INTISARI
DAFTAR ISI
INTISARI................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Tujuan Percobaan ................................................................................. 1
1.2 Dasar Teori ........................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................... 13
PERCOBAAN ...................................................................................................... 13
2.1 Variable Percobaan ................................................................................. 13
2.2 Metodologi Percobaan ............................................................................ 13
2.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 14
2.4 Gambar Alat ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. v
DAFTAR NOTASI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa. Tujuan
pengadukan antara lain adalah :
1. Membuat partikel padat tersuspensi.
2. Mencampurkan liquid yang saling larut (miscible), contohnya Metil alkohol
dan air.
3. Mendispersikan gas ke dalam liquid dalam bentuk gelembung – gelembung
kecil.
4. Mendispersikan liquid yang kedua, yang tidak bercampur dengan liquid yang
pertama, sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran – butiran halus.
5. Mempercepat perpindahhan panas antara zat cair dengan coil atau jacket.
Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm
(revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah.
(Geankoplis, 2003)
dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk.
Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan kanji, cat, bahan
perekat dan kosmetik (Geankoplis, 2003).
3. Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin
biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau
enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan aliran yang
radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari
bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun pengaduk lalu tepotong-
potong menjadi gelembung gas (Ulbrecht & Patterson, 1985).
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45ᴼ, seperti yang
terlihat pada gambar 1.2.4, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah
kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam
suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke
atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring digunakan dalam
suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan pergerakan fluida
yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam
suspensi padatan (Stankiewicz & Moulijin, 2000).
4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi
dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti
pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti baling-balling
helikopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam
sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas
pengaduk (Geankoplis, 2003).
Gambar 1.2. 6 Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
Gambar 1.2. 7 Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex
Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah
posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak
lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu
berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi
dalam penelitian yang dilakukan. Viskositas dari cairan adalah salah satu dari
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk.
Gambar 1.2. 8 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang
berbeda, (a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical-Ribbon
(Geankoplis, 2003)
bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik
yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum
klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran
rendah, sedang dan tinggi (Nienow, Edwards, & Haraby, 1997).
1. Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa. Jenis
pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan
dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
2. Kecepatan Putaran Sedang
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan
minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada
viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan
dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau
mendinginkan.
3. Kecepatan Putaran Tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan
yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu
pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
(Nienow, Edwards, & Haraby, 1997)
jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang
digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.1.
(Zughbi, 2004)
𝜌 𝐷 (𝑁𝐷) 𝜌 𝑁𝐷2
𝑅𝑒 = = (1)
µ µ
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
Dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak berbaffle. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia (Geankoplis, 2003).
1.2.7 Mixing dan Faktor yang Mempengaruhi Proses Mixing
Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak
suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua
fasa atau lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki. Faktor -
faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran diantaranya
adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk dan
jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk,
penggunaan baffle dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk yaitu
dan. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang bisa
digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
1
𝑉= 𝜋 𝐷2 𝑡 (3)
4
Persamaan (3) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan
dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan
persamaan (4). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan
3 4𝑣
𝐷= √ (4)
𝜋
(McCarthy,dkk, 2004)
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Variable Percobaan
Kecepatan Sudut : 300 rpm, 350 rpm, dan 400 rpm.
Start
End
2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan Liquid Liquid Mixing adalah sebagai
berikut :
1. Air 3 Liter
2. Minyak 0.5 Liter
3. Emulsi 1 Spatula
Keterangan :
A : Impeller
B : Papan Penyangga
C : Tachometer
D : Reaktor
E : Baffle
F : Shaft
G : Motor
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1.1 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller propeller tanpa
baffle
Tabel 3.2.1 Menghitung Nre, ft, dan tT dari impeller jenis turbin
Waktu Kecepatan
(sekon) Sudut Nre Ft tT
(rps)
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435
3.3 Pembahasan
Percobaan Liquid Liquid Mixing bertujuan untuk mengamati pola alir fluida
pada berbagai impeller dan baffle serta untuk mengamati pengaruh ukuran dan tipe
….(5)
Berdasarkan gambar 3.3.1 dapat disimpulkan bahwa secara teori semakin besar
Nre maka nilai mixing factor dan mixing time / waktu yang diperlukan untuk
mencapai fase homogen semakin turun. Dikarenakan semakin cepat kecepatan
pengadukan (radian per sekon) maka partikel-partikel yang terdapat pada fluida
akan cepat homogen karena kecepatan pengadukan membuat partikel-partikel
memiliki gaya tumbukan yang tinggi sehingga mudah untuk homogen. Maka dari
itu nilai mixing time yang dibutuhkan semakin kecil (Geankoplis, 2003). Grafik
Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) adalah sebagai berikut
(Geankoplis, 2003).
