PENDAHULUAN
2.4. Komplikasi
2.4.1. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu
tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung
empedu.24
2.4.2. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi
terhalang oleh sebuah batu empedu.24
2.4.3. Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak
dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat
kuratif.3,7
2.4.4. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.3,7
2.5. Keluhan Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Lokasi Batu Empedu
Istilah kolelitiasis menunjukkan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di
dalam kandung empedu, saluran empedu, atau pada kedua-duanya.3 Terbentuknya batu
empedu tidak selalu memunculkan gejala pada penderitanya. Gejala yang dirasakan
pada penderita batu empedu tergantung dari lokasi tempat batu empedu berada. Batu
empedu dapat masuk ke dalam usus halus ataupun ke usus besar lalu terbuang melalui
saluran cerna sehingga tidak memunculkan keluhan apapun pada penderitanya.25
Jika tidak ditemukan gejala dalam kandung empedu, maka tidak perlu dilakukan
pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan
menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Namun, jika batu kandung empedu
menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola
makan, maka dianjurkan untuk pemeriksaan lanjut.26 Batu empedu yang berada dalam
kandung empedu bisa bertambah besar dan berisiko menyumbat saluran empedu serta
dapat menimbulkan komplikasi (kolesistisis, hidrops, dan empiema). Kandung empedu
dapat mengalami infeksi. Akibat infeksi, kandung empedu dapat membusuk dan infeksi
membentuk nanah.26,27 Bilamana timbul gejala, biasanya karena batu tersebut
bermigrasi ke saluran empedu.27 Batu empedu berukuran kecil lebih berbahaya
daripada yang besar. Batu kecil berpeluang berpindah tempat atau berkelana ke tempat
lain.28
Nyeri yang muncul akibat penyumbatan pada saluran empedu memiliki sensasi
yang hampir sama dengan nyeri yang muncul akibat penyumbatan pada bagian
kandung empedu. Apabila batu empedu menyumbat di dalam saluran empedu utama,
maka akan muncul kembali sensasi nyeri yang bersifat hilang-timbul. Lokasi nyeri
yang terjadi biasanya berbeda-beda pada setiap penderita, tetapi posisi nyeri paling
banyak yang dirasakan adalah pada perut atas sebelah kanan dan dapat menjalar ke
tulang punggung atau bahu. Penderita seringkali merasakan mual dan muntah.25
Peradangan pada saluran empedu atau yang disebut dengan kolangitis dapat terjadi
karena saluran empedu tersumbat oleh batu empedu.24 Jika terjadi infeksi bersamaan
dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam.25
2.6. Tipe Batu Empedu
Ada 3 tipe batu Empedu, yaitu:
2.6.1. Batu Empedu Kolesterol
Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan sisanya adalah
kalsium karbonat, kalsium palmitit, dan kalsium bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi
dibandingkan bentuk batu pigmen. Terbentuknya hampir selalu di dalam kandung
empedu, dapat berupa soliter atau multipel. Permukaannya mungkin licin atau
multifaset, bulat, berduri, dan ada yang seperti buah murbei.3,29 Batu Kolesterol terjadi
kerena konsentrasi kolesterol di dalam cairan empedu tinggi. Ini akibat dari kolesterol
di dalam darah cukup tinggi. Jika kolesterol dalam kantong empedu tinggi,
pengendapan akan terjadi dan lama kelamaan menjadi batu. Penyebab lain adalah
pengosongan cairan empedu di dalam kantong empedu kurang sempurna, masih
adanya sisa-sisa cairan empedu di dalam kantong setelah proses pemompaan empedu
sehingga terjadi pengendapan.30
2.6.2. Batu Empedu Pigmen
Penampilan batu kalsium bilirubinat yang disebut juga batu lumpur atau batu
pigmen, tidak banyak bervariasi. Sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil-kecil,
dapat berjumlah banyak, warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam,
dan berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh.3,29 Batu pigmen terjadi karena
bilirubin tak terkonjugasi di saluran empedu (yang sukar larut dalam air), pengendapan
garam bilirubin kalsium dan akibat penyakit infeksi.22,30
2.6.3. Batu Empedu Campuran
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (80%) dan terdiri atas
kolesterol, pigmen empedu, dan berbagai garam kalsium. Biasanya berganda dan
sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat radioopaque.3,29
2.7. Patogenesis
Empedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan
kelebihan kolesterol dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam
empedu.1 Hati berperan sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol
yang disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian
disekresikan kembali ke dalam empedu; sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa
oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.31,32
Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi
garam empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu. Jika
konsentrasi kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi),
kolesterol tidak lagi mampu berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal
menjadi kristal-kristal kolesterol monohidrat yang padat.1
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah penyelidikan
menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat
jenuh dengan kolesterol.2 Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori
dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan
penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk
menghasilkan cairan empedu.4,19 Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya.2
Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi
di saluran empedu (yang sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin
kalsium.22 Bilirubin adalah suatu produk penguraian sel darah merah.15
1
2
Gambar 2.1. Batu empedu dalam kandung empedu dan saluran empedu33
2.8. Epidemiologi
2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Kolelitiasis Berdasarkan Orang
Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi
orang dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara
Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%). Batu
empedu menimbulkan masalah kesehatan yang cukup besar, seperti ditunjukkan oleh
statistik AS ini:
a. Lebih dari 20 juta pasien diperkirakan mengidap batu empedu, yang total
beratnya beberapa ton.
b. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun,
dengan dua pertiganya menjalani pembedahan1
Kolelitiasis termasuk penyakit yang jarang pada anak. Menurut Ganesh et al dalam
pengamatannya dari tahun januari 1999 sampai desember 2003 di Kanchi kamakoti
Child trust hospital, mendapatkan dari 13.675 anak yang mendapatkan pemeriksaan
USG, 43 (0,3%) terdeteksi memiliki batu kandung empedu. Semua ukuran batu sekitar
kurang dari 5 mm, dan 56% batu merupakan batu soliter. Empat puluh satu anak
(95,3%) dengan gejala asimptomatik dan hanya 2 anak dengan gejala (Gustawan,
2007).34
c. Berat badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.1,42
b. Penanggulangan bedah
b.1. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan
kolelitiasis simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.7
b.2. Kolesistektomi laparoskopik
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan
sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopik. Delapan puluh
sampai sembilan puluh persen batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini.
Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut.7 Indikasi pembedahan batu kandung empedu adalah bila simptomatik,
adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau berat. Indikasi lain
adalah yang menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar,
berdiameter lebih dari 2 cm, sebab lebih sering menimbulkan kolesistitis akut
dibanding dengan batu yang lebih kecil.3,7 Kolesistektomi laparoskopik telah menjadi
prosedur baku untuk pengangkatan batu kandung empedu simtomatik. Kelebihan yang
diperoleh pasien dengan teknik ini meliputi luka operasi kecil (2-10 mm) sehingga
nyeri pasca bedah minimal.48
c. Diagnosis kolelitiasis
c.1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan
yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap
makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik
bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang
beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada
30% kasus timbul tiba-tiba. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa
nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan
nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.3
c.2. USG atau Pemeriksaan Ultrasonografi
USG ini merupakan pemeriksaan standard, yang sangat baik untuk menegakkan
diagnosa Batu Kantong Empedu. Kebenaran dari USG ini dapat mencapai 95% di
tangan Ahli Radiologi.30
c.3. CT Scanning.
Pemeriksaan dengan CT Scanning dilakukan bila batu berada di dalam saluran
empedu.30
c.4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan ini apabila ada komplikasi sakit kuning.30
c.5. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimptomatik, umumnya tidak menunjukkan kelainan
laboratorik. Kenaikan ringan bilirubin serum terjadi akibat penekanan duktus
koledokus oleh batu, dan penjalaran radang ke dinding yang tertekan tersebut.3
1. Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
2. Price, S, Lorraine, M., 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
3. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
4. Hadi, S, 2002. Gastroenterologi. Penerbit PT Alumni. Bandung
5. Hardy, 2011. Mengenali Gejala Kolelitiasis atau Batu Empedu.
http://www.klinikkesehatan.com. Akses 22 November 2016
6. Sugianto, E., 2011. Hidup Tanpa Kandung Empedu. http://www.naqsdna.com.
Akses 22 November 2016
7. Schwartz, dkk., 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
8. Beckingham., 2001. ABC of Disease of Liver, Pancreas, and Biliary System
Gallstone Disease. Dalam BMJ (British Medical Journal) V. 322, 13 Januari 2001.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Akses 22 November 2016
9. Arif, I., 2012. Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu. http://ilhamarif.com.
Akses 22 November 2016
10. Suryadjaja, 2012. Kolelitiasis dan Kolesistektomi.
http://www.suaramerdeka.com. Akses 22 November 2016
11. Michael,dkk., 1998. The relation of Physical Activity to Risk for Symptomatic
Gallstone Disease in Men. Articel Annals of Internal Medicine.
http://www.annals.org. Akses 22 November 2016
12. Jing-Sen Shi,dkk., 2001. Studies on Gallstone in China. World Journal of
Gastroenterology. http://www.wjgnet.com. Akses 22 November 2016
13. Lesmana, L., 2006. Penyakit Batu Empedu. Edisi ke IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
14. Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
15. Price, S, Lorraine, M., 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
16. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
17. Hadi, S., 2002. Gastroenterologi. Penerbit PT Alumni. Bandung
18. Hardy., 2011. Mengenali Gejala Kolelitiasis atau Batu Empedu.
http://www.klinikkesehatan.com. Akses 22 November 2016
19. Sugianto, E., 2011. Hidup Tanpa Kandung Empedu. http://www.naqsdna.com.
Akses 22 November 2016
20. Schwartz, dkk., 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
21. Beckingham., 2001. ABC of Disease of Liver, Pancreas, and Biliary System
Gallstone Disease. Dalam BMJ (British Medical Journal) V. 322, 13 Januari 2001.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Akses 22 November 2016
22. Arif, I., 2012. Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu. http://ilhamarif.com.
Akses 22 November 2016
23. Suryadjaja., 2012. Kolelitiasis dan Kolesistektomi.
http://www.suaramerdeka.com. Akses 22 November 2016
24. Michael,dkk., 1998. The relation of Physical Activity to Risk for Symptomatic
Gallstone Disease in Men. Articel Annals of Internal Medicine.
http://www.annals.org. Akses 22 November 2016
25. Jing-Sen Shi,dkk., 2001. Studies on Gallstone in China. World Journal of
Gastroenterology. http://www.wjgnet.com. Akses 22 November 2016
26. Lesmana, L., 2006. Penyakit Batu Empedu. Edisi ke IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
27. Anna, L., 2010. Batu Empedu Sering Dikira Sakit Maag.
http://www.health.kompas.com. Akses 22 November 2016
28. Murwani, A., 2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kesehatan
Mitra Cendikia. Jogjakarta
29. Alrasjid, H., 2011. Batu Empedu, Masalah, dan Penanggulangannya.
http://www.suarasurabaya.net. Akses 22 November 2016
30. Tengadi, K, dkk., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Bagian III.
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
31. Guyton, H., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
32. Bunhaw., 2012. Batu Empedu. http://www.bunhaw.com. Akses 30 April 2012
33. Masrurotunn., 2010. Etiologi dan Faktor Risiko. http://www.scribd.com. Akses
22 November 2016
34. Dewi., 2011. Asuhan Keperawatan Kolelitiasis. http://www.google.com. Akses
22 November 2016
35. Hatfield, P, Wise, R., 1976. Radiologi of The Gallbladder and Bile Ducts.
Waferly Press, Inc. U.S.A
36. Gips, W., 1989. Diagnosis dan Terapi, Penyakit Hati dan Empedu. Penerbit
Hipokrates. Jakarta
37. Oswari, E., 2006. Penyakit dan Penanggulangannya. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta
38. Cunningham, F, dkk., 2005. Obstetri Williams. Volume 2. Edisi 21. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
39. Irga., 2011. Batu Empedu. http://www.dokterirga.com. Akses 27 April 2012
40. Robbins, dkk., 1999. Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
41. Keperawatankita., 2009. Kolelitiasis, Defenisi serta Asuhan Keperawatannya.
Artikel Kolelitiasis. http://www. ziddu.com. Akses pada 22 November 2016
42. Hayes, P, Mackay,T., 1997. Diagnosis dan Terapi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
43. Info Sehat., 2010. Tips Mencegah dan Menurunkan Kolesterol.
http:/www.informasitips.com. Akses 22 November 2016
44. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
45. Nurfatimah., 2011. Air dan Pencegahan Pembentukan Batu Empedu.
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI). http://www.google.com.
Akses 22 November 2016
46. Hegner, R, dkk., 2003. Asisten Keperawatan, Suatu Pendekatan Proses
47. Keperawatan. Edisi 6. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
48. Farmacia., 2010. Cholangiolithiasis. http://www.majalah-farmacia.com. Edisi
Juni 2010 (Vol.9 No.11). Akses 22 November 2016
49. Medica, D., Kenali Manajemen Batu Empedu. http://www.dexa-medica.com.
Akses22November201
LAPORAN KASUS
KOLELITIASIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Lumban Mariana Siregar
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Mon Batang Kuis Pasar 10 Perum
Agama : Islam
Suku Bangsa : Batak
Tanggal MRS : 11- 10 - 2017
Nomor RM : 25 26 95
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas
Telaah : Pasien datang ke datang ke Poli Bedah RS Haji dengan keluhan nyeri
perut bagian kanan atas sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan tiba tiba dan menetap
dengan intensitas berat selama kurang lebih 1 sampai 3 jam kemudian menghilang
perlahan, selanjutnya nyeri muncul kembali. Nyeri dirasakan dari perut kanan atas hingga
bagian ulu hati dan menjalar sampai ke punggung. Jika nyeri muncul pasien tidak dapat
melakukan aktivitas apapun. Nyeri dirasakan bertambah apabila pasien menarik nafas
dalam. Mual (-), muntah (-), demam (-), nafsu makan baik, berat badan normal, BAK (+)
normal, BAB (+) normal.
B. Thorax
Pulmo
Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan abdomino thoracal
retraksi costae (-/-)
Palpasi : Stem fremitus ka=ki.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
COR
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari pada 1 cm lateral ICS V linea
midclavicula sinistra.
Perkusi : Batas atas ICS V linea parasternal sinistra, batas bawah kiri 1
cm lateral ICS V midclavicula sinistra batas bawah kanan ICS IV
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada kuadran kanan atas, hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal.
D. Ekstermitas
Atas
Dingin (-), edema (-)
Deformitas (-)
Motorik dan sensibilitas baik
Bawah
Dingin (-), edema (-)
Deformitas (-)
Motorik dan sensibilitas baik
Palpasi :
Turgor normal, tonus normal, Nyeri tekan di epigastrik dan hipokondrium dextra
(+), Murphy sign (+), Distensi abdomen (-), Rovsing sign (-), psoas sign (-),
obturator sign (-), hepar/lien/ren : tidak teraba.
Perkusi:
Timpani diseluruh lapang abdomen (+), nyeri ketok (-)
Auskultasi :
Bising usus peristaltik (+) Normal
IV. RESUME
Anamnesa:
Keluhan utama nyeri perut kanan atas sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasakan tiba tiba
dan menetap kemudian menghilang perlahan, nyeri dirasakan dari perut kanan atas
hingga bagian ulu hati dan menjalar sampai kepunggung. Nyeri dirasakan bertambah
apabila pasien menarik nafas dalam.
BAK (+) normal, BAB (+) normal.
Pemeriksaan Fisik:
Kepala: sklera ikterik (-/-)
Thoraks: DBN
Abdomen: Nyeri tekan di epigastrik dan hipokondrium dextra (+), Murphy sign (+)
V. DIAGNOSA BANDING
Kolelitiasis
Kolesistitis
Kolangitis
Hepatitis
Batu saluran kemih
Usulan Pemeriksaan
Darah rutin
Pemeriksaan Elektrolit
USG Abdomen
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium (Na) 140 mEq/L 135-155
Kalium 3,6 mEq/L 3,5-55
Klorida 100 mEq/L 96-106