Anda di halaman 1dari 1

JENIS DOKUMEN : LAPORAN HASIL ANALISA KEBUTUHAN

PENYULUHAN
NAMA PENYULUH : Dr. H. BUDIMAN TAHIR, M.Pd.
TUJUAN : Menerapkan nilai-nilai integritas kepada petugas
PENYULUHAN Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang dampak masifnya
dirasakan di segala bidang. Kejahatan korupsi dilakukan tidak hanya oleh
pejabat publik bahkan penyelenggara pelayanan publik pun juga banyak
terindikasi. Hasil survei Transparency International Indonesia (TII) terhadap
1.200 pengusaha di 12 kota pada bulan Juni s.d. Agustus 2017 mengungkapkan
bahwa dunia usaha masih mengeluhkan suburnya korupsi tersebut. Sebanyak
17% pengusaha yang disurvei, mengeluh gagal mendapatkan proyek. Upaya
efisiensi perizinan sudah dilakukan pemerintah melalui pembentukan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) mencatat
bahwa dari 542 kabupaten/kota di Indonesia hanya 50 daerah yang belum
membentuk PTSP. Perbaikan yang perlu dilakukan ke depan antara lain
membuat pelayanan semakin efektif dan mendorong agar semua izin yang ada
bisa diurus di PTSP. Berdasarkan hasil penelitian KPPOD mengenai Tata Kelola
Ekonomi Daerah (TKED) Tahun 2016 terhadap 32 daerah di Indonesia, kota
terbaik dalam tata kelola perizinan adalah Banda Aceh. Layanan perizinan usaha
di Banda Aceh hanya memakan waktu 4 hari kerja dengan biaya keseluruhan
sekitar Rp250.000,00. Sebaliknya, kota dengan tata kelola perizinan paling buruk
ada di Jayapura. Proses perizinan di Jayapura butuh 118 hari dengan biaya
yamg dinilai memberatkan pelaku usaha yaitu Rp375.000,00.
Pada Tahun 2015, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia menurut
Transparency International adalah 36 dan masih berada di peringkat 88 dari 168
negara di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, indeks persepsi korupsi Indonesia
pada Tahun 2015 masih berada di bawah negara Singapura (85), Malaysia (50)
dan Thailand (38). Penelitian KPPOD terhadap TKED Tahun 2016 menunjukkan
bahwa pelaku usaha paling banyak mengalami masalah yang berkaitan dengan
perizinan.
Proses perizinan di sejumlah daerah secara umum belum efisien, karena
proses perizinan tersebar dan diurus terpisah di berbagai instansi (SKPD).
Korupsi dan pungutan liar pun masih saja terjadi. Melihat perkembangan terkini
mengenai sejumlah kasus korupsi, kita melihat bahwa salah satu bidang yang
turut digarap para koruptor sebagai lahan melakukan perbuatan korupsi adalah
bidang perizinan. Bidang ini cukup menjanjikan keuntungan yang menggiurkan
bagi para penguasa, khususnya di daerah.
Pemberantasan dan pencegahan korupsi harus dilakukan secara
simultan. Pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan upaya penindakan
pelaku, sedangkan pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem administrasi,
tatakelola pemerintahan, pelayanan publik, pembangunan perilaku dan budaya
antikorupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan badan
independen yang melakukan tindakan pencegahan dengan melibatkan seluruh
elemen bangsa sesuai dengan kedudukan dan kapasitasnya masing-masing
melalui beberapa program, salah satunya adalah penyuluhan. Hal ini tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi pasal 6 (d) berbunyi Melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak korupsi dan pasal 13 (c) berbunyi Menyelenggarakan
program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang.
Upaya penyuluhan dilakukan agar semua lapisan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai