Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena penulisan makalah ini
telah selesai tepat pada waktunya dengan judul STUDI BANGUNAN
APHITEATER. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Bangunan
disemester III ini di tahun ajaran 2016/2017 dan merupakan salah satu persyaratan
untuk menyempurnakan nilai mata kuliah Fisika Bangunan.
Besar harapan kami, semoga dengan dibuatnya makalah ini menjadi salah satu
sarana agar pembaca dapat lebih memahami tentang amphiteater dengan lebih mendalam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dikatakan sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah dimasa yang akan datang.
Terlepas dari segala kekurangan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak
lain yang membutuhkannya.

Jakarta, 20 Desember 2016

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
I.1 Latar Belakang............................................................................................................. 3
I.2 Masalah ....................................................................................................................... 3
I.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3
BAB II TEORI .......................................................................................................................... 4
II.1. DEFINISI ..................................................................................................................... 4
II.2. KONSEP DAN TEORI ................................................................................................. 7
II.3. AKUSTIK RUANG ......................................................................................................10
II.4. KONSEP AMPHITHEATER ........................................................................................13
BAB III COLOSSEUM ............................................................................................................20
III.1. GEDUNG....................................................................................................................20
III.2. LOKASI LUAR ............................................................................................................23
III.3. TEKNOLOGI ..............................................................................................................24
III.4. KONSTRUKSI ............................................................................................................26
III.5. PEMBANGUNAN .......................................................................................................28
III.6. PELAKSANAAN .........................................................................................................30
III.7. GAMBAR ....................................................................................................................32
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................36
IV.1. Kesimpulan.................................................................................................................36
IV.2. Saran..........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................37

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Amfiteater atau ampiteater adalah sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk
pertunjukan hiburan dan pertunjukan seni. Istilah amfiteater berasal dari bahasa Yunani
kuno, (amphitheatron), dari kata (amphi), yang berarti "di kedua sisi" atau
"di sekitar", dan (thtron), yang berarti "tempat untuk menonton". Salah satu
ampfiteater adalah colosseum di Roma, Italia. Colosseum yang merupakan amfiteater
terbesar di dunia, dianggap sebagai hasil karya terbaik dari arsitektur Romawi dan menjadi
lambang kekaisaran Roma. Meskipun hanya berupa sisa reruntuhan, Colosseum banyak
diminati oleh para turis baik turis lokal maupun mancanegara, dan menjadi salah satu
destinasi wisata populer di kota Roma, Italia.

Saat ini Colosseum menjadi salah satu objek wisata terkenal di kota Roma dan menerima
jutaan pengunjung tiap tahunnya. Bangunan yang sekarang terlihat adalah sisa reruntuhan
Colosseum setelah mengalami kerusakan akibat gempa besar tahun 1349, penjarahan batu
di dindingnya untuk pembangunan bangunan lain di Roma, dan juga faktor usia. Pengunjung
bisa melihat dinding bagian dalam yang hampir utuh dan sebagian dinding luar di bagian
utara yang menyisakan pintu masuk dari no 23 (angka romawinya: XXIII) sampai 54 (LIV).

I.2 Masalah
1. Bagaimana pembangunan Amphitheater Colosseum?
2. Bagaimana konstruksi yang diterapkan di Amphitheater Colosseum?
3. Bagaimana suara bisa menyebar keseluruh ruangan di Colosseum?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas Fisika Bangunan
2. Untuk mengetahui tentang Amphitheater
3. Untuk mempelajari bangunan Amphitheater khususnya Colosseum

3
BAB II
TEORI

II.1. DEFINISI

Amfiteater merupakan tempat terbuka yang digunakan untuk hiburan, pertunjukan, dan
olahraga. Istilah ini berasal dari Yunani kuno (amphitheatron), dari (amphi), yang
berarti "di kedua sisi" atau "sekitar" dan (Theatron), yang berarti "tempat untuk
melihat".

- AMFITEATER ROMAWI
Amfiteater Romawi kuno merupakan tempat publik utama dengan bentuk
denah melingkar atau oval, dengan perimeter tempat duduk tingkatan. Digunakan
untuk acara-acara seperti gladiator pertempuran, balapan kereta kuda, perburuan
hewan, dan eksekusi. Sekitar 230 ampfiteater Romawi telah ditemukan di seluruh
wilayah Kekaisaran Romawi. bentuk khas mereka, fungsi dan nama membedakan
mereka dari teater Romawi, yang kurang lebih bentuknya setengah lingkaran; dari
sirkus (mirip dengan hipodrom) yang sirkuit lebih lama dirancang terutama untuk
balapan kereta kuda; dan dari stadion yang lebih kecil, yang terutama dirancang
untuk atletik.
Amfiteater Romawi awal pada pertengahan abad 1 SM, tetapi sebagian besar
dibangun di bawah pemerintahan Imperial, dari periode Augustan (27 SM-14 M) dan
seterusnya. amfiteater Imperial dibangun di seluruh kekaisaran Romawi; terbesar
bisa menampung 40,000-60,000 penonton. Yang paling rumit fitur bertingkat, fasad
beratap dan rumit dihiasi dengan marmer, semen dan patung. Setelah akhir
permainan gladiator di abad ke-5 dan perburuan hewan dipentaskan di 6, amfiteater
mengalami keruntuhan. material mereka ditambang atau didaur ulang. Beberapa
diratakan, dan lain-lain dikonversi menjadi benteng. Beberapa dialihfungsi menjadi
tempat pertemuan terbuka yang nyaman; beberapa lainnya menjadi lokasi gereja.

4
- AMFITEATER MODERN
Masa modern, ampiteater merupakan ruang pertunjukan akustik hidup
dengan bentuk melingkar, setengah lingkaran atau melengkung, terutama yang
terletak di luar ruangan. Amphitheatres kontemporer sering termasuk struktur berdiri,
disebut bandshells, kadang-kadang melengkung atau berbentuk mangkuk, baik di
belakang panggung dan di belakang penonton, menciptakan fungsi yang
menggemakan atau menguatkan suara, membuatnya ideal untuk pertunjukan musik
atau teater. Amphitheatres skala kecil dapat menjadi wadah pertunjukan luar
ruangan masyarakat setempat.
Amfiteater modern yang penting termasuk Shoreline Amphitheatre dan
Hollywood Bowl, juga digunakan untuk beberapa yang terletak dalam ruangan
seperti Amphitheatre Gibson.

- AMFITEATER ALAM
Amfiteater alam adalah ruang pertunjukan yang terletak di gunung curam
atau formasi batuan tertentu yang secara alami menguatkan atau gema suara,
sehingga ideal untuk pertunjukan musik dan teater. Amfiteater jangka juga digunakan
untuk menggambarkan alami formasi yang akan ideal untuk tujuan ini, bahkan jika
tidak ada teater yang dibangun di sana.
Amfiteater alam yang penting diantaranya amfiteater Drakensberg di
Drakensberg, Afrika Selatan, Slane Puri di Irlandia, Amfiteater Supernatural di
Victoria, Australia, Amfiteater Ruth di Alaska, Eko Amfiteater, Amfiteater Red Rock di
Morrison, Colorado dan Amfiteater Gorge di Washington State, Amerika Serikat.

5
Bangunan amphitheater dibuang
dengan konstruksi sebagai berikut :

Pondasi dengan menggunakan


bahan lava (puzolana)
Dinding dengan menggunakan
bahan tufa
Pelengkung bagian atas dengan
memakai batu pumuse atau
batu ringan.

6
II.2. KONSEP DAN TEORI

II.2.1. Bunyi atau suara

Bunyi atau suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi,
gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara.

Kebanyakan suara adalah gabungan berbagai sinyal getar terdiri dari gelombang harmonis,
tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan
getar osilasi atau frekuensi yang diukur dalam satuan getaran Hertz (Hz)
dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam satuan tekanan
suara desibel (dB).

Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain,
sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar
oleh telinga manusia berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo berbagai variasi
dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz
disebut infrasonik.

II.2.2. Kebisingan

Derau atau yang biasa disebut noise adalah suatu sinyal gangguan yang
bersifat akustik (suara), elektris, maupun elektronis yang hadir dalam
suatu sistem (rangkaian listrik/ elektronika) dalam bentuk gangguan yang bukan
merupakan sinyal yang diinginkan.

Sumber derau dapat dikelompokkan dalam tiga kategori:

1. Sumber derau intrinsic yang muncul dari fluktuasi acak di dalam


suatu sistemfisik seperti thermal dan shot noise.
2. Sumber derau buatan manusia seperti motor, switch, elektronika digital.
3. Derau karena gangguan alamiah seperti petir dan bintik matahari.

Correlated noise: hubungan antara sinyal dan noise masuk dalam kategori ini. Karena
itu, correlated noise hanya muncul saat ada sinyal.

7
Uncorrelated noise: noise yang dapat muncul kapanpun, saat terdapat sinyal maupun
tidak ada sinyal. Uncorrelated noise muncul tanpa memperhatikan adanya sinyal atau
tidak. Noise dalam kategori ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori umum, yaitu :

1. Eksternal Noise: Adalah noise yang dihasilkan dari luar alat atau sirkuit. Noise tidak
disebabkan oleh komponen alat dalam sistem komunikasi tersebut. Ada 3 sumber
utama noise eksternal:
a. Atmospheric noise: Gangguan elektris yang terjadi secara alami, disebabkan
oleh hal hal yang berkaitan dengan atmosfer bumi. Noise atmosfer
biasanya disebut juga static electricity. Noise jenis ini bersumber dari kondisi
elektris yang bersifat alami, seperti kilat dan halilintar. Static electricity
berbentuk impuls yang menyebar ke dalam energi sepanjang lebar frekuensi
b. Ekstraterrestrial noise: Noise ini terdiri dari sinyal elektris yang dihasilkan dari
luar atmosfer bumi. Terkadang disebut juga deep-space noise.
Noise ekstraterrestrial bisa disebabkan oleh Milky Way, galaksi yang lain,
dan matahari.Noise ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu solar dan cosmic
noise:
1. Solar noise: Solar noise dihasilkan langsung dari panas matahari. Ada
dua bagian solar noise, yaitu saat kondisi dimana
intensitas radiasi konstan dan tinggi, gangguan muncul karena
aktivitas sun-spot dan solar flare-ups. Besar gangguan yang jarang
terjadi ini (bersifat sporadis) bergantung pada aktivitas sun spot
mengikuti pola perputaran yang berulang setiap 11 tahun.
2. Cosmic noise: Cosmic noise didistribusikan secara kontinu di
sepanjang galaksi. Intensitas noise cenderung kecil karena sumber
noise galaksi terletak lebih jauh dari matahari. Cosmic noise sering
juga disebut black-body noise dan didistribusikan secara merata di
seluruh angkasa.
c. Man-made noise: Secara sederhana diartikan sebagai noise yang dihasilkan
manusia. Sumber utama dari noise ini adalah mekanisme spark-producing,
seperti komutator dalam motor elektrik, sistem pembakaran kendaraan
bermotor, alternator, dan aktivitas peralihan alat oleh manusia (switching
equipment). Misalnya, setiap saat di rumah, penghuni sering mematikan dan
menyalakan lampu melalui saklar, otomatis arus listrik dapat tiba-tiba muncul
atau terhenti. Tegangan dan arus listrik berubah secara mendadak,
perubahan ini memuat lebar frekuensi yang cukup besar. Beberapa
frekuensi itu memancar/menyebar dari saklar atau listrik rumah, yang

8
bertindak sebagai miniatur penghantar dan antena.
Noise karena aktivitas manusia ini disebut juga impulse noise, karena
bersumber dari aktivitas on/of yang bersifat mendadak. Spektrum noise
cenderung besar dan lebar frekuensi bisa sampai 10 MHz. Noise jenis ini
lebih sering terjadi pada daerah metropolitan dan area industri yang padat
penduduknya, karena itu disebut juga industrial noise.
2. Internal Noise:Internal noise juga menjadi faktor yang penting dalam sistem
komunikasi. Internal noise adalah gangguan elektris yang dihasilkan alat atau sirkuit.
Noise muncul berasal dari komponen alat dalam sistem komunikasi bersangkutan.
Ada 3 jenis utama noise yang dihasilkan secara internal, yaitu:
a. Thermal noise: Thermal noise berhubungan dengan
perpindahan elektron yang cepat dan acak dalam
alat konduktor akibat digitasi thermal.
Perpindahan yang bersifat random ini pertama kali ditemukan oleh ahli
tumbuh-tumbuhan, Robert Brown, yang mengamati
perpindahan partikel alami dalam penyerbukan biji padi.
Perpindahan random elektron pertama kali dikenal tahun 1927 oleh JB.
Johnson di Bell Telephone Laboratories. Johnson membuktikan bahwa
kekuatan thermal noise proporsional dengan bandwidth dan temperatur
absolut.
Secara matematis, kekuatan noise adalah:

N = kekuatan noise (noise power)

K = Boltzmanns proportionality constant (1.38 10-23 joules per Kelvin)

T = Temperatur absolute

B = bandwidth

b. Shot noise: noise jenis ini muncul karena penyampaian sinyal yang tidak
beraturan pada keluaran (output) alat elektronik yang digunakan, seperti
pada transistor dua kutub. Pada alat elektronik, jumlah partikel pembawa
energi (elektron) yang terbatas menghasilkan fluktuasi pada arus

9
elektrik konduktor. Shot noise juga bisa terjadi pada alat optik, akibat
keterbatasan foton pada alat optik. Pada shot noise, penyampaian sinyal
tidak bergerak secara kontinu dan beraturan, tetapi bergerak berdasarkan
garis edar yang acak. Karena itu, gangguan yang dihasilkan acak dan
berlapis pada sinyal yang ada. Ketika shot noise semakin kuat, suara yang
ditimbulkan noise ini mirip dengan butir logam yang jatuh di atas
genteng timah.
Shot noise tidak berlaku pada kawat logam, karena hubungan antar elektron
pada kawat logam dapat menghilangkan fluktuasi acak.
Shot noise disebut juga transistor noise dan saling melengkapi
dengan thermal noise.
Penelitian shot noise pertama kali dilakukan pada kutub positif dan kutub
negatif tabung pesawat vakum (vacuum-tube amplifier) dan dideskripsikan
secara matematis oleh W. Schottky tahun 1918.
c. Transit-time noise: Arus sinyal yang dibawa melintasi sistem masukan dan
keluaran pada alat elektronik, (misalnya dari penyampai (emitter) ke
pengumpul (collector) pada transistor) menghasilkan noise yang tidak
beraturan dan bervariasi. Inilah yang disebut dengan transit-time noise.
Transit- time noise terjadi pada frekuensi tinggi ketika sinyal bergerak
melintasi semikonduktor dan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk
satu perputaran sinyal.
Transit time noise pada transistor ditentukan oleh mobilitasdata yang
dibawa, bias tegangan, dan konstruksi transistor. Jika perjalanan data
tertunda dengan frekuensi yang tinggi saat perlintasan semikonduktor, noise
akan lebih banyak dibandingkan dengan sinyal aslinya.

II.3. AKUSTIK RUANG

Akustik ruang dapat dipahami sebagai usaha-usaha yang ditempuh untuk peningkatan
kualitas bunyi agar penyebarannya merata, jelas, dan bulat atau mantap pada suatu
ruangan. Peningkatan kualitas bunyi didalam ruang dibutuhkan oleh bangunan, baik dengan

10
fungsi audio saja atau fungsi audio dan visual. Sebagai contoh, ruang laboratorium bahasa,
studio musik, home theatre, bioskop, ruang pertemuan, auditorium, ruang ibadah, dan
sebagainya. Pada laboratorium bahasa dan studio musik, fungsi audio sangat dominan.

Persyaratan Akustik Ruang Menurut Doelle (1993, dalam TGA Chaterina Arsinta)
persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu ruang yang besar, antara lain :

1) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruang besar (auditorium,
teater, bioskop).

2) Energi bunyi harus di distribusikan secara merata dalam ruang.

3) Ruang harus bebas dari cacat akustik, seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan
(long delayed reflection), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, resonansi
ruang.

4) Bising dan getaran yang mengganggu pendengaran harus dikurangi dalam tiap bagian
ruangan.

Orang-orang Yunani kuno menempatkan beberapa batu terakhir di teater megah di


Epidaurus pada abad keempat SM, mereka tidak bisa tahu bahwa mereka telah tanpa sadar
menciptakan canggih penyaring akustik. Tapi ketika penonton di barisan belakang mampu
mendengar musik dan suara-suara dengan kejelasan luar biasa (baik sebelum teater
memiliki kemewahan sound system), orang-orang Yunani harus tahu bahwa mereka telah
melakukan sesuatu yang sangat tepat karena mereka membuat banyak usaha untuk
menduplikasi Epidaurus 'desain, tetapi tidak pernah dengan keberhasilan yang sama.

Para peneliti di Georgia Institute of Technology telah menunjuk faktor yang sulit dipahami
yang membuat amfiteater kuno merupakan keajaiban akustik. Ini bukan lereng, atau angin -
itu kursi. Barisan kursi batu kapur di Epidaurus membentuk filter akustik efisien yang gelak
suara latar frekuensi rendah seperti gumaman kerumunan dan mencerminkan suara
frekuensi tinggi dari para pemain di panggung off kursi dan kembali ke anggota penonton
duduk, membawa suara aktor semua jalan ke baris belakang teater.

Penelitian, yang dilakukan oleh acoustician dan ultrasonik ahli Nico Declercq, asisten
profesor di Woodruff Sekolah Teknik Mesin di Georgia Tech dan Georgia Tech Lorraine di
Perancis, dan Cindy Dekeyser, seorang insinyur yang terpesona oleh sejarah Yunani kuno,
muncul di edisi April Journal of Akustik Society of America.

Sementara banyak ahli berspekulasi tentang kemungkinan penyebab akustik Epidaurus ',
beberapa menduga bahwa kursi sendiri adalah rahasia sukses akustik nya. Ada teori yang

11
angin situs - yang berhembus terutama dari panggung ke penonton - adalah penyebabnya,
sementara yang lain dikreditkan topeng yang mungkin telah bertindak sebagai pengeras
suara primitif atau irama bicara Yunani. Teori-teori yang lebih teknis lainnya
memperhitungkan kemiringan baris kursi.

Ketika Declercq ditetapkan untuk memecahkan misteri akustik, dia juga memiliki ide yang
salah tentang bagaimana Epidaurus membawa kinerja terdengar begitu baik. Dia menduga
bahwa bergelombang, atau bergerigi, bahan struktur batu kapur teater bertindak sebagai
filter untuk gelombang suara pada frekuensi tertentu, tetapi ia tidak mengantisipasi seberapa
baik itu mengendalikan kebisingan latar belakang.

"Ketika saya pertama kali ditangani masalah ini, saya berpikir bahwa efek akustik indah
adalah karena gelombang permukaan mendaki teater dengan hampir tidak ada redaman,"
kata Declercq. "Sementara suara-suara dari para pemain yang sedang dilakukan, saya tidak
mengantisipasi bahwa frekuensi rendah berbicara juga disaring sampai batas tertentu."

