Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di uraikan tentang hasil penelitian karya tulis ilmiah yang

berjudul : Pemberian Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata) untuk

Mengurangi Fluor Albus Fisiologis Pada Remaja Usia 17-21 (Studi Kasus Pada

Nn Ddan Nn S Di BPM Ny. Z). Hasil penelitian akan diuraikan berupa data

umum yang meliputi karakteristik keputihan dan lokasi penelitian, serta data

khusus berupa kejadian fluor albus sebelum diberikan rebusan daun sirsak,

sesudah diberikan rebusan dun sirsak, serta mengevaluasi penurunan

pengeluaran pervagina sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun sirsak.

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian remaja usia 17-21

tahun (Nn D dan Nn S) yang mengalami fluor albus fisiologis dan

dilaksanakan pada tanggal mulai tanggal 16-24 Juni 2016.

Pada hasil penelitian akan ditampilkan data lokasi penelitian, data umum

identitas Nn. D dan Nn. S, data khusus tentang karakteristik fluor albus yang

dialami subyek penelitian yang mengacu pada pedoman wawancara serta

pembahasan tentang identifikasi fluor albus setelah dilakukan pemberian

rebusan daun sirsak selama 5 hari yaitu untuk Nn. D mulai tanggal 16-06-2016

sampai dengan 20-06-2016, untuk Nn. S mulai tanggal 20-06-2016 sampai

dengan 24-06-2016.

4.1.1. Data Umum

Pada data umum akan ditampilkan data lokasi penelitian, data umum

subyek penelitian, karakteristik fluor albus yang dialami subyek penelitian.

39
40

1) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah subjek penelitian yaitu Nn D dan Nn

S remaja yang berusia 17-21 tahun yang mengalami fluor albus fisiologis

dan dilaksanakan mulai tanggal 16 Juni 2016 sampai dengan 24 Juni 2016.

Tempat penelitian ini yaitu di rumah subjek untuk Nn. D bertempat di

desa P Rt.12 Rw.05 yaitu yang terdiri dari 1 lantai, yang terdiri dari 3

kamar, dapur, kamar mandi, garasi dan ruang tengah dan ruang tamu.

Lantai terbuat dari tegel, dinding terbuat dari tembok batu bata, dengan

jendela terbuka dan ventilasi baik. Lingkungan rumah cukup baik bagi

kesehatan, tidak lembab. Untuk Nn. S bertempatdi desa P Rt. 10 Rw. 05

yaitu yang terdiri dari 1 lantai, yang terdiri dari 3 kamar, dapur, kamar mandi,

ruang tengah dan ruang tamu. Lantai terbuat dari tegel, dinding terbuat dari

tembok batu bata, dengan jendela terbuka dan ventilasi baik. Lingkungan

rumah cukup baik bagi kesehatan, sedikit lembab, dekat dengan sungai.

2) Karakteristik Subyek Penelitian

Data umum subjek penelitian diperoleh dari pengkajian dengan subjek

penelitian, yaitu

a) Untuk subyek pertama bernama Nn. D usia 21 tahun, berjenis

kelamin perempuan seorang mahasiswa yang sedang menempuh

pendidikan di universitas W beragama islam dan bertempat tinggal di

desa P. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular,

menurun, serta menahun, subyek juga tidak pernah dirawat dirumah

sakit. Subyek pertama kali haid adalah usia 15 tahun, haid teratur 1

bulan sekali, 3-4x ganti pembalut, terkadang mengalami disminorea.

b) Untuk subyek yang kedua bernama Nn.S usia 20 tahun, berjenis

kelamin perempuan seorang mahasiswa yang sedang menempuh

pendidikan di universitas B serta melakukan pekerjaan sampingan


41

dan bertempat tinggal di desa P. Dalam keluarga tidak ada yang

menderita penyakit menular, menurun, serta menahun, subyek juga

tidak pernah dirawat dirumah sakit. Subyek pertama kali haid adalah

usia 13 tahun, haid teratur 1 bulan sekali, 2-3x ganti pembalut,

terkadang mengalami disminorea.

4.1.2. Data khusus hasil penelitian

a. Karakteristik fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn. S sebelum


pemberian rebusan daun sirsak.

Berdasarkan hasil pengkajian, wawancara dari subyek penelitian pada

saat sebelum diberikan rebusan daun sirsak didapatkan yaitu:

Tabel 4.1. Karakteristik fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn.
S sebelum pemberian rebusan daun sirsak.
Karakteristik fluor albus
Subyek Tanggal sebelum pemberian rebusan
No
penelitian penelitian daun sirsak pada Nn. D dan
Nn. S
16/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
17/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
1. Nn. D 18/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
19/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
20/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
20/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
21/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
2. Nn. S 22/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
23/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
24/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan

Seperti hasil dari tabel 4.1 diatas didapatkan bahwa :

1) Nn. D didapatkan mengeluh mengalami fluor albus sejak awal

bersekolah di SMA yaitu dengan pengeluaran cairan pervagina encer

berwarna putih keruh, tidak berbau hanya terkadang gatal, sehari

terkadang bisa sampai 2-3 x ganti celana dalam, termasuk dalam fluor
42

albus fisiologis sedang. Apalagi jika subyek sedang mempunyai banyak

aktivitas terkadang pengeluaran semakin banyak, subyek tidak pernah

menggunakan tisue untuk mengelap setelah BAK, cara cebok subyek

yaitu dari depan kebelakang, sehari hari subyek sering memakai

pakaian yang ketat, subyek tidak pernah periksa ke tenaga kesehatan.

Pada sebelum pemberian rebusan daun sirsak dengan pengeluaran

cairannya 3x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak

bau, terkadang gatal yaitu fluor albus fisiolgis sedang. Hari pertama

sebelum pemberian adalah fluor albus fisiologis sedang yaitu dengan

warna cairan putih keruh, encer,tidak bau tidak gatal. Hari kedua

sebelum pemberian adalah fluor albus fisiologis sedang yaitu dengan

putih keruh encer, tidak gatal, tidak bau. Hari ketiga sebelum pemberian

adalah fluor albus fisiologis sedang yaitu dengan warna cairan putih

keruh encer, tidak bau, terkadang gatal. Hari ke empat sebelum

pemberian adalah fluor albus fisiologis ringan yaitu dengn warna cairan

mulai putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal. Hari ke lima sebelum

pemberian adalah fluor albus fisiologis ringan yaitu dengan warna cairan

putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal.

2) Nn. S didapatkan mengeluh mengalami fluor albus mulai saat kuliah

dan bekerja ini, yaitu dengan pengeluaran cairan pervagina encer

berwarna putih keruh, tidak berbau hanya terkadang gatal, sehari

terkadang bisa sampai 2-3 x ganti celana dalam, termasuk dalam fluor

albus fisiologis sedang. Apalagi jika subyek sedang mempunyai banyak

aktivitas terkadang pengeluaran semakin banyak karena subyek

menjalani kuliah serta bekerja, subyek tidak pernah menggunakan tisue

untuk mengelap setelah BAK, cara cebok subyek yaitu dari depan

kebelakang, sehari hari subyek sering memakai pakaian yang ketat,


43

subyek juga mengatakan karena pola kebiasaan yang kurang baik,

subyek tidak pernah periksa ke tenaga kesehatan. Pada sebelum

pemberian rebusan daun sirsak dengan pengeluaran cairannya 3x ganti

setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak bau, terkadang gatal

yaitu fluor albus fisiolgis sedang. Hari pertama sebelum pemberian

adalah fluor albus fisiologis sedang yaitu dengan warna cairan putih

keruh, encer,tidak bau tidak gatal. Hari kedua sebelum pemberian

adalah fluor albus fisiologis sedang yaitu dengan putih keruh encer,

tidak gatal, tidak bau. Hari ketiga sebelum pemberian adalah fluor albus

fisiologis sedang yaitu dengan warna cairan putih keruh encer, tidak

bau, tidak gatal. Hari ke empat sebelum pemberian adalah fluor albus

fisiologis ringan yaitu dengn warna cairan mulai putih jernih encer, tidak

bau, terkadang gatal. Hari ke lima sebelum pemberian adalah fluor albus

fisiologis ringan yaitu dengan warna cairan putih jernih encer, tidak bau,

tidak gatal.

b. Karakteristik fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn. S setelah


pemberian rebusan daun sirsak.

Setelah dilakukan pemberian rebusan daun sirih merah selama 5 hari


didapatkan hasil :

Tabel 4.1 Karakteristik fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn. S
setelah pemberian rebusan daun sirsak

Karakteristik fluor albus setelah


Subyek Tanggal
No pemberian rebusan daun sirsak
penelitian penelitian
pada Nn. D dan Nn. S
16/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
17/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
1. Nn. D 18/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
19/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
20/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
20/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
21/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
2. Nn. S 22/06/2016 Fluor albus fisiologis sedang
23/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
24/06/2016 Fluor albus fisiologis ringan
44

Dari hasil pada tabel 4.1 diatas didapatkan bahwa :

1) Untuk Nn. D yang dimulai pada tanggal 16-20 Juni 2016 dari hasil

penelitian yaitu pada hari pertama setelah pemberian pengeluaran

cairannya 3x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak

bau, tidak gatal termasuk dalam fluor albus fisiologis sedang. Hari

kedua setelah pemberian pengeluaran cairannya 3x ganti setiap

harinya, warnanya putih keruh encer, tidak bau, kadang gatal termasuk

dalam fluor albus fisiologis sedang. Hari ketiga setelah pemberian

dengan pengeluaran cairannya 2x ganti setiap harinya, warnanya putih

keruh encer, tidak bau, kadang gatal termasuk dalam fluor albus

fisiologis sedang. Hari ke empat setelah pemberian pengeluaran

cairannya 2x ganti setiap harinya, warnanya putih jernih encer, tidak

bau, tidak gatal termasuk dalam fluor albus fisiologis ringan. Hari ke

lima setelah pengeluaran cairannya 2x ganti setiap harinya, warnanya

putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal termasuk dalam fluor albus

fisiologis ringan. Pengeluaran pervagina dengan karakteristik hari

terakhir yaitu cairan encer, tidak gatal, tidak berbau, wanra putih jernih,

sehari 2x ganti celana dalam dengan kesimpulan termsuk dalam fluor

albus fisiologis ringan.

2) untuk Nn. S yang dimulai pada tanggal 20-24 Juni 2016 dari hasil

penelitian yaitu hari pertama setelah pemberian pengeluaran cairannya

3x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak bau, tidak

gatal termasuk dalam fluor albus fisiologis sedang. Hari kedua setelah

pemberian pengeluaran cairannya 3x ganti setiap harinya, warnanya

putih keruh encer, tidak bau, tidak gatal termasuk dalam fluor albus

fisiologis sedang. Hari ketiga setelah pemberian dengan pengeluaran


45

cairannya 2x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak

bau, kadang gatal termasuk dalam fluor albus fisiologis sedang. Hari

ke empat setelah pemberian pengeluaran cairannya 2x ganti setiap

harinya, warnanya mulai putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal

termasuk dalam fluor albus fisiologis ringan. Hari ke lima setelah

pemberian adalah fluor albus fisiologis ringan pengeluaran cairannya

2x ganti setiap harinya, warnanya putih jernih encer, tidak bau, tidak

gatal termasuk dalam fluor albus fisiologis ringan. Pengeluaran

pervagina dengan karakteristik hari terakhir yaitu cairan encer, tidak

gatal, tidak berbau, wanra putih jernih, sehari 2x ganti celana dalam

dengan kesimpulan termasuk dalam fluor albus fisiologis ringan.

c. Evaluasi pengeluaran fluor albus pada Nn S dan Nn. D sebelum


dan setelah pemberian rebusan daun sirsak.

Perubahan karakteristik fluor albus antara sebelum dan setelah

pemberian rebusan daun sirsak dengan hasil :

Tabel 4.1 Evaluasi pengeluaran fluor albus pada Nn S dan Nn.


Dsebelum dan setelah pemberian rebusan daun sirsak.

Sebelum pemberian Setelah pemberian rebusan


rebusan daun sirsak daun sirsak
Karakteristik
Subyek Subyek Subyek Subyek
No fluor albus
Nn. D Nn. S Nn. D Nn. S
fisiologis
Tgl Tgl Tgl Tgl
15/06/2016 20/06/2016 19/06/2016 24/06/2016
Fluor albus Fluor albus Fluor albus Fluor albus
Fluor albus
1 fisiologis fisiologis fisiologis fisiologis
fisiologis
sedang sedang ringan ringan

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa pada Nn S dan Nn. D

yang telah diberikan rebusan daun sirsak dengan observasi peneliti selama 5

hari (16-06-2016 s/d 24-06-2016) didapatkan perubahan pada dari karakteristik

pada :
46

1) Nn. D pada tanggal 15-06-2016 sebelum pemberian rebusan daun

sirsak yaitu fluor albus fisiolgis sedang dengan pengeluaran cairannya

3x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak bau,

terkadang gatal Setelah hari ke lima (20-06-2016) pemberian adalah

fluor albus fisiologis ringan setelah pengeluaran cairannya 2x ganti

setiap harinya, warnanya putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal.

