Anda di halaman 1dari 19

BAB I STUDI PUSTAKA PERANCANGAN ARSITEKTUR V

STUDI PUSTAKA
1.1. MIXED USE

1.1.1. DEFINISI MIXED USE MENURUT PARA TOKOH : 1.1.3. CIRI-CIRI MIXED USE :
 Bangunan
Menurut Endy Marlina dalam buku Perancangan  Mewadahi 3 fungsi urban atau lebih, misalnya terdiri dari
Komersial
retail, perkantoran, hunian hotel dan entertaintment.
Mixed Use Building adalah salah satu upaya pendekatan
 Terjadinya integrasi dan sinergi fungsional
perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan
 Terdapat ketergantungan kebutuhan masing-masing fungsi
fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas,
harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga di dalamnya.
terjadi satu struktur yang komples dimana semua kegunaan dan  Kelengkapan fasilitas yang tinggi, memberikan kemudahan
fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat. (2008: bagi pengunjungnya
280)
 Peningkatan kualitas fisik lingkungan
 Mixed Use Merupakan penggunaan campuran berbagai tata guna
 Efisienfi pergerakan karena adanya pengelompokan
lahan atau fungsi dalam bangunan. (Dimitri Procos.1976)
berbagai fungsi.
 Dudley H. William dalam (buku Encyclopedia of American
Architecture)
1.1.4. PERATURAN BANGUNAN MIXED :
Mixed Use Center adalah suatu kompleks dimana terdapat berbagai
fungsi kegiatan termasuk hotel, pusat konveksi, apartemen dan
 UU No. 28 Tahun 2002
perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan dan pusat kebudayaan
Pasal 5 Ayat 7
lainnya.
Satu bangunan dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
 UU No. 20 Tahun 2011
1.1.2. SEJARAH MIXED USE :
Pasal 50
 Berkembang di Amerika, lebih dikenal dengan istilah superblock. Pemanfaatan rumah susun dilaksanakan sesuai dengan fungsi :
 Dibuat menjadi rangkaian yang multifungsi  Hunian; atau
 Setiap pengembang berusaha menawarkan sarana yang lebih lengkap agar  Campuran
lebih menarik
 Kesemuanya pada dasarnya menawarkan “kepraktisan dan kenyamanan”. .

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.1.5. KONSEP PENGEMBANGAN MIXED USE : 1.1.6. TOKOH DAN CONTOH MIXED USE :

Permasalahan perkotaan yang kerap muncul dalam hal  SPIKVOORDE II (René van Zuuk Architekten) (2005)
pengembangan MIXED USE yaitu :
 Keterbatasan Lahan & Nilai Lahan (Sistem Pertanahan & Harga
Patokan)
 Keterbatasan Sumber Daya (Alam, Manusia, Buatan )
 Peraturan (Pertanahan, Zoning Regulation)
 Tata Nilai Perkotaan (Keteraturan dan Ketertiban)
 Urbanisasi
 Penyediaan Prasarana Dasar (Air, Listrik, rumah)
 Jumlah Penduduk Yang Besar
 Konsep yang dapat menjadi daya tarik:
 Posisi dan lokasi proyek akan menentukan besarnya profit yang akan  CORNERSTONE 1-532 (Leehong Kim) (2012)
dihasilkan.
 Keberadaan Infrastuktur harus efisien
 Adanya akses pedestrian yang ideal antar komponen
 Adanya keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan.
 Adanya Keterkaitan antara proyek sejenis di lingkungan sekitar
 Menciptakan massing untuk memperoleh maximal interest
 Perhatikan dengan seksama pentahapan konstruksi
 Penggunaan bersama fasilitas
 IRONBANK (RTA Studio) (2009)
 Pengelolaan proses perancangan harus efisien dan professional