Tapi sebagai tim Declercq ini bereksperimen dengan gelombang ultrasonik dan simulasi
numerik akustik teater, mereka menemukan bahwa frekuensi hingga 500 Hz diadakan
kembali sementara frekuensi di atas 500 Hz diizinkan untuk cincin keluar. Permukaan
bergelombang dari kursi itu menciptakan efek yang mirip dengan akustik bantalan bergerigi
di dinding atau isolasi di sebuah garasi parkir.

Jadi, bagaimana penonton mendengar frekuensi yang lebih rendah dari suara aktor jika
mereka sedang ditekan dengan latar belakang lainnya frekuensi rendah? Ada jawaban
sederhana, kata Declercq. Otak manusia mampu merekonstruksi frekuensi hilang melalui
fenomena yang disebut lapangan virtual. Virtual lapangan membantu kita menghargai suara
yang tidak lengkap yang berasal dari pengeras suara kecil (di laptop atau telepon),
meskipun rendah (bass) frekuensi tidak dihasilkan oleh speaker kecil.

'Kesalahpahaman tentang peran kursi batu kapur bermain di Epidaurus' orang-orang Yunani
mungkin membuat mereka untuk dapat menduplikasi efek akustik. Kemudian teater
termasuk bangku dan kursi bahan yang berbeda, termasuk kayu, yang mungkin telah
memainkan peran besar dalam meninggalkan bertahap desain Epidaurus 'selama bertahun-
tahun oleh orang Yunani dan Romawi

12
II.4. KONSEP AMPHITHEATER

13
14
15
16
17
18
19
BAB III
COLOSSEUM

III.1. GEDUNG

Colosseum, atau dalam bahasa Itali colosseo, adalah sisa reruntuhan amfiteater yang
menjadi salah satu landmark kota Roma. Bangunan ini terletak di tengah kota Roma, Italia,
dan berada di sebelah timur Roman Forum, bekas alun-alun yang penuh puing-puing
bangunan kuno. Colosseum yang merupakan amfiteater terbesar di dunia, dianggap
sebagai hasil karya terbaik dari arsitektur Romawi dan menjadi lambang kekaisaran Roma.
Meskipun hanya berupa sisa reruntuhan, Colosseum banyak diminati oleh para turis baik
turis lokal maupun mancanegara, dan menjadi salah satu destinasi wisata populer di kota
Roma, Italia.

Colosseum dibangun pada tahun 70 AD pada masa kekuasaan raja Vespasian, dan selesai
tahun 80 AD pada masa pemerintahan raja Titus. Bangunan ini kemudian dimodifikasi pada
masa kekuasaan raja Domitian antara 81 96 AD. Karena dibangun pada masa kekuasaan
dinasti Flavian (Vespasian. Titus, dan Domitian), Colosseum juga disebut Flavian
Amphitheatre atau dalam bahasa Latin Amphitheatrum Flavium.

Pada zaman dahulu, Colosseum berbentuk ellips dengan panjang 189 m dan lebar 156 m,
serta luas arena 24 ribu m2. Tembok kelilingnya memiliki tinggi 545 m dan tembok dalam
setinggi 48 m. Zaman dahulu Colosseum digunakan oleh para kaisar dan petinggi Romawi
untuk meningkatkan popularitas mereka dengan memberikan hiburan gratis bagi rakyat. Di
gedung pertunjukan inilah rakyat Romawi mendapat hiburan dengan menonton pertarungan
gladiator, perburuan binatang, simulasi perang, pertunjukan drama mitologi Romawi dan
Yunani kuno, dan bahkan eksekusi tawanan.

Yang paling terkenal dan riuh oleh sorak sorai penonton tentu saja pertarungan gladiator.
Pertarungan ini tidak hanya antara manusia dan binatang buas tetapi juga antar manusia.
Binatang buas yang dipertarungkan biasanya singa, beruang, dan banteng. Sedangkan
petarung gladiator kebanyakan adalah terpidana hukuman mati, budak, atau orang yang
bersedia dibayar untuk bertarung. Agar pertarungan lebih seru dan menarik, para gladiator

20
dilatih sebelumnya di sekolah training gladiator dan menggunakan baju baja yang dilengkapi
perisai, pedang, atau tombak. Sekolah training dan perlengkapan ini semuanya sudah
tersedia di dekat Colosseum.

Meskipun sudah dilatih dan dilengkapi baju baja dan senjata, banyak gladiator yang harus
mengakhiri hidupnya di arena Colosseum. Mengingat pertarungan satu lawan satu tidak
akan dihentikan sampai salah satunya tewas. Gladiator yang terluka akan dirawat di
Sanitarium, sementara yang tewas akan dilepaskan dari baju baja mereka di Spoilarium.
Fasilitas-fasilitas ini, sekolah training (Ludus Magnus), gudang senjata (Armamentarium),
Sanitarium, dan Spoilarium, semuanya terletak di dekat Colosseum dan dihubungkan
dengan arena melalui jalan bawah tanah di hypogeum.

Colosseum ini mampu menampung 50 ribu penonton dengan didukung oleh 80 pintu masuk
yang tersebar di dinding luar Colosseum. 4 pintu masuk utama yang terletak di setiap ujung
sumbu ellips merupakan pintu masuk khusus; 3 untuk kalangan elit, dan 1 (di bagian utara)
untuk raja dan ajudannya. 76 pintu masuk lainnya digunakan oleh rakyat biasa untuk masuk
ke Colosseum. Selain pintu masuknya, tempat duduk di Colosseum pun dibagi berdasarkan
kelas/golongan. Tingkat 1 digunakan untuk kaisar dan petinggi romawi dan semakin ke atas
kedudukan penontonnya semakin rendah. (Colosseum ini dari bentuk dan pengaturan pintu
dan tempat duduknya memang sangat mirip seperti stadion jaman sekarang.)

Saat ini Colosseum menjadi salah satu objek wisata terkenal di kota Roma dan menerima
jutaan pengunjung tiap tahunnya. Bangunan yang sekarang terlihat adalah sisa reruntuhan
Colosseum setelah mengalami kerusakan akibat gempa besar tahun 1349, penjarahan batu
di dindingnya untuk pembangunan bangunan lain di Roma, dan juga faktor usia. Pengunjung
bisa melihat dinding bagian dalam yang hampir utuh dan sebagian dinding luar di bagian
utara yang menyisakan pintu masuk dari no 23 (angka romawinya: XXIII) sampai 54 (LIV).

Bagian lantai arena, yang dulu terbuat dari kayu dan ditutupi pasir, hanya tersisa sedikit
sehingga kita bisa melihat struktur ruang bawah tanah yang berliku-liku yang disebut
hypogeum. Hypogeum merupakan ruang bawah tanah yang terdiri dari jalan, ruangan, dan
kandang binatang, tempat dimana gladiator dan binatang buas menunggu sebelum
pertandingan. Dulu jalan di ruang bawah tanah juga menghubungkan arena Colosseum dan
fasilitas lain di dekat colosseum seperti sekolah training gladiator. Sebagai tambahan daya

21
tarik Colosseum, sekarang juga terdapat sebuah museum yang didedikasikan untuk Eros,
yang bisa kita temukan di lantai atas dinding luar Colosseum.

Selain sebagai daya tarik wisata sejarah, Colosseum sekarang juga digunakan
sebagai tempat pertunjukan, terutama konser kecil karena kondisi interior yang sudah rusak.
Sedangkan konser yang lebih besar biasa diadakan di area di luarnya, dengan dengan
Colosseum sebagai background.

22
III.2. LOKASI LUAR

Dinding bagian luarnya dulunya dilapisi dengan marmer, dari marmer Italy yang terkenal
sebagai marmer kualitas 1 di dunia sampai sekarang. Tribun penduduknya bisa memuat
sekitar 50.000 penonton. Kata sang guide tour kami, podium pertama adalah untuk tempat
terhormat VVIP seperti Kaisar, Senator atau pemerintah pusat. Diatasnya merupakan untuk
para ksatria. Diatasnya lagi untuk masyarakat biasa dan diatasnya lagi adalah untuk warga
kelas bawah. Untuk arenanya sendiri, berukuran sekitar 76 meter x 46 meter, sebuah
tempat pertunjukan yang besar, untuk perlawanan antara singa - singa dengan mereka yang
'dikurburkan.

23
Pada lokasi luar dari colosseum roma, terdapat gedung-gedung dan ruang luar hijau, seperti
taman-taman. Taman-taman berguna untuk mengurangi kebesingan dan menyerap
karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Selain itu terdapat tempat pemberhentian bus,
untuk memudahkan akses pengunjung yang datang dengan menggunakan mobil sendiri
terdapat tempat parkir yang terletak di luar lokasi colosseum.

III.3. TEKNOLOGI
Amphitheatre besar ini memang diperuntukkan sebagai pertunjukan berdarah, seperti
pertarungan antar gladiator, atau antara gladiator melawan singa, sampai ketika sekitar tahun
400, Kekaisaran Roma menghapus kegiatan ini, karena memang sangat sadis, dimana warga
bisa 'kesetanan' berteriak- untuk sebuah pertujukan singa mencabik -cabik warga yang
'dikorbankan' atau tahanan kekaisaran Roma, atau ketika sang gladiator memenggal kepala
lawannya . Bangunan ini sempat mengalami kerusakan akibat gempa bumi, pada sekitar
abad ke-5. (Ensiklopadia Roma Kuno).

Di tahun 80 Masehi, orang sudah memikirkan cara 'mengangkat' barang berat dari dasar ke
atas, atau sebaliknya Lift . belum memakai listrik, karena listrik belum ditemukan. Tetapi
ada sebuah lift untuk mengangkat singa - singa dari bawah tanah ( kandangnya ), ketika
pertujukan gladiator melawan singa. Lift itu ditarik oleh beberapa orang, pada zaman itu ,

24
banyak sekali budak belia yang memang dipaksa untuk terus bekerja keras. Dan singa - singa
itu masing - masing berbobot sekitar 1/2 ton

Ini merupakan basement, diatasnya adalah lantai dsar tempat pertujukan ( atap ini hanya
simulasi saja, dulu tidak memakai kayu ), dimana singa - singa dan semua orang yang akan
dibawa ke atas untuk pertunjukan.

Antara tanah yang berumput, sampai di lantai dasar, sekitar 6 sampai 10 meter

25
Roman Cement

Teknologi beton modern baru dikembangkan pada awal 1700-an dan sekarang campuran
semen, air, pasir dan batu ini digunakan oleh hampir seluruh bangunan di dunia.
Bangsa Romawi secara khusus menggunakan beton secara masif karena merekalah yang
mampu menyempurnakan campuran semen dengan bahan kimia tertentu pertama kali.
Teknologi inilah yang menyebabkan bangunan-bangunan buatan bangsa Romawi seperti
Colosseum dan Pantheon mampu bertahan hingga sekarang. Sayangnya bahan kimia yang
digunakan oleh bangsa Romawi tidak pernah dicatat oleh siapapun dan akhirnya hilang
bersama waktu.

III.4. KONSTRUKSI

Konstruksi Bangunan

Rekonstruksi Koloseum dimulai dari perintah Raja Vespasian tahun 72 M dan terselesaikan

26
oleh anaknya Titus pada tahun 80 M. Colosseum didirikan berdekatan dengan sebuah
istana megah yang sebelumnya dibangun Nero, yang bernama Domus Aurea yang
dibangun sesudah kebakaran besar di Roma pada tahun 64 M. Dio Cassius seorang ahli
sejarah mengatakan bahwa ada sekitar 9000 hewan buas yang telah terbunuh di 100 hari
sebagai perayaan peresmian dan pembukaan Colosseum tersebut. Lantai dari arena
Colosseum tertutupi oleh pasir untuk mencegah agar darah-darah tidak mengalir kemana-
mana.

Arsitek : chikippa

Lokasi : Roma, Italia

Tahun pembuatan : 70-82 M

Tipe bangunan : Amphiteater/ Gedung pertunjukkan besar

Warna bangunan : Urban

Gaya Bangunan : Roman Kuno

27
III.5. PEMBANGUNAN

Pembangunan Colosseum dimulai di bawah pemerintahan Kaisar Vespasian di sekitar 70


BM. Lokasi yang dipilih adalah daerah datar di lantai lembah rendah antara Caelian,
Esquiline dan Palatine Hills, di mana aliran canalised mengalir. Pada abad ke-2 SM daerah
itu padat dihuni. Hal itu hancur oleh Kebakaran Besar Roma pada tahun 64, disaat Nero
merebut banyak daerah untuk menambah domain pribadinya. Ia membangun megah Domus
Aurea di situs, di depannya ia menciptakan sebuah danau buatan yang dikelilingi oleh
pavillions, kebun, dan portico.

Terdapat juga Aqua Claudia saluran air yang diperpanjang untuk memasok air ke daerah
dan Colossus perunggu raksasa Nero didirikan di dekatnya di pintu masuk ke Domus Aurea.

Kawasan itu berubah di bawah Vespasianus, penerusnya. Meskipun Colossus dipelihara,


banyak dari Domus Aurea diruntuhkan. Danau itu diisi dan tanah digunakan kembali sebagai
lokasi untuk Flavian Amphitheatre baru. Sekolah gladiator dan bangunan pendukung lainnya
dibangun di dekatnya sebagai alasan dari Domus Aurea. Menurut sebuah prasasti yang
direkonstruksi yang ditemukan di situs, kaisar Vespasianus memerintahkan amfiteater
didirikan dari uang yang didapatkannya dari barang jarahan. Hal ini diduga untuk merujuk
pada kuantitas besarnya harta yang disita oleh Roma menyusul kemenangan mereka di
Pemberontakan Besar Yahudi di 70.

Colosseum dapat diartikan sebagai monumen kemenangan besar yang dibangun dalam
tradisi Romawi. Keputusan Vespasianus untuk membangun Colosseum di situs danau Nero
juga dapat dilihat sebagai isyarat populis kembalinya masyarakat luas dari kota yang Nero
rebut sebelumnya. Berbeda dengan banyak amphitheatres lainnya, yang terletak di
pinggiran kota, Colosseum dibangun di pusat kota, pada dasarnya, menempatkannya baik
secara harfiah dan simbolis di jantung kota Roma.

