MATERI I
Kompetensi Dasar
1.1 Membaca al-Quran dengan meyakini bahwa kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) adalah perintah
agama
2.1 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuz-zan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi perintah
Q.S. al- Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis terkait
3.1 Menganalisis Q.S. al-Hujurat (49): 10 dan 12 serta Hadis tentang kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan
(ukhuwah)
Hidup mulia atau mati syahid! Sebuah ungkapan yang bermakna ajakan untuk hidup secara
mulia atau mati secara syahid. Jika direnungkan, ungkapan tersebut memiliki makna yang sangat
dalam. Hidup mulia adalah dambaan setiap manusia ketika hidup di dunia. Mati syahid adalah
salah satu cara mendapatkan anugerah Allah Swt. kelak di akhirat, yaitu surga yang penuh
dengan kenikmatan. Jadi, hidup mulia dan mati syahid adalah ungkapan yang selalu memotivasi
orang yang beriman agar selalu berada di jalan Allah Swt. Agar lebih jelas memahami ungkapan
tersebut, cermatilah pengalaman hidup Nabi Yusuf as. Berikut ini. Ketika usianya masih sangat
belia, ia dicemplungkan dengan sengaja ke sebuah perigi oleh saudara-saudaranya sendiri. Ia
memang selamat setelah ditemukan oleh serombongan kafilah. Namun, mereka membawa
Yusuf kecil ke Mesir dan menjualnya sebagai hamba sahaya. Untuk beberapa lama ia pun hidup
sebagai pembantu di rumah seorang pejabat Mesir. Sejalan dengan usianya yang tumbuh
dewasa, ujian pun mendatanginya. Istri si pejabat bersiasat merayu dan menggoda Si Tampan
Yusuf. Inilah ujian yang amat berat karena pada akhirnya, Yusuf-lah yang kemudian menjadi
tertuduh melakukan perbuatan mesum kepada majikannya. Kata Yusuf, Wahai Tuhanku,
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku... (Q.S. Yusuf/12:33).
Seperti yang kalian ketahui, Nabi Yusuf as. pun akhirnya memang dipenjara. Inilah episode
memilukan dari kehidupan manusia. Apa yang selanjutnya terjadi terhadap Nabi Yusuf as.,
apakah ia terpuruk dan tenggelam dalam kesengsaraan? Tidak! Tetapi lihatlah, penjara justru
menjadi batu ujian terhadap kenabian Yusuf as. Dan yang lebih membahagiakannya adalah
melalui episode itu, Allah Swt. mempertemukan kembali Yusuf dengan orang tua dan saudara-
saudaranya. Catatlah tiga istilah kunci ini yaitu pengendalian diri, prasangka baik, dan
persaudaraan. Nabi Yusuf as. adalah sosok terpuji karena kemampuannya mengendalikan diri
untuk tidak memenuhi nafsu setan istri seorang pejabat Mesir. Lagi, ia pun berhasil
mengendalikan diri untuk tidak secara semenamena menuntut balas atas saudara-saudaranya
yang telah berbuat keji tehadap dirinya. Padahal, kalau mau sebagai pejabat tinggi pasti sangat
mudah baginya menuntut balas. Di saat-saat ia menanggung cobaan berat dengan dibuang ke
perigi, kemudian dilelang sebagai hamba sahaya, dan dipenjara karena dituduh memerkosa,
tidaklah pernah ia berprasangka buruk kepada Allah Swt. atas takdir yang menimpanya. Ia pun
tidak menaruh prasangka buruk terhadap saudarasaudaranya yang keji. Bahkan Nabi Yusuf as.
memilih untuk menghimpun mereka dalam keutuhan keluarga yang penuh persaudaraan.
Perhatikan berbagai gejala yang terjadi di masyarakat kita. Keserakahan manusia dalam
berbagai usaha eksploitasi alam, telah menimbulkan bencana yang mengerikan, dan telah
membunuh ribuan manusia. Tidak hanya oleh bencana alam, kematian banyak manusia secara
sia-sia juga disebabkan oleh penggunaan jalan raya dengan semena-mena, konsumsi minuman
dan obatobatan terlarang, kekerasan dan bentrokan antarkeyakinan, antardesa, dan bahkan
antarsaudara. Angka kriminalitas pun makin menanjak tinggi, berjalan secara paralel dengan
perilaku korupsi yang mungkin lebih tinggi. Pada sisi lain, sebagian masyarakat hidup dengan
perasaan sensitif, saling curiga, beringas, egois, dan individualis. Semua hal tersebut di atas
telah menimbulkan kerugian yang sangat luar biasa. Kerugian tersebut tidak saja bersifat materi,
tetapi juga nonmateri. Kerugian materi berupa tingginya biaya hidup, biaya untuk berobat,
kehilangan sumber penghasilan, dan lain sebagainya mungkin dapat diatasi dengan berbagai
bantuan dari pihak lain. Akan tetapi, kerugian nonmateri, seperti hilangnya rasa aman dan
nyaman, hidup dalam ketakutan, hingga hilangnya nyawa dengan siasia, tentu saja tidak dapat
diganti atau dibayar dengan benda yang sangat mahal sekalipun. Oleh karena itu, untuk
mencegah hal tersebut tidak ada jalan atau cara lain yang harus ditempuh kecuali selalu
menjalankan perintah agama serta aturanaturan yang berlaku di masyarakat, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Berupa peraturan-peraturan pemerintah, dan berupa nilai-nilai moral-etik
yang ada di masyarakat.
Hafalkan Surat Q.S. al-Hujurat (49): 10 dan 12 dengan fasih dan lancar
Kompetensi Dasar
1.1 Membaca al-Quran dengan meyakini bahwa kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) adalah perintah
agama
2.1 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuz-zan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi perintah
Q.S. al- Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis terkait
4.1.3 Menyajikan keterkaitan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan
(ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-Hujurat (49): 10 dan 12, serta Hadis
terkait
Simaklah kisah berikut. Kemudian cermati secara saksama pelajaran yang terkandung di
dalamnya.