Gambar 3.3.2 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) Propeller
Gambar 3.3.3 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) Turbin
Untuk grafik antara Nre dengan Mixing factor pada gambar 3.3.2 dan 3.3.3
didapatkan pola grafik yang sesuai dengan grafik secara teoritis. Berdasakan
percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa semakin tinggi Nre, maka nilai
mixing factornya juga semakin turun. Untuk jenis propeller, mixing factornya lebih
besar dengan jenis turbin. Hal ini karena propeller memiliki nilai Da (Diameter
Agitator) yang besar daripada turbin. Gambar 3.3.2 dan 3.3.3 sesuai Pernyataan
hubungan antara Nre dengan Mixing factor pada grafik correlation of Nre and
mixing time di gambar 3.3.1 (Geankoplis, 2003).
Gambar 3.3.4 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Time (tT) Propeller
Gambar 3.3.5 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Time (tT) Turbin
Pada gambar 3.3.4 dan 3.3.5 terdapat grafik hubungan antara Nre dengan mixing
time. Dalam grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Nre maka
nilai mixing timenya semakin turun. Dikarenakan semakin cepat kecepatan
pengadukan (radian per sekon) maka partikel-partikel yang terdapat pada fluida
akan cepat homogen karena kecepatan pengadukan membuat partikel-partikel
memiliki gaya tumbukan yang tinggi sehingga mudah untuk homogen. Maka dari
itu nilai mixing time yang dibutuhkan semakin kecil (Geankoplis, 2003).
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Khang, S., & Levenspiel, O. (1976). New Scale-Up and Design Method for Stirrer
Agitated Batch Mixing Vessel. Chemical Engineering Science, 31(7), pp.569-
577.
Mc, C., W. L., J. C., & P., H. (1985). Unit Operations of Chemical Engineering,
6th Edition. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Nienow, A. W., Edwards, M., & Haraby, N. (1997). Mixing in The Process
Industries. Butterworth-Heineman.
Zughbi, H. D. (2004). Mixing in a Fluid Jet Agitation Tank : Effects of Jet Angle nd
Elevation and Number of Jets. Chemical Engineering Science, 59(4), pp.829-
842.
DAFTAR NOTASI
APPENDIKS
1. Mengonversikan satuan
Waktu mixing :
60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑥𝑖𝑛𝑔 = 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑥𝑖𝑛𝑔 = 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
Kecepatan sudut (N):
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 200 × = 3,33
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 300 × = 5,0
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 400 × = 6,67
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑚 𝑎𝑖𝑟 𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 𝜇𝑎𝑖𝑟) + ( × 𝜇𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘)
𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
3 0,41
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 0,8360x10−3 ) + ( × 1,5𝑥10−3 )
3,41 3,41
𝑚 𝑎𝑖𝑟 𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 𝜌 𝑎𝑖𝑟) + ( × 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘)
𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
3 0,41
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 1000) + ( × 820)
3,14 3,14
Propeller
1 3
𝐻 2 𝐷𝑡 2
𝑡𝑇 = 𝑓𝑡 2 1 1
(𝑁𝐷𝑎2 )3 𝑔6 𝐷𝑎2
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,5 2 1 1 = 7,339
(3,33 × 0,06572 )3 9,86 0,06572
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,7 2 1 1 = 5,1099
(5,0 × 0,06572 )3 9,86 0,06572
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 5,0 2 1 1 = 4,0771
(36,67 × 0,06572 )3 9,86 0,06572
Turbin
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,6 2 1 1 = 8,3429
(3,33 × 0,0622 )3 9,86 0,0622
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,75 2 1 1 = 5,7433
(5 × 0,0622 )3 9,86 0,0622
1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,9 2 1 1 = 4,4435
(6,67 × 0,0622 )3 9,86 0,0622
4. Menghitung Np
Diketahui :
VXAX2
• P=
1000 𝑋 60
Propeller
Turbin