Anda di halaman 1dari 4

A.

Perkawinan yang diharamkan Islam karena niat, jenis atau bentuknya


1. Nikah Syighar
Secara etimologi, kata syighar dari kata . Orang arab
menjadikan kata syighar tersebut menjadi redaksi berikut ini: Saya akan menikahkan putriku
dengan kamu, jika kamu menikahkan putrimu denganku. Setidaknya ada tiga bentuk nikah
syighar. Salah satu tarif yang rajih dan kuat menurut ulama adalah kondisi dimana seseorang
hendak menikahkan putrinya, atau saudara perempuannya, atau budaknya dengan seseorang lelaki,
sebagai kompensasi juga memberikan putrinya, atau saudara perempuan, atau budaknya untuk
dinikahkan dengan dia, baik dengan membayar sejumlah mahar atau tidak. Dengan kata lain,
syighar adalah perikahan dengan sejumlah kompensasi tukar menukar anak putrinya atau saudara
perempuannya atau budak perempuannya. Dalam kata lain disebut saling menikah sebagai
maharnya adalah manfaat kelamin anak putrinya atau saudara perempuannya atau budak
perempuannya. Pernikahan semacam ini dalam Islam dilarang, berdasarkan hadist Nabi:


:
. :

.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW melarang nikah syighar. Sedang nikah
syighar yaitu, seorang laki-laki berkata, Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu, dan aku
akan menikahkan kamu dengan anak perempuanku, atau nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu dan aku akan menikahkan kamu dengan saudara perempuanku. [HR. Muslim]

Contoh nikah syighar: Seorang laki-laki bernama Dedi, mempunyai anak perempuan bernama
Susy. Dedi mempunyai tetangga bernama Heru yang secara kebetulan Heru juga mempunyai anak
perempuan bernama Lia. Dedi ingin menikahkan Susy dengan Heru. Heru pun menerima
permintaan Dedi tapi dengan syarat anak perempuan Heru, yaitu Lia harus dinakahkan denganya
(Heru).

2. Nikah Muhallil
Nikah muhallil adalah seorang perempuan dicerai tiga kali (talak bain kubra) maka haramlah
menikahinya berdasarkan firman Allah:
Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. (Q.S
Al Baqarah: 230)

Larangan pernikahan ini (tahlil) juga terdapat dalam hadist Nabi dari Ibnu Masud, Dari
Ibnu Masud, beliau berkata: Rasul Allah saw. Mengutuk orang yang menjadi muhallil (orang
yang disuruh kawin) dan muhallal lah (orang yang merekayasa perkawinan tahlil). (HR.
Attirmidzi).

Contoh nikah tahlil : Seorang suami bernama Andi mentalak istrinya yang bernama Rina
sebanyak tiga kali, karena Andi masih mencintai Rina dan ingin kembali memperistri Rina, Andi
menyuruh Umar untuk menikahi Rina sebagai perantara agar Andi bisa menikah lagi dengan Rina.
Pernikahan semacam ini dilarang oleh syariat karena dianggap mempermainkan hukum
pernikahan dalam Islam.

3. Nikah Mutah
Mutah berasal dari kata tamattu yang berarti bersenang-senang atau menikmati. Adapun
secara istilah mutah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan
sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas
waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal
dan tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya meninggal sebelum berakhirnya masa nikah
mutah itu.1

1
Abdul rahman Ghozali, Fiqh Muakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2009), cet. 3, hlm. 16-18
Jika nikah tersebut ditetapkan syarat hanya sampai waktu tertentu, maka inilah yang disebut
nikah mutah. Nikah semacam ini disepakati haramnya oleh empat imam madzhab dan selainnya.
Adapun jika si pria berniat nikah sampai waktu tertentu dan tidak diberitahukan di awal pada
si wanita (nikah dengan niatan cerai, pen), status nikah semacam ini masih diperselisihkan oleh
para ulama. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafii memberikan keringanan pada nikah semacam
ini. Sedangkan Imam Malik, Imam Ahmad dan selainnya melarang (memakruhkan)-nya.
(Majmu Al Fatawa, 32: 107-108)

Nikah ini dilarang berdasarkan hadist Nabi:

Artinya:

Dari Ali (bin Abi Thalib): Sesungguhnya Nabi, telah melarang nikah mutah pada hari
(peperangan) Khaibar dan beliau pun (melarang) memakan daging keledai-keledai
kampung/peliharaan.

Contoh nikah mutah: suatu ketika Adi pergi ke Jepang, kemudian Adi menikahi Desy
dengan masa kiontrak selama tiga tahun. Setelah masa kontrak habis, secara otomatis Desy sudah
bukan menjadi istrinya lagi. Perkawinan seperti ini dilarang oleh agama, karena dianggap
mempermainkan wanita.2

4. Poliandri
Poliandri Haram dalam Islam, yaitu seorang wanita menikah dengan lebih dari satu
pria. Ayat 3 surat An-Nisa ini sebenarnya menjelaskan secara khusus tentang Poligini. Surat An
Nisa (4) ayat 22-24 memberikan daftar wanita yang tidak boleh dinikahi. Untuk kasus poliandri
disebutkan dalam Surah An Nisa (4) ayat 24:

2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, (Bandung: PT.Al Maarif, 2011), hlm. 22-26

Anda mungkin juga menyukai