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.2. APARTEMEN

1.2.1. DEFINISI APARTEMEN MENURUT PARA TOKOH : 1.2.3. KARAKTERISTIK APARTEMEN :

 Apartemen yaitu satu ruangan atau rangkaian ruangan yang  Kapasitas desait tiap unit dan fasilitas harus diperhitungkan dan
diperlengkapi dengan sarana dan peralatan rumah tangga serta kemungkinan untukperluasan
dipakai sebagai rumah. (Harris ; 1975 ; 20)  Efisien, efektif dan ekonomis
 Fleksibel dalam mencapai pemanfaatan ruang secara maksimal
 Apartemen merupakan bangunan hunian yang dipisahkan secara  Dapat digunakan dalam jangka waktu panjang
horisontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan  Sistem keamanan harus memperhatikan masalah keselamatan
mencakup bangunan bertingkat rendah atau bangunan tinggi, pengguna dan peralatan
dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai dengan standar yang  Keindahan, kenyamanan dan ciri khas bangunan itu sendiri

ditentukan. ( Ernst Neufert, 1980, p : 86 )


1.2.4. PERATURAN BANGUNAN APARTEMEN :
 Apartemen adalah bangunan yang memuat beberapa grup hunian,
 UU No. 28 Tahun 2002
yang berupa rumah flat atau rumah petak bertingkat yang diwujudkan
Pasal 5 Ayat 1
untuk mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian
dan keterbatasan lahan dengan harga yang terjangkau di perkotaan. Bangunan gedung fungsi hunian sebaagaimana dimaksud dalam ayat

(Endy Marlina, 2008) (1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal, rumah tinggal deret, rumah
susun, dan rumah tinggal sementara
1.2.2. SEJARAH APARTEMEN :
SEJARAH APARTEMEN DI INDONESIA Pasal 5 Ayat 7
Satu bangunan dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
 Apartemen pertama yang ada di Jakarta adalah“apartemen Ratu Plaza”
yang berdiri pada tahun 1974 dengan jumlah 54 unit.
 UU No. 20 Tahun 2011
 Ratu Plaza ini merupakan mixed-use building antara hunian dan pusat
Pasal 50
perbelanjaan dan target pasar dari Ratu Plaza ini adalah kaum
Pemanfaatan rumah susun dilaksanakan sesuai dengan fungsi :
menangah ke atas di Jakarta.
 Hunian; atau
 Lalu berdiri Apartemen Rasuna pada tahun 1980-an dan apartemen ini
 Campuran
menjadi pelopor pembangunan apartemen lainnya di Jakarta.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.2.5. STANDARISASI APARTEMEN :


1.2.6. TOKOH DAN CONTOH APARTEMEN :

 BASE ZHANGJIANG (MASS DESIGN) (2016)

 LOTUS HAUS (SMART ARCHITECTURE) (2015)

 THE ICON (Jackson Clements Burrows) (2015)

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.3. PERKANTORAN 1.3.4. TATA RUANG KANTOR :

1. DEFINISI PERKANTOR MENURUT PARA TOKOH :  . Tata Ruang Kantor Terbuka (Open Plan Offices) adalah tata ruang
untuk bekerja beberapa pegawai dalam satu ruangan yang besar
• Menurut Moekijat (1997:3),
serta dipisahkan oleh tembok atau penyekat.
Kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga
tempat tersebut mungkin diberikan.

• Prajudi Atmosudirjo (1982:25),

Kantor adalah unit organisasi terdiri atas tempat, staf personel dan
operasi ketatausahaan guna membantu pimpinan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kantor adalah balai (gedung, rumah, ruang)
tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja.
 Ruang Kantor Tertutup (closed plan offices), adalah tempat bekerja
 Menurut Ulbert Silalahi, Tempat penyelenggaraan kegiatan dipisahkan oleh tembok atau penyekat yang terbuat dari kayu.
ketatausahaan berlangsung disebut kantor, yakni suatu unit kerja yang
terdiri atas ruangan, personil, peralatan dan operasi pengelolaan
informasi.

1.3.2. KARAKTERISKTIK GEDUNG PERKANTORAN :


 Dekat dengan gedung perkantoran umum
 Dilalui oleh kendaraan umum
 Merupakan pusat kegiatan finansial
 Dekat dengan gedung pemerintahan  Tata Ruang Kantor Berhias atau Bertaman (Landscaped Offices)
adalah ruangan untuk bekerja yang dihiasi oleh taman, dekorasi dll.