Colosseum telah selesai hingga kisah ketiga pada saat kematian Vespasian pada 79.
Tingkat atas selesai dan gedung diresmikan oleh anaknya, Titus, di 80. [1] Dio Cassius
menceritakan bahwa lebih dari 9.000 hewan liar tewas selama pertandingan perdana
amfiteater. Bangunan ini direnovasi lebih lanjut di bawah anak termuda Vespasianus, yang
baru ditunjuk Kaisar Domitianus, yang dibangun Hypogeum, serangkaian terowongan
bawah tanah yang digunakan untuk hewan peliharaan dan budak. Ia juga menambahkan
sebuah galeri ke atas Colosseum untuk meningkatkan kapasitas tempat duduk.

28
Dalam tahun 217, Colosseum rusak parah oleh kebakaran besar (yang disebabkan oleh
petir, menurut Dio Cassius) yang menghancurkan tingkat atas kayu interior amfiteater.
Kerusakan itu tidak sepenuhnya diperbaiki sampai sekitar 240 dan menjalani perbaikan lebih
lanjut dalam 250 atau 252 dan lagi di 320. Sebuah prasasti mencatat pemulihan berbagai
bagian dari Colosseum di bawah Theodosius II dan III Valentinianus (memerintah 425-450),
mungkin untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh Gempa besar di 443; lebih
banyak pekerjaan diikuti dalam 484 dan 508. Arena terus digunakan untuk kontes baik ke
abad ke-6, dengan lalu-lintas perkelahian gladiator disebutkan sekitar 435. perburuan hewan
terus sampai setidaknya 523.

29
III.6. PELAKSANAAN

Di Koloseum pada saat itu adalah tempat penyelenggaraan sebuah pertunjukan yang
spektakuler, yaitu sebuah pertarungan antara binatang (venetaiones), pertarungan antara
tahanan dan binatang, eksekusi tahanan (noxii), pertarungan air (naumachiae) dengan cara
membanjiri arena, dan pertarungan antara gladiator (munera). Selama ratusan tahun itu,
diperkirakan ribuan orang maupun binatang mati di pertunjukkan Koloseum.

Gladiator

Ada berbagai jenis gladiator yang penuh dengan armor atau gladiator lapis baja seperti
Gallus (dari Galia), Samnite, Thracian (Thrax), Murmillo, Hoplomachus, Secutor, Provocator
atau Cataphractarius. Gladiator yang bersenjata ringan, yang mengenakan baju sedikit,
lebih mempunyai kebebasan untuk bergerak, seperti Retiarius, Dimachaeri atau Laquerarius.

30
Gladiator Wanita

Gladiators Wanita Kuno Roma berjuang juga bertempur di arena berdarah, termasuk
Colosseum Roma. gladiator Wanita disebut Amazones setelah suku prajurit wanita sengit
yang sekarang kita sebut sebagai Amazon. gladiator Wanita juga disebut sebagai
gladiatrices.

Saat ini Colosseum telah menjadi salah satu objek wisata di Roma dan menerima jutaaan
pengunjung setiap tahunnya. Selain itu Colosseum juga digunakan sebagai tempat
pertunjukan, terutama konser kecil.

31
III.7. GAMBAR

32
33
34
35
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Colosseum merupakan salah satu amphitheater yang ada didunia, yang


berfungsi sebagai tempat gladiator mempertunjukan kebolehannya. Suara
dapat menyebar ke seluruh ruangan di Colosseum karena bentuknya yang
memusat dan menjorok kedalam sehingga suara dapat lebih mudah
menyebar. Konstruksi yang digunakan oleh Colosseum adalah konstruksi
dinding lengkung yang sering digunakan dalam bangunan-banguna pada
zaman romawi.

IV.2. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang
telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.
Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

36
DAFTAR PUSTAKA

Augustus. Res Gestae Divi Augusti. In Velleius Paterculus: Compendium of Roman History
and Res Gestae Divi Augusti, Translated by Frederick W. Shipley, 332-405.
Cambridge, MA: Harvard University Press, 1924.

Cornelius Tacitus. The Annals, Books IV-VI and XI-XII. Translated by John Jackson.
Cambridge: Harvard University Press, 1963.

. The Annals, Books XIII-XVI. Translated by John Jackson. Cambridge: Harvard


University Press, 1962.

Marcus Valerius Martialis. On the Spectacles in Epigrams, Vol.1. Translated by Walter C.R.
Ker. Cambridge: Harvard University Press, 1919.

http://www.bbc.co.uk/history/ancient/romans/colosseum_02.shtml

https://id.wikipedia.org/wiki/Koloseum

https://en.wikipedia.org/wiki/Colosseum

http://satupedang.blogspot.co.id/2016/03/sejarah-bangunan-colosseum-romaitaly.html

37

Anda mungkin juga menyukai