PENDAHULUAN
1|Page
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi kandung empedu?
4. Bagaimana etiologi Cholecystitis?
5. Bagaimana patofisiologi Cholecystitis?
6. Bagaimana manifestasi klinis Cholecystitis?
7. Bagaimana epidemiologi Cholecystitis?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic Cholecystitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan Cholecystitis?
10. Bagaimana peran perawat?
11. Bagaimana asuhan keperawatan Cholecystitis?
2|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
3|Page
2.2 Klasifikasi Cholecystitis
2.2.1. Cholecystitis Akut
Cholecystitis Akut dibagi menjadi 2 yaitu :
2.2.1.1. Cholecystitis calculus
Pada cholecystitis calculus, batu kandung empedu
menyumbat saluran keluar empedu. Getah empedu yang berada
dalam kandung empedu akan menimbulkan suatu reaksi kimia,
terjadi otolisis serta edema, dan pembuluh darah dalam kandung
empedu akan terkompresi sehingga suplai vascularnya terganggu.
Sebagai konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung
empedu disertai porforasi.
2.2.1.2. Cholecystitis akalpulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya
obstruksi oleh batu empedu. Cholecititis akalkulus timbul sesudah
tindakan bedah mayor, trauma berat atau luka bakar. Faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan tipe cholecystitis ini mencakup
obstruksi duktus sistikus atau torsi, infeksi primer bacterial pada
kandung empedu dan transfuse darah yang dilakukan berkali-kali.
Cholecystitis akulkulus diperkiraka terjadi akibat perubahan cairan
dan alektrolit serta aliran darah regional dalam sirkulasi fiseral.
4|Page
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kandung Empedu
2.3.1. Anatomi Kandung Empedu
5|Page
berkenaan dengan empedu, hepatis : berkenaan dengan hati). Yang
termasuk duktus billiaris hepatis, yaitu :
1. Duktus Hepatikus
Duktus ini keluar dari hepar kemudian duktus ini bergabung
dengan duktus sistikus yang adanya di sebelah kanannya membentuk
duktus koledokus.
2. Duktus Koledokus
Biasanya duktus koledokus bergabung dengan duktus pankreatikus
dan bersama – sama bermuara ke dalam ampula kecil (pelebaran yang
bentuknya menyerupai kendi, ampula : kendi (bahasa yunani) di
dinding duodenum).
4. Duktus Sistikus
Duktus sistikus berperan untuk menghubungkan vesika
biliaris dengan duktus hepatikus untuk membentuk duktus
koledokus.
6|Page
Penyumbatan ini kemudian menyebabkan peradangan pada kandung
empedu. Batu yang terbentuk di dalam kandung empedu terjadi ketika
lemak yang masuk ke kandung empedu kurang dipecah sehingga lama-
kelamaan lemak ini mengendap dan kemudian membentuk batu.
7|Page
dikeluarkan bersama kedalam empedu. Jika konsentrasi kolesterol
melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersatuasi), kolesterol
tidak lagi tidak terdispersi sehingga terjadi penggumpalan menjadi
Kristal kolesterol monohidrat padat. Sumbatan batu empedu pada
duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan
gangguan aliran darah dan limfe, bakteri komensal kemudian
berkembang biak sehingga mengakibatkan inflamasi pada saluran
kandung empedu.
2.4.2. Pembedahan (terjadi perubahan fungsi)
Pembedahan dapat terjadi sebagai akibat dari jejas kimiawi
oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi terjadinya
infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan
komposisi empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau asam
empedu, sehingga menginduksi terjadinya jejas kimia.
2.4.3. Infeksi
Pembentukan batu empedu akan terjadi infeksi yang
disebabkan karena adanya kuman seperti E. Coli, salmonele
typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim-enzim
pancreas karena sistem saluran empedu adalah sistem drainase yang
membawa empedu dari hati dan kandung empedu ke daerah dari
usus kecil yang disebut duodenum.
8|Page
sehingga jika terpasang lama maka dapat membentuk Kristal yang
disebut batu empedu, selain itu juga cairan tersebut sangat pekah
sehingga tidak dapat diserap oleh empedu di kandung empedu.
9|Page
2.5.1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik billier disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu
kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan
bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan
makanan dalam porsi besar. Pasien akan mebolak-balik tubuhnya
dengan gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang
nyaman baginya. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten.
2.5.2. Ikterus
Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung
empedu dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada
obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke
dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas yaitu; getah
empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duoadenum akan diserap
oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan
membrane mukosa bewarna kunig. Keadaan ini sering disertai
dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
10 | P a g e
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin
A, D, E dan K yang larut lemak. Karena itu, pasien dapat
memperlihatkan gejala difisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi
billier berjalan lama. Difisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal.
11 | P a g e
darah sehingga menyebabkan kebocoran cairan intravaskuler ke intertisial
dan terjadilah odema.
Odema menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intra
abdominal yang kemudian terjadi penekanan gaster sehingga terjadilah
mual/muntah. Pada keadaan mual/muntah dalam tubuh terjadilah deficit
kekurangan cairan dan gangguan pemenuhan nutrisi.
Pembentukan Batu
Empedu
Kolelitiasis
Permeabilitas
Gatal
pembuluh darah
Nyeri
meningkat
Kebocoran cairan
intravaskuler ke intertisial
Oedema
Peningkatan tekanan
Berlanjut intraabdominal
12 | P a g e
Penekanan gaster
Perforasi
Mual/muntah
Gangguan pemenuhan
Deficit volume cairan nutrisi
13 | P a g e
70tahun angka kejadian mencapai 30%. Kolesititis tidak bisa ditemukan
pada orang yang berusia kurang dari 20tahun (1%), lebih sering dalam
kelompok usia 40-60tahun (11%) dan ditemukan sekitar 30% pada orang
berusia diatas 80tahun.( http://batuempedu.org , 2012)
2.8.2. Ultrasosnografi
14 | P a g e
kandung epedunya dalam keadaan distensi. Dilaporkan bahwa USG
mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
15 | P a g e
Prosedur pemeriksaan ini dapat dilaksanakan bahkan pada keadaan
terdapatnya disfungsi hati dan ikterus.ERCP berguna untuk membedakan
ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler) dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstruksi bilier untuk menyelidiki gejala
gastrointesnsial pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat untuk menentukan lokasi batu dalam saluran empedu.
Intervensi keperawatan. Meskipun angka komplikasi setelah
prosedur pemeriksaan ini cukup rendah, pasien harus diobservasi dengan
ketat akan adanya gejala pendarahan, peritonitis dan septicemia. Rasa
nyeri dan tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi ini harus segera
dilaporkaan . antibiotic harus diberikan seperti yang diresepkan untuk
memperkecil risiko sepsis dan syok septic.
2.9.1.2. Farmakoterapi.
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat
(chenodiol, chenofalk) dapat digunakan untuk melarutkan batu
empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun
dari kolesterol. Mekanisme kerjanya adalah dapat menghambat
16 | P a g e
sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi
desaturasi getah empedu. Dosis yang digunakan bergantung pada
berat badan pasien. Cara terapi ini biasanya dilakukan pada pasien
yang menolak pembedahan atau yang di anggap terlalu berisiko
untuk menjalankan pembedahan. Obat-obat tertentu lainnya,
seperti estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol
makanan dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap
cara terapi ini. Karena itu, dokter harus mengetahui jika pasiennya
menggunakan salah satu dari obat-obat di atas.
17 | P a g e
kandung empedu tidak diangkat, sebuah drain dapat dipasang
selama 7hari.
2.9.2.
Penatalaksanaan Bedah
2.9.2.1. Kolesistektomi
18 | P a g e
2.9.2.2. Minikolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan batu
kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm. Drain mungkin
dapat atau tidak digunakan pada minikolesistektomi.
19 | P a g e
Cholecystitis lebih banyak terjadi pada wanita. Biasanya terjadi
bersamaan dengan penyakit lain seperti cholelityasis yang
menimbulkan obstruksi bilier dan bactibilia (misal: setelah prosedur
ERCP, 1-3% pasien mengalami cholecystitis)
a.) Nama
b.) Umur
c.) Alamat
d.) Pekerjaan
e.) Tangal masuk
f.) Status
2. Riwayat kesehatan
a.) Riwayat masuk
Pada penderita cholecystitis, klien mengeluh nyeri perut
kanan atas, nyeri tidak menjalar/menetap, nyeri pada saat
menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk – tusuk
b.) Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini keluhan pasien seperti:
1. Nyeri kuadran kanan atas
2. Perubahan pola eleminasi dan alvi
3. Nyeri pada abdomen kuadran atas
Gejala-gejala lain yang dapat terjadi meliputi: demam,
menggigil dan kekakuan (rigors), nyeri abdomen, pruritus, tinja
yang acholis atau hypocholis, dan malaise.
c.) Riwayat kesehatan terdahulu
Tanyakan pada anggota keluarganya adakah anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan
penyakit yang dialami saat ini atau penyakit lain seperti:
1. Pasca cholecystectomy
2. Penyakit abdomen
3. Batu kandung empedu
4. Alergi
20 | P a g e
5. Riwayat cholecystitis sebelumnya
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien cholecystitis
biasanya compos mentis, dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
B1 (Breathing)
Inspeksi, dada tampak simetris, pernapasan dangkal, tampak gelisah
Palpasi, vocal vremitus teraba merata.
Perkusi, sonor.
Auskultasi, tidak terdapat suara nafas tambahan (ronchi,wheezing)
B2 (Blood)
Terdapat takikardi dan diaforesis.
B3 (Brain)
Kesadaaran umum klien biasanya compos metis. Tidak ditemukan
sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri pada
kuadran kanan atas akibat cholecystitis.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin dan alvi, biasanya warna urine lebih
pekat dan warna feses seperti tanah liat
B5 (Bowel)
Inspeksi, tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien
mengeluh mual dan muntah.
Palpasi, hypertympani
Perkusi, adanya pembengkakan di abdomen atas/quadran kanan
atas, nyeri tekan epigastrum.
Auskultasi, peristaltic ( 5 – 12 x/mnt) flatulensi.
B6 (Bone)
21 | P a g e
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan otot karena gangguan produksi ATP, kelelahan, tidak
dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tak teratur.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Darah lengkap: leukositosis sedang (akut), bilirubin dan
amylase serum meningkat,enzim hati serum.
Kolangiupankreatografi retrograde endoschopic
Memperlihatkan percabnaga bilier dengan kanulai duktus
koledukus melalui duodenum.
Kolangiugrafi transhepatik perkutanes
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit
kandung empedu dan kanker pancreas (bila ikterik ada).
Foto abdomen (multiposisi)
22 | P a g e
5. Defisit pengetahuan tentang sifat penyakit dan pengobatan yang
berhubungan dengan tidak adanya informasi, tidak responsive
terhadap informasi
6. Gangguan pola tidur/istirahat berhubungan dengan iritasi
peritonial.
7. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan reaksi inflamasi
8. Resiko anemia berhubungan dengan kekurangan vitamin K
9. Resiko dehidrasi berhubungan dengan mual muntah
BAB III
APLIKASI TEORI
3.1. Kasus
Ny. Y 41 tahun Masuk Rumah Sakit 27 november 2014 dengan
keluhan utama nyeri hebat di abdomen kuadran kanan atas sejak semalam dan
muntah-muntah. Riwayat penyakit dahulu kira-kira 1,5 tahun yang lalu pernah
dirawat dengan keluhan seperti ini dan didapatkan batu di duktus koledokus,
batu dikeluarkan dengan cara sfingterotomi dengan cara endoskopi serta
ekstraksi batu dengan basket domia. Pada pemeriksaan didapatkan Ny.Y yang
sangat menderita karena kesakitan di perut bagian kuadran kanan
atas.Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan kelainan yang nyata kecuali nyeri
tekan di perut kanan atas. Pemeriksaan laboratorium hasil darah tepi dalam
batas tidak normal, adanya lekositosis, tes fungsi hati juga terdapat kelainan ,
GGT dan transaminase serum meningkat. Pemeriksaan ultrasoografi abdomen
menunjukkan gambaran batu-batu kecil di kandung empedu.Saluran empedu
intra dan ektrahepatik tidak melebar. Diagnosis kolik bilier, sangat mungkin
karena batu di duktus sistikus, klien menderita kesakitan yang sulit di atasi
dengan analgesik yang kuat, maka segera dilakukan kolesistektomi
laparoskopik. Didapatkan batu-batu kecil di kandung empedu serta batu di
23 | P a g e
duktus sistikus.Pasca bedah nyeri abdomen tersebut mulai menghilang. TD:
120/80mmHg, N: 60x/menit, T: 37,5oC, RR:22x/menit
24 | P a g e
Pekerjaan :swasta
Alamat :jl. X
a. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Klien merasa nyeri hebat di abdomen kuadran kanan atas.
