Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
saat ini menjadi alternative pembelajaran sains yang dapat membangun generasi
yang mampu menghadapi abad 21 yang penuh tantangan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep dan langkah-langkah pendekatan saintifik
2. Untuk mengetahui konsep dan langkah-langkah pendekatan SETs
3. Untuk mengetahui konsep dan cara penerapan STEM
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal
diatas adalah bersesuaian dengan proses
kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan metode
saintifik.Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental
atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah
berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan
adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya
seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam
pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok
dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu
(Nur dan Wikandari, 2000: 4).
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun
hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai
ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan
terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam
dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari
sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan menanya
dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara
dengan nara sumber dan sebagainya.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
8
relevan dalam bidang pekerjaan meskipun tidak selalu terkai langsung dengan
STEM mata pelajaran.
3. Menumbuhkan alhi STEM masa depan. Tujuan ini dimaksudkan untuk
mendidik para ahli STEM terbaik terbaik di dunia karena mereka berkontribusi
untuk pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi, pemahaman tentang diri kita
sendiri dan alam semesta, dan untuk memerangi dan pengurangan kelaparan,
penyakit, dan kemiskinan.
4. Mencapai prestasi dan partisipasi dan mempersempit kesenjangan pendidikan.
Tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan perempuan dan peran serta
kelompok minoritas dan menumbuhkan minat dalam bidang STEM untuk
menyerap potensi penuh semua warga negara.
Technology
Science and
Engineering
Mathematics
3. Fokus dari pembelajaran dalam pendekatan silo ialah konten materi. Hal ini
dapat membasi semjumlah stimulasi lintas kurikuler dan pemahaman siswa
dari penerapan apa yang harus mereka pelajari.
2. Pendekatan Tertanam
Pembelajaran STEM secara tertanam secara luas dapat didefinisikan
sebagai pendekatan pendidian dimana domain pengetahuan diperoleh melalui
penekanan pada situasi dunia nyata dan teknik memecahkan masalah dalam
konteks sosial, budaya, dan fungsional.
Dalam pendekatan tertanam, salah satu konten/materi lebih diutamakan,
sehingga mempertahankan integritas dari subjek. Pendekatan tertanam berbeda
dari pendekatan silo dalam hal bahwa pendekatan tertanam meningkatkan
pembelajaran dengan menghubungkan materi utama dengan materi lain yang
tidak diutamakan atau materi yang tertanam. Tetapi bidang yang tidak
diutamakan tersebut dirancang untuk tidak ievaluasi atau dinilai.
SCIENCE
Technology and
Engineering
Mathematics
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.
2. Pendekatan SETS merupakan pemusatan permasalahan dari dunia nyata yang
memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya
terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk
menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada
situasi yang nyata. Tahap-tahap pendekatan SETs antara lain inisiasi,
penetapan kompetensi sains, dekontekstualisasi, pembelajaran konsep dan
prinsip sains, pembelajaran konsep dan prinsip sains, penerapan, integrasi, dan
perangkuman.
3. STEM adalah suatu pembelajaran yang menggunakan sains, teknologi, teknik,
dan matematika untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui proses
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara menerapkan STEm ada
3 pendekatan, yaitu pendekatan silo (terpisah), pendekatan embedded
(tertanam), dan pendekatan terpadu.
21
22
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2012. Kelebihan-kekurangan dan Langkah Pendekatan
SETS. http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/10/kelebihan-kekurangan-dan-
langkah.html.chitika_close_butto diakses 28 September 2013 pukul 14.15
WIB.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakarta:Pusat Kurikulum Balitbang
Hapsari, Hana. 2010. Model pembelajaran paikem dan pendekatan sets.
Http://hana-spirit.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-paikem-
dan.html. Diakses pada 28 september 2013 pukul 14.13 WIB.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Jakarta: Ghalia Indonesia
Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2014. Impelementasi Kurikulum 2013: Konsep &
Penerapan. Surabaya: Kata Pena
Kuswati, S. 2004. Pendidikan Sains dan Teknologi Masyarakat dan Peningkatan
Pemahaman Siswa terhadap Pokok Bahasan Lingkungan. Skripsi,
Universitas Negeri Malang, Malang
Poedjiadi. 1994. Mewujudkan Literasi Sains dan Teknologi Melalui Pendidikan
Disampaikan pada Seminar FPMIPA IKIP Bandung. (online)
http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id
=85&Itemid=26.. diakses tanggal: 5 Maret 2012
Pristiadi, Utomo. 2008. Pembelajaran Fisika dengan Pedekatan
SETS. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-
pendekatan-sets/ Diakses pada 26 september pada 19.34 WIB
Senjaya, Wina. (2007), Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Torlakson. T, 2014. Innovate: A Blueprint For Science, Technology, Engineering,
and Mathematics in California Public Education. California: State
Superintendent of Public Instruction
Winarni, J., Siti Z., Supriyono, K.H. 2016. STEM: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana. Prosiding Seminar Nasional IPA Pascasarjana UM, vol 1
Zoetriani. 2015. Makalah Model Pembelajaran Pendekatan. Online:
http://zoetrianiphysics.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-
pembelajaran-pendekatan.html. Diakses 2 Oktober 2017 pukul 18.31
22