Anda di halaman 1dari 2

Narizka Ayu Nasution Fitrianti Wulandari

052.001300.052 Bahasa Indonesia


Kelas A
Mixed Use
Narasi
Mixed Use adalah penggunaan campuran berbagai tata guna lahan atau fungsi dalam bangunan
(Procos, 1976). Menurut Mayer (1983), Mixed Use Building adalah salah satu upaya
pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada
di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi
tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas
saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat.

Deskripsi
Mixed-use Tower, berstruktur tunggal dari segi massa ataupun ketinggian dengan peletakkan
fungsi-fungsi dalam lapisan-lapisan, biasanya berupa high rise tower dengan fungsi tumpuk
atau dengan struktur bawah yang diperbesar. Multitowerered Megastructure, memiliki podium
dengan tower-tower yang menyatu secara arsitektural dengan atrium atau kompleks
perbelanjaan. Struktrual ini mengintegrasikan semua komponen pada podium sebagai common
base. Pada konfigurasi ini akses tercampur menjadi satu sehingga pengguna bangunan
bercampur tujuan dan aktivitas. Freestanding Structure with Pedestrian Connection, kumpulan
bangunan tunggal yang disatukan oleh jalur pedestrian. Dengan demikian fungsi masing-
masing bangunan tidak akan bersinggungan secara langsung karena akses dari setiap fungsi
terpisah. Bersinggungan hanya terjadi pada area pedestrian. Combination, merupakan
penggabungan dari ketiga bentuk tersebut dalam sebuah kawasan.

Eksposisi
Mixed use memiliki minimal 3 fungsi utama. Ada beberapa cara agar arsitek dapat dengan
tepat menentukan fungsi yang cocok pada tapak. Pertama, mencari data melalui literatur
maupun survey lapangan. Kedua, melakukan analisa permasalahan pada kawasan sekitar tapak
dari data yang ada, fungsi apa saja yang sudah tersedia dan fungsi apa saja yang perlu
disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan sekitar tapak. Ketiga, membuat
program sebagai pernyataan konsep kemungkinan solusi bagi permasalahan yang ada. Pada
tahap ini, diharapkan perancang sudah dapat menentukan fungsi apa yang cocok bagi mixed
use yang akan dirancang. Keempat, melakukan sintesis desain dengan menampilkan skematik
desain dan/atau skema desain. Kelima, menampilkan produk desain berupa gambar dan
dokumen arsitektur, serta model atau maket mixed use.

Argumentasi
Bangunan mixed use tentu menjadi pilihan yang tepat untuk pembangunan berkelanjutan saat
ini. Minimnya lahan yang tersedia dan tingginya harga tanah secara tidak langsung memaksa
perancang untuk merancang bangunan mixed use. Kepala Biro Perekonomian Pemprov DKI
Jakarta Adi Ariantara berkata “Adanya pembangunan proyek-proyek properti skala besar di
Jakarta membuat harga tanah di Jakarta terus melambung tinggi” (22/6/2015). Bangunan mixed
use menggunakan campuran berbagai tata guna lahan atau fungsi dalam sebuah bangunan. Oleh
karena itu, bangunan mixed use lebih tepat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan saat
ini.

Persuasi
Bangunan Mixed Use Kota Podomoro terletak di Jakarta Barat. Bangunan unggulan dalam
penyelesaian 11 tower apartemen (Central Park Residences, Royal Mediterania Garden dan
Mediterania Garden 2), 85 ruko (Garden Shopping Arcade), satu menara perkantoran (APL
Tower), sebuah pusat perbelanjaan eksklusif (Central Park Mall) dan hotel bintang lima dengan
317 kamar (Pullman Hotel) di atas lahan seluas sekitar 22 hektar. Bagi mereka yang bermimpi
hidup di surga hijau yang membawa ketenangan dan memperluas pengetahuan melalui alam,
olahraga dan pariwisata yang terintegrasi. Kota Podomoro telah dianugerahi Mixed Use
Building & High Rise Residence terbaik dari Properti & Bank Magazine pada tahun 2009. Kota
Podomoro juga dianugerahi The Superblok Best Concept & Well Integrated Mixed Use dari
majalah Property & Bank pada tahun 2010. Oleh karena itu, mari beralihlah ke bangunan mixed
use di Kota Podomoro untuk kehidupan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai