
terbentuk gel.
R/ Poloksamer F-127 25 %
Hidrogen peroksida (larutan 30 %) 10 %
Air murni 65 %
Cara pembuatan :
Air dipanakan hingga 40-50 F dan disimpan pada wadah pencampuran. Poloksamer F-127
ditambahkan secara perlahan dengan pengadukan yang baik kemudian pengadukan dilakukan kembali
hingga larutan terbentuk. Temperatur dijaga pada suhu 50 F. Tambahkan larutan hydrogen peroksida
dingin secara perlahan dengan pengadukan yang baik. Lalu pindahkan ke dalam wadah dan disimpan
dalam temperatur ruangan hingga cairan menjadi gel yang jernih.
R/ Na-alginat 3g
Metil paraben 0,2 g
Natrium heksametafosfat 5g
Gliserin 10 g
Air murni 100 g
Cara pembuatan :
Metil paraben dilarutkan ke dalam gliserin dengan penambahan panas. Kemudian ditambahkan
air ke dalm gliserin yang hangat dengan pengadukanm yang cepat, kemudian Natrium
heksametafosfat dilarutkan ke dalam larutan. Lalu ditambahkan Na-alginat dengan pengadukan
cepat yang kontinu hingga terl;arut sempurna.
Wadah Gel
Wadah untuk gel sterl adalah tube yang terbuat Dari logam. Tube disterilkan dengan metoda
panas kering, yaitu dengan pemanasan 160 C selama 1 jam.
SO = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2
Yield value antara 100-1000 dines/cm2 menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai dibawah
ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir., diatas nilai ini menunjukkan terlalu keras
dan tidak dapat tersebar.
b. Dilakukan uji dipercepat dengan :
Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000 RPM). Amati apakah terjadi pemisahan
atau tidak (Lachman hal 1081)
Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 C. Amati dengan
bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu
bearti makin stabil)
B. Evaluasi kimia
Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)
Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)
C. Evaluasi biologi
Uji penetapan potensi antibiuotik (lihat lampiran FI IV hal 891)
Uji sterilitas (lihat Lampiran FI IV Hal 855)