Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bell`s palsy adalah kelumpuhan pada salah satu sisi wajah, yang menyebabkan tidak
mampu menutup mata atau mulut pada sisi yang lumpuh. Dengan kata lain bell`s palsy
merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang mnyebabkan kelemahan atau kelumpuhan
tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Istilah bell`s palsy biasanya digunakan untuk
kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang tim,bul secara akut. Sir Charles Bell seorang
ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad ke-19 (Fanani,
2011).
BeIl’s palsy adalah kelumpuhan atau paralisis wajah unilateral karena gangguan nervus
fasialis perifer yang bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi dan dengan
perbaikan fungsi yang terjadi dalam 6 bulan. Bell’s palsy merupakan suatu sindrom
kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan oleh keterlibatan saraf
fasialis perifer yang bersifat unilateral di luar sistem saraf pusat, idiopatik, akut dan tidak
disertai oleh gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya atau kelainan local (Berg
2009).
Berg, Green D, Aminoff MJ, Simon R. 2009. Lange Medical Book: Clinical Neurology.
Edisi ke-6. Mc Graw Hill.
Bell`s Palsy ditandai dengan timbulnya nyeri yang bervariasi disekitar telinga ipsilateral
yang diikuti dengan adanya kelemahan pada otot-otot wajah dalam beberapa jam atau hari.
Dahi tidak dapat dikerutkan, mulut tampak mencong terl;ebih pada saat tersenyum lebar atau
meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan, dan saat pasien disuruh menutup kelopak
matanya maka bola mata tampak berputar keatas (tanda bell). Pasien tidak dapat bersiul
atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut (Harsono,
2007).
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-6. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Bell’s palsy merupakan penyebab paralisis fasialis yang paling sering ditemukan, yaitu
sekitar ±7,3% dan seluruh paralisis fasialis. Insiden bervariasi di berbagai Negara di seluruh
dunia. Perbedaan insidensi ini tergantung pada kondisi geografis masing- masing negara.
Angka kejadian bell`s palsy berkisar 2 sampai 7,3% dari semua kasus peripheral facial
paralysis yang ada. insiden bell`s palsy sebesar 20-30 kasus per 100.000 orang di dunia dan
puncaknya yaitu tiga dan lima dekade ini (Guzelant, 2014). Kejadian bell`s palsy di Amerika
Serikat dialami oleh wanita dan pria berusia 20 sampai 60 tahun dan dengan angka kejadian
2 dari 10.000 orang (Salvo, 2013)
Fisioterapi sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroteraputik, dan mekanis), pelatiah funngsi
komunikasi (Kemenkes RI, 2013). Pada kasus bell`s palsy, fisioterapi berperan untuk
pemulihan fungsi dan mencegah terjadinya komplikasi. Teknologi intervensi fisioterapi yang
dapat dipergunakan pada kasus bell`s palsy bervariasi, beberapa diantaranya adalah Infra
Red (IR), Electrical Stimulation (ES), Massage, dan Mirror Exercise.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis kemukakan disini adalah bagaimanakah penatalaksanaan
fisioterapi pada pasien Bell`s Palsy ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan fisioterapi pada pasien Bell`s Palsy.
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti untuk
semua pihak. Adapun manfaat yang bisa diambil dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagi Penulis
Dapat memperdalam wawasan mengenai hal hal yang berhubungan dengan
penatalaksanaan fisioterapi pada pasien bell`s palsy dan meningkatkan pemahaman
serta pengetahuan mengenai cara penanganan pasien bell`s palsy menurut prosedur yang
tepat.
2. Bagi Pasien
Mendapatkan informasi tentang bell`s palsy.
3. Bagi Fisioterapi
Dapat mengembangkan ilmu fisioterapi dan perkembangan praktek fisioterapi sehingga
dapat memberikan pelayanan dan penanganan secara tepat terutama pada kasus bell`s
palsy.
4. Bagi Masyarakat
Dapat menyebar luaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang
penanganan bell`s palsy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Anda mungkin juga menyukai