2. Riwayat penyakit sekarang
P : Klien mengatakan nyeri di abdomen kanan atas
Q : Klien mengatakan nyeriya semakin parah saat melakukan
aktifitas ringan & berat
R : Klien mengatakan nyerinya saat mengganggu saat dibawa
beraktifitas
S : Klien mengatakan nyerinya skala 6
T : Klien mengatakan nyerinya sering timbul pada malam hari
ketika tidur sering terbangun karena nyeri
3. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan 1,5 tahun yang lalu pernah dirawat dengan keluhan
seperti ini dan didapatkan batu di duktus koledokus
4. Riwayat keluarga
-
5. Riwayat pekerjaan
Klien merupakan Ibu Rumah Tangga
6. Riwayat geografi
-
7. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
8. Kebiasaan sosial
Klien mengatakan sering bersosialisasi sosial dengan masyarakat di
sekitarnya
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
25 | P a g e
Compos Metris
B1 (Breathing)
Klien bernafas dengan tertekan ditandai nafas pendek, RR=
22x/menit
B2 (Blood)
Klien mengalami takikardi, TD; 120/80mmHg, N: 60x/menit
B3 (Brain)
Kesadaran umum compous metris.
B4 (Bladder)
Urin norma
B5 (Bowel)
Inspekai:abdomen simetris
Palpasi: perut kaku
Perkusi: nyeri tekan epigastrium
Auskultasi : bising usus
B6 (Bone)
Lemah, tidak bias melakukan aktifitas ringan dan berat, Takikardi,
dispnea berat saat melakukan aktifitas.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Darah lengkap: leukositosis sedang (akut), bilirubin dan
amylase serum meningkat,enzim hati serum.
Kolangiupankreatografi retrograde endoschopic
Memperlihatkan percabnaga bilier dengan kanulai duktus
koledukus melalui duodenum.
Kolangiugrafi transhepatik perkutanes
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit
kandung empedu dan kanker pancreas (bila ikterik ada).
Foto abdomen (multiposisi)
Menyatakan gambara radiologi (kalsifikai) batu empedu,
klasifikai dinding atau pembesaran kandung empedu.
26 | P a g e
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : Proses inflamasi Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri di bagian kanan
atas perut
DO :
Klien tampak pucat dan gelisah
P : Klien mengatakan nyeri di
abdomen kanan atas
Q : Klien mengatakan nyeriya semakin
parah saat melakukan aktifitas
ringan & berat
R : Klien mengatakan nyerinya saat
mengganggu saat dibawa
beraktifitas
S : Klien mengatakan nyerinya skala 6
T : Klien mengatakan nyerinya sering
timbul pada malam hari ketika tidur
sering terbangun karena nyeri
27 | P a g e
2 DS : Mual/Muntah Kurangnya
Klien mengatakan muntah-muntah saat volume cairan
nyeri di abdomen kanan atas
DO :
Kolangiupankreatografi retrograde
endoschopic :
Memperlihatkan percabnaga bilier
dengan kanulai duktus koledukus
3 DS : Nyeri pada abdomen Kekurangan
Klien mengatakan tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
Klien sulit makan
28 | P a g e
b. Tanda-tanda vital dalam
dalam batas normal 4. Dengarkan dan 4. Membantu
c. Menampakan pertahankan kontak menghilangkan cemas
ekpresi wajah dengan pasien
rileks
Kolaborasi
1. Berikan obat sedatif 1. Meningkatkan istirahat
(fenobrarbital) dan menghilangkan nyeri
Kolaborasi
1. Pertahankan pasien 1. Menurunkan sekresi
puasa sesuai keperluan dan motilitas gaster
2. Berikan cairan IV, 2. Mempertahankan
elektrolit dan vitamin K volume sirkulasi dan
memperbaiki
ketidakseimbangan
3 Dalam waktu 3x24jam 1. Kaji distensi abdomen 1. Terjadi nyeri gas
29 | P a g e
dapat memperlihatkan 2. Hitung pemasukan
status gizi:asupan kalori 2. Mengidentifikasi
makanan dan cairan kekurangan/
yang dibuktikan 3. Timbang sesuai kebutuhan nutrisi
dengan indicator(1-5), indikasi 3. Mengawasi
Melaporkan tingkat 4. Berikan suasana yang keefektifan diet
energy yang adekuat menyenangkan pada 4. Meningkatkan napsu
saat makan makan/ menurunkan
5. Berikan kebersihan oral mual
sebelum makan 5. Mulut yang bersih
meningkatkan napsu
6. Tawarkan minum makan
seduhan saat makan 6. Dapat mengurangi
mual dan
7. Berikan ambulasi dan menghilangkan gas
tingkatkan aktivitas 7. Membantu dalam
sesuai toleransi mengeluarkan flatus,
penurunan distensi
Kolaborasi
abdomen
1. Mulai diet cair rendah
lemak setelah selang 1. Pembatasan lemak
NG dilepas menurunkan
2. Berikan dukungan rangsangan pada
nutrisi total sesuai kandung empedu
kebutuhan 2. Makanan pilihan
diperlukan
3.2.4. Implementasi
No Tanggal Tindakan Respon Paraf
dx
30 | P a g e
Pukul: 08.00 Skala nyeri 5 dan
hilang timbul
2. Memberikan posisi 2. Klien merasa lebih
fowler tirah baring nyaman dengan
yang nyaman pada posisinya
klien
3. Memberikan teknik 3. Klien mengatakan
relaksasi latihan istirahatnya tidak
napas dalam terganggu karena napas
dangkal
Kolaborasi
5. Berikan obat sedatif 5. Klien mengatakan
(fenobrarbital) nyerinya menghilang
31 | P a g e
Pukul : 08.45 kebutuhan nutrisi
terpenuhi
4. Berikan suasana yang 4. Klien mengatakan napsu
menyenangkan pada makannya meningkat
saat makan
6. Tawarkan minum 6. Klien mengatakan
seduhan saat makan mualnya berkurang
3.2.5. Evaluasi
NO Tanggal Evaluasi Paraf
DX
1 27 November 2014, S: Klien mengatakan nyeri diabdomen kuadran Ina
08.00 WIB kanan atas
O : Klien sedikit tidak meringis, TD : 120/80 N
A : Masalah sebagian teratasi
P : Tindakan 1,2 dan 5 dilanjutkan tindakan 3
dan 4 dihentikan
2 27 November 2014 S : Klien mengatakan merasa badannya panas Ina
08.20 WIB dan meriang
O: TD :120/80 mmHg
Takikardia
N : 60x/menit
RR: 22 x/menit, suhu: 37,5oC
A : Masalah sebagian teratasi
P : Tindakan no 1, 2, 3, 4dilanjutkan
32 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN
33 | P a g e
kanan, rasa nyeri yang terjadi disertai dengan mual, muntah dan bertambah hebat
dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar. Pada
waktu itu, pasien akan mebolak-balik tubuhnya dengan gelisah karena tidak
mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Sebagian pasien rasa nyeri
bukan bersifat kolik melainkan persisten.Dalam kasus dikatan bahwa pasien
mempunyai riwayat penyakit terdahulu sekitar 1,5 tahun yang lalu pernah dirawat
dengan keluhan yang sama dan didapatkan batu di duktus koledokus, batu
dikeluarkan dengan cara sfingterotomi dengan cara endoskopi serta ekstraksi batu
dengan basket domia.
Ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan pasien sangat menderita karena
kesakitan di perut bagian kuadran kanan atas dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan tidak menunjukkan kelainan yang nyata kecuali nyeri tekan di perut
kanan atas.Ketika pada riwayat penyakit terdahulu didapatkan keluhan yang sama
dengan penyakit saat ini dan pasien pernah melakukan mengeluarkan batu yang
berada di duktus koledukus dengan cara non pembedahan yaitu dengan cara
endoskopi. Menutur teori, metode non pembedahan dengan cara endoskopi
digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan menginfuskan suatu bahan
pelarut ke dalam batu empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan melalui endoskop
ERCP atau kateter billier transnasal.Metode ini biasanya digunakan untuk
mengeluarkan batu yang belum terangkat pada saat kolesistektomi atau yang
terjepit dalam duktus koledukus.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pasien didapatkan hasil
darah tepi dalam didapatkan dalam batas tidak normal, adanya lekositosis, tes
fungsi hati terganggu , GGT dan transaminase serum meningkat dan pada
pemeriksaan ultrasonografi abdomen menunjukkan gambaran batu-batu kecil di
kandung empedu. Dari sini dapat disimpulkan bahwasannya klien menderita
kesakitan yang hebat dan sulit di atasi meskipundengan analgesik yang kuat,
karena didapatkan pemeriksaan laboratorium yang hasilnya tidak normal, yang
menggagu fungsi dari organ tubuh pasien terutama hati. Dari sini segera dilakukan
kolesistektomi laparoskopik yang kemudian nantinya didapatkan batu-batu kecil
di kandung empedu serta batu di duktus sistikus.Pasca bedah nyeri abdomen
tersebut mulai menghilang. Ketika nanti terjadi Pembedahan , pembedahan ini
34 | P a g e
dapat terjadi sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang
menjadi predisposisi terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya
ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau
asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya jejas kimia.
Dari semua keluhan dan hasil pemeriksaan pasien, perawat melakukan
tindakan keperawatannya untuk mengurangi sakit yang dirasakan pasien dan juga
membuat pasien merasakan tubuhnya lebih baik dari sebelumnya.Tetapi perawat
juga harus memberikan pendidikan kepada pasien yang mengenai dengan
memberikan informasi tentang fungsi organ khususnya empedu.Cairan empedu
terus menerus keluar dalam jumlah yang banyak, menandakan adanya obstrusi
atau peradangan, menganjurkan kepada klien untuk diet rendah lemak tinggi
karbohidrat dan protein (kolaborasi dengan ahli gizi) dan menganjurkan untuk
menghindari alcohol dan menghindari makanan yang menimbulkan diare.
memberi penjelasan kepada keluarga tentang tindakan pembedahan kolesistektomi
khususnya pada pasien yang mengalami perdarahan sekunder dari perforasi ulkus
peptikum, menganjurkan untuk berolahraga dan kurangi berat badan, mengajarkan
cara melakukan perawatan luka post op kolesistektomi, tiap pagi agar tidak terjadi
infeksi, menganjurkan kepada pasien untuk mengurangi aktifitas berat sesuai
anjuran 4-6 bulan post operasi.
35 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kolestistitis adalah radang pada kandung empedu yang merupakan reaksi
inflamasi akut dinding kandung empedu disercal keluhan nyeri perut kanan
bawah, nyeri tekan dan panas badan.Kolestistitis dapat disebabkan oleh statis
cairan empedu infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu, penyebab
lainnya seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin
yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu.
Jenis kolestistitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu kolestistitis akut dan
kronik.Pada kolestistitis akut dibedakan menjadi 2, yaitu kolestistitis kalkulus dan
kolestistitis akulkulus. Tes diagnostic pada kolestistitis dilakukan dengan cara
pemeriksaan ultrasonograsi (USG) skintigrafi saluran empedu, pemeriksaan CT
scan abdomen.
5.2. Saran
Oleh karena itu hendaklah dalam mengkonsumsi makanan harus seimbang
dan memenuhi banyak gizi supaya kondisi tubuh menjadi sehat dan tidak rentan
terhadap penyakit.selain itu banyak berolahraga agar kondisi imunitas tubuh
menjadi baik dan tahan terhadap penyakit maupun kondisi tubuh kita kebal
terhadap penyakit.jangan banyak mengkonsumsi alkohol maupun miras karena
dapat memicu penyakit hati.
36 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Silbernagl, Stefan dan Florian Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi.Jakarta :EGC.
2. Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan.Jakarta : EGC.
3. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth.Jakarta : EGC.
4. Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
5. Price, Sylvia A dan Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi:Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Jakarta : EGC.
6. Kumar, Vinay dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta : EGC.
37 | P a g e