2) Nn. S pada tanggal 19-06-2016 sebelum pemberian rebusan daun

sirsak yaitu fluor albus fisiolgis sedang dengan pengeluaran cairannya

3x ganti setiap harinya, warnanya putih keruh encer, tidak bau,

terkadang gatal. Setelah hari ke lima (24-06-2016) pemberian adalah

fluor albus fisiologis ringan pengeluaran cairannya 2x ganti setiap

harinya, warnanya putih jernih encer, tidak bau, tidak gatal.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn.S sebelum pemberian
rebusan daun sirsak

Dari hasil observasi yang dilakukan sebelum pemberian rebusan daun

sirsak didapatkan :

a) Nn. D didapatkan mengeluh mengalami fluor albus fisiologis sedang

dengan sejak awal bersekolah di SMA yaitu dengan pengeluaran

cairan pervagina encer berwarna putih keruh, tidak berbau hanya

terkadang gatal, sehari terkadang bisa sampai 2-3 x ganti celana

dalam, apalagi jika subyek sedang mempunyai banyak aktivitas

terkadang pengeluaran semakin banyak, subyek tidak pernah

menggunakan tisue untuk mengelap setelah BAK, cara cebok subyek

yaitu dari depan kebelakang, sehari hari subyek sering memakai

pakaian yang ketat, subyek tidak pernah periksa ke tenaga kesehatan.

Pada hasil laboratorium didapatkan hasil terdapat jamur candida(+).


47

b) Nn. S didapatkan mengeluh mengalami fluor albus mulai saat kuliah

dan bekerja ini, dan termasuk fluor albus fisiologis sedang yaitu

dengan pengeluaran cairan pervagina encer berwarna putih keruh,

tidak berbau hanya terkadang gatal, sehari terkadang bisa sampai 2-3

x ganti celana dalam, apalagi jika subyek sedang mempunyai banyak

aktivitas terkadang pengeluaran semakin banyak karena subyek

menjalani kuliah serta bekerja, subyek tidak pernah menggunakan

tisue untuk mengelap setelah BAK, cara cebok subyek yaitu dari

depan kebelakang, sehari hari subyek sering memakai pakaian yang

ketat, subyek juga mengatakan karena pola kebiasaan yang kurang

baik, subyek tidak pernah periksa ke tenaga kesehatan dan pada hasil

pemeriksaan laboratorium terdapat jamur candida (+), clue cell (+),

bakteri lain (+).

Fluor albus merupakan pengeluaran cairan pervagina yang bukan darah.

Leukorea merupakan manifestasi klinis berbagai infeksi, keganasan, atau tumor

jinak reproduksi. Gejala ini tidak menimbulkan mortalitas, tetapi mordibitas

karena selalu mambasahi bagian dalam wanita dan dapat menimbulkan iritasi,

tersa gatal sehingga mengganggu, dan mengurangi kenyamanan dalam aktivitas

(Manuaba, 2009). Fluor Albus normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah

menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang

hamil, atau mengalami kelelahan. Adapaun cairan yang berwarna jernih atau

kekuningan dan tidak berbau. Berada dengan keputihan normal, keputihan

abnormal bisa dikategorikan sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai

dengan keluarnya lendir dalam jumlah banyak, selain itu lendir tersebut berwarna

putih atau kekuningan dan memliki bau yang sangat menyengat karena

disebabkan oleh jamur dan bakteri (Bahari, 2012).


48

Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan

beraneka ragam, akibat dari kelelahan, kebisaan buruk, personal hygiene, cairan

yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga harus sering mengganti celana

dalam, namun dapat pula sangat sedikit. Warna cairan yang keluar juga bisa

berbeda, seperti berwarna keputih-putihan (tetapi jernih), keabu-abuan,

kahijauan, atau kekuningan. Tingkat kekentalan cairannya pun juga berbeda,

mulai dari encer, berbuih, kental hingga menggumpal. Cairan itu dapat pula

berbau busuk, meskipun ada juga cairan yang tidak berbau.

4.2.2 Fluor albus fisiologis pada Nn. D dan Nn. S setelah pemberian
rebusan daun sirsak.

Setelah dilakukan pemberian rebusan daun sirsak pada Nn. D dan Nn.

S didapatkan penerunan fluor albus fisiologis dari sedang ke ringan. Pemberian

rebusan daun sirsak untuk mengurangi fluor albus fisiologis ini diberikan karena

dapat mengurangi produksi fluor albus. Karena daun sirsak dari hasil riset

menyatakan bahwa daun sirsak mengandung annomurici E yaitu senyawa

kelompok acetogenis. Senyawa acetogenins ini diantaranya berpotensi

menghambat multi-drug resisten (MDR) pada sel jahat. Dan saat ini diketahui

bahwa baru acetogenins yang bersifat sangat selektif terhadap sel jahat, dengan

cara membunuh sel yang negatif terhadap tubuh tanpa mengganggu sel yang

sehat. Dan didapatkan pada Nn. D dan Nn. S setelah dari hasil observasi

selama 5 hari terdapat pengurangan jumlah cairan yang keluar, serta rasa gatal

pada dua subyek penelitian pada 2 hari terakhir tidak merasakan gatal, tidak bau,

karakteristik warna menjadi putih jernih dari putih keruh yaitu perubahan dari fluor

albus fisiologis sedang menjadi fluor albus ringan.


49

4.2.3 Fluor albus fisiologis pada Nn, D dan Nn. S sebelum dan setelah
diberikan rebusan daun sirsak

Pada hasil observasi dapat disimpulkan bahwa keputihan yang terjadi

pada Nn D dan Nn. S dapat berkurang dengan melakukan pemberian rebusan

daun sirsak. Perubahannya pada aspek gejala yaitu pengurangan jumlah cairan

yang keluar serta rasa gatal pada dua subyek penelitian pada 2 hari terakhir

tidak merasakan gatal, karakteristik warna menjadi putih jernih dari putih keruh,

perubahan dari fluor albus fisiologis sedang menjadi fluor albus ringan, karena

dari rebusan daun sirsak mengandung annomurici E yaitu senyawa kelompok

acetogenis. Senyawa acetogenins ini diantaranya berpotensi menghambat multi-

drug resisten (MDR) pada sel jahat. Dan saat ini diketahui bahwa baru

acetogenins yang bersifat sangat selektif terhadap sel jahat yang bersifat parasit

dalam tubuh.

Prinsip dasarnya acetogenin yaitu menghambat ATP yang dibutuhkan

oleh sel. Acetogenin ini akan mengganggu perkembangan sel dengan cara

mengurangi jumlah ATP yang dibutuhkan sel. Caranya, acetogenin masuk dan

menempel pada dinding sel. Setelah itu, acetogenins masuk ke dalam sel dan

merusak ATP di dinding mitokondria. Mitokondria dirusak, hal ini karena sel

membutuhkan banyak energi untuk berkembang sehingga akan mati bila ATP

sebagai sumber energi dihambat. Adapun sumber energi ATP dibentuk di

mitokondria. Dampaknya mitosis atau pembelahan sel terhambat. Pembelahan

yang cepat akan membutuhkan energi besar dari ATP. Jika pasokan energi

berkurang dari ATP, maka aktivitas sel melamban, dan terjadi apoptosis alias

program bunuh diri sel. Akhirnya sel tersebut akan mati dengan sendirinya. Dan

acetogenin yang terkandung dalam daun sirsak mampu menyeleksi dan hanya

membunuh sel jahat, sedangkan yang sehat tidak tersentuh (Muktiani, 2013).
50

Fluor albus tidak hanya dapat dicegah maupun dikurangi dengan rebusan

daun sirsak saja, ada juga dengan bahan herbal yang lain serta perilaku personal

hygiene tetapi juga perlu adanya pengobatan medis lebih lanjut. Pada penelitian

ini tidak di tanyakan tentang makanan yang dikonsumsi setiap harinya, sehingga

hal ini dapat menjadi faktor yang menyebabkan fluor albus tidak terjadi

perubahan.

Dari pembahasan diatas peneliti selaku penulis dapat memberikan

tanggapan bahwa perilaku pemberian rebusan daun sirsak dapat mengurangi

fluor albus, bermanfaat sebagai penunjang dalam pencegahan maupun

pengobatan keputihan dan pengobatan lain.

4.3 Keterbatasan

Dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan yang ditemui selama

penelitian yaitu peneliti tidak dapat melakukan observasi pemberian rebusan

daun sirsak secara keseluruhan dikarenakan privasi pasien untuk beberapa

perilaku yang tidak dapat peneliti observasi secara langsung seperti kebiasaan

pasien yang masih dapat menyebabkan fluor albus berlanjut, serta keterbatsan

waktu.

Anda mungkin juga menyukai