Laporan 1 Pengadukan 2015 Acc
Laporan 1 Pengadukan 2015 Acc
TANGKI BERPENGADUK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1/KELAS B
AHMAD AINUN NAJIB (1307114505)
GANIS KHARISMA WIRANTI (1307122855)
MARISSA APRILIANI (1307115144)
NANI AGUSTINA (1307113335)
i
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ..................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Tujuan Percobaan .........................................................................................1
1.2 Tinjauan Pustaka ..........................................................................................1
1.2.1 Fenomena Pengadukan dan Pencampuran ...................................................1
1.2.2 Tujuan Operasi Pengadukan.........................................................................2
1.2.3 Alat Pengaduk Sederhana.............................................................................2
1.2.4 Sekat (baffle) dalam Tangki .........................................................................7
1.2.5 Pola Alir Pengadukan ...................................................................................8
1.2.5.1 Pola Arus dalam Bejana Aduk .....................................................................9
1.2.6 Posisi Sumbu Pengaduk .............................................................................10
1.2.7 Bilangan Tak Berdimensi dalam Proses Pengadukan ................................11
1.2.7.1 Bilangan Reynold .......................................................................................11
1.2.7.2 Bilangan Power ..........................................................................................12
1.2.8 Densitas dan Viskositas ..............................................................................12
1.2.9 Kurva Karakteristik ....................................................................................14
1.2.10 Scale-Up .....................................................................................................15
Bab II Metodologi Percobaan .............................................................................16
2.1 Alat yang Digunakan ..................................................................................16
2.2 Bahan yang Digunakan ..............................................................................16
2.3 Prosedur Percobaan ....................................................................................16
2.3.1 Pengukuran Dimensi Alat ..........................................................................16
2.3.2 Pengukuran Sifat Fisis Fluida ....................................................................16
2.3.3 Penentuan Pola Aliran ................................................................................17
2.3.4 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk ...................................................17
ii
Bab III Hasil dan Pembahasan ...........................................................................18
3.1 Pola Aliran pada Tipe Pengaduk ................................................................18
3.2 Karakteristik Daya Pengaduk .....................................................................20
3.2.1 Hubungan NPo dan Kecepatan Pengaduk ..................................................20
3.2.2 Hubungan NRe dan Kecepatan Pengaduk..................................................22
Bab IV Kesimpulan ..............................................................................................27
Daftar Pustaka ......................................................................................................28
Lampiran A Perhitungan ....................................................................................29
Lampiran B Data Percobaan ..............................................................................33
iii
Daftar Gambar
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam bejana, dimana gerakan itu mempunyai pola sirkulasi tertentu. Sedangkan
pencampuran (mixing), ialah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar ke bahan yang lain, dimana sebelumnya bahan
tersebut terpisah dalam dua atau lebih fase (Geankoplis, 1993).
2
pengadukan yang membutuhkan kalor, jacket (mantel) untuk menjaga suhu
pengadukan agar tetap konstan, lubang thermometer untuk menganalisa suhu
pengadukan, dan lain-lain
3
Berdasarkan bentuknya, impeller dibagi menjadi:
Propeller
Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk
adalah pola aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Baling-baling ini
digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm (revolutions per
minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah. Jenis-jenis impeller
propeller dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Jenis propeller (a) Pengaduk jenis baling-baling (b) Daun
Dipertajam (c) Baling-baling Kapal
(Sumber : Kurniawan, 2011)
Paddle
Bentuknya seperti dayung. Pola sirkulasi yang dominan adalah pola aliran
radial (aliran tegak lurus sumbu pengaduk). Berbagai jenis pengaduk dayung
biasanya digunakan pada kesepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm.
Dayung datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah proses
pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari
diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya. Impeller
paddle berdaun dua dapat dilihat pada dapat dilihat pada Gambar 1.3.
4
Gambar 1.3 Jenis paddle berdaun dua
(Sumber : Kurniawan, 2011)
5
Gambar 1.4 Variasi pengaduk turbin
(Sumber : Kurniawan, 2011)
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar 1.5, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah
kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam
suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke
atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring digunakan dalam
suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan pergerakan fluida
yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam
suspensi padatan.
Helical - Ribbon
Berbentuk seperti tangga spiral di sekeliling sumbu. Aliran yang dominan
berbentuk tangensial. Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan
yang tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon
(bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti
baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke
6
bagian atas pengaduk. Jenis-jenis impeller helical - ribbon dapat dilihat pada
Gambar 1.6.
Gambar 1.6 Pengaduk jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
(Sumber : Kurniawan, 2011)
7
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki. Tangki dengan menggunakan sekat
dapat dilihat pada Gambar 1.7.
Gambar 1.8 Pola aliran pengadukan (a) Turbine, (b) Propeller, (c) Paddle dan
(d) Helical ribbon
(Sumber: Kurniawan, 2011)
Di dalam operasi pengadukan, terjadi peristiwa arus putar (pola alir yang
melingkar) di sekitar pengaduk yang lama kelamaan dapat menyebabkan
terjadinya vortex. Vortex dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat
tangki yang tidak menggunakan baffle. Fenomena vortex ini sangat tidak
diinginkan dalam suatu proses pengadukan, karena dapat mengakibatkan
pencampuran menjadi tidak sempurna. Selain itu, vortex juga dapat menyebabkan
8
campuran tumpah dari tangki. Gambar 1.9 memperlihatkan bentuk pola alir dan
terjadinya vortex pada suatu operasi pengadukan.
Gambar 1.9 Sketsa pola alir pengadukan (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b)Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c)Axial pada
tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.
(Sumber: Walas, 1988)
Untuk menghindari agar fenomena vortex ini tidak terjadi, maka dapat
dilakukan beberapa usaha, antara lain (Mc Cabe, Smith and Harriot, 1985) :
1. Pada tangki kecil, pengaduk (impeller) dipasang di luar sumbu
tangki/eksentrik. Porosnya digeser sedikit dari garis pusat tangki, lalu
dimiringkan dalam suatu bidang yang tegak lurus terhadap pergeseran itu.
2. Pada tangki besar, pengaduk (impeller) dipasang di sisi tangki dengan
poros pada bidang horizontal, tetapi membentuk sudut dengan jari-jari
tangki.
3. Menggunakan sekat (baffle) secara vertikal terhadap dinding tangki.
1.2.5.1 Pola Arus Dalam Bejana Aduk
Meningkatkan kecepatan pengaduk akan menghasilkan pola aliran yang
sangat turbulen. Akibatnya terjadi arus putar (vortex) yang dapat mencapai sumbu
9
pengaduk. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya vortex dalam proses
pengadukan antara lain:
1. Tidak memasang pengaduk di tengah tangki (off center). Poros pengaduk
digeser dari dari pusat tangki kemudian dimiringkan secara tegak lurus
terhadap pergeseraan itu. Digunakan untuk tangki berukuran kecil.
2. Untuk tangki yang berukuran besar. Pengaduk dipasang pada sisi tangki
dengan poros pada bidang horizontal.
3. Memasang beberapa sekat secara vertikal terhadap dinding tangki.
Gambar 1.10 Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan vortex
(Sumber : Kurniawan, 2011)
10
tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan
posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi
salah satu variasi dalam penelitian yang dilakukan.
Dimana:
NRe = bilangan Reynold
= densitas fluida (g/cm3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
= viskositas fluida (g/cm.s)
11
1.2.7.2 Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya adalah sebagai berikut:
NPo = 5 ....................................................... (2)
x N3 x D
Dimana :
NPo = bilangan daya
= densitas fluida (g/cm3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan
Reynold. Namun pada saat bilangan Reynold mencapai nilai > 104 (aliran
turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada bilangan
Reynold.
