Anda di halaman 1dari 4

NU Online

Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi


Kamis, 30/01/2014 10:02

"Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu diselimuti
kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga,
mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya ibarat
perjalanan masa."Demikian gambaran Imam al-Busyiri tentang kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW.

.
. .

Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah

Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah SWT agar kita senantiasa berada di bawah naungan rahmat-Nya. Marilah kita
bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Sebab taqwa merupakan jembatan bagi kita untuk menggapai ridha dan
kemulian di sisi-Nya, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiku ialah orang yang bertaqwa. (QS: al-Hujurat, 14)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 12 Rabiul Awal 1435 H, kita bersama-sama memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Adalah sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi tersebut. Bagi muslim
Indonesia, tradisi maulid sudah membumi di benak kolektif masyarakat. Peringatan maulid merupakan salah satu bukti
kecintaan kita terhadap Nabi SAW. Ungkapan cinta itu diluapkan dengan ekpresi yang beraneka ragam. Misalnya, di
Yogyakarta dan Surakarta kita menemukan sekaten, di banjar ada istilah Baayun Maulid, demikian pula di daerah-daerah lain,
mereka memiliki istilah dan tradisi sendiri dalam memperingati maulid Nabi SAW.

Peringatan maulid Nabi memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter umat Islam. Pada acara itu kita bisa mendengar
berbagai macam ceramah yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Mungkin saja, bayangan Nabi SAW itu
sudah terlupakan dalam benak kita, lantaran kesibukan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi sudah lupa bagaimana cara
memimpin masyarakat yang benar, wakil rakyat mungkin saja lupa dengan janji-janjinya selama ini, para pejabat yang sudah
lupa bagaimana cara menyimpan uang rakyat, sehingga banyak uang rakyat yang tercecer ke kantong pribadinya, dan bisa jadi
sebagai muslim kita sudah lupa bagaimana berakhlak mulia. Momentum maulid Nabi ini sangat tepat dijadikan sarana untuk
melawan penyakit amnesia yang tengah mewabah itu.

Jamaah Jumat yang berbahagia


NU Online
Ada banyak contoh yang dapat kita tiru dari Rasulullah SAW. Jika al-Qur`an diibaratkan mutiara yang memantulkan beraneka
ragam warna cahaya, demikian pula dengan Nabi SAW. Kita bisa memetik hikmah apasaja yang terdapat dalam diri beliau.
Terutama perihal akhlak dan budi pekertinya. Allah SWT berfirman.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS: al-Ahdzab ayat 21)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar berbudi perketi yang agung (QS. Al-Qalam 68: 4)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam diri Nabi tertanam akhlak yang mulia. Keelokan perangainya itu tidak
hanya diakui kalangan Islam saja, non-muslim pun memuji akan akhlaknya tersebut. Tak heran di usia belia rasul dijuluki
dengan gelar al-Amin, dan kejujurannya tersohor ke saentaro dunia. Kebaikan akhlaknya itu digambarkan Imam al-Bushiri
dalam gubahan syairnya: Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu.
Kepribadiannya selalu diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah
lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti
cita-citanya ibarat perjalanan masa.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Misi utama diutusnya Nabi SAW ke permukaan bumi ini ialah untuk memperbaiki akhlak manusia. Syeikh Yusuf al-Qardhawi
dalam bukunya berjudul kaifa nataamal maa al-Qur`an, menyebutkan salah satu tujuan dari syariat Islam ialah untuk
menyucikan hati manusia dan meluruskan akhlak. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan bahwa Nabi
bersabda:

Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia. (HR: al-Baihaqi)

Dengan modal akhlak yang mulia itu pula Islam menyebar dalam tempo yang sangat singkat di Jazirah Arab. Praktik
kehidupan Nabi, baik di Mekah ataupun Madinah, memberi gambaran kepada kita bahwa peranan akhlak dalam kehidupan ini
sangatlah urgen. Penerimaan masyarakat terhadap kebenaran yang disampaikan sangat berkaitan dengan moral si penuturnya.
Kebenaran akan meresap cepat ke dalam hati sabubari apabila disampaikan dengan cara-cara yang santun seperti yang
dicontohkan Nabi SAW.

Hadirin yang berbahagia

Berbicara mengenai moral atau akhlak pada hari ini membuat air mata kita menetes. Bagaimana tidak, hampir setiap hari
media cetak maupun elektronik mengabarkan kepada kita perihal kemungkaran sosial yang terjadi di negeri ini. Bukan berati
negeri ini penuh dengan penjahat, tidak. Namun, suara kejahatan lebih masih ketimbang kebaikan. Menengok kembali
kepribadian Nabi SAW adalah solusi nyata untuk keluar dari jeratan masalah ini. Rasul telah mencontohkan kepada kita
bagaimana mengatur negara yang baik dan masyarakat yang bermoral. Dalam menjalankan kekuasaan Rasulullah SAW selalu
menekankan aspek kebaikan, kejujuran, kaselahan, dan keadilan bagi semua kalangan tanpa memandang warna kulit,
keyakinan, serta ras.
NU Online
Selain itu, Rasulullah SAW selalu mewanti-wanti agar umatnya tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Karena hawa nafsu
sumber kemungkaran dan kemerosotan akhlak. Orang akan mudah terjerumus untuk korupsi, menipu, dan kemungkaran sosial
lainnya jika terlalu menuruti nafsu rakusnya. Bahkan Rasulullah mengancam status keimanan umatnya yang tidak bisa
mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Amr bin al-Ash, Nabi berkata:

Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.

Jamaah jumat yang dirahmati Allah SWT

Demikianlah khutbah jumat kali ini. Semoga dengan peringatan maulid Nabi ini dapat membawa perubahan dalam tingkah
laku kita. Peringatan maulid bukan hanya sekedar formalitas atau seremonial belaka. Lebih dari itu, peringatan maulid sebagai
sarana bagi kita untuk menambah wawasan tentang kehidupan Nabi SAW, kemudian mengamalkan dan mengkontekstualkan
dalam kehidupan sehari-hari.

,
. .

Khutbah II

.
.
.


.
.
. . !

)(Pen. H.Ferdiansyah/Red. Ulil H

NU Online

Anda mungkin juga menyukai