3. PERATURAN BANGUNAN PERKANTORAN :

 UU No. 28 Tahun 2002


Pasal 5 Ayat 4

Bangunan gedung fungsi usaha sebaagaimana dimaksud dalam ayat


(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan
penyimpanan
PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.3.5. STANDARISASI PERKANTORAN :

RUANG KANTOR

RUANG PENGELOLA

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.3.8. TOKOH DAN CONTOH PERKANTORAN :


7. KLASIFIKASI GEDUNG PERKANTORAN :
 The Exchange (Harry Gugger Studio) (2017)

Berdasarkan kelasnya, gedung perkantoran dibedakan menjadi


beberapa kelas, antara lain:

 Kelas Premium

Dengan luas gedung minimal 20.000 m2 serta terletak di Central


Business District

 Kelas A

Luas minimum gedung 6.000 m2 serta terletak di daerah pusat bisnis.


 HULIC & New Shibuya (ETHNOS) (2017)
 Kelas B

Dengan luas berapa saja dan terletak dilokasai mana saja namun
memiliki kualitas material yang baik dan cukup modern

Berdasarkan kepemilikannya, gedung perkantoran terbagi menjadi 2


macam yaitu:

 Gedung perkantoran sewa

Pada tipe gedung perkantoran sewa, yang disewakan adalah besaran


atau luasan tertentu dari gedung perkantoran tersebut. Penyewaan  Shinsegae International (Olson Kundig) (2015)
dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama.
Biaya yang harus dikeluarkan bagi penyewa adalah biaya sewa dan
service charge kepada pengelola yang biasanya dihitung berdasarkan
luas ruangan yang disewa dan dibayar per bulan.

 Gedung perkantoran Strata Title (milik)

Pada tipe gedung perkantoran Strata Title (milik), ruang bangunan


gedung perkantoran dapat dimiliki seperti rumah tinggal ataupun
apartemen strata title. Namun pemiliknya harus tetap membayar
service charge per bulan sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan
gedung.
. PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA
4. PUSAT PERBELANJAAN 1.4.3. CIRI-CIRI PUSAT PERBELANJAAN :
1. DEFINISI PUSAT PERBELANJAAN MENURUT PARA TOKOH :  Mewadahi 3 fungsi urban atau lebih, misalnya terdiri dari retail,
perkantoran, hunian hotel dan entertaintment.
 Menurut Jeffrey D. Fisher, Robert, Martin dan Paige Mosbaugh
 Terjadinya integrasi dan sinergi fungsional
Pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari  Terdapat ketergantungan kebutuhan masing-masing fungsi di
beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih dalamnya.
tokoserba ada,toko grosir dan tempat parkir. (1991 : 121)  Kelengkapan fasilitas yang tinggi, memberikan kemudahan bagi
pengunjungnya
 Mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area
pusat bisnis kota (central city business area) yang lebih diorientasikan  Peningkatan kualitas fisik lingkungan

bagi pejalan kaki. Berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan  Efisienfi pergerakan karena adanya pengelompokan berbagai fungsi.

ruang-ruang interaksional (Rubenstein, 1978).


1.4.4. PERATURAN BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN :
 Mall Adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa
departement store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan
 Peraturan Menteri Perdagangan No. 70 Tahun 2013
rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang
Pasal 6
menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan a. Minimarket, kurang dari 400 m2
unsur utama dari sebuah pusat perbelanjaan (mall), dengan fungsi b. Supermarket, lebih dari 400 m2
sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya c. Department Store, lebih dari 400 m2
interaksi antar pengunjung dan pedagang (Maitland, 1987). d. Hypermarket, lebih dari 5.000 m2

2. SEJARAH PUSAT PERBELANJAAN : e. Perkulakan, lebih dari 5.000 m2

• Sejarah perkembangan pusat perbelanjaan di mulai pada abad


pertengahan. Pada waktu itu orang melakukan jual beli di bawah .
pohon yang
• Jalan yang semula hanya diteduhi oleh pohon berubah menjadi suatu
jalan dengan gedung-gedung disebelah kanan dan kirinya.
• Perkembangan fisik ini dapat dilihat pada pusat perdagangan di
Cologne, Jerman Barat.
• Perkembangan pertama pada abad ke-19 dibangun Barton Arcade di
kota Manchester.
• Pusat perbelanjaan tersebut ditutup dengan bahan yang tembus
cahaya matahari (sky light). Konsep inilah yang mendasari adanya
pusat perbelanjaan.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.4.5. KARAKTERISTIK PUSAT PERBELANJAAN : 1.4.7. KLASIFIKASI GEDUNG PERBELANJAAN :

Karakteristik Fisik Shopping Mall Klasifikasi menurut bentuknya dapat dibagi :


Koridor : Tunggal
1. Shopping Street , toko yang ada di sepanjang sisi jalan.
Lebar Koridor : 8 - 16 meter
Jumlah Lantai : Maksimal 3 lantai Contoh : Shopping Street Bugis di Singapura
Parkir : Mengelilingi bangunan pusat perbelanjaan
Pintu masuk : Dapat dicapai dari segala arah
Atrium : Di sepanjang koridor
Magnet : Di setiap ujung koridor
(hubungan horisontal)
Jarak antar magnet : 50 - 100 meter

2. Shopping Center, komplek pertokoan yang terdiri dari ruang-ruang


1.4.6. PERKEMBANGAN PUSAT PERBELANJAAN DI INDONESIA : yang disewakan atau dijual .

 Sebelum tahun 1980-an, pasar tradisional, ruko dan took merupakan konsep Contoh : Villach Atrio Shopping Center
dan bentuk utama dari industry ritel di Jakarta.
 Dengan perkembangan ekonomi yang cukup baik dibangunalah pusat
perbelanjaan di Jakarta
 Terdapat penambahan elemen baru seperti kombinasi jenis took yang lebih
menarik. Dan pengunjung akan merasa nyaman saat berbelanja
.

3. Shopping Precint , komplek pertokoan yang bagian depannya


menghadap ruang terbuka.

Contoh : Norfolk Shopping Precint

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA
1.4.7. KLASIFIKASI GEDUNG PERBELANJAAN :
Klasifikasi menurut bentuknya dapat dibagi :
8. TOKOH DAN CONTOH PUSAT PERBELANJAAN :
4. Departement store, kumpulan dari toko-toko yang terdiri dari  Liverpool Toluca (SPRINGALL+LIRA) (2013)
beberapa lantai yang menjual bermacam-macam barang .

Contoh : Seibu Departemen Store

5. Supermarket, toko yang menjual barang-barang kebutuhan sandang


 GROOVE AT CENTRAL WORLD (T.R.O.P, A49, SDA, FOS) (2012)
dengan sistem swalayan.

Contoh : Sogo Supermarket

6. Shopping Mall, shopping precint yang ruang terbukanya merupakan


pusat orientasi dari pusat kompleks pertokoan.  Kulturbau and Mall (Benthem Crouwel Architects) (2013)

Contoh : Shopping Mall di Amerika

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.5. GREEN ARCHITECTURE


1.5.3. KARAKTERISTIK GREEN ARCHITECTURE:
1.5.1. DEFINISI GREEN ARCHITECTURE MENURUT PARA TOKOH :  Sustainable ( Berkelanjutan )
 Arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian Berkelanjutan berarti bangunan arsitektur hijau tetap bertahan dan

tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu

efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan

pendekatan holistik (holistic approach). (Jimmy Priatman, ”ENERGY- tanpa merusak alam sekitar.

EFFICIENT ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI


 Earthfriendly ( Ramah lingkungan )
ARSITEKTUR HIJAU)
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep
 Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur hijau apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah
arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk
lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini
energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif
tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga
bagi lingkungan. (Arsitektur Hijau, Tri Harso Karyono, 2010)
menyangkut masalah pemakaian energi.
 Menurut Siregar (2012) green architecture adalah gerakan untuk
pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi  High performance building.
energi (arsitektur ramah lingkungan). High performance building ialah untuk meminimaliskan penggunaan
energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy

1.5.2. PRINSP BANGUNAN GREEN ARCHITECTURE of nature) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi (High

Prinsip – prinsip bangunan yang berkonsep Green Architecture adalah technology performance).

sebagai berikut :
1.5.4. PERATURAN BANGUNAN GREEN ARCHITECTURE :
 Hemat energi / Conserving energy
 Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate
 Perda DKI Jakarta No. 7 Tahun 2010
 Minimizing new resources
Pasal 1 Ayat 28
 Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan
Bangunan gedung hijau adalah bangunan gedung yang bertanggung
penghuni bangunan tersebut / Respect for site
jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien dari sejak
 Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan,
 Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara
sampai dekonstruksi.
keseluruhan / Holism

 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 38 Tahun 2012


tentang Bangunan Gedung Hijau
.
PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.5.5. DAUR HIDUP BANGUNAN 7. TOKOH DAN CONTOH GREEN ARCHITRCTURE :

 Tahap perencanaan dan perancangan bangunan, meliputi: pemilihan site;  BULLITT CENTER (Robert Hull) (2012)
pemakaian energi (termasuk bahan bangunan); rancangan bangunan; dan
pemilihan konstruksi
 Tahap pembangunan, meliputi: pemakaian energi; limbah dan polusi yang
dihasilkan keselamatan pekerja
 Tahap pemakaian, meliputi: kenyamanan pemakai; kesehatan pemakai;
limbah dan polusi yang dihasilkan, konservasi bangunan
 Tahap pembongkaran, meliputi: pemanfaatan kembali bahan bangunan;
limbah yang dihasilkan

 BOSCO VERTICALE (Boeri Studio) (2014)


6. MANFAAT GREEN ARCHITECTURE

 Manfaat Lingkungan
1. Meningkatkan dn melindungi keragaman ekosistem
2. Memperbaiki kualitas udara
3. Memperbaiki kualitas air limbah
4. Konservasi sumber daya alam
 Manfaat Ekonomi
1. Mereduksi biaya operasional  John and Frances Angelos Law Center (Behnisch Architekten + ASG)
2. Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau (2013)
3. Meningkatkan produktivitas penghuni
4. Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
 Manfaat Sosial
1. Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
2. Meningkatkan kualitas estetika
3. Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.6. STRUKTUR DAN UTILITAS


1.6.2. POLA INTI CORE
1.6.1. POLA MODUL STURKTUR
 INTI CORE BUJUR SANGKAR
 POLA MODULAR

 INTI CORE SEGITIGA

 POLA RADIAL

 INTI CORE LINGKARAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo . TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST TOPIK PENUGASAN :
2017/2018 STUDI PUSTAKA
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA
1.6.3. STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
 INTI CORE DENGAN BENTUK SILANG

• Sistem struktur dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)

Sistem ini terdiri dari unsur bidang vetikal yang di perkuat dengan berat dinding itu
sendiri, sehingga mampu menahan gaya aksial lateral secara efisien.

 INTI CORE DENGAN BENTUK ACAK • Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)

Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan mengelilingi sebuah
struktur inti. Sistem ini memuat sistem-sistem transportasi mekanis vertikal serta
menambah kekakuan bangunan.

• Sistem struktur boks berdiri sendiri (self supporting boxes)

Sistem ini merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
 INTI CORE DENGAN BENTUK MEMANJANG pendukung yang diletakan di suatu tempat dan di gabung dengan unit lainnya. Sebagai
contoh boks-boks ini di tumpuk seperti bata dengan pola “English Bond” sehingga
tersusun seperti balok dinding berselang-seling.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

• Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab) • Sistem struktur gantung (suspension)

Pemikulan plat lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom Sistem ini dapat memungkinkan penggunaan beban secara efisien dengan
yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. menggunakan penggantungan sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai.

• Sistem struktur plat rata (flat slab)

Sistem ini terdiri dari bidang horizontal yang umumnya adalah plat lantai beton tebal • Sistem struktur rangka selang-seling (staggered truss)
dan rata yang bertumpu pada kolom.
Rangka tinggi yang selantai disusun sedemikian rupa sehinga pada setiap lantai
bangunan dapat menumpangkan beban di bagian atas suatu rangka begitupun di
bagian bawah rangka di atasnya.

• Sistem struktur interspasial (interspasial)

Sistem struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diterapkan pada setiap lantai
antara untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka.
• Sistem struktur rangka kaku (rigid frame)

Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan
yang lainnya. Kolom sebagai unsur vertikal yang bertugas menerima beban dan gaya,
sedangkan balok sebagai unsur horizontal media pembagi beban dan gaya.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA
• Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core) • Sistem struktur tabung dalam tabung (tube in tube)

Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui lentur balok dan Dalam struktur ini, kolom dan balok eksterior di tempatkan sedemikian rapat sehingga
kolom. Sistem inti ini memuat sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal. fasade menyerupai dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Inti interior (tabung)
dapat meningkatkan kekakuan bangunan dengan cara ikut memikul beban bersama
kolom-kolom fasade tersebut.

• Sistem struktur rangka trussed (trussed frame) • Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)

Sistem ini terdiri dari gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser Sistem struktur ini dapat di gambarkan sebagai suatu kumpulan tabung-tabung terpisah
vertikal yang mampu memberikan peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. yang membantuk tabung multi-use. Pada sistem ini kekakuan akan bertambah.

• Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)

Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti bangunan sehingga
meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan ini dinamai “cap trussing” apabila
berada pada bagian atas bangunan, dan dinamai “belt-trussed” apabila berada di
bagian bawahnya.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

1.6.4. STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR


 SHELL
Struktur cangkang merupakan sebuah sistem struktur
 TRUSS lengkung, namun tipis dan kuat. Sistem struktur ini kebanyakan
truss adalah susunan elemen-elemen linear yang membentuk digunakan pada bangunan berbentang lebar.
segitiga atau kombinasi segitiga yang secara keseluruhan
berada di dalam satu bidang tunggal.

 SPACE TRUSS  FOLDED


Space truss adalah sistem struktur yang menggunakan rangka Struktur bidang lipat merupakan bentuk struktur yang memiliki
batang tiga dimensi yang memiliki bentang panjang tanpa kekuatan satu arah yang masing-masing elemen plat
penyangga. berukuran relatif rata

 SPACE FRAME
Merupakan space truss yang saling terikat dan membentuk
bidang.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

 TENT
 ARCH Tenda atau membran adalah struktur permukaan fleksibel tipis
Arch adalah sebuah struktur yang dibentuk dari elemen garis yang memikul beban dengan mengalami terutama tegangan
yang melengkung dan membentang antara dua titik, membentuk tarik.
busur. Struktur ini membentang suatu ruang sekaligus
menopang beban.

 MEMBRANE
Membran adalah struktur permukaan fleksibel tipis yang
memikul beban dengan mengalami tegangan tarik.

 CABLE
Struktur kabel adalah sebuah sistem struktur yang bekerja
berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri atas kabel baja, sendi,
batang, dsb yang menyanggah sebuah penutup yang menjamin
tertutupnya sebuah bangunan.

 PNEUMATIC
Struktur pneumatik adalah suatu sistem struktur yang
memperoleh kestabilannya dari tekanan internal yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan eksternal.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018
PERANCANGAN ARSITEKTUR V
STUDI PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Hernandez, Tata. (2017, Desember 3). Pengertian / Definisi Apartemen Menurut Para Ahli . Diakses Maret 1, 2018, dari website :
http://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-definisi-apartemen-menurut.html
Laramdrawisec, A. (2015, Mei 15). Program ruang apartment. Diakses Maret 1, 2018, dari Slide Share:
https://www.slideshare.net/azhalaramdrawisec/programruangapartment
Maitland, B. (1985). Shopping Mall: Planning and Design. New York: Langman Group Limited.
Misi, S.E. dan Sry Novytasary. (2014, Juni 25). Vertical Housing Mixed Use. diakses Maret 4, 2018, dari Scribd : https://www.scribd.com/doc/231281530/Mix-Use-
Development
Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Republik Indonesia. (2002). Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Lembaran
Negara RI Tahun 2002, No. 4247. Sekretariat Negara. Jakarta.
Newtonsix, zacka. (2015, October 23). Administrasi Perkantoran. Diakses Maret 1, 2018, dari website : http://ujiansma.com/pengertian-kantor-menurut-beberapa-
ahli
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No.5252. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pedagangan Republik Indonesia Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern. Departemen Perdagangan . Jakarta.
Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Tentang Pedoman Tempat Penyelenggaraan Kegiatan (Venue)Pertemuan, Perjalanan
Insentif, Konvensi dan Pameran. Departemen Pariwisata . Jakarta.
Rutes W. (1985). Hotel Planning and Design. New York: Watson Guptill.
Schueller, W. (1989). Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung: Eresco.

PERANCANGAN ARSITEKTUR V DISUSUN OLEH DOSEN UTAMA : Dr. Ir.Budi Susetyo TOPIK PENUGASAN : TANGGAL PARAF/NILAI
TAHUN AJARAN KELOMPOK 1 DOSEN PEMBIMBING : Thomas V., ST STUDI PUSTAKA
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai