Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah komunitas akademik yang identik dengan pemikiran
kritis dan ilmiah. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin merupakan mahasiswa yang
senantiasa berusaha menggali ilmu-ilmu agama secara ilmiah dan menjadikan Islam
sebagai panduan dalam berfikir dan bersikap terhadap persoalan-persoalan
kontemporer. Hal tersebut dilakukan dalam menghadapi tantangan globalisasi
pemikiran yang tidak relevan dengan pandangan hidup Islam (worldview Islam).
Islam sebagai pandangan hidup adalah sebuah keharusan dalam mengarungi
kehidupan, agar terjadi keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Untuk mengaplikasikan itu, maka pemahaman Islam yang benar harus
terefleksikan dalam cara berfikir dan tingkah laku, juga semangat untuk
mendakwahkan kebenaran. Dalam melaksanakan risalah dakwah tersebut,
mahasiswa Ushuluddin haruslah memahami Islam dengan benar dan pada saat yang
sama harus mengenal kondisi masyarakat yang didakwahi.
Dakwah kontemporer harus didasarkan atas landasan akidah Islam yang
benar dan kokoh. Dengan modal dasar akidah yang kokoh, mahasiswa Fakultas
Ushuluddin diharapkan mampu mengembangkan tradisi ilmu-ilmu keIslaman yang
diwariskan para ulama, sekaligus menjawab tantangan problematika kontemporer,
khususnya yang berkaitan dengan persoalan pemikiran dan keagamaan. Karenanya,
mahasiswa Fakultas Ushuluddin perlu mengetahui visi dan misi Fakultas
Ushuluddin.
Sebagai bagian dari perguruan tinggi, Fakultas Ushuluddin juga memiliki
tanggung jawab ilmiah dan sosial yang dirumuskan dalam TRIDHARMA perguruan
tinggi, yaitu: pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Ketiga
tugas tersebut harus dilaksanakan sebaik-baiknya, karena ketiganya saling terkait
satu sama lain.

1
Pelaksanaan TRIDHARMA itu sangat tergantung pada peran aktif mahasiswa
yang menjalani kehidupan akademik di sebuah perguruan tinggi. Untuk memainkan
peran aktif, mahasiswa dituntut untuk bersikap dinamis dan terbuka sehingga
komunitas ilmiah tumbuh dan berkembang. Dinamika dan keterbukaan ini dicirikan
dengan kemauan dan kemampuan untuk mengeksplorasi wacana dan persoalan
yang berkembang dalam masyarakat.
Studi Pengayaan Lapangan merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
sistem tersebut. Untuk itu, komunitas mahasiswa Fakultas Ushuluddin berencana
mengadakan Studi Pengayaan Lapangan (SPL) dengan tujuan Jakarta dan sekitarnya
yang dimaksudkan sebagai sarana penelitian, pengembangan wacana keilmuan,
penambahan wawasan dan penguatan ukhuwah.
Dalam pelaksanaan Studi Pengayaan Lapangan ini (SPL), mahasiswa
diharapkan mampu melakukan sebuah penelitian langsung melalui lembaga-
lembaga, biro-biro, komunitas masyarakat dan lain-lain dengan menggunakan
metode yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Hasil penelitian
tersebut yang nantinya akan menjadi sebuah rujukan suatu permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat tersebut dan juga sebagai hasil dari kegiatan akademik
Universitas yang berupa hasil penelitian.

B. Tujuan
1. Menambah wawasan tentang sistem perguruan tinggi yang ada.
2. Sebagai penguat akidah dan keyakinan tentang kebenaran Islam.
3. Meneliti fenomena keislaman di Indonesia dengan pengamatan langsung.
4. Menguatkan hubungan sosial, secara internal maupun eksternal.
5. Melakukan dialog secara langsung dengan praktisi agama tentang masalah
keagamaan kontemporer.
6. Sebagai bagian dari aktivitas akademik program studi.
7. Menemukan masalah, fakta dan solusi tentang permasalahan terkini

2
C. Manfaat
Adapun manfaat dair kegiatan Studi Pengayaan Lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Agar para mahasiswa dapat mengetahui kejadian yag sebenarnya dari apa yang
selama ini ia dapatkan di bangku perkualiahan.
2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikanya pada kehidupanya kelak.
3. Mengetahui segala permasalahan isu-isu kontemporer seperti, liberalisme, plu-
rarisme, komunisme dan permasalahan lainya yang ada di dunia ini, khususnya di
Indonesia ini.
4. Menjalin hubungan silaturahmi dengan berbagai objek yang masih baru di teliti,
dan menjalin hubungan social antar umat beragama.

D. Program Kegiatan
Kegiatan Studi Pengayaan Lapangan dilaksanakan di Jakarta. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tanggal 7-14 Januari 2017 ini berisi dengan beberapa program
kegiatan, yaitu;
1. Mengunjungi toko buku Gramedia, guna mencari beberapa buku yang
dapat memperluas wawasan para mahasiswa, sekaligus mencari be-
berapa rujukan atau referensi guna penulisan karya ilmiah dan lain se-
bagainya, dengan para dosen pembimbing.
2. Dialog dengan tokoh agama, Al-Ustadz Insan L.S Mokoginta, yang juga
seorang Kristolog terkenal, yang bertemakan Dialog antar Agama, se-
bagai sarana kerukunan umat Beragama.
3. Mengunjungi Ar-Rahman Quranic Learning (AQL), sekaligus mengadakan
dialog dengan Generan Manager nya, KH. Bachtiar Nasir, yang berte-
makan Membangun Peradaban Qurani
4. Bersilaturahmi dengan pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami,
Jakarta Selatan, KH. Sofwan Manaf serta mendapat beberapa wejangan
terhadap hal-hal yang terjadi pada zaman sekarang, dan beberapa tan-
tang dalam kehidupan.

3
5. Mengunjungi Media Massa Harian Republika, sekaligus mengadakan dia-
log dengan pimpinan redaksinya dan beberapa staff yang berkaitan, yang
mana membahas tentang Peran media massa dalam membendung
perang Pemikiran.
6. Mengunjungi Pondok Pesantren Darul Quran (DAQU), serta berdialog
dengan beberapa pengurusnya yang bertemakan Membangun generasi
Qurani, dan bersilaturahmi kepada salah satu pimpinanya KH. Jamil.
7. Dialog dengan Ketua Front Pembela Islam (FPI), KH. Sobri Lubis dan
beserta dengan DPP FPI, yang bertemakan Pembelaan Islam di era Kon-
temporer.
8. Dialog dengan Dosen Fakultas Ushuluddin Istitut Perguruan Tinggi Ilmu
Al-Quran, yang bertemakan Pengembangan Kajian Ilmu Al-Quran dan
penerapannya terhadap Masyarakat, di susul acara silaturahmi dengan
para mahasiswa Fakultas Ushuluddin PTIQ, Jakarta.
9. Mengunjungi Majelis Dzikir As-Samawat, sekaigus mengadakan dialog
dengan Mursid dari majelis tersebut, yang bertemakan Konsep Tasawuf
dan penerapanya dalam kegiatan Riyadhoh mingguan, KH. Saadih Al-
Batawi.
10. Melaksanakan Sholat jumat berjamah di Masjid Istiqlal Jakarta, dan
dilanjutkan menuju monument perjuangan yang di sebut Monas.

4
BAB II
DESKRIPSI HASIL PELAKSANAAN
STUDI PENGAYAAN LAPANGAN

Studi Pengayaan Lapangan ini memberi pengalaman yang sangat berharga


bagi mahasiswa Ushuluddin Program Studi Ilmu Aqidah. Secara detail, pengalaman
tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut:

A. Objek Pertama: FPI (Front Pembela Islam)


FPI (Front Pembela Islam) adalah organisasi lintas ormas agama dan partai.
Selama menganut ahlussunah wal jamaah, kita bisa menjadi anggota FPI. Konsep
Ahlussunnah yang dimaksud adalah berlandasan Al-Quran, Hadis, Ijma dan Qiyas
beserta 4 mazhab yang ada.
FPI (Front Pembela Islam) didirikan pada tanggal 25 Robiuts Tsani 1419 H
yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1998 M yang terletak di Petamburan
Jakarta dan dideklarasikan secara terbuka di Pondok Pesantren Al-Umm Ciputat
Tangerang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya yang berpusat di
Jakarta.
Kenapa dinamakan FPI (Front Pembela Islam)? Pemilihan nama Front
Pembela Islam untuk organisasi yang baru dibentuk ini memiliki makna tersendiri.
Kata Front menunjukkan bahwa organisasi ini selalu berusaha untuk berada
digaris depan dan memiliki sikap tegas dalam setiap langkah perjuangan. Kata
Pembela mengisyaratkan bahwa organisasi ini akan berperan aktif dalam membela
dan memperjuangkan hak Islam dan umat Islam. Sementara kata Islam
mencirikan bahwa perjuangan organisasi tidak terlepas dari ikatan ajaran islam
yang lurus dan benar.
FPI (Front Pembela Islam) berprinsip perjuangan amar maruf nahi
mungkar. Dalam melakukan metode amar maruf, FPI mengutamakan metode lemah
lembut, sementara dalam menegakkan nahi munkar mengutamakan metode yang
keras dan tegas.

5
Pedoman organisasi FPI dalam AD/ART adalah beriman kepada Allah adalah
tujuan tertinggi, Nabi Muhammad adalah teladan, Al quran adalah pedoman yang
tertinggi; jihad adalah jalan hidup yang harus ditempuh; dan syahid adalah cita-cita
yang senantiasa didambakan.
Melihat dari kiprah FPI yang begitu dahsyatnya, penulis menganalisa
bahwasanya sekarang ini banyak tantangan bagi umat Islam khususnya. Tantangan
tersebut berupa ghazwul fikr (perang pemikiran), seperti Liberalisme, Sekulerisme,
dan antek-anteknya. Oleh karena itu, diharapkan harus selalu dilawan terus dengan
cara apapun dengan istiqomah. Baik dakwah lapangan, media sosial, lobi pejabat,
jalur hukum, lintasan legislatif, diskusi umum, hingga penerbitan buku perlu
dilakukan secara kontinu. Syukurnya, publik mulai sadar dengan kebangkitan
musuh pasca gerakan 212 yang lampau.
Selain itu, untuk memenuhi titah Ilahi, setiap muslim harus selalu melakukan
amar maruf nahi mungkar di mana pun ia berada untuk mencapai derajat umat
yang terbaik di sisi Allah. Lini nahi mungkar yang masih sangat minim itulah yang
ingin diisi oleh FPI melalui pergerakannya. Tak jarang kekerasan sebagai solusi
terakhir setelah semua prosedur yang diikuti harus ditempuh sebagai penghentian
maksiat.
Kita sebagai muslim di era digital sekarang ini juga dituntut untuk kritis
mendapati berita simpang siur di sekitar kita. FPI terlihat radikal karena ulah
media-media non-muslim yang membenci kebangkitan Islam. Maka, media Islam
perlu didukung dan diperjuangkan untuk memenangkan perang opini yang selalu
berlangsung.
Umat Islam juga perlu waspada terhadap pergeseran istilah yang dimainkan
oleh musuh Islam untuk menggelincirkan persaatuan umat. Contoh simpelnya saja,
pluralisme menjadi multu-kulturalisme. Akhir-akhir ini istilah ini terkenal menjadi
kebhinekaan. Maka, kita harus mampu melawan pemikiran dengan pemikiran. Kita
perlu menyadari bahwa musuh umat dari awal tetaplah sama: Setan yang terkutuk
dari golongan jin dan manusia.

6
B. Objek Kedua: Majelis Dzikir As-Samawat
Majelis Dzikir As-Samawat adalah sebuah majelis dzikir atau talim yang
didirikan oleh K.H. Saadih Al-Batawi di Jakarta Barat. K.H. Saadih Al-Batawi adalah
Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang sangat dekat dengan yatim, fakir miskin,
sedikit tidur dan banyak lapar. Harta, tenaga, pikiran dan seluruh waktunya
dihabiskan untuk mengajarkan ajaran Rasulullah SAW, tidak hanya melalui ajaran
tapi melalui contoh dan perilaku.
Majelis ini bermadzhab Imam Arbaah, yaitu Imam SyafiI, Imam Hambali,
Imam Maliki, Imam Hanafi. Tasawuf yang dipakai tasawuf yang dibawa oleh Imam
Al-Ghozali dan Syeikh Abdul Qodir Jaelani. Pedoman yang dipakai setiap harinya,
diantaranya Riyadhus Sholihin, Bulughul Maram, Tafsir Ibnu Kasir, Ihya Ulumuddin
dan lain-lain.
Dakwah yang dilakukan dengan cara masuk ke tepi-tepi laut sampai naik ke
ujung bukit dan pegunungan serta merambah ke berbagai pelosok wilayah
nusantara. Beliau memberikan layanan pengobatan untuk umum bukan hanya
untuk muslim secara cuma-cuma di rumahnya yang dilaksanakan setiap malam
Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu, sedangkan malam lainnya beliau gunakan untuk
berdawah. Selain sebagai seorang ahli dakwah, beliau juga mengelola suberdaya
ekonomi berbasis kerakyatan. Di bawah kepemimpinannya yang kharismatik,
Majelis Dzikir As-Samawaat mengembangkan sumber ekonomi jamaah melalui
BMT, Tambak Ikan, Tambak Udang dan kebun mangga, yang kesemuanya digunakan
untuk kepentingan dawah. Rencana ke depan beliau akan mengembangkan
supermarket syariah.
Dengan pola manajemen dawah modern beliau telah jauh memulai
pengembangan laboratorium masyarakat melalui desa binaannya sejak tahun 1993.
Dengan ketinggian sifat dermawannya dan layanannya kepada masyarakat yang
bersifat cuma-cuma, murid-muridnya menyebut beliau sebagai khadimul ummat.
Beliau mengajarkan kepada muridnya al-Quran dan sunnah sebagai solusi
kehidupan, dan menekankan hidup yang istiqomah.

7
Dalam berdawah beliau juga menekankan pentingnya kebersamaan sesama
asatidz, dan menghindari one man show dan yang paling dilarang oleh beliau adalah
meminta bayaran ketika berdawah apalagi sampai pasang tarif (ittabiu man la
yasalukum ajron). Dengan penuh kesabaran beliau mengajarkan kepada murid-
muridnya baik dengan lisan maupun dengan contoh perbuatan tentang pentingnya
hidup zuhud. Dalam metodologi pengenalan ajaran tasawuf yang disebutnya
sebagai tasawuf intelektual dengan sangat menarik beliau membimbing seluruh
murid-muridnya. Media khalwat beliau kenalkan dengan mempersiapkan tempat
khusus di Desa Kohod, Tanjung Burung Tangerang. Semuanya itu beliau lakukan
hanya untuk menemukan dan mencari ridho Allah SWT. Beliau adalah tokoh
tasawuf abad modern yang selalu membawa angin segar dari pemikiran
keagamaannya sehingga murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan, mulai
dari rakyat biasa, ulama-ulama soleh, para jendral, pengusaha, praktisi hukum,
hingga para akademisi.
Kegiatan-kegiatan As-Samawaat mencakup pada kegiatan lahiriyah dan
batiniyah yang berupa pembangunan moral pribadi, keluarga dan masyarakat.
Kegiatan besar yang telah dimiliki As-Samawaat sampai saat ini telah sampai pada
7 bentuk kegiatan yaitu Wadah pengobatan, Forum kajian dan riyadloh Spiritual
Mingguan, Forum kajian dan riyadloh spiritual Bulanan, Wadah Silaturahmi dan
keilmuan di tiap wilayah kantong-kantong jamaah As-Samawaat, Dakwah bil hal,
Dakwah bil lisan, Kegiatan lobi.
Dari deskripsi di atas, penulis dapat menganalisa bahwasanya majelis dzikir
as-samawat adalah majelis talim atau dzikir yang mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman, pengobatan, dakwah, kajian dan silaturrohmi.
Dalam perkembangan spiritualnya, K.H. Saadih Batawi bukan alumni
pondok, bukan akademisi, tetapi beliau mempunyai ijtihad dan tekad yang kuat
dalam mengembangkan tauhid Allah sesuai dengan syariat Islam. Dalam berdawah
beliau menekankan pentingnya kebersamaan sesama asatidz, dan menghindari one
man show dan mengharamkan meminta bayaran ketika berdawah apalagi sampai
pasang tarif (ittabiu man la yasalukum ajron).

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan Studi Pengayaan Lapangan ini, kami mendapat banyak
pengalaman dan kesimpulan. Di antara pengalaman tersebut, agar mahasiswa
mengetahui:
1. Tentang permasalahan Isu-isu Kontemporer, seperti Liberalisme, Sekulerisme,
Pluralisme, Hermenetika, Komunisme, PKI dan Feminisme.
2. Korelasi ilmu yang di dapatkan antara objek yang satu dengan yang lain sangatlah
berhubungan erat, yang mana dari objek pertama yang sangat membangkitkan para
mahasiswa untuk menjadi Dai plus atau Dai yang paham Ilmu Kristolog yag mana
itu menjadi suatu semangat terhadapa para mahasiswa, kemudian di sambung lagi
dengan objek berikutnya yang membuat para mahasiswa semangat dan terbakar
lebih atas apa yang di sampaikan KH. Bachtiar Nasir, sehingga membuat mahasiswa
lebih sadar dan lebih bersemangat dalam menegakkan kebenaran di dunia ini yang
selalu berlandaskan Qurani, dan juga beberapa objek lainya yang selalu saja
membuat mahasiswa tersadar atas apa yang harus kita lakukan untuk agama kita
tersebut, di tambah lagi dengan adanya pemaparan tentang menjadi seorang Hufadz
yang akan membela agama yang selalu dilandaskan atas pentafsiran-pentafsirang
yang benar dan tidak terjangkit penyakit-penyakit pemikiran yang bayak terjadi
pada zaman sekarang ini, kemudia di akhiri dengan tazkiyatunaffsi yang berlatar
belakang tasawuf sehingga dalam hal ini para mahasiswa di ingatkan bahwasanya
kita berjihat bukan saja untuk niat tertentu melainkan niat kita untuk membela
agama yang di ridhai oleh Allah, yaitu agama Islam.
3. Denga hal ini semoga para mahasiswa dapat menyadarinya dan juga
mengamalkan atas apa yang mereka dapat dari berbagai macam tantangan masalah
ini, agar dapat menjadi orang yang bermanfaat di suatu saat nanti, bermanfaat untuk
Agama dan Bangsa. Dan dengan begitu mahasiswa dapat kengkolerasikan antara
ilmu yang ia dapat di bangku perkuliahan dengan penelitian yang telah di
laksanakan.

9
B. Saran
Sehubungan dengan kegiatan Studi Pengayaan Lapangan yang kita amati dan
teliti selama ini, maka kami menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan hal
ini:
1. Kepada seluruh mahasiwa peserta Studi Pengayaan Lapangan Fakultas
Ushuluddin UNIDA Gontor, hendaknya dapat mempertahankan, atau jika mungkin
harus bisa lebih meningkatkan kredibilitas dan kualitas dalam merumuskan atau
memilih objek yang ingin di teliti
2. Kepada para mahasiswa agar selalu meningkatkan kualitasnya dalam bidang ke
ilmuan karena begitu pentingnya pengetahuan tengtang segala hal, terutama dalam
ilmu Agama.
3. Agar seluruh mahasiswa dapat menyambung silaturrahmi kepada seluruh objek
yang telah di telitinya.

10
LAMPIRAN

Pembekalan SPL (Studi Pengayaan Lapangan) oleh H. Syamsul Hadi Untung, M.A,
M.Ls (Dekan Fakultas Ushuluddin)

Penyerahan kenang-kenangan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin Al-Ustadz. H.


Syamsul Hadi Untung, M.A, M.Ls kepada Wakil Rektor I Al-Ustadz. Dr. Hamid
Fahmy Zarkasyi, M.Ed, M.Phil

11
Foto bersama Wakil Rektor I Al-Ustadz. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Ed, M.Phil
dengan Fungsionaris Fakultas Ushuluddin dan Peserta SPL Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin UNIDA GONTOR

Foto bersama Pimpinan FPI (Front Pembela Islam) dengan Peserta SPL Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin UNIDA GONTOR

12
Diskusi bersama Pimpinan FPI (Front Pembela Islam) dengan Peserta SPL
Mahasiswa Ushuluddin UNIDA GONTOR

Foto bersama Syeikh K.H. Saadih Al-Batawi (Pimpinan Majelid Dzikir As-Samawat)
dengan Peserta SPL Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UNIDA GONTOR

13
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, oleh Pembimbing Studi Pengayaan Lapangan,


Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor
Pada tanggal: 20 Januari 2017

Mengetahui,

Pembimbing Kaprodi

Ahmad Farid Saifuddin, M.Ud Moh. Isom Mudin, M.Ud

14

Anda mungkin juga menyukai