Bilangan Reynold dan bilangan daya diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengadukan. Skala yang dipakai yang dipakai pada kurva ini adalah
skala logaritmik. Kurva karakteristik pangadukan merupakan suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara bilangan daya dan bilangan Reynold. Bilangan daya
berada pada sumbu y dan bilangan Reynold berada pada sumbu x.
1.2.8 Densitas dan Viskositas
Untuk menentukan bilangan Reynold dan bilangan daya diperlukan data
densitas dan viskositas dari fluida yang diaduk. Densitas merupakan sifat fisis dari
fluida yang menyatakan banyaknya massa per satuan volum dan viskositas adalah
sifat fisis yang menyatakan ketahanan fluida terhadap gerakan alirannya
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip
kerja piknometer dalam menentukan densitas suatu fluida adalah dengan
menghitung massa fluida per volum piknometer.
Untuk menentukan densitas fluida, ditimbang massa piknometer berisi
fluida dikurang dengan massa piknometer kosong, dan dibagi dengan volume
piknometer yang sudah diketahui. Maka, densitas fluida adalah:
12
10
= ............................................ (3)
Dimana :
= densitas fluida (g/cm3)
m1 = piknometer berisi fluida (g)
m0 = piknometer kosong (g)
v = volume piknometer yang sudah diketahui (cm3)
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakn viskometer. Jenis
viskometer yang dapat digunakan antara lain:
1. Viskometer kapiler
Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang diperlukan
oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk menempuh ketinggian
tertentu.
2. Viskometer bola jatuh
Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di dalam
tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip kerjanya ialah
menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir menempuh jarak
tertentu di dalam tabung yang berisi fluida
Dengan mengukur jari-jari kelereng (r), selanjutnya dihitung waktu yang
diperlukan agar kelereng jatuh pada ketinggian tertentu di dalam tabung, hingga
didapatkan nilai kecepatan jatuh kelereng (v), dan dengan mensubstitusikan nilai
densitas kelereng (k), dan densitas fluida (f), maka viskositas () fluida dapat
ditentukan melalui persamaan:
2
= ( ) ............................................... (4)
9
Dimana :
= viskositas fluida (g/cm.s)
r = jari-jari kelereng (cm)
v = kecepatan jatuh kelereng (cm/s)
g = percepatan gravitasi bumi (cm/s2)
k = densitas kelereng (g/cm3)
f = densitas fluida (g/cm3)
13
1.2.9 Kurva Karakteristik
Kurva karakteristik merupakan suatu kurva yang menyatakan hubungan
antara bilangan Reynold terhadap bilangan daya. Dengan menggunakan kurva
karakteristik, kita dapat menentukan besarnya daya yang diperlukan pada bilangan
Reynold tertentu. Hal ini sangat membantu, karena sulit untuk menentukan jumlah
daya yang diperlukan impeller pada pengadukan skala industri.
Kurva karakteristik pengadukan dibentuk dengan menggunakan skala
logaritmik dari komponen absis maupun ordinatnya. Kurva tersebut memiliki
kemiringan (gradien) yang negatif. Artinya, menunjukkan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara komponen absis dan komponen ordinatnya, yakni
bilangan Reynold dan bilangan Daya. Contoh bentuk kurva karakteristik untuk
tangki bersekat berpengaduk jenis six-blade turbin dapat dilihat pada Gambar
1.12.
Gambar 1.11 Kurva karakteristik untuk pengaduk tipe six-blade turbine pada
tangki bersekat
(Sumber: Geankoplis, 1993)
14
Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu
mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.
1.2.10 Scale-Up
Merupakan penerapan desain unit pengadukan berdasarkan hasil proses
pada skala kecil ke skala yang lebih besar dengan perbandingan tertentu (Brodkey
and Hershey, 1998). Metode yang digunakan pada proses scale-up yaitu
(Geankoplis, 1993) :
1. Geometric similiarty
Merupakan dimensi daripada unit pengadukan. Kesamaan geometris
menentukan kondisi batas peralatan, dimana bentuk ke dua lat harus sama dan
perbandingan geometrisnya harus sama pula.
2. Kinematic similiary
Merupakan perbandingan suhu dan kecepatan pengadukan.
3. Dynamic similiarty
Merupakan perbandingan viskositas, inersia, dan gaya gravitasi.
15
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
16
2.3.3 Penentuan Pola Aliran
1. Tangki diisi dengan air hingga 20 cm dari dasar tangki.
2. Pengaduk dipasang pada posisi yang tersedia pada batang poros tangki
pengaduk.
3. Motor pengaduk dihidupkan.
4. Kecepatan putar motor diatur dengan kecepatan 200 rpm.
5. Gerakan fluida (air) didalam tangki diamati, sampai terlihat terbentuk
pusaran air dan vortex pada permukaan air.
6. Sejumlah kecil zat pewarna dimasukkan ke dalam tangki.
7. Umtuk percobaan tangki pengaduk dengan sekat, lakukan dengan cara yang
sama. Hanya saja sekat dipasang di dalam tangki sebelum percobaan
dimulai.
2.3.4 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
1. Tangki diisi dengan fluida (air) hingga ketinggian 20 cm dari dasar tangki.
2. Pengaduk yang telah ditentukan, dipasang pada posisi yang tersedia.
3. Klem penyetel neraca pegas dikendorkan hingga memungkinkan
dynamometer dapat bebas bergerak.
4. Posisikan kedudukan dynamometer pada posisi netral.
5. Atur panjang tali sehingga indicator segaris dengan tanda (garis putih) dan
selubung pegas pada posisi netral.
6. Laju putaran motor diatur dengan memutar pengatur kecepatan motor pada
panel kendali, dengan kenaikan yang tetap.
7. Ulangi prosedur untuk jenis pengaduk yang berbeda.
8. Untuk percobaan tangki pengaduk dengan sekat, lakukan dengan cara yang
sama. Hanya saja sekat dipasang di dalam tangki sebelum percobaan
dimulai.
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
a b
Gambar 3.1 Pola aliran propeller, a tanpa sekat dan b dengan sekat
Gambar 3.1 menunjukkan pola aliran yang terbentuk dengan menggunakan
pengaduk propeller. Propeller memiliki pola aliran aksial, pola aksial ini berbeda
bentuk akibat adanya pengaruh sekat pada tangki. Pola aksial pada propeller tanpa
sekat adalah sejajar dengan sumbu impeller dan bergerak secara teratur. Dengan
adanya sekat, gerakan aliran tadi berubah menjadi gerak acak yang mengelilingi
sumbu impeller. Hal ini disebabkan karena aliran fluida yang teratur berbenturan
dengan sekat yang ada di dalam tangki sehingga mengakibatkan pola aliran
berubah, tetapi masih sejajar dengan sumbu impeller.
18
a b
Gambar 3.2 Pola aliran turbin, a tanpa sekat dan b dengan sekat
Gambar 3.2 menunjukkan pola aliran yang terbentuk dengan menggunakan
pengaduk turbin. Turbin memiliki pola aliran radial, pola ini tegak lurus dan
mengelilingi sumbu impeller. Pola ini berubah dengan adanya pengaruh sekat
dalam tangki. Aliran fluida dalam tangki berbenturan dengan sekat, sehingga
gerakan aliran menjadi tidak teratur.
a b
Gambar 3.3 Pola aliran paddle, a tanpa sekat dan b dengan sekat
Gambar 3.3 menunjukkan pola aliran yang terbentuk dengan menggunakan
pengaduk paddle. Paddle memiliki pola aliran radial. Hal yang mempengaruhi
pola aliran pada paddle adalah lebar daun paddle. Pola aliran berubah dengan
adanya pengaruh sekat dalam tangki.
19
3.2 Karakteristik Daya Pengaduk
3.2.1 Hubungan NPo dan Kecepatan Pengaduk
Percobaan dilakukan dengan menggunakan impeller jenis turbin, propeller,
dan paddle. Penggunaan impeller divariasikan dengan penggunaan sekat dan
tanpa penggunaan sekat, dengan tinggi fluida konstan 20 cm dan kecepatan
putaran yang divariasikan dari 100-420 rpm. Berikut ini hubungan antara NPo dan
kecepatan pengaduk untuk tipe propeller, paddle, dan turbin dalam tangki tanpa
sekat dan bersekat.
0.3
0.25
0.2
Paddle
NPo
0.15
Turbin
0.1
Propeller
0.05
0
0 100 200 300 400 500
-0.05
Kecepatan Putaran Impeller Sekat (Rpm)
20
1993). Semakin besar perbandingan lebar daun pengaduk dengan diameternya,
daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan impeller akan semakin besar,
sehingga menghasilkan NPo yang besar juga. Secara umum, untuk mendapatkan
kecepatan pengaduk yang besar, dapat dilakukan dengan memperbesar kecepatan
putar dari masing-masing pengaduk.
Berdasarkan kurva pada gambar 3.5 di bawah ini, dapat dilihat bahwa nilai
NPo mengalami kenaikan pada impeller jenis paddle pada kecepatan pengadukan
240 rpm yaitu 0,00093 dan impeller jenis turbin pada kecepatan pengadukan 360
rpm yaitu 0,02408. Dapat diketahui bahwa antara kecepatan pengaduk dan NPo
dari tipe pengaduk mengalami kenaikan pada impeller jenis paddle dan turbin.
Semakin tinggi nilai kecepatan pengaduk, maka semakin tinggi pula nilai NPo
dari masing-masing pengaduk. Sedangkan untuk jenis impeller tanpa penggunaan
sekat yang menghasilkan NPo yang paling besar adalah turbin dengan NPo
0,02408 pada kecepatan pengaduk 360 rpm sementara NPo konstan pada impeller
jenis propeller.
0.025
0.02
0.015 Paddle
NPo
0.01 Turbin
Propeller
0.005
0
0 100 200 300 400 500
-0.005
Kecepatan Putaran Impeller Sekat (Rpm)
21
bilangan daya (power)-nya lebih besar dibandingkan dengan tangki tanpa sekat.
Bilangan power berhubungan dengan diameter pengaduk, densitas fluida,
kecepatan putaran dan daya yang dibutuhkan. Besarnya bilangan daya (power)
disebabkan karena pada tangki bersekat, daya yang digunakan lebih besar dan
dipengaruhi oleh daun sekat sehingga memperlambat pengadukan (Geankoplis,
1993).
150000 Paddle
100000 Turbin
50000 Propeller
0
0 100 200 300 400 500
Kecepatan Putaran Impeller Sekat (Rpm)
22
turbin nilai maksimal NRe yaitu 90987,6, dan untuk impeller jenis propeller nilai
maksimal NRe yaitu 45651,8.
250000
200000
NRe
150000 Paddle
100000 Turbin
Propeller
50000
0
0 100 200 300 400 500
Kecepatan Putaran Impeller Tanpa Sekat (Rpm)
23
besar. NRe yang didapat pada jenis impeller dalam tangki tidak berpenyekat yaitu
lebih besar dari 1 x104. Angka tersebut menunjukkan pola aliran yang terbentuk
adalah aliran turbulen yang ditandai dengan adanya vorteks di sekitar pengaduk
(Mc Cabe et al, 1985).
3.2.3 Hubungan Antara Kecepatan Pengaduk dan Daya yang Dibutuhkan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan impeller jenis turbin, propeller,
dan paddle. Penggunaan impeller divariasikan dengan penggunakan sekat dan
tanpa penggunaan sekat, dengan tinggi fluida konstan 20 cm. Untuk masing-
masing pengaduk diukur daya yang dibutuhkan dengan melihat pegas pada
kecepatan putaran yang divariasikan dari 100-420 rpm. Grafik hubungan antara
kecepatan pengadukan dan daya yang dibutuhkan dapat dilihat pada gambar 3.8
dan 3.6.
1
0.8 Paddle
0.6 Turbin
0.4
0.2 Propeller
0
0 100 200 300 400 500
Kecepatan Pengadukan (rpm)
24
daya sama dengan 0 watt, hal ini dikarenakan pada kecepatan 100-420 rpm daya
yang dibutuhkan untuk menggerakkan propeller sangat kecil.
0.8
Daya (Watt)
0.6
Paddle
0.4
Turbin
0.2 Propeller
0
0 100 200 300 400 500
Kecepatan Pengadukan (rpm)
25
umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat
pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Maulana, 2010). Hal ini terbukti
dari grafik hubungan kecepatan putaran dengan daya yang dibutuhkan tanpa sekat
dan menggunakan sekat, terlihat bahwa penggunaan sekat memperbesar daya
yang dibutuhkan untuk mengaduk fluida. Pada hubungan daya dengan kecepatan
pengadukan, kecepatan pengadukan berbanding lurus dengan daya yang
digunakan. Semakin besar kecepatan pengadukan yang digunakan maka semakin
tinggi daya yang dihasilkan (McCabe,1985).
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J., Transport Process and Unit Operation, 3rd edition, Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1993
29
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
1. Menghitung Densitas
Massa piknometer kosong = 14.47 gr
Massa piknometer kosong + fluida = 24.97 gr
Massa fluida = (24,97 14,47) = 10.5 gr
Volume fluida dalam piknometer = 10 ml
m = 10.5 gr
v = 10 ml
=
10.5 gr
=
10
= 10.2 /
= 1020 /3
2. Menghitung Viskositas
Viskometer Bola Jatuh
a. Bola
Massa bola = 1.625 gr
Diameter, d = 1 cm
Jari-jari, r = 0,5 cm
4
= 3 3
4
= 3 (0.5)3
= 0.523 3 = 0.523 ml
Densitas bola:
1.625 gr
=
0.523
= 3.1071 /
30
= 3107.1 /3
b. Kecepatan Bola
Jarak tempuh bola, s = 30 cm
Waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak, t = 0.3 s
s 30
Maka kecepatan bola, v = 100 cm/detik = 1 m/s
t 0.3
c. Viskositas
2 ( )
=
9
2 (0.0005 )2 9.8 (3107.1 1020)
=
9 1
= 0.00113 .
3. Contoh Perhitungan Menentukan Karakteristik Menentukan daya
Pengaduk
a. Laju Putaran (rad/s)
rad/s = rpm/60
Contoh :
Paddle
rpm = 120
rad/s = 120 rpm/60
rad/s = 2
b. Torque, T
T = Gaya (F) x 0.11
Contoh : Paddle
T = 1.2 N x 0.11 = 0.132 N/m2
c. Daya, P (watt)
P=Tx
Contoh :
P = 0.132 N/m2 x 2 rad/s
P = 0.264 watt
31
d. Bilangan daya, NPo
NPo = P / N3 D5
Contoh :
NPo = 0.264 watt/ 1020 kg/m3 23 (0,205 m)5
NPo = 0.01862
e. Bilangan Reynold, NRe
NRe = N D2 /
Contoh :
NRe = 1020 kg/m3 2 (0.205)2 / 0.00113 kg/m.s
NRe = 75868.14159
32
33
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
A. Alat
a. Diameter Tangki
D dalam : 28.5 cm : 0.285 m
D Luar : 30 cm : 0.3 m
b. Tinggi Fluida dalam tangki
h : 20 cm
c. Densitas
: 1020 kg/m3
d. Viskositas
: 0.00113 kg/m.s
B. Data Percobaan
a. Jenis Impeller : Paddle
Diameter : 0.205 m
Sekat
Laju Laju Daya, Power Reynold
Gaya,F TorqueT
Pengamatan Putaran Putaran W Number Number
(N) (Nm-2)
(rpm) (rad/s) (watts) (Po) (Re)
1 100 1.66667 0 0 0 0 63223.5
2 120 2 0.25 0.0275 0.055 0.01862 75868.1
3 140 2.33333 0.5 0.055 0.12833 0.02736 88512.8
4 160 2.66667 1.2 0.132 0.352 0.05027 101158
5 180 3 1.7 0.187 0.561 0.05626 113802
6 200 3.33333 1.7 0.187 0.62333 0.04557 126447
7 220 3.66667 1.7 0.187 0.68567 0.03766 139092
8 240 4 1.7 0.187 0.748 0.03165 151736
9 260 4.33333 1.7 0.187 0.81033 0.02697 164381
10 280 4.66667 1.7 0.187 0.87267 0.02325 177026
11 300 5 1.7 0.187 0.935 0.02025 189670
12 320 5.33333 1.7 0.187 0.99733 0.0178 202315
13 340 5.66667 1.7 0.187 1.05967 0.01577 214960
14 360 6 1.7 0.187 1.122 0.01407 227604
34
15 380 6.33333 1.7 0.187 1.18433 0.01262 240249
16 400 6.66667 1.7 0.187 1.24667 0.01139 252894
Tanpa Sekat
35
5 180 3 1.4 0.154 0.462 0.08878 87738.1
6 200 3.33333 1.6 0.176 0.58667 0.08218 97486.7
7 220 3.66667 1.75 0.1925 0.70583 0.07429 107235
8 240 4 1.75 0.1925 0.77 0.06242 116984
9 260 4.33333 1.75 0.1925 0.83417 0.05319 126733
10 280 4.66667 1.75 0.1925 0.89833 0.04586 136481
11 300 5 1.8 0.198 0.99 0.04109 146230
12 320 5.33333 1.8 0.198 1.056 0.03612 155979
13 340 5.66667 1.8 0.198 1.122 0.03199 165727
14 360 6 1.8 0.198 1.188 0.02854 175476
Tanpa Sekat
36
2 120 2 0.3 0.033 0.066 0.04928 55287.6
3 140 2.33333 0.3 0.033 0.077 0.03621 64502.2
4 160 2.66667 0.35 0.0385 0.10267 0.03234 73716.8
5 180 3 0.6 0.066 0.198 0.0438 82931.4
6 200 3.33333 1.2 0.132 0.44 0.07096 92146
7 220 3.66667 1.7 0.187 0.68567 0.08308 101361
8 240 4 1.8 0.198 0.792 0.07392 110575
9 260 4.33333 1.8 0.198 0.858 0.06298 119790
10 280 4.66667 1.8 0.198 0.924 0.05431 129004
11 300 5 1.8 0.198 0.99 0.04731 138219
12 320 5.33333 1.8 0.198 1.056 0.04158 147434
13 340 5.66667 1.8 0.198 1.122 0.03683 156648
14 360 6 1.8 0.198 1.188 0.03285 165863
15 380 6.33333 1.8 0.198 1.254 0.02949 175077
16 400 6.66667 1.8 0.198 1.32 0.02661 184292
17 420 7 1.8 0.198 1.386 0.02414 193507
Tanpa Sekat
Laju Laju Torque, Daya, Power Reynold
Gaya,
Pengamatan Putaran Putaran T W Number Number
F(N)
(rpm) (rad/s) (Nm-2) (watts) (Po) (Re)
1 100 1.66667 0 0 0 0 46073
2 120 2 0 0 0 0 55287.6
3 140 2.33333 0.35 0.0385 0.08983 0.04224 64502.2
4 160 2.66667 0.35 0.0385 0.10267 0.03234 73716.8
5 180 3 0.35 0.0385 0.1155 0.02555 82931.4
6 200 3.33333 0.35 0.0385 0.12833 0.0207 92146
7 220 3.66667 0.35 0.0385 0.14117 0.01711 101361
8 240 4 0.35 0.0385 0.154 0.01437 110575
9 260 4.33333 0.35 0.0385 0.16683 0.01225 119790
10 280 4.66667 0.35 0.0385 0.17967 0.01056 129004
11 300 5 0.35 0.0385 0.1925 0.0092 138219
12 320 5.33333 0.35 0.0385 0.20533 0.00808 147434
13 340 5.66667 0.75 0.0825 0.4675 0.01535 156648
14 360 6 0.9 0.099 0.594 0.01643 165863
15 380 6.33333 0.95 0.1045 0.66183 0.01556 175077
16 400 6.66667 1 0.11 0.73333 0.01478 184292
17 420 7 1.1 0.121 0.847 0.01475 193507
37
d. Jenis Impeller : Turbin
Diameter : 0.12 m
Sekat
Laju Laju Torque Daya, Power Reynold
Gaya,
Pengamatan Putaran Putaran T W Number Number
F(N)
(rpm) (rad/s) (Nm-2) (watts) (Po) (Re)
1 100 1.66667 0 0 0 0 21663.7
2 120 2 0 0 0 0 25996.5
3 140 2.33333 0 0 0 0 30329.2
4 160 2.66667 0 0 0 0 34661.9
5 180 3 0 0 0 0 38994.7
6 200 3.33333 0.3 0.033 0.11 0.11702 43327.4
7 220 3.66667 0.4 0.044 0.16133 0.12894 47660.2
8 240 4 0.8 0.088 0.352 0.2167 51992.9
9 260 4.33333 1.3 0.143 0.61967 0.30004 56325.7
10 280 4.66667 1.5 0.165 0.77 0.29851 60658.4
11 300 5 1.7 0.187 0.935 0.29471 64991.2
12 320 5.33333 1.75 0.1925 1.02667 0.26664 69323.9
13 340 5.66667 1.75 0.1925 1.09083 0.23619 73656.6
14 360 6 1.75 0.1925 1.155 0.21068 77989.4
15 380 6.33333 1.75 0.1925 1.21917 0.18909 82322.1
16 400 6.66667 1.75 0.1925 1.28333 0.17065 86654.9
17 420 7 1.75 0.1925 1.3475 0.15478 90987.6
Tanpa Sekat
38
12 320 5.33333 0 0 0 0 69323.9
13 340 5.66667 0 0 0 0 73656.6
14 360 6 0.2 0.022 0.132 0.02408 77989.4
15 380 6.33333 0.2 0.022 0.13933 0.02161 82322.1
16 400 6.66667 0.2 0.022 0.14667 0.0195 86654.9
17 420 7 0.2 0.022 0.154 0.01769 90987.6
Tanpa Sekat
39
3 140 2.33333 0 0 0 0 15217.3
4 160 2.66667 0 0 0 0 17391.2
5 180 3 0 0 0 0 19565
6 200 3.33333 0 0 0 0 21738.9
7 220 3.66667 0 0 0 0 23912.8
8 240 4 0 0 0 0 26086.7
9 260 4.33333 0 0 0 0 28260.6
10 280 4.66667 0 0 0 0 30434.5
11 300 5 0 0 0 0 32608.4
12 320 5.33333 0 0 0 0 34782.3
13 340 5.66667 0 0 0 0 36956.2
14 360 6 0 0 0 0 39130.1
15 380 6.33333 0 0 0 0 41304
16 400 6.66667 0 0 0 0 43477.9
17 420 7 0 0 0 0 45651.8
40