Anda di halaman 1dari 37

Liquid Liquid Mixing|i

INTISARI

Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak


suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua
fasa atau lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki.
Penggunaan sistem mixing dalam industri kimia, salah satunya adalah tangki
berpengaduk yang terdiri dari Impeller (pengaduk) dan motor (perangkat
penggerak ). Percobaan ini bertujuan mengamati pola alir fluida pada berbagai
impeller dan baffle, mengamati pengaruh ukuran dan tipe pengaduk terhadap
efiesensi dan power pengadukan. Metode percobaan yang dilakukan adalah
menggunakan alat – alat yaitu tangki berpengaduk yang dilengkapi motor,
Impeller, stopwatch dan penggaris. Bahan yang digunakan air, minyak dan emulsi.
Prosedur kerja yang dilakukan adalah pertama memasang rangkaian alat tangki
berpengaduk dan impeller. Kemudian mengisi tangki dengan air dan minyak, lalu
ditambahkan emulsi. Kemudian menjalakan motor pengaduk dan mengatur
kecepatannya. Lalu memasang baffle pada setiap variable kecepatan (200,300 dan
400 rpm). Pengamatan dilakukan dengan hingga larutan tercampur dengan mixing
time 5 menit dan hingga terbentuknya vortex. Dari percobaan yang dilakukan
didapatkan bahwasannya pola aliran yang terbentuk pada percobaan dengan
impeller propeller dan impeller turbin yaitu berupa aliran radial dan axial.
Impeller dengan jenis berbeda serta pemakaian baffle akan menghasilkan pola
aliran yang berbeda. Ukuran dan bentuk masing masing jenis impeller akan
mempengaruhi nilai Nre, Mixing Time dan Mixing factor. Impeller dengan jenis
propeller lebih efisien daripada jenis turbin.

Kata kunci : Agitation, Baffle, Impeller, Mixing.

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | ii

DAFTAR ISI

INTISARI................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Tujuan Percobaan ................................................................................. 1
1.2 Dasar Teori ........................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................... 13
PERCOBAAN ...................................................................................................... 13
2.1 Variable Percobaan ................................................................................. 13
2.2 Metodologi Percobaan ............................................................................ 13
2.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 14
2.4 Gambar Alat ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. v
DAFTAR NOTASI ................................................................................................ vi

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2.1 Dimensi Sebuah Tangki Berpengaduk ............................................. 2


Gambar 1.2.2 Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c), Baling -baling kipas.............................................. 3
Gambar 1.2.3 Pengaduk Jenis Dayung (Paddle) berdaun dua ................................ 3
Gambar 1.2.4 Pengaduk Turbin pada bagian variasi. ............................................. 4
Gambar 1.2.5 Pengaduk Turbin Baling-baling ....................................................... 4
Gambar 1.2.6 Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral ...... 5
Gambar 1.2.7 Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex ... 6
Gambar 1.2.8 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda,
(a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon ......... 7

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk .................................................................. 9


Tabel 3.1 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller propeller tanpa buffle . 8
Tabel 3.2 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller propeller baffle 1 ........ 8
Tabel 3.3 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller propeller baffle 2 ........ 8
Tabel 3.4 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller turbin tanpa baffle ...... 8
Tabel 3.5 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller turbin baffle 1 ............. 9
Tabel 3.6 Hasil percobaan mixing menggunakan impeller turbin baffle 2 ............. 9
Tabel 3.7 Hasil Percobaan Selama Praktikum ...................................................... 9
Tabel 3.8 Hasil pengamatan percobaan dengan impeller propeller ..................... 10
Tabel 3.9 Hasil pengamatan percobaan dengan impeller Turbin ........................ 10
Tabel 3.10 Hasil pengamatan percobaan dengan impeller propeller ................... 11
Tabel 3.11 Hasil pengamatan percobaan dengan impeller turbine ...................... 12

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari dilakukannya percobaan liquid liquid mixing adalah sebagai
berikut :
1. Mengamati pola alir fluida pada berbagai impeller dan baffle.
2. Mengamati pengaruh ukuran dan tipe pengaduk terhadap efisiensi dan power
pengadukan.

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Agitasi (Pengadukan)


Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari
bahan yang diaduk seperti molekul - molekul, zat-zat yang bergerak atau
komponennya menyebar (terdispersi). Proses pengadukan (agitation) menunjukan
usaha yang menghasilkan gerakan materi menurut cara tertentu (dengan arah atau
pola tertentu) pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya
mempunyai semacam pola sirkulasi. Sedangkan proses pencampuran (mixing)
merupakan peristiwa menyebarnya bahan – bahan secara acak, dimana bahan yang
satu menyebar ke bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan – bahan itu
sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih (Geankoplis, 2003).
Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu
yang menyebabkan bagian – bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi
pencampuran. Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam
berbagai proses kimia. Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok.
Pertama, pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua
adalah pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa
cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran fasa padat

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|2

seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa. Tujuan
pengadukan antara lain adalah :
1. Membuat partikel padat tersuspensi.
2. Mencampurkan liquid yang saling larut (miscible), contohnya Metil alkohol
dan air.
3. Mendispersikan gas ke dalam liquid dalam bentuk gelembung – gelembung
kecil.
4. Mendispersikan liquid yang kedua, yang tidak bercampur dengan liquid yang
pertama, sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran – butiran halus.
5. Mempercepat perpindahhan panas antara zat cair dengan coil atau jacket.

Gambar 1.2. 1 Dimensi Sebuah Tangki Berpengaduk


Dimana : C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
Dt = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk
(Mc, W. L., & P., 1985).

1.2.2 Jenis-Jenis Pengaduk


Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan
secara umum, yaitu pengaduk baling – baling, pengaduk turbin, pengaduk dayung dan
pengaduk Helical-Ribbon.
1. Pengaduk Jenis Baling-Baling (Propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya adalah
baling-baling berdaun tiga.

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|3

(a) (b) (c)


Gambar 1.2. 2 Pengaduk jenis Baling-baling (a) Daun Dipertajam (b) Baling-
baling kapal dan (c) Baling -baling kipas

Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm
(revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah.
(Geankoplis, 2003)

2. Pengaduk Dayung (Paddle)


Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan rendah
diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat biasa
digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung
biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 - 1/10 dari
panjangnya.

Gambar 1.2. 3 Pengaduk Jenis Dayung (Paddle) berdaun dua

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena


aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah
dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam
pengadukan. Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang
bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada cairan kental dimana endapan pada
dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|4

dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk.
Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan kanji, cat, bahan
perekat dan kosmetik (Geankoplis, 2003).
3. Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin
biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau
enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan aliran yang
radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari
bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun pengaduk lalu tepotong-
potong menjadi gelembung gas (Ulbrecht & Patterson, 1985).

Gambar 1.2. 4 Pengaduk Turbin pada bagian variasi.

Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45ᴼ, seperti yang
terlihat pada gambar 1.2.4, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah
kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam
suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke
atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring digunakan dalam
suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan pergerakan fluida
yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam
suspensi padatan (Stankiewicz & Moulijin, 2000).

Gambar 1.2. 5 Pengaduk Turbin Baling-baling

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|5

4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi
dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti
pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti baling-balling
helikopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam
sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas
pengaduk (Geankoplis, 2003).

Gambar 1.2. 6 Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral

1.2.3 Posisi Sumbu Pengaduk Dan Pola Aliran


Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada
beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu
sendiri. Pengaduk jenis turbin akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial.
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk yaitu:
1. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk.
2. Komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk.
3. Komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangkai pengaduk.
(Stankiewicz & Moulijin, 2000).

Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan


komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola
aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action).
(McCarthy, 2004)

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|6

Pengadukan pada kecepatan tinggi adakalanya mengakibatkan pola aliran


melingkar di sekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks.
Vorteks dapat terbentuk di sekitar pengaduk atau pun di pusat tangki yang tidak
menggunakan baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena
beberapa alasan. Pertama kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam
tangki. Hal ini disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua
udara dapat masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat
tangki jatuh hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan
mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan
sehingga fluida tumpah. Upaya berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari
vorteks, yaitu:
1. Menempatkan tangkai pengaduk lebih ketepi (off-center).
2. Menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring.
3. Menambahkan baffle pada dinding tangki.
(Khang & Levenspiel, 1976).
Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki. Posisi ini memiliki pola aliran
yang khas. Pada tangki tidak berbaffle dengan pengaduk yang berputar ditengah,
energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluidapada
dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola ini biasa
disebut dengan pusaran dengan pusat pada sumbu pengaduk. Pusaran ini akan
menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga
meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah proses dispersi gas-
cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut
bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat dispersi gas ke cairan dan
sebaliknya (Khang & Levenspiel, 1976).

Gambar 1.2. 7 Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|7

Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah
posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak
lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu
berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi
dalam penelitian yang dilakukan. Viskositas dari cairan adalah salah satu dari
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk.

Gambar 1.2. 8 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang
berbeda, (a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical-Ribbon

Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk adalah :

1. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pas


(3000 cp).
2. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pas
(100000 cp).
3. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pas (500000 cp).
4. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000
Pas dan telah digunakan hingga viskositas 25000 Pas. Untuk viskositas lebih
dari 2,5 - 5 Pas (5000 cp) dan di atasnya, baffle tidak diperlukan karena hanya
terjadi pusaran kecil.

(Geankoplis, 2003)

1.2.4 Kecepatan Pengaduk


Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah
kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|8

bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik
yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum
klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran
rendah, sedang dan tinggi (Nienow, Edwards, & Haraby, 1997).
1. Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa. Jenis
pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan
dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
2. Kecepatan Putaran Sedang
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan
minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada
viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan
dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau
mendinginkan.
3. Kecepatan Putaran Tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan
yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu
pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
(Nienow, Edwards, & Haraby, 1997)

1.2.5 Jumlah Pengaduk


Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang
lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar
dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan,
merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|9

jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang
digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1. 1 Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk

(Zughbi, 2004)

1.2.6 Kebutuhan Daya Pengaduk


Dalam mencari kebutuhan daya pengaduk dapat menggunakan bilangan
dibawah ini.
1.2.6.1 Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia
dan gaya viskos yang terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa
diketahui Bilangan Reynoldnya dengan menggunakan persamaan:

𝜌 𝐷 (𝑁𝐷) 𝜌 𝑁𝐷2
𝑅𝑒 = = (1)
µ µ

Dimana :
Re = Bilangan Reynold
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida

Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminer,


transisi dan turbulen. Bentuk aliran laminer terjadi pada Bilangan Reynold hingga
10, sedangkan turbulen terjadi pada bilangan Reynold 10 hingga 104 dan transisi
berada diantara keduanya (Geankoplis, 2003).

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 10

1.2.6.2 Bilangan Fraude


Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia
dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝑣2 (𝑁𝐷)2 𝐷𝑁 2
𝐹𝑟 = = = (2)
𝐷𝑔 𝐷𝑔 𝑔

Dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak berbaffle. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia (Geankoplis, 2003).
1.2.7 Mixing dan Faktor yang Mempengaruhi Proses Mixing
Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak
suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua
fasa atau lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki. Faktor -
faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran diantaranya
adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk dan
jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk,
penggunaan baffle dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk yaitu
dan. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang bisa
digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :

1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara


keseluruhan (bulk flow).
2. Eddy Diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida
yang terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 11

(Mc, W. L., & P., 1985).

Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling


menentukan adalah Eddy Diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Secara
khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi tiga jenis
permasalahan utama, yaitu :

1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multi


fase multi komponen.
2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian - bagian
dari sistem yang tidak seragam.
3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multi komponen dengan atau
tanpa perubahan komposisi.

Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang


luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas - cair, cair -cair
maupun padat - cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia. Kapasitas
tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah satu pertimbangan
dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas tertentu
ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama dengan
ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan kemampuan
pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang melingkupi
seluruh bagian fluida dalam tangki (Mc, W. L., & P., 1985).

1
𝑉= 𝜋 𝐷2 𝑡 (3)
4

Persamaan (3) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan
dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan
persamaan (4). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 12

ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang


digunakan.

3 4𝑣
𝐷= √ (4)
𝜋

(McCarthy,dkk, 2004)

1.2.8 Laju dan Waktu Pencampuran


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of
mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir. Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu
pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :
a) Ada tidaknya baffle
b) Bentuk atau jenis pengaduk (turbine, propeller, paddle)
c) Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d) Laju putaran pengaduk
e) Kedudukan pengaduk pada tangki
f) Jumlah pengaduk dan daun pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :
a) Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
b) Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c) Jumlah kedua cairan yang diaduk
d) Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Faktor - faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk
mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama
tehadap waktu pencampuran (McCarthy, 2004).

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 13

BAB II
PERCOBAAN
2.1 Variable Percobaan
Kecepatan Sudut : 300 rpm, 350 rpm, dan 400 rpm.

Jumlah Baffle : 0, 1, dan 2

Impeller : Propeller dan Turbin.

2.2 Metodologi Percobaan

Start

Alat, Bahan, Variabel

Merangkai alat mixing. Memasang Turbine impeller ke ujung


poros.

Mengisi bejana pencampur (Vessel Mixing) dengan air ledeng


dan minyak dengan dengan perbandingan 3 : 0,5 liter. d

Memasukkan sebanyak satu spatula emulsi dan manik – manik


secukupnya ke dalam vessel mixing.

Menghidupkan alat mixing dengan menekan tombol on,


kemudian mengatur kecepatan sudut sesuai variabel yang telah
ditentukan

Memasang baffle pada variabel tertentu.

Mencatat tinngi vorteks dan mengamati pola aliran yang


terbentuk

Mengulangi percobaan untuk propeller impeller

End

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 14

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan Liquid Liquid Mixing adalah sebagai
berikut :

1. Satu set alat mixing 1 Buah


2. Impeller ( jenis Propeller) 1 Buah
3. Impeller ( jenis turbine ) 1 Buah
4. Stopwatch 1 Buah
5. Beaker glass 1000 ml 2 Buah
6. Penggaris 1 Buah
7. Manik-manik Secukupnya

2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan Liquid Liquid Mixing adalah sebagai
berikut :

1. Air 3 Liter
2. Minyak 0.5 Liter
3. Emulsi 1 Spatula

2.4 Gambar Alat


Gambar Alat yang digunakan pada percobaan Liquid Liquid Mixing adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.4. 1 Skema Alat Liquid Liquid Mixing

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 15

Keterangan :

A : Impeller

B : Papan Penyangga

C : Tachometer

D : Reaktor

E : Baffle

F : Shaft

G : Motor

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 16

BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan percobaan Liquid – liquid Mixing yang telah dilakukan, dapat
diperolah hasil percobaan sebagai berikut :

Tabel 3.1.1 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller propeller tanpa
baffle

Waktu Kecepatan Sudut Jumlah Tinggi Vortex Pola


(rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 0 5 Radial
1 menit 300 0 6 Radial
1 menit 400 0 7 Radial
rata-rata 300 0 6 Radial

Tabel 3.1.2 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller propeller


menggunakan 1 baffle

Waktu Kecepatan Sudut Jumlah Tinggi Vortex Pola


(rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 1 2 aksial
1 menit 300 1 3.5 aksial
1 menit 400 1 4 aksial
rata-rata 300 1 3.1666 aksial

Tabel 3.1.3 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller propeller


menggunakan 2 baffle

Waktu Kecepatan Sudut Jumlah Tinggi Vortex Pola


(rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 2 1 aksial
1 menit 300 2 2.5 aksial
1 menit 400 2 3 aksial
rata-rata 300 2 2.1666 aksial

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 17

Tabel 3.1.4 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller turbin


menggunakan tanpa baffle

Kecepatan Jumlah Tinggi Vortex Pola


Waktu Sudut (rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 0 4.5 radial
1 menit 300 0 6 radial
1 menit 400 0 12.5 radial
rata-rata 300 0 7.6666 radial

Tabel 3.1.5 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller turbin


menggunakan 1 baffle

Kecepatan Jumlah Tinggi Vortex Pola


Waktu Sudut (rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 1 5.5 aksial
1 menit 300 1 6.5 aksial
1 menit 400 1 10.5 aksial
rata-rata 300 1 7.5 aksial

Tabel 3.1.6 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller turbin


menggunakan 2 baffle

Kecepatan Jumlah Tinggi Vortex Pola


Waktu Sudut (rpm) buffle (cm) Aliran
1 menit 200 2 5 aksial
1 menit 300 2 5.5 aksial
1 menit 400 2 7 aksial
rata-rata 300 2 5.8333 aksial

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 18

Tabel 3.1.7 Hasil percobaan mixing dengan menggunakan impeller turbin


dan Propeller

RPM Buffle Keterangan


0 Fluida sedikit keruh
200 1 mulai muncul sedikit busa
2 keruh dan berbusa
0 mulai terbentuk lemak
300 1 lemak terlihat dan berbusa
2 busa semakin banyak
0 warna mendekati putih
400 1 lemak semakin terlihat
2 fluida semakin mengental

Tabel 3.1.7 Hasil Percobaan Selama Praktikum

Densitas air 995.68 kg/m3


Densitas Minyak 800 Kg/m3
Densitas Emulsi 0 kg/m3
Suhu Air 35.2 0C
Tinggi Vessel 0.24 m
Diameter Vessel 0.23 m
G 9.8 m/s2
Tinggi awal larutan
a. Ketika baffle 1 a. 0.11 m
b. Ketika baffle 2 b. 0.12 m
Viskositas air 0.0007602 Kg/ms
Viskositas minyak 0.0015 Kg/ms
Viskositas emulsi 0 Kg/ms
Diameter propeler 0.0657 m
Diameter turbin 0.062 m

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 19

3.2 Hasil Perhitungan


Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut :

Tabel 3.2.1 Menghitung Nre, ft, dan tT dari impeller jenis turbin
Waktu Kecepatan
(sekon) Sudut Nre Ft tT
(rps)
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 3,33 13685,65 4,6 8,3429
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 5,0 20528,47 4,75 5,7433
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435
60 6,7 27371,29 4,9 4,4435

Tabel 3.2.2 Menghitung Nre, ft, dan tT dari impeller jenis


propeller
Waktu Kecepatan
(sekon) Sudut Nre Ft tT
(rps)
60 3,33 15367,8 4,5 7,339
60 3,33 15367,8 4,5 7,339
60 3,33 15367,8 4,5 7,339
60 5,0 23051,75 4,7 5,1099
60 5,0 23051,75 4,7 5,1099
60 5,0 23051,75 4,7 5,1099
60 6,7 30735,67 5,0 4,0771
60 6,7 30735,67 5,0 4,0771
60 6,7 30735,67 5,0 4,0771

3.3 Pembahasan
Percobaan Liquid Liquid Mixing bertujuan untuk mengamati pola alir fluida
pada berbagai impeller dan baffle serta untuk mengamati pengaruh ukuran dan tipe

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 20

pengaduk terhadap efisiensi pengaduk. Variabel yang digunakan pada percobaan


Liquid Liquid Mixing yaitu berupa impeller propeller dan impeller turbine dengan
baling baling sejumlah 4, jumlah baffle (0, 1 dan 2) dan kecepatan perputaran (200,
300, 400 rpm). Prinsip kerjanya menggunakan Agitation dan Mixing. Pengadukan /
Agitation adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul - molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya
menyebar (terdispersi). Sedangkan mixing / Pencampuran adalah operasi yang
menyebabkan tersebarnya secara acak suatu bahan ke bahan yang lain dimana
bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih (Geankoplis, 2003).
Dalam percobaan ini langkah pertama yaitu menempatkan tangki pada meja
penyangga, lalu memasang impeller propeller pada shaft dan memasang shaft pada
motor penggerak hingga terpasang secara kuat. Propeller memiliki pola aliran
aksial, pola aksial ini berbeda bentuk akibat adanya pengaruh baffle pada tangki.
Pola aksial pada propeller tanpa baffle adalah sejajar dengan sumbu impeller dan
bergerak secara teratur. Dengan adanya baffle, gerakan aliran tadi berubah menjadi
gerak acak yang mengelilingi sumbu impeller. Hal ini disebabkan karena aliran
fluida yang teratur berbenturan dengan baffle yang ada di dalam tangki sehingga
mengakibatkan pola aliran berubah, tetapi masih sejajar dengan sumbu impeller.
Kemudian mengukur diameter vessel (0.23 m) dan tinggi vessel (0.24 m), tinggi
impeller dari dasar 4 cm, ukuran impeller (Diameter propeller 0.0657 m, diameter
turbin 0.062 m). Lalu memasukkan fluida berupa 1 liter minyak dan 3 liter air
kedalam tangki serta menambahkan emulsi sebab minyak dan air memiliki sifat
yang berbeda yakni non polar dan polar sehingga dapat membantu
mendistribusikan percampuran antara minyak dan air, dimana minyak dan air
merupakan zat yang memiliki perbedaan viskositas (μ air = 0.8360x10-3 Pas; μ
minyak = 1.5 x10-3 Pas) dan densitas (air = 1000 kg/m3 dan minyak = 820 kg/m3)
menyebabkan dua fluida ini sukar untuk menyatu. Oleh karena itu diperlukan suatu
emulsi. Dan ditambahkan manik manik agar dapat mengamati jenis aliran yang
terjadi (aksial dan radial). Kemudian menghubungkan stop kontak ke sumber daya
tanpa memasang baffle lalu mengatur nilai rpm pada tachnometer dan mengamati
aliran yang terjadi. Variasi kecepatan putar yang digunakan pada percobaan yaitu
200 rpm, 300 rpm dan 400 rpm dengan lama waktu perputaran yaitu selama 1 menit.
Serta variasi baffle dengan menggunakan tanpa baffle, 1 baffle, 2 baffle . Setelah
melakukan percobaan menggunakan impeller propeller, selanjutnya menganti
fluida dengan fluida yang baru yaitu air sebanyak 3 liter dan minyak sebanyak 1
liter dan melakukan hal sama dengan menggunakan impeller turbine dengan
variable dan variasi yang ditentukan serta melakukan pengamatan bentuk pola
aliran. Turbin memiliki pola aliran radial, pola ini tegak lurus dan mengelilingi
sumbu impeller. Pola ini berubah dengan adanya pengaruh baffle dalam tangki.
Aliran fluida dalam tangki berbenturan dengan baffle, sehingga gerakan aliran
menjadi tidak teratur. Pengaduk yang tanpa buffle akan cenderung membentuk pola

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 21

aliran radial sedangkan pengaduk yang menggunakan buffle cenderung membentuk


aliran aksial (Stankiewicz & Moulijin, 2000).
Berdasarkan table 3.1.1 sampai 3.1.6 untuk pemakaian baffle juga sangat
berpengaruh. Ketika mixing dilakukan tanpa baffle, menghasilkan vortex yang
tinggi dengan pola aliran radial. Kemudian apabila ditambah dengan baffle, tinggi
vortexnya turun dan pola alirannya menjadi axial. Hal ini dapat dilihat pada tabel
table 3.1.1 sampai 3.1.6. Pola aliran dapat dilihat melalui pergerakan manik manik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa cara untuk menghilangkan vortex adalah
dengan menambahkan baffle dan juga menurunkan kecepatan impelellernya.
Namun jika menurunkan kecepatan impeller proses mixing menjadi kurang efektif
karena gaya tumbukan antar partikel didalam fluida turun sehingga efektivitas
pencampurannya berkurang. Fenomena vortex ini sangat tidak diinginkan dalam
suatu proses pengadukan, karena dapat mengakibatkan pencampuran menjadi tidak
sempurna. Vortex ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan
kecepatan putaran yang juga meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada
sebuah proses dispersi gas-cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini
disebabkan pusaran tersebut bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat
dispersi gas ke cairan dan sebaliknya. Selain itu, vortex juga dapat menyebabkan
campuran tumpah dari tangki (Geankoplis, 2003).
Berdasarkan table 3.2.1 dan table 3.2.2 untuk variabel kecepatan sudut terlihat
bahwa semakin besar kecepatan sudut, maka nilai Nre semakin besar dan nilai
mixing factor semakin besar dan mixing time semakin kecil. Kemudian, untuk
variabel jenis impeller juga mempengaruhi nilai Nre. Bentuk dan ukuran sangat
mempengaruhi besarnya Nre, ukuran diameter propeller lebih besar dari pada turbin
diameter dan tinggi propeller 6.57 cm dan 1.7 cm sedangkan turbin 6.2 cm dan 1.7
cm. Nre yang dihasilkan oleh impeller jenis propeller lebih besar daripada jenis
turbin.
Berdasarkan buku Geankoplis menyebutkan bahwa mixing time sejajar dengan
mixing factor. Mixing time adalah waktu yang diperlukan untuk mencampur bahan-
bahan yang mudah larut yang terdapat pada fase yang berbeda sehingga diperoleh
fase yang homogen dimana konsentrasi di setiap permukaan sama. Sedangkan
mixing factor (ft) dapat didefinisikan sebagai

….(5)

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 22

Berdasarkan gambar 3.3.1 dapat disimpulkan bahwa secara teori semakin besar
Nre maka nilai mixing factor dan mixing time / waktu yang diperlukan untuk
mencapai fase homogen semakin turun. Dikarenakan semakin cepat kecepatan
pengadukan (radian per sekon) maka partikel-partikel yang terdapat pada fluida
akan cepat homogen karena kecepatan pengadukan membuat partikel-partikel
memiliki gaya tumbukan yang tinggi sehingga mudah untuk homogen. Maka dari
itu nilai mixing time yang dibutuhkan semakin kecil (Geankoplis, 2003). Grafik
Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) adalah sebagai berikut
(Geankoplis, 2003).

Gambar 3.3.1 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT)

Berdasarkan percobaan didapatkan grafik sebagai berikut :

Gambar 3.3.2 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) Propeller

Gambar 3.3.3 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Factor (fT) Turbin

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 23

Untuk grafik antara Nre dengan Mixing factor pada gambar 3.3.2 dan 3.3.3
didapatkan pola grafik yang sesuai dengan grafik secara teoritis. Berdasakan
percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa semakin tinggi Nre, maka nilai
mixing factornya juga semakin turun. Untuk jenis propeller, mixing factornya lebih
besar dengan jenis turbin. Hal ini karena propeller memiliki nilai Da (Diameter
Agitator) yang besar daripada turbin. Gambar 3.3.2 dan 3.3.3 sesuai Pernyataan
hubungan antara Nre dengan Mixing factor pada grafik correlation of Nre and
mixing time di gambar 3.3.1 (Geankoplis, 2003).

Gambar 3.3.4 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Time (tT) Propeller

Gambar 3.3.5 Grafik Hubungan Nre dengan Mixing Time (tT) Turbin
Pada gambar 3.3.4 dan 3.3.5 terdapat grafik hubungan antara Nre dengan mixing
time. Dalam grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Nre maka
nilai mixing timenya semakin turun. Dikarenakan semakin cepat kecepatan
pengadukan (radian per sekon) maka partikel-partikel yang terdapat pada fluida
akan cepat homogen karena kecepatan pengadukan membuat partikel-partikel
memiliki gaya tumbukan yang tinggi sehingga mudah untuk homogen. Maka dari
itu nilai mixing time yang dibutuhkan semakin kecil (Geankoplis, 2003).

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 24

Gambar 3.3.6 Grafik Hubungan Nre dengan NP Propeller

Gambar 3.3.7 Grafik Hubungan Nre dengan NP Propeller


Berdasarkan gambar 3.3.6 dan 3.3.7 data percobaan dan perhitungan
didapatkan bahwasannya hubungan antara Nre dengan Power number, semakin
besar nilai Nre maka nilai power number semakin kecil. Karena semakin mudah
fluida mengalami turbulensi maka gaya yang dibutuhkan untuk melakukan mixing
semakin kecil sehingga semakin besar nilai Nre maka nilai power number semakin
kecil Pernyataan tersebut sesuai dengan grafik hubungan antara Nre dengan power
number dengan grafik sebagai berikut:

Gambar 3.3.8 Grafik Hubungan Nre dengan Power Number

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 25

Berdasarkan jenis pengaduk yang digunakan pada saat percobaan maka


grafik yang digunakan yaitu garis nomor 4 yaitu grafik untuk jenis pengaduk
impeller propeller dan grafik nomor 2 untuk turbin dengan 4 bilah. Grafik tersebut
digunakan untuk melakukan perhitungan Np berdasarkan nilai Nre
(Geankoplis, 2003).
Pada percobaan ini menggunakan 3 Variabel yaitu Impeller (Propeller dan
turbin), Kecepatan sudut (200, 300, 400 rpm), dan Baffle (tanpa baffle, 1 baffle, 2
baffle). Pada variable impeller yang paling efektif yaitu menggunakn Imppeller
propeller dikarenakan nilai ketinggian vortex pada propeller lebih kecil jika
dibandingkan turbin, yang dimana pada pengaplikasian di dunia industry vortex
sangat dihindari seperti uraian pembahasan paragraph sebelumnya. Serta propeller
dapat menghasilkan nilai Nre yang besar sehinnga membutuhkan nilai mixing
factor, nilai power number serta mixing time yang kecil.
Pada variable kecepatan yang paling efektif menggunakan kecepatan sudut
400 rpm karena semakin besar nilai kecepatan sudut membuat nilai Nre semakin
tinggi yang nantinya dapat menurunkan mixing factor, mixing time dan number
power. Pada variable pemakaian baffle variasi yang paling efektif menggunakan 2
baffle dikarenakan dapat menurunkan ketinggian vortex dan membuat pola aliran
menjadi axial. Seperti pada pembahasan paragraph sebelumnya Vortex sangat
dihindari dalam dunia industry serta pola aliran aksial sangat di inginkan di dunia
industry karena pola aliran axial membuat partikel – partikel pada fluida memiliki
gaya inersia yang tinggi sehingga sangat efektif dalam homogenisasi
(Khang, 1976).

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | 26

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan Liquid – liquid Mixing yang telah dilakukan, dapat


disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan baffle yang berbeda akan menghasilkan pola aliran yang


berbeda. Impeller Propeller dan turbin jika tanpa baffle maka menghasilkan
pola aliran radial, jika menggunakan baffle maka menghasilkan pola aliran
radial. Penggunaan baffle juga menurunkan ketinggian vortex
2. Ukuran dan bentuk masing masing jenis impeller akan mempengaruhi nilai
Nre, Power number, dan Mixing factor.
3. Impeller dengan jenis propeller lebih efisien daripada jenis turbin
dibuktikkan dengan kecilnya nilai vortex serta menghasilkan nilai Nre yang
besar sehinnga membutuhkan nilai mixing factor, nilai power number dan
mixing time yang kecil.

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|v

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C. J. (2003). Transport Processes and Separation Principles :


(Includes Unit operation). Canada: Prentice Hall Professional Technical
Reference.

Khang, S., & Levenspiel, O. (1976). New Scale-Up and Design Method for Stirrer
Agitated Batch Mixing Vessel. Chemical Engineering Science, 31(7), pp.569-
577.

Mc, C., W. L., J. C., & P., H. (1985). Unit Operations of Chemical Engineering,
6th Edition. New York: Mc Graw Hill Book Company.

McCarthy, L. (2004). Computational Fluid Dynamics Modeling of The Paddle


Dissoution Appartus : Agitation Rate, Mixing Patterns and Velocities. AAPS
PharmSciTec, 5(2) PP.50-59.

Nienow, A. W., Edwards, M., & Haraby, N. (1997). Mixing in The Process
Industries. Butterworth-Heineman.

Stankiewicz, A., & Moulijin, J. (2000). Process Intensification : Transforming


Chemical Engineering. . Chemical Engineering Progress, 96(1), pp.22-34.

Ulbrecht, J., & Patterson, G. e. (1985). Mixing of Liquids by Mechanical Agitation


(Vol.1). Francis: Taylor.

Zughbi, H. D. (2004). Mixing in a Fluid Jet Agitation Tank : Effects of Jet Angle nd
Elevation and Number of Jets. Chemical Engineering Science, 59(4), pp.829-
842.

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | vi

DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


𝑡𝑇 Mixing Time Sekon
N Kecepatan Sudut Rps
P Power J/s
Np Power Number -
𝜌 Densitas Kg/m3
𝜇 Viskositas Kg/m.s
T Suhu ℃
𝐷𝑎 Diameter Agitator m
𝐷𝑡 Diameter vessel m
H Tinggi Fluida m
𝑔 Percepatan Gravitasi m/s2
𝑓𝑡 Mixing factor -
Nre Reynold Number -

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | vii

APPENDIKS

1. Mengonversikan satuan
Waktu mixing :
60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑥𝑖𝑛𝑔 = 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ×
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑥𝑖𝑛𝑔 = 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
Kecepatan sudut (N):
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 200 × = 3,33
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 300 × = 5,0
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 400 × = 6,67
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

Viskositas campuran (μ) :

μ air = 0,8360x10-3 Pas (Temperature 28oC Appendix A.2-4 Geankoplis, 2003)

μ minyak = 1,5x10-3 Pas

𝑚 𝑎𝑖𝑟 𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 𝜇𝑎𝑖𝑟) + ( × 𝜇𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘)
𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

3 0,41
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 0,8360x10−3 ) + ( × 1,5𝑥10−3 )
3,41 3,41

𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 9,16 × 10−4 𝑃𝑎𝑠

Massa jenis campuran (ρ) :

ρ air = 1000 kg/m3

ρ minyak = 820 kg/m3

𝑚 𝑎𝑖𝑟 𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 𝜌 𝑎𝑖𝑟) + ( × 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘)
𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

3 0,41
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = ( × 1000) + ( × 820)
3,14 3,14

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | viii

𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 978,36 𝑘𝑔/𝑚3

2. Menghitung Reynold Number (NRe ) dan Mixing factor


Propeller
Diketahui :
▪ μ air = 0,8360x10-3 Pas
▪ μ minyak = 1,5x10-3 Pas
▪ μ campuran = 9,16 × 10−4 𝑃𝑎𝑠
▪ ρ campuran = 978,36 𝑘𝑔/𝑚3
▪ Asumsi = μ emulsi = 0 Pas
▪ Asumsi = ρ emulsi = 0 𝑘𝑔/𝑚3
▪ T = 28 ᴼ C
▪ Da = 0,0657 m
▪ N = 3,33 → 200 rpm
▪ N = 5,0 → 300 rpm
▪ N = 6,67 → 400 rpm
Ditanya : NRe ?
Dijawab :
ρND2
𝑁Re =
μ
978,36 × 3,33 × (0,0657)2
𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 15367,8
Ft = 4,5
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)

978,36 × 5,0 × (0,0657)2


𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 23051,75
Ft = 4,7
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | ix

978,36 × 6,67 × (0,0657)2


𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 30735,67
Ft = 5,0
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)
Turbin
Diketahui :
▪ μ air = 0,8360x10-3 Pas
▪ μ minyak = 1,5x10-3 Pas
▪ μ campuran = 9,16 × 10−4 𝑃𝑎𝑠
▪ ρ campuran = 978,36 𝑘𝑔/𝑚3
▪ Asumsi = μ emulsi = 0 Pas
▪ Asumsi = ρ emulsi = 0 𝑘𝑔/𝑚3
▪ T = 28 ᴼ C
▪ Da = 0,062 m
▪ N = 3,33 → 200 rpm
▪ N = 5,0 → 300 rpm
▪ N = 6,67 → 400 rpm
Ditanya : NRe ?
Dijawab :
ρND2
𝑁Re =
μ
978,36 × 3,33 × (0,062)2
𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 13685,65
Ft = 4,6
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)
978,36 × 5,0 × (0,062)2
𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 20528,47
Ft = 4,75
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


Liquid Liquid Mixing|x

978,36 × 6,67 × (0,062)2


𝑁Re =
9,16 × 10−4
𝑁Re = 27371,29
Ft = 4,9
(Ft Diperoleh dengan memplotkan Nre pada kurva Y gambar 3.3.1)

3. Menghitung Mixing time

Propeller

1 3
𝐻 2 𝐷𝑡 2
𝑡𝑇 = 𝑓𝑡 2 1 1
(𝑁𝐷𝑎2 )3 𝑔6 𝐷𝑎2

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,5 2 1 1 = 7,339
(3,33 × 0,06572 )3 9,86 0,06572

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,7 2 1 1 = 5,1099
(5,0 × 0,06572 )3 9,86 0,06572

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 5,0 2 1 1 = 4,0771
(36,67 × 0,06572 )3 9,86 0,06572

Turbin

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,6 2 1 1 = 8,3429
(3,33 × 0,0622 )3 9,86 0,0622

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,75 2 1 1 = 5,7433
(5 × 0,0622 )3 9,86 0,0622

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia


L i q u i d L i q u i d M i x i n g | xi

1 3
0,242 0,232
𝑡𝑇 = 4,9 2 1 1 = 4,4435
(6,67 × 0,0622 )3 9,86 0,0622

4. Menghitung Np
Diketahui :
VXAX2
• P=
1000 𝑋 60

• P Asumsi = 1001.1211 J/s


• ρ campuran = 978,36 𝑘𝑔/𝑚3
• Da Propeller = 0,0657 m
• Da Turbin = 0,062 m

Propeller

a. 200 rpm atau 3.3333 rps


𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 22177
ρ× 𝑁3× 𝐷𝑎 5 978,36 × 3.3333 × 0,06575
b. 300 rpm atau 5 rps
𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 6570.98
ρ× 𝑁3 × 𝐷𝑎 5 978,36 × 53 × 0,06575
c. 400 rpm atau 6.666 rps
𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 2772.13
ρ × 𝑁 3 × 𝐷𝑎5 978,36 × 6.6663 × 0,06575

Turbin

a. 200 rpm atau 3.3333 rps


𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 29632.8
ρ × 𝑁 3 × 𝐷𝑎5 978,36 × 3.3333 × 0,0625
b. 300 rpm atau 5 rps
𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 8780.08
ρ× 𝑁3 × 𝐷𝑎 5 978,36 × 53 × 0,0625
c. 400 rpm atau 6.666 rps
𝑃 1001.1211
𝑁𝑝 = = = 3704.1
ρ× 𝑁3 × 𝐷𝑎 5 978,36 × 6.6663 × 0,0625

Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia

Anda mungkin